You are on page 1of 30

1

MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN









OLEH:
I MADE WIADNYANA PUTRA (13.1.089)
Ruang Kenanga



POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT Tk II dr. SOEPRAOEN
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
2

























DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB I
3

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
Latar Belakang .......................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
Tujuan ..................................................................................................................... 6
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 7
Pengertian ............................................................................................................... 7
Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan .................................................... 8
Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan .................................... 12
Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit ............................. 14
Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Pusekesmas .............................. 16
Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan Kesehatan
pada Individu dan Masyarakat ................................................................................ 18
SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP) .............................................. 20
Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem dalam Pencapaian EEQ ......................................... 23
Manajemen Rumah Sakit di Indonesia dan Kebutuhan Data serta Informasinya ....... 25
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam Sistem Informasi
Kesehatan Nasional dan Tantangan Masa Depan ..................................................... 25
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................. 27
KESIMPULAN ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 28

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
4

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak
memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem
informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem
Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80an. Salah satu rumah sakit yang
pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah
Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga
berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit
pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi
dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan
semua pihak. Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor
penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi
tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam
segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan
pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.
Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap
sistem pelayanan kesehatan. Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan
yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada
bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik
5

dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain
juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam
biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media
komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah
dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan
tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari
tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit
infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan
menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem
kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan
kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut
memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan
dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui,
dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah
membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem
jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian
dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana
mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar
jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah
daerah dan jaringan informasi di pusat.


6


1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud manajemen SIK?
b) Bagaimana peranan manajemen SIK?
c) Bagaimana konsep pengembangan SIK?
d) Bagaimana aplikasi manajemen SIK di rumah sakit?
e) Bagaimana aplikasi manajemen SIK di puskesmas?
f) Bagaimana system pelayanan kesehatan untuk individu dan masyarakat?

1.3 Tujuan
a) Mahasiswa mampu mengetahui pengertian manajemen SIK
b) Mahasiswa mampu mengetahui peranan manajemen SIK
c) Mahasiswa mampu mengetahui konsep-konsep pengembangan SIK
d) Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di rumah sakit
e) Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di puskesmas
f) Mahasiswa mampu mengetahui system pelayanan kesehatan untuk indidu dan
masyarakat.












7




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah
integrasi antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan
mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan
program-program kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan
informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang
menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan
Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi
kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state
of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional.
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang
disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.

8

Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam
suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang
dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah system manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian
dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
yang berguna danmempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat
itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan
strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia
bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)

2.2 Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 building
block atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan).
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi
kesehatan).
3. Health worksforce (tenaga medis).
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan).
5. Health information system (sistem informasi kesehatan).
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah) Informasi kesehatan
selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi,
9

penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :
a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan factor resiko)
b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, gudang
farmasi, praktek swasta.
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang
biasanya bersifat vertical
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system kepegawaian,
obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati, komponen
tersebut tidak hanya tanggung jawab sector kesehatan semata, tetapi juga lintas sector
lainnya seperti statistic vital kependudukan, data kelahiran, data kematian. System
pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan
baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini mendorong
semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi system informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
b. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi, dan
inovasi melalui penelitian.
c. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara yang
digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang
komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis
dan lokasi tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang
10

diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti sebaai demografi dan status social ekonomi.
Sebagaimana gambar diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima
domain yang berbeda, yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan,
social ekonomi dan demografi.
2. Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya,
dan organisasi.
3. Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan
kualitas.
4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan,
dan kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional,
SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi
kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hokum kesehatan
yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan
nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan
ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu. Adapun
sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
11

Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen
setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan
berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
System). Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam
teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem
informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan
memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi
teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis,
memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi
bagi seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access
point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan
bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
12

8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan
pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi
pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi,
untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif. 11. Mengarah
pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.


2.3 Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi
secara umum, ada beberapa konsep dasaryang harus dipahami oleh para pengembang atau
pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
a. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based
Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem
informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong
pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu
organisasi adalah :
1) Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
2) Informasi yang tersedia, tidak relevan.
3) Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4) Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
5) Terlalu banyak informasi.
13

6) Informasi yang tersedia, tidak akurat.
7) Adanya duplikasi data (data redundancy).
8) Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

b. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan
sistem informasi tidak pernah berhenti.

c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem
yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya
umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
1) Perkembangan organisasi tersebut
2) Perkembangan teknologi informasi

d. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu
sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika
dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan
integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh
merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara
berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu,
merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara
selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).
Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan
kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri
pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal
14

ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek
komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem
informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana
para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek
manualnya.

e. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung
kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut.
Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi
diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan,
Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan
Operasionalisasi.

f. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan
dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami
kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang
ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab
dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut
menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam
unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut.

g. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari
suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal
15

dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive
advantage),
h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah
sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran
sistem informasi yang cukup luas cakupannya.

2.4 Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan system informasi
kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari system informasi kesehatan itu sendiri.
Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di
Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya. Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu
dalam 2 hal penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran
pengembangan SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan
dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:
a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran
Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang
sedang dikembangkan.
b. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
dan perkembangan dimasa datang.
16

c. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti
(rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
d. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
e. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
f. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
g. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena
keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan
sistem yang baru.
h. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS.
Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek
Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4) Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5) Terjaminnya konsistensi data.
6) Orientasi ke masa depan.
7) Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
17

mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. SIRS merupakan suatu
sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan
mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang
dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-
masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara
tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar
tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut: a. Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan SIRS, b. Penyusunan Rancangan Global SIRS, c. Penyusunan Rancangan
Detail/Rinci SIRS, d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik, e.
Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras
maupun perangkat lunak pendukung. f. Operasionalisasi dan Pemantapan.

2.5 Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Pusekesmas
Penyelenggara layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas merupakan kegiatan
yang dibutuhkan suatu system informasi yang dapat menangani berbagai macam kegiatan
operasional puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien,
farmasi, keuangan, hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan
eksekutif yang dihasilkan oleh puskesmas dengan bantuan system informasi sangat dibutuhkan
dalam penentuan kebijakan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Secara umum , SIMPUS
terdiri dari beberapa subsistem sebagai berikut :
a. Registrasi Pasien Registrasi merupakan subsistem yang menangani data registrasi kunjungan
pasien, baik kunjungan pemeriksaan umum, gigi,, gizi, KIA, imunisasi, KB. Kegiatannya
meliputi :
1) Pengolahan data pasien
2) Pengolahan data registrasi kunjunan pasien, terdapat beberapa macam klasifikasi
registrasi yaitu, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan
imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis Hal ini merupakan subsistem yang menangani
data yang terkait dengan keiatan pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh
18

tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, subsistem ini diklasifikasin menjadi
pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA,
kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium. Kegiatannya meliputi :
1) Pengolahan data kondisi pasien
2) Pengolahan data anamnesis
3) Pengolahan data diagnosis
4) Pengolahan data terapi
5) Pengolahan data pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab.
6) Pengolahan data obat
7) Pengolahan data rujukan
c. Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya meliputi :
1) Pengolahan data master obat
2) Pengolahan data stok obat baru
3) Pengolahan data persediaan obat
4) Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien
d. Pemantaun Data Register Pemantauan data register merupakan pemantauan data yang
terjadi di puskesmas secara harian/bulanan maupun periode tertentu. Kegiatannya
meliputi :
1) Register pemeriksaan umum
2) Register pemeriksaan gigi
3) Register pemeriksaan gizi
4) Register pemeriksaan imunisasi
5) Register pemeriksaan KIA
6) Register pemeriksaan KB
e. Laporan Laporan merupakan subsistem untuk membuat laporan/ rekapitulasi. Laporan
manajemen ini meliputi:
1) Laporan kunjungan pasien
2) Laporan 10 penyakit terbanyak
19

3) Laporan pengguanaan obat
4) Laporan tindakan medis terbanyak
5) Laporan metode pembayaran oleh pasien
6) Laporan billing
f. Pemetaan Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan
obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang
dilakukan.

2.6 Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan Kesehatan pada Individu dan Masyarakat
Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan tercapainya derajat
kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan tersebut yang
dilaksanakan secara efisien dan berkualitas serta terjangakau.
Sistem pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan subsistemnya,
yaitu system pelayanan kesehatan (Healht Service Delivery System) dan system pendanaan
kesehatan (Health Financing System). System pendanaan mendanai system pelayanan.
System pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan Subsystemnya,
yaitu system pelayanan kesehatan perorangan (medical service atau pelayanaan medis) dan
system pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Dalam system pelayanan kesehatan perorangan terdapat berbagai upaya untuk
peningkatan kesehatan perorangan (selanjutnya disebut upaya kesehatan perorangan /UKP),
yaitu mulai dari promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan kecacatan deteksi dini
penyakit/kecacatan dan penanganannya yang lebih tepat agar tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut atau kecacatan.
Dalam upaya pelayanan kesehatan masayarakat juga dikenal upaya health promotion
dan specific protection yang dilaksanakan pada masyarakt secara keseluruhan.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan UKP) menjadi satu kesatuan upaya passa health promotion dan specific
protection. Dilihat dari sudut pathogenesis penyakit, maka upaya-upaya health promotion dan
specific protection ini adalah upaya pada masa prepathogenesis. Sedangkan upaya-upaya
20

early detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah upaya-upaya
pada masa pathogenesis.
Dalam system pendanaanya, produk pelayanan kesehatan masyarakt umumnya
merupakan public goods sehingga didanai oleh pemerintah. Produk pelayanan kesehatan
perorangan bisa didanai oleh pemerintah (kalau dianggap public goods misalnya, pengobatan
penderita ppenyakit TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit TBC), bisa didanai
oleh perorangan sendiri (murni merupakan privat goods yang bisa langsung out of pocket
ataupun melalui asuransi pribadi/privat insurance). Pembiayaan pelayanan juga bisa campur
antara pemerintah dan masyarakat (public-privat mix).


















SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
21


Bagan 1.1. Letak hubungan Tampak Tindih bidang kajian, serta pertimbangannya dari
berbagai subsistem dalam system kesehatan.

Dalam subsistem pelayanan kesehatan perorangan dalam kerangka keseluruhan system
kesehatan, terdapat berbagai upaya kesehatan perorangan (UKP) terdapat UKP yang
diselenggarakan dengan objek utama adalah penanganan pada periode pre pathogenesis dan
UKP dengan objek utama penanganan pada periode pathogenesis. UKP pertama lebih
menekankan upaya promosi kesehatan perorangan /health promotion(misalnya mengajarkan
22

pola hidup sehat pada pasien dan keluarga pasien stroke/pasien penyakit jantung. Upaya
kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), oleh keluarga
(family care) atau kelompok anggota masyarakat (misalnya, perkumpulan jantung sehat).
UKP kedua lebih menekankan pada pelayanan periode pathogenesis (disability limitation,
rehabilitation). Upaya ini dilaksanakan di institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah
sakit.

Untuk penyakit yang banyak terjadi di masyarakat (common diseases) pelayanan
dilaksanakan di rumah sakit rujukan awal (primary hospital system) dimana penanganan secara
satu disiplin ilmu dapt dilaksanakan dengan baik.
Untuk penyakit yang penanganannya membutuhkan penanganan yang multidisiplin sederhana,
pelayanan dilaksanakan dirumah sakit rujukan lanjutan (secondary hospital system).
Untuk penyakit yang penanganannya membutuhkan penanganan multidisiplin kompleks,
pelayanan dilaksanakan dilaksanakan dirumah sakit rujukan lanjut (tertiary hospital system).
Untuk Negara yang sangat maju ada pelayanan yang diutamakan dalam rangka pengembangan
ilmu (dengan pelayanan yang tetap berbasis pada kebutuhan pasien, bukan berbasis pada
pengembangan ilmu), pelayanan dilaksanakan dirumah sakit untuk pengembangan ilmu
(quaternary hospital).
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Perorangan di Indonesia dan Lingkungannya
seperti telah diutarakan diatas, pelayanan kesehatan perorangan (medical service, pelayanan
medic) dapat dikategorikan dalam 4 kategori :

a. Pelayanan medic mandiri (self care and family medical care)
Yang dilaksanakan oleh pribadi kelompok masyarakat; aktifitas ini bisa dilaksanakan oleh
masing-masing individu, bisa secara berkelompok; aktifitas ini bisa dilaksanakan sebelum
orang menderita sakit (misalnya, dalam klub jantung sehat), bisa juga setelah orang
menderita penyakit atau kecacatan (misalnya, klub stroke).
b. Pelayanan medic dasar/primer (essential medical care and basic speciality care,
23

Ada yang menyebutnya preventife medical care atau primary medical care) Pelayanan ini
diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta/kelompok masyarakat. Idealnya pelayanan
ini dilaksanakan oleh dokter keluarga yang merupakan gate keeper dari pelayanan rujukan.
Pelayanan medic dasar ini dilaksanakan di puskesmas pemerintah, balkesmas swasta serta
dokter praktek perorangan swasta.
c. Pelayanan medic skunder/rujukan awal
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik
dasar (dulu dikenal dengan sebutan rumah sakit tipe D), sampai kerumah sakit dengan
kemampuan pelayanan spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama rumah sakit tipe C)
ataupun dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme plus
beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B-awal). Rumah sakit
rujukan awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya.
d. Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan semua spesialisme
plus beberapa subspesialisme(dikenal dengan nama rumah sakit tipe-B lanjut atau dirumah
sakit dengan kemampuan semua spesialisme dengan seluruh subspesialismenya(rumah
sakit tipe A). diindonesia rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi sebagai rumah
sakit pendidikan.

Upaya keseluruhan pada butir-butir diatas yang saling berhubungan (saling berkaitan,
saling berpengaruh, saling bergantung) satu sama lain, diselengarakan dalam satu daerah/
kabupaten/kota dalam satu system kesehatan daerah.
Keseluruhan stakeholders dalam system kesehatan tersebut dapat dilihat pada bagan.
24


Bagan 1.2. Upaya kesehatan perorangan/Rumah sakit dan Berbagai Stakeholder dan
lingkungan-Strateginya.

Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem dalam Pencapaian EEQ
System adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (yang dinamakan
subsistem), bagian tersebut saling berkaitan (interelasi) saling berpengaruh (interaksi), serta
saling bergantung (interdependensi) satu sama lain. system yang sempurna adalah tubuh kita.
Subsistem syaraf otak mengindra sesuatu yang menakutkan mengakibatkan tubuh bereaksi
terhadapnya. Reaksi berupa lari, yang dilaksanakan oleh system musculoskeletal, sambil
orang tersebut lari terkencing-kencing diakibatkan oleh subsistem urogenital, dan sebagainya.
Dari sudut operasional rumah sakit sebagai satu system, dikenal subsistem pelayanan
(instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah pusat, dan lain-lain), dan subsistem manajemen/
administrasi pelayanan. Dari sudut kewenangan (power), dikenal sub system pemilik, subsistem
professional kesehatan dan subsistem manajemen. Kewenangan yang dimiliki pemilik adalah
merupakan kewenangan yang diberikan olegh kekuasaan birokrasi. Kewenangan tersebut
dinamakan kewenangan birokrasi dan ditandai oleh adanya SK (surat keputusan) dari birokrasi
diatasnya.
25

Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh satu
intitas birokrasi yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK). Kewenangan
yang dimiliki profesi didapat melalui pendidikan yang terstruktur, berjenjang (sarjana
kedokteran, dokter umum, dokter spesialis, dokter subspesialis, dan seterusnya) dan
kewenangan tersebut ditandai dengan sertifikasi kopetensi oleh asosiasi profesi/kolegium
kedokteran bidang ilmu terkait.
Secara operasional komite medic (Depkes,1999) melaksanakan tugas professional
governance dalam masalah yang berkaitan dengan profesi dan profesionalisme, misalnya :
a. Pengelolaan tumpang tindih kewenangan profesi yang bekerja dirumah sakit.
b. Pengelolaan penggunaan antibiotic oleh semua spesialisasi.
c. Melakukan seleksi para professional yang akan bekerja dirumah sakit, untuk menilai
kemampuan profesionalnya (credentialing).
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mengenai kinerja profesi para professional yang
bekerja diumah sakit.
e. Dan lain-lainnya baik yang murni berkaitan hanya dengan keprofesian, maupun yang
berkaitan dengan hal-hal diluar profesi.

Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah sakit, maka sebagai satu system,
ketergantungan dan saling berpengaruh antara satu subsistem dengan subsistem lain dalam
system rumah sakit pasti terjadi.
Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum terdapat profesi dokter, maka tindakan
profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan ruumah sakit. Itulah sebabnya resiko
kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan juga dengan resiko keuangan rumah sakit.
Keseluruhan tata cara pengelolaan yang berlaku dirumah sakit ini ditetapkan bersama-sama
oleh unsure profesi dengan unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit ketentuan dinamakan
hospital by law.



26

Manajemen Rumah Sakit di Indonesia dan Kebutuhan Data serta Informasinya
Manajemen rumah sakit berkembang dai waktu ke waktu. Pada sesudah perang dunia
ke-2, manajemen rumah sakit dilaksanakan dengan sangat murni sebagai lembaga social
(philanthrop). Pengambilan keputusan manajerial tidak pernah dilaksanakan dengan memakai
asas ekonomi, seperti membandingkan produksi dan biaya(efisiensi). Sitem informasi yang
berkembang dirumah sakit hanyalah berorientasi pada pelayanan mediknya saja.
Perkembangan IPTEK kedokteran dan kesehatan berkembang pesat, biaya pelayanan
kesehatan yang dibiayai pemerintah naik dengan tajam. Ini menyebabkan pemerintah tidak
berkemampuan untuk mendanai pelayanan kesehatan secara penuh, sehingga diharapka
masyarakat ikut mendanai pelayanan kesehatan. Hal ini dimungkinkan karena pada pelayanan
medic khususnya dirumah sakit, komponen privat goods cukup besar sehingga bila dikelola
menurut asas ekonomi (yang tetap bersifat social) akan mengakibatkan masyarakat dapat ikut
mendanai pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit kemudian berkembang menjadi sifat
sosio-ekonomis. Muncullah sistilah rumah sakit swadana yang system informasinya mulai
membandingkan produksi dengan biaya produkasi. System informasi rumah sakit juga
berkembang, tidak saja bertujuan membelanjakan uang untuk pelayanan tetapi dihitung
biaya satuan dari tiap-tiap produkasi pelayanan.
Dalam pengelolaan perusahaan, maka sisa hasil usaha atau yang dalam usaha nonsosial
disebut sebagai profit, menjadi salah satu tujuan dan ini juga berkaitan dengan tujuan
efisiensi rumah sakit.
Secara keseluruhan, system informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system
informasi administrasi pelayanan profesi harus dikuasai secara terpadu oleh profesi yang
bekerja dibidang manajemen informasi kesehatan (di indonesia bernaung dibawah organisasi
PORMIKI).

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam Sistem Informasi
Kesehatan Nasional dan Tantangan Masa Depan
System informasi manajemen rumah sakit merupakan salah satu bagian dari system
informasi upaya pelyanan kesehatan perorangan dan SI-UKP ini merupakan bagian dari system
27

informasi pelayanan kesehatan, yang kemudian merupakan bagian dari system informasi
kesehatan (SIK), (Sudarmono,2001).
Dengan berlakunya UU otonomi daerah, keter paduan system informasi kesehatan
didaerah otonom dengan system informasi dipusat merupakan syarat mutlak bagi keterpaduan
Visi, Misi, strategi dibidang kesehatan didaerah dengan visi, misi dan strategi tingkat nasional
(Sudarmono, 2000).
Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka tindakan para dokter harus bias
dipertanggung jawabkan secara hukum disamping dipertanggung jawabkan secara profesi (hal
terakhir ini sudah dilaksanakan para dokter sebelum UU tersebut). Pertanggungjawaban
penyelengaraan profesi secara hukummemeerlukan bukti-buki hukum tertulis, dan bagian yang
sangat inti dari penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam Medik.
Menghadapi tiga hal tersebut (globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi
informasi), disamping diperlukan kesatuan Visi dan Misi (Sudarmono,2000).
















28


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
b. Enam komponen (building block) sistem kesehatan yaitu : Service delivery (pelaksanaan
pelayanan kesehatan) Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin,
dan teknologi kesehatan) Health worksforce (tenaga medis) Health system financing
(system pembiayaan kesehatan)m Health information system (sistem informasi
kesehatan) Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
c. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan antara lain:
1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
2) Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
4) Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri.
5) Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang
dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
6) Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi
dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
7) Informasi telah menjadi aset organisasi. h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi
menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.

3.2 SARAN
29

a. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
SIK
b. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya SIK yang
dikembangkan disesuaikan denga kebutuhan dan karakteristik

























30

DAFTAR PUSTAKA

Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas Gadja
Mada Wulandari, R. 2009. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis
Komputer. Semarang: Universitas

You might also like