You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, sejalan dengan pesatnya perkembangan penelitian di
bidang kesehatan khususnya obat yang berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak
bisa dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat. Obat merupakan zat baik
kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Pembuatan obat selain bahan aktif diperlukan juga zat tambahan untuk
melengkapi suatu obat tersebut agar sesuai dengan kualitasnya. Akan tetapi
kekurangan atau kelebihan dalam pemakaian haruslah diperhatikan.
Metil salisilat merupaka cairan dengan bau khas yang diperoleh dari
daun dan akar wangi yang berfungsi sebagai anti iritasi. Metil salisilat
diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan sebagai obat gosok untuk
nyeri otot, sendi, dan lainnya. Sifat alamiah metil salisilat membuat zat
tambahan ini aman dalam pemakaian dan penggunaan, tentunya dengan batas
kadar yang ditetapkan, yaitu tidak kurang dar 98% dan tidak lebih dari
100,5%.
Metode yang digunakan untuk penetapan kadar metil salilsilat dalam
balsem adalah metode acidi-alkalimetri. Acidi-alkalimetri adalah teknik
analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering
disebut titrasi asam-basa. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit jumlah zat-zat yang
direaksikan menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghasilkan zat
yang direaksikan).


1.2 Tujuan Percobaan
1. Menetapkan kadar metil salisilat dalam balsem aktiv.
2. Penetapan kadar metil salisilat dalam balsem aktiv dengan metode acidi-
alkalimetri.

1.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi netralisasi metil salisilat dengan larutan NaOH berlebih,
kelebihan NaOH dititrasi dengan larutan baku asam.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Dalam biadng farmasi, beberapa obat merupakan ester yang paling
populer adalah obat penghilang rasa sakit serta anti inflamasi. Senyawa-
senyawa tersebut adalah turunan asam salisilat seperti aspirin dan metil
salisilat.
Sediaan yang mengandung analgesic dan antiinflamasi topikal dapat
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, radang (bengkak), nyeri otot, kaku
otot, radang sendi dan otot terkilir. Analgesik antiinflamasi non steroid
(AINS) merupakan kelompok obat yang heterogen bahkan beberapa obat
sangat berbeda secara kimia. Analgesik berfungsi sebagai penghilang rasa
sakit atau nyeri, sedangkan antiinflamasi berfungsi sebagai anti radang atau
nyeri yang disertai panas dan bengkak.
Pada penetapan kadar metil salisilat pada balsem ini menggunakan
metode acidi-alkalimetri. Acidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia
berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi
asam-basa. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan
ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit jumlah zat-zat yang direaksikan
menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghasilkan zat yang
direaksikan) satu sama lain.
Larutan yang ditambahkan dalam buret disebut titran sedangkan
larutan yang ditambah titran diebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa
asam dan basa atau sebaliknya). Pada saar ekivalen, penambahan titran harus
dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi.
Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam acid-alkalimetri diperlukan
suatu zat yang dinamakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah zat
yang dapat berubah apabila pH lingkungannya berubah. Acidi-alkalimetri
menyengkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam
lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah dan basa kuat-garam dari
basa lemah.

2.2 Uraian Bahan
1. Metil Salisilat
Nama Resmi : METHYLIS SALICYLAS
Nama Lain : Metil Salisilat
Pemerian : Tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas aromatik;
rasa manis; panas dan aromatik.
RM/BM : C
8
H
2
O
3
/ 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P dan
dalam asam asetat glasial P.
K/P : Zat uji
2. NaOH
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur, atau keeping
kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur,
putih, mudah meleleh basah; sangat alkalis dan korosif;
segera menyerap karbondioksida.
RM/BM : NaOH / 40
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
K/P : Pelarut
3. Natrium Karbonat
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih.
RM/BM : Na
2
CO
3
/ 106
Kelarutan : Larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
K/P : Pereaksi
4. H
2
SO
4

Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna jika
ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
K/P : Pelarut

2.3 Uraian Sampel
BALSEM AKTIV
Komposisi : Menthol 155 mg
Eucalyptus oil 195 mg
Methylsalicylate 80 mg
Camphor 40 mg
Pappermint oil 100 mg
Indikasi : Meringankan pusing, sakit kepala, sakit punggung, dan gatal-
gatal karena gigitan serangga.
Netto : 20 g
Produsen : PT. Eagle Indo Pharma






BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
1. Buret 7. Labu ukur
2. Statif 8. Pipet tetes
3. Stock Erlenmeyer 9. Timbangan
4. Erlenmeyer 10. Pipet volume
5. Corong gelas 11. Bunsen
6. Alat reflux 12. Sendok tanduk
3.1.2 Bahan yang digunakan
1. Balsem
2. Natrium karbonat


3. Indikator metil jingga
4. Larutan baku NaOH 0,1 N
5. Indikator fenolftalein
6. Aquades
7. Larutab Baku H
2
SO
4
0,1 N

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembakuan Larutan H
2
SO
4

1. Ditimbang saksama 300 mg Na
2
CO
3
p.a, dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml.
2. Dilarutkan dengan air hingga tanda, kemudian diukur larutan
sebanyak 25,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
3. Dititrasi dengan larutan H
2
SO
4
0,1 N yang hendak dibakukan
menggunakan 3 tetes indikator metil jingga sampai titik akhir
tercapai.
3.2.2 Penetapan Kadar
1. Ditimbang saksama sampel setara dengan 200 mg metilsalisialt,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25,0 ml larutan
NaOH 0,1 N.
2. Direflux perlahan-lahan selama 1 jam di atas penangas air sambil
digoyang-goyang.
3. Dibilas pendingin dan dinding labu dengan air.
4. Ditirasi selagi panas dengan larutan baku H
2
SO
4
0,1 N
menggunakan indikator fenolftalein hingga warna merah tepat
hilang.
5. Dilakukan titrasi blanko.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu cara pemakaian
jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri ini
terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk
bereaksi secara stoikiomet dengan zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi
ini biasanya diketahui kepadatannya dengan pasti dan disebut pentiter atau
larutan baku. Sedangkan proses pembentukan atau penambahan pentiter ke
dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi.
Pada penetapan kadar metil salisilat dalam balsam menggunakan
metode acidi-alkalimetri, ini merupakan suatu metode titrasi asam basa
dimana H
2
SO
4
digunakan sebagai titran. Sebelum menentukan kadar metil
salisilat terlebih dahulu dilakukan pembakuan H
2
SO
4
untuk menentukan
normalitas

larutan, normalitas yang diperoleh adalah . Ditimbang
sampel sebanyak 2,5 g kemudian dilarutkan dengan NaOH dan direflux
selama 1 jam yang bertujuan untuk melarutkan sampel, kemudian dititrasi.
Titik akhir titrasi pada blanko diperoleh ml. Pada perhitungan
selanjutnya diperoleh presentase metil salisilat dalam balsam adalah %.
Pada hasil akhir akan dibandingkan dengan komposisi yang tertera pada label
balsem yang digunakan sebagai sampel, apakah kandungan metil salisilat
yang terkandung dalam balsem memiliki perbedaan atau tidak berdasarkan
hasil percobaan.
Ester yang mudah menguap seperti metil salisilat dihidrolisis di bawah
pendingin balik dengan NaOH 0,1 N selama 1 jam. Kelebihan alkali dititrasi
dengan larutan baku asam, dilakukan juga titrasi blanko.

4.3 Reaksi
1. Acidimetri
Na
2
CO
3
+ H
2
SO
4
Na
2
SO
4
+ H
2
CO
3
CO
2

2 H
+
1 mol Na
2
CO
3
~ 2 mol H
+
BE = BM
2. Alkalimetri
Na
2
CO
3
+ H
2
SO
4
Na
2
SO
4
+ H
2
CO
3
CO
2

H
2
O
3. Penetapan kadar











BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan, peroleh kadar metil salisilat yang terdapat dalam
balsem aktiv dari PT. Eagle Indo Pharma adalah , sedangkan yang
tertera pada FI edisi IV kadar metil salisilat tidak boleh kurang dari 98%
dan tidak lebih dari 105%.
2. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena ketidaktelitian dalam
penimbangan sampel, alat-alat yang tidak/kurang bersih, perbedaan suhu
dan sebagainya.

5.2 Saran
Pada percobaan berikutnya, sebaiknya tidak hanya balsem yang digunakan
sebagai zat uji, bisa juga menggunakan sediaan lain seperti minyak gosok,
krim yang mengandung metil salisilat.













DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.

Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.

http://www.chem-is-try.org

You might also like