You are on page 1of 178

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN

MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING


DENGAN MEDIA TEKS LAGU
SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 PEMALANG


SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang


Oleh
Nama : Wiwin Nur Azizah
NIM : 2101403568
Prodi : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
J urusan : Bahasa dan Sastra Indonesia


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERISTAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
SARI
Azizah, Wiwin Nur. 2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui
Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu pada Siswa Kelas
X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Skripsi. J urusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I : Drs. Agus Nuryatin, M.Hum, Pembimbing II : Drs. Mukh.
Doyin, M. Si.
Kata Kunci : Keterampilan menulis cerpen, metode latihan terbimbing, media
teks lagu.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek
bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa peserta didik
harus mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam
cerpen. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mampu menulis cerpen yang baik,
namun kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis tersebut disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa
sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan
siswa. Guru masih terbiasa dengan metode pembelajaran yang monoton dan
terkesan hanya mengejar meteri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
digunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dipaparkan dalam
penelitian ini adalah 1) seberapa besar peningkatan kemampuan menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X
SMA N 1 Pemalang, dan 2) adakah perubahan tingkah laku siswa dalam
pembelajaran menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1
Pemalang. Tujuan Penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan peningkatan
kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dan 2) mendeskripsikan
perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen
menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas
X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kelas. Dengan demikian
penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi
dua siklus. Tiap-tiap siklus dilakukan secara teratur yang terdiri atas empat tahap,
yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Data penelitian
yang diambil melalui tes dan nontes. Alat pengambilan data tes yang digunakan
berupa instrumen tes perbuatan yang berisi aspek-aspek kriteria penilaian
kemampuan menulis cerpen berupa penilaian kemampuan menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Alat pengambilan data nontes
yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket, dan
dokumentasi foto. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
iii
Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu, kemampuan menulis cerpen siswa
kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang meningkat sebesar 20,44% setelah mengikuti
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 61,30 dan pada
siklus I diperoleh hasil rata-rata sebesar 68,62, kemudian pada siklus II diperoleh
hasil rata-rata sebesar 77,05 atau meningkat sebesar 12,29% dari siklus I. Perilaku
siswa kelas X-7SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pun mengalami
perubahan ke arah positif. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa
yang lebih serius dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
cerpen.
Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran 1)
guru bahasa dan sastra Indonesia dapat menggunakan metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu dalam membelajarkan menulis cerpen kepada siswa, 2)
peneliti lain dapat melakukan penelitian yang serupa dengan metode yang
berbeda.
























iv
v
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


Semarang, Agustus 2007

Wiwin Nur Azizah




















vi














































vii


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
sudah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu
berharap (QS. Al-Insyirah : 6 - 8).
Hidup artinya berani menghadapi tantangan, tantangan terbesar dari hidup
adalah tetap tumbuh dalam situasi apapun.
Doa adalah senjata ampuh orang mukmin







Persembahan

Karya kecil ini kupersembahkan untuk orang-orang
yang senantiasa mengisi batin dan jiwaku
1) Bapak, Ibu dan kakak-kakakku tercinta, dari
kalian aku mengerti arti pengorbanan
2) Keluarga dan sahabat-sahabatku
3) Teman-teman PBSI03
4) Almamater





viii

PRAKATA

Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah swt, atas segala limpahan
nikmat dan karunia yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis memperoleh
kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini, meskipun penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kelemahan-kelemahan dan semata-mata karena
keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ketua J urusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dekan Fakultas Bahasa dan
Seni serta Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan
izin penelitian ini,
2. Drs. Agus Nuryatin M.Hum dan Drs. Mukh. Doyin M.Si, dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya
dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan
bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis,
3. Bapak dan Ibu dosen J urusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
menyemaikan ladang dan menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat
bermanfaat,
4. Dra. Rishi Mardiningsih, kepala SMA Negeri 1 Pemalang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini,
ix

5. Saptorini Wahyuningsih, S.S, guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA
Negeri 1 Pemalang yang telah memberikan bantuan dan kerelaannya
untuk diajak bertukar pikiran dengan penulis dalam penelitian.
6. Siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang, yang telah bersedia membantu
pelaksanaan penelitian.
7. Bapak, Ibu, Mas Agus, Mba Is, dan De Ian, atas doa, dukungan, perhatian,
kesabaran, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini,
8. Mas Aris, atas segala motivasi dan kasih sayangnya,
9. Sahabat-sahabatku Melti, Mar, Kiki, Dany, Ari, Mas Sulis, terima kasih
bangkitkan semangatku untuk maju,
10. Teman-teman seperjuangan di PBSI angkatan 2003 terima kasih atas
segala informasi, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan.
11. Roger, terima kasih bantuan komputernya,
12. Teman-teman Florist kos Aee, Anna, Achel, Upi, Mamih, Somsay, Bilqis,
Utty, dan Lusi bersama mereka aku belajar hidup,
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah ikut
memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
Insya Allah jasa-jasa mereka akan saya kenang sepanjang hayat dan
semoga Yang Mahakuasa memberikan yang terbaik dan Ridlo-Nya kepada kita
semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang.

x
Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Mahasempurna
dan skripsi ini pun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca saya harapkan. Penulis juga sangat berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Semarang, Agustus 2007

Wiwin Nur Azizah














xi
DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL....................................................................................... i
SARI................................................................................................................ ii
PERSETUJ UAN PEMBIMBING................................................................... iv
PERNYATAAN.............................................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii
PRAKATA...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DARTAR DIAGRAM DAN GRAFIK........................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Permasalahan ....................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah ................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 11
2.2 Landasan Teoretis ................................................................... 14
2.2.1 Hakikat Menulis Cerpen ............................................... 14
2.2.2 Tujuan Menulis Cerpen................................................... 17
xii
2.2.3 Cerpen ........................................................................... 20
2.2.3.1 Pengertian Cerpen.............................................. 20
2.2.3.2 Unsur-unsur Pembangun Cerpen....................... 22
2.2.4 Metode Latihan Terbimbing........................................... 32
2.2.5 Media Teks Lagu............................................................ 34
2.2.6 Menulis Cerpen Melalui Metode Latihan Terbimbing
dengan Media Teks Lagu............................................... 35
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................... 38
2.4 Hipotesis Tindakan ................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................... 40
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ................................................ 41
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ............................................... 44
3.2 Subjek Penelitian .................................................................... 46
3.3 Variabel Penilaian .................................................................. 47
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................... 48
3.4.1 Instrumen Tes ............................................................... 48
3.4.2 Instrumen Nontes........................................................... 52
3.4.3 Validitas Instrumen ...................................................... 55
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 55
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................. 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 60
4.1.1 Hasil Pratindakan ......................................................... 60
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ............................................... 62
4.1.2.1 Hasil Tes ....................................................... 62
4.1.2.2 Hasil Nontes .................................................. 70
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ............................................. 90
4.1.3.1 Hasil Tes ....................................................... 91
4.1.3.2 Hasil Nontes ................................................. 100
xiii
4.2 Pembahasan............................................................................. 117
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang ............................ 117
4.2.2 Peningkatan Pengaruh Penggunaan Metode Latihan
Terbimbing dengan Media Teks Lagu terhadap
Perubahan Perilaku Siswa kelas X-7 SMA Negeri 1
Pemalang....................................................................... 125
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................. 128
5.2 Saran ....................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 130
LAMPIRAN-LAMPIRAN

















xiv
DAFTAR TABEL


Tabel 1 Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen.................................................. 49
Tabel 2 Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Cerpen................................ 49
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerpen............................ 51
Tabel 4 Hasil Menulis Cerpen Pratindakan..................................................... 60
Tabel 5 Hasil Menulis Cerpen Siklus I ........................................................... 63
Tabel 6 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus I ............................ 65
Tabel 7 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I .................................................. 66
Tabel 8 Perolehan Skor Aspek tokoh dan Penokohan Siklus I ....................... 67
Tabel 9 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus I ................................................. 67
Tabel 10 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus I .................... 68
Tabel 11 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I ................................. 69
Tabel 12 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Siklus I .......................................................................................... 70
Tabel 13 Perolehan Angket Siklus I.................................................................. 83
Tabel 14 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II ................................................... 91
Tabel 15 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus II ........................... 93
Tabel 16 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II ................................................. 94
Tabel 17 Perolehan Skor Aspek tokoh dan Penokohan Siklus II...................... 95
Tabel 18 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus II ................................................ 96
Tabel 19 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus II ................... 97
Tabel 20 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I ................................. 98
Tabel 21 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Siklus II ..............................................................................................99
Tabel 22 Perolehan Angket Siklus I
............................................................................................................10
9
Tabel 23 Perolehan Nilai Rata-rata dan peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................119
xv
DAFTAR GAMBAR


Gambar 1 Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus I .......................................... 87
Gambar 2 Aktivitas Siswa mengamati dan Memperhatikan Teks Lagu
Siklus I ...................................................................................... 88
Gambar 3 Aktivitas Siswa Menulis Cerpen Siklus I ...................................... 89
Gambar 4 Aktivitas Guru Melakukan Bimbingan Siklus I............................. 90
Gambar 5 Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus II .......................................... 114
Gambar 6 Aktivitas Siswa Menulis Cerpen Siklus II ..................................... 115
Gambar 7 Aktivitas Guru Membimbing Siswa Menulis Cerpen Siklus II ..... 116
Gambar 8 Aktivitas Siswa Membacakan Cerpen........................................... 116














xvi
DAFTAR DIAGRAM DAN GRAFIK

Diagram batang 1 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Pratindakan ...............61
Diagram batang 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Siklus I ......................64
Diagram batang 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Siklus II .....................92
Grafik 1 Grafik Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen ..................124



















xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang......... 132
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .................. 133
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ................ 136
Lampiran 4 Contoh Cerpen Berdasarkan Teks Lagu.................................... 139
Lampiran 5 Teks Lagu Siklusi dan Siklus II................................................. 142
Lampiran 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Prasiklus................................................... 144
Lampiran 7 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I ..................................................... 146
Lampiran 8 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II........................................... 148
Lampiran 9 Pedoman Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ...................... 150
Lampiran 10 Hasil Observasi Siswa Siklus I .................................................. 152
Lampiran 11 Hasil Observasi Siswa Siklus II................................................ 154
Lampiran 12 Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ................ 156
Lampiran 13 Pedoman Observasi Kelas Siklus I dan Siklus II ..................... 157
Lampiran 14 Hasil Observasi Kelas Siklus I .................................................. 159
Lampiran 15 Hasil Observasi Kelas Siklus II ................................................ 161
Lampiran 16 Pedoman J urnal Guru Siklus I dan Siklus II.............................. 163
Lampiran 17 Hasil J urnal Guru Siklus I ......................................................... 164
Lampiran 18 Hasil J urnal Guru Siklus II ........................................................ 165
Lampiran 19 Pedoman J urnal Siswa Siklus I dan Siklus II ............................ 166
Lampiran 20 Hasil J urnal Siswa Siklus I ........................................................ 167
Lampiran 21 Hasil J urnal Siswa Siklus II....................................................... 171
Lampiran 22 Rekapitulasi J urnal Siswa Siklus I dan Siklus II ....................... 175

xviii
Lampiran 23 Pedoman Angket Siklus I dan Siklus II ..................................... 176
Lampiran 24 Hasil Angket Siklus I................................................................. 178
Lampiran 25 Hasil Angket Siklus II ............................................................... 186
Lampiran 26 Rekapitulasi Angket Siklus I dan Siklus II................................ 194
Lampiran 27 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II.............................. 195
Lampiran 28 Hasil Wawancara Siklus I.......................................................... 196
Lampiran 29 Hasil Wawancara Siklus II ........................................................ 198
Lampiran 30 Hasil Menulis Cerpen Siswa Pratindakan................................. 200
Lampiran 31 Hasil Menulis Cerpen Siswa Siklus I ........................................ 205
Lampiran 32 Hasil Menulis Cerpen Siswa Siklus II ....................................... 212
Lampiran 33 Surat Izin Observasi................................................................... 224
Lampiran 34 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi .... 225
Lampiran 35 Surat Izin Penelitian................................................................... 226
Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian...................................................... 227
Lampiran 37 Surat Keterangan Panitia Ujian Skripsi ..................................... 228








xix








Hala
man
1. Daftar Nama Siswa Kelas VII D ............................................................... 92
2. Rencana Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke-1 ....................................... 93
3. Rencana Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke-2........................................ 96
4. Rencana Pembelajaran Siklus II................................................................. 99
5. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuam ke-1.......................................... 102
6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuam ke-2 ......................................... 103
7. Lembar Kerja Siswa Siklus II .................................................................... 104
8. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Guru Siklus I Pertemuan Ke-1 ....................................................... 105
9. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Guru Siklus I Pertemuan Ke-2 ....................................................... 107
10. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Guru Siklus I I ................................................................................ 109
11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-1 .................... 111
xx
12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-2..................... 113
13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ............................................. 115
14. Daftar Kelompok....................................................................................... 117
15. Kisi-kisi Penyebaran Butir Soal ................................................................. 118
16. Soal Uji Coba............................................................................................. 119
17. Kunci J awaban Soal Uji Coba................................................................... 127
18. Analisis Validitas, Reabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda..... 128
19. Soal Evaluasi Siklus I ................................................................................ 138
20. Kunci J awaban Soal Evaluasi Siklus I ....................................................... 141
21. Soal Evaluasi Siklus II ............................................................................... 142
22. Kunci J awaban Soal Evaluasi Siklus II...................................................... 146
23. Daftar Nilai Ulangan Sebelum Tindakan................................................... 147
24. Daftar Nilai Ulangan Siklus I..................................................................... 148
25. Daftar Nilai Ulangan Siklus II ................................................................... 149
26. Rekapitulasi Hasil Belajar Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ...... 150

27. Daftar Nilai Ulangan IPS Ekonomi Pokok Bahasan
Perusahaan dan Badan Usaha Siswa Kelas VII
SMP N 4 Randudongkal ........................................................................... 151

28. Kurikulum 2004......................................................................................... 157

29. Silabus ....................................................................................................... 158

30. Surat Ijin Observasi dari Fakultas Ekonomi ............................................. 159
31. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi ............................................. 160
32. Surat Keterangan Penelitian dari SMP N 4 Randudongkal ....................... 161

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat yang sangat vital bagi manusia dalam
berkomunikasi. Manusia berkomunikasi agar dapat saling belajar, berbagi
pengalaman, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Penggunaan
bahasa dalam berkomunikasi ada dua macam yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis.
Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis
tersebut muncul dalam segala aktivitas seperti pendidikan, keagamaan,
perdagangan, politik, dan sebagainya.
Pengajaran keterampilan bahasa dan sastra Indonesia mencakupi
keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan
keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu dengan
yang lain. Di antara keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan dan
keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif.
Suyatno (2004:6) menyatakan bahwa posisi bahasa Indonesia berada dalam
dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk
sesuai dengan kaidah dasar. Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara. Sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia harus digunakan sesuai
dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai


2
2
harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan
logika pemakaian. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
tidak hanya mempelajari bahasa yang resmi, bahasa yang sesuai dengan tata
bahasa dan kaidah-kaidah penggunaannya saja tetapi juga mempelajari bahasa
dalam bentuk yang tidak resmi seperti dalam bahasa sastra.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan
syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam bidang atau kegiatan. Hal ini
mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis
dalam kehidupan sehari-hari.
Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh
pemerintah menghendaki (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
(2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa
siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3)
guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan siswanya; (4) orang tua
dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan
dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan
tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber
belajar yang tersedia; (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar


3
3
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional (Depdiknas, 2005:1).
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek
bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa siswa harus
mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
(Depdiknas, 2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi di atas proses
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran mengenai
teori-teori sastra. Di samping memperoleh pengetahuan tentang teori-teorinya
siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen.
Tulisan imajinatif yang merupakan tulisan kreatif, dalam hal ini dapat
berupa puisi, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai
objek penelitian. Pemilihan cerpen karena cerpen tidak memerlukan waktu yang
lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada novel,
begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang dapat
dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerpen pun menggunakan
bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam
puisi yang mempunyai arti lebih kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di
dalamnya menceritakan gagasan, perasaan ataupun pengalaman penulisnya.
Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan
melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh
keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru, dan
mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat ditingkatkan


4
4
dengan melakukan kegiatan menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan
mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi
dapat meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada
aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.
Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
keterampilannya menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X-7 SMA
Negeri 1 Pemalang, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa
masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi,
kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar
mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi
pada teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran,
dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam
bentuk karya sastra.
Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini
menggunakan metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses
pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali metode ini menimbulkan
kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang
dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena
bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang
bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian isi cerpen dengan tema,
pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.


5
5
Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan
materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal
tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran
dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Keprofesionalan seorang guru dituntut demi lancarnya proses belajar
mengajar. Ada tiga persyaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar
menjadi guru yang baik, yaitu menguasai (1) bahan ajar (2) keterampilan
pembelajaran, dan (3) evaluasi pembelajaran. Dalam penguasaan keterampilan
pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa sehingga
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran menulis cerpen dalam penelitian ini menggunakan metode
latihan terbimbing karena keterampilan menulis bukanlah semata-mata milik
golongan orang yang berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-
sungguh keterampilan itu dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan menulis
merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin
berlatih, keterampilan menulis akan meningkat. Begitu juga dengan keterampilan
menulis cerpen, untuk dapat menulisnya diperlukan usaha yang keras dan latihan
terbimbing secara terus-menerus untuk menghasilkan cerpen yang baik. Peran
guru sebagai motivator, fasilitator, sekaligus inspirator bagi siswa sangat
diperlukan dalam hal ini yaitu memberikan latihan terbimbing kepada siswa
dalam menulis kreatif cerpen.


6
6
Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu teks lagu.
Teks lagu merupakan sebuah naskah yang berisi lirik lagu yang berisi rangkaian
kata yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan penyair. Pemilihan teks
lagu sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen didasarkan pada alasan-
alasan berikut: (1) pada usianya yang masih tergolong remaja kebanyakan siswa
SMA menyukai lagu-lagu, sehingga dengan media ini diharapkan dapat
menstimulus siswa untuk menghasilkan karya terbaiknya dan dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, (2) lagu merupakan sarana hiburan yang
menyenangkan dan dapat menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan keharuan bagi
yang menikmatinya, (3) teks lagu berisi rangkaian kata indah yang mengisahkan
sebuah cerita, baik mengenai kehidupan, pengalaman ataupun sebuah peristiwa,
dengan teks lagu tersebut dapat diketahui alur dan temanya yang akan
mempermudah siswa dalam menulis cerpen.
Media memegang peran penting dalam pembelajaran karena dengan adanya
media siswa dapat menangkap penjelasan yang disampaikan guru dengan mudah,
begitu juga dengan media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen
dengan media teks lagu ini. Siswa diharapkan dapat meningkatkan
kemampuannya menuangkan ide-ide atau pengalamannya ke dalam sebuah karya
sastra yaitu cerita pendek dengan mudah dan dapat menghasilkan karya yang baik.
Beberapa penelitian mengenai keterampilan menulis cerpen telah banyak
dilakukan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis cerpen
telah banyak dilakukan, namun metode-metode dan media yang digunakan


7
7
berbeda-beda. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya wisata,
pengalaman pribadi sebagai basis melalui pendekatan keterampilan proses dan
pemodelan. Hal tersebut memberi kemungkinan untuk menemukan metode-
metode yang lain untuk dijadikan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini akan
mencoba metode latihan terbimbing dengan media teks lagu untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu diasumsikan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam
pembelajaran keterampilan menulis cerpen. Oleh karena itu, peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas sekaligus sebagai bahan penyusunan skripsi dengan
judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Metode Latihan
Terbimbing dengan Media Teks Lagu Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.

1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis cerpen dapat
dipengaruhi oleh faktor siswa dan faktor guru. Masalah yang dialami siswa yaitu
masih rendahnya kemampuan menulis cerpen. Masalah yang muncul pada siswa
dapat diatasi dengan menyajikan pembelajaran menulis cerpen yang lebih
menarik dengan menggunakan metode yang tepat yaitu latihan terbimbing dengan
media yang sesuai dan menarik yaitu menggunakan teks lagu. Metode latihan
terbimbing membantu siswa dalam menulis cerpen karena melalui metode ini
guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa untuk dapat menulis cerpen
yang baik dan kreatif. Teks lagu yang digunakan sebagai media dalam


8
8
pembelajaran menulis cerpen yaitu sebagai sarana untuk mempermudah siswa
menentukan tema dan alur cerpen.
Masalah yang dialami guru, yaitu kurang memberi respon terhadap
pelajaran menulis (mengarang) sehingga sering dilewati, tidak menggunakan
metode yang tepat, tidak menindaklanjuti hasil karangan siswa, kurang memberi
pelatihan menulis cerpen, dan kurang kreatif dalam mengembangkan pelajaran
menulis cerpen, serta kurang menggunakan media yang tepat dan menarik
perhatian siswa. Masalah-masalah guru ini dapat diatasi dengan menumbuhkan
kesadaran bagi guru bahwa pembelajaran menulis cerpen merupakan bagian yang
penting dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa
diremehkan dan dilewati begitu saja. Pembelajaran menulis cerpen harus
mendapat porsi yang cukup. Guru hendaknya dapat menggunakan metode
pembelajaran menulis cerpen yang tepat agar menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan secara kreatif menggunakan sarana serta media yang ada
untuk menarik minat siswa, menghargai hasil karya siswa dengan memberi
penilaian, dan pujian seperlunya sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dipilih masalah yang akan diteliti yaitu
rendahnya keterampilan menulis cerpen dan kurangnya respon siswa terhadap
pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.
Permasalahan tersebut akan diatasi dengan cara menggunakan metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu.



9
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri
1 Pemalang?
2. Adakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa
kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang?

1.5 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri
1 Pemalang.
2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran
menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.

1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis setelah dilakukan latihan menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu adalah berupa ditemukannya metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
cerpen.


10
10
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi
siswa, guru, dan peneliti yang lain. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa
mendapat pengalaman belajar yang bermakna melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu dan dapat meningkatkan keterampilannya menulis cerpen.
Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan keterampilan menulis cerpen bagi siswanya. Bagi peneliti yang
lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding terutama dalam hal cara
meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka
Penelitian murni yang beranjak dari nol atau dari awal jarang ditemui,
karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian lain yang dapat
dijadikan titik tolak penelitian selanjutnya. Dengan demikian peninjauan terhadap
penelitian lain sangat penting untuk mengetahui relevansi penelitian yang telah
lampau dengan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen merupakan penelitian
yang menarik. Banyaknya penelitian tentang menulis cerpen tersebut dapat
dijadikan salah satu bukti bahwa menulis cerpen-cerpen di sekolah-sekolah sangat
menarik untuk diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah
(2005), Maulana (2005), dan Kusworosari (2007).
Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen
dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya
Wisata pada siswa Kelas I
3
MA Ma`hadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
keterampilan siswa dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode
karya wisata. Peningkatan ini dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada
tindakan yaitu 58,66% kemudian meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi
69,38%, pada siklus II meningkat 7,25% menjadi 76,63%. Dengan demikian
12
belajar menulis cerpen dengan metode karya wisata dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tutiyah (2005) berjudul
Peningkatan Kemampuan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata pada
Siswa Kelas IE SMP Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji tentang
metode karya wisata yang berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis cerkak. Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil peningkatan
keterampilan siswa yang signifikan dengan nilai rata-rata siswa pada kegiatan
pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat sebesar 2,27. Setelah menggunakan
metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan siswa dalam menulis cerkak
meningkat sebesar 0,51.
Kusworosari (2007) melalukan penelitian dengan judul Peningkatan
Menulis Cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan
Keterampilan Proses pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 5
Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata kelas
sebesar 62,37. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 73,65. Hal ini
menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa kelas X-1
SMA Negeri 5 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen
mengalami perubahan dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
13
Penelitian yang dilakukan Maulana (2005), yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Iklan dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing
pada Siswa Kelas 2B SMP Cinde Semarang Tahun Ajaran 2004/2005.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ternyata ditemukan adanya
peningkatan keterampilan menulis siswa kelas 2 B SMP Cinde Semarang setelah
mengikuti pembelajaran menulis iklan dengan menggunakan metode latihan
terbimbing. Perubahan perilaku siswa juga tampak selama penelitian berlangsung,
siswa sudah berperilaku positif terhadap pembelajaran.
Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan dapat diketahui bahwa
penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen maupun metode latihan
terbimbing yang digunakan untuk meningkatkan berbagai keterampilan menulis
cerpen memang sangat menarik dan banyak dilakukan. Penelitian yang telah ada
tersebut memiliki kekhasan masing-masing. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan penulis kali ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerpen seperti yang dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah
(2005), dan Kusworosari (2007). Namun demikian, penelitian ini mempunyai
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Farikoh (2003) dan Tutiyah (2005)
menerapkan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode karya
wisata, Kusworosari (2007) menerapkan pengalaman pribadi sebagai basis
melalui pendekatan proses, sedangkan penelitian kali ini menerapkan metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu untuk meningkatkan keterampilan
menulis cerpen.
14
Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen
dan perubahan tingkah laku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah
mengikuti pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu. Pada penelitian ini guru memberikan latihan terbimbing dengan media teks
lagu saat pembelajaran, sehingga siswa dapat menulis cerpen yang baik.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi siswa di sekolah ini, khususnya masalah kelemahan atau rendahnya
keterampilan siswa dalam menulis cerpen.

2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat menulis
kreatif cerpen, tujuan menulis kreatif cerpen, hakikat cerpen, unsur-unsur
pembangun cerpen, metode latihan terbimbing, media teks lagu, dan menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.

2.2.1 Hakikat Menulis Cerpen
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain
(Tarigan, 1986:3). Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan
media tulis, dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dasar penulisan kreatif atau creatif writing sama dengan menulis biasa,
pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena
dalam hal ini sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif
15
seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide
maupun (hasil) akhirnya (Titik 2003:31).
Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan pengarang
terhadap kehidupan yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan.
J adi sumber penciptaan karya sastra tidak lain adalah kehidupan kita secara
keseluruhannya. Karya kreatif bisa saja merupakan penemuan kembali kekuatan
dan kelemahan kita di masa lalu, keberhasilan kita kini, atau juga kegagalan kita
dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu di dalam karya sastra
menyuguhkan nilai kehidupan, yakni nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan,
yang mengarahkan dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia.
Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis
cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang
termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau
imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif
dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang
hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap
katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi
saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak
tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian
yang berlebihan (Diponegoro 1994:6).
Dalam hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir (dalam Endraswara
2003:239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik
perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Pendapat
16
itu memberikan gambaran bahwa penulis cerpen harus tanggap terhadap
lingkungan dan perubahan waktu. Pengalaman pribadi, pengamatan atas kejadian-
kejadian di sekitar kita, dari membaca buku atau menonton film, bahkan dari
mimpi bisa menjadi ide cerita yang mampu menggerakkan imajinasi untuk
berkreasi membuat cerpen.
Selanjutnya Siregar dalam Gie (2002:197) menyatakan bahwa cerita
adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa
yang dialami manusia. Cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluk
dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung
pada saat seseorang tersebut berinteraksi dengan manusia lain dan alam
sekelilingnya. Wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan hal-hal yang dinyatakan
dari pikiran dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan.
Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak
berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian
pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana
terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu,
cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.
Cerita dalam cerpen meskipun khayal, ceritanya masih masuk akal
sehingga mungkin saja terjadi. Bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah
yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Bisa juga cerita itu berasal dari kisah
yang benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya yang diolah sedemikian rupa
dalam bentuk cerpen menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan.
17
Namun, ada beberapa cerpen yang ceritanya tidak masuk akal, ceritanya benar-
benar hasil imajinasi pengarangnya yang jauh dari kenyataan.
Trianto (dalam Kholifah 2006:19) menyebutkan bahwa tulisan yang
bersifat kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif
maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi,
menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang
dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan
memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam
arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai
pengalaman/berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan
kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah
satu teks bersifat kreatif adalah teks cerpen.
Berdasarkan uraian menulis kreatif cerpen yang disampaikan di atas, dapat
diketahui bahwa menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan
pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu,
tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.

2.2.2 Tujuan Menulis Cerpen
Hartig (dalam Tarigan 1982:24) menyebutkan tujuan menulis sebagai
berikut:
1. Assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauannya
18
sendiri(misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris
yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).
2. Altruistik purpose (tujuan altruistik).
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca
lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3. Persuasive purpose (tujuan persuasif).
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan.
4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan
kepada para pembaca.
5. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri).
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada pembaca.
6. Creative purpose (tujuan kreatif).
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi
keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya
dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).
19
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi
serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri
agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Dr. Samuel J onson (dalam Diponegoro 1994:4) menyatakan bahwa tidak
ada seorang pun, kecuali orang goblog, yang mau menulis tidak untuk cari uang.
Namun lain halnya pendapat Diponegoro (1994:4) yang menyangkal pendapat
tersebut ia menyatakan bahwa Saya juga tidak setuju, sebab ada juga orang
menulis tidak untuk cari uang dan toh ia bukan orang yang goblog. Kemungkinan
lain ialah anda berhasrat menulis cerpen karena anda dilahirkan memang untuk
menulis cerpen. Hasrat itu begitu besar sehingga seperti orang tak bersalah yang
disekap dan berontak menggebrak pintu untuk keluar. Keluar dari sekapan itu
haknya yang mutlak. Dan jika cerpen itu sudah lahir dari mesin ketik anda, anda
baru mencapai puncak kepuasan. Dan anda ingin menulis lagi cerpen yang lebih
baik, puncak demi puncak kepuasan. Dan anda tidak peduli lagi, apakah hanya
sedikit orang yang suka membaca cerpen itu, atau apakah cerpen itu hanya dimuat
dalam majalah lokal dengan sirkulasi mini, atau malah hanya terjepit dalam map
anda yang ketlingsut . kepuasan batin yang paling penting, seperti perasaan ibu
yang terbaring di ranjang bersalin ketika mendengar tangis awal bayinya yang
baru lahir.
Selanjutnya J abrohim (2003:71) menyebutkan bahwa tujuan yang dicapai
melalui kegiatan pengembangan menulis kreatif, yakni yang bersifat apresiatif dan
yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan penulisan
20
kreatif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan
kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya
orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan
mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal
yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan menulis kreatif cerpen dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis kreatif cerpen yaitu melalui kegiatan penulisan
kreatif cerpen ini orang dapat mengenal, menyenangi dan menikmati, dan dapat
menciptakan cerpen-cerpen yang lebih kreatif. Selain itu tujuan menulis kreatif
cerpen juga untuk mendapatkan finansial, dapat mengekspresikan atau
mengungkapkan pengalaman serta didapat kepuasan batin. Bagi siswa menulis
cerpen mengandung tujuan untuk melatih diri para siswa untuk mengembangkan
kompetensi menulisnya dalam menyampaikan pendapat, pikiran, dan
perasaannya.

2.2.3 Cerpen
Cerita pendek atau cerpen merupakan satu genre sastra bentuk prosa.
Pemaparan secara mendalam tentang cerpen akan dibahas pada subbab berikut.

2.2.3.1 Pengertian Cerpen
Cerpen sebenarnya sudah banyak diketahui dan bahkan sering dinikmati
oleh banyak orang. Namun, para ahli memberikan definisi atau batasan yang
berbeda-beda. Suharianto (1982:39) menyatakan bahwa cerita pendek bukan
ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikit
21
tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang
lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.
J adi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis
cerita pendek, jika ruang lingkup yang permasalahan yang diungkapkan tidak
memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.
Selanjutnya Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa cerita
pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan
sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian
pengarang. J adi sebuah cerita pendek senantiasa hanya akan memusatkan
perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan
menjadi pokok cerita pengarang.
J akob Sumardjo dan Saini K.M juga menyatakan bahwa cerpen adalah
cerita atau narasi (bukan analisis) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Bila ditinjau dari
bentuknya cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi dengan hanya melihat
fisik yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan cerita yang pendek adalah
sebuah cerpen. Di samping ciri dasar yang tadi, yaitu cerita yang pendek ciri dasar
yang lain adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bukan penuturan kejadian yang
pernah terjadi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tetapi murni ciptaan saja,
direka oleh pengarangnya. Ciri dasar yang ketiga adalah sifat naratif atau
penceritaan (Sumardjo 1986:36-37). Selain itu, Wiyanto (2005:77) juga
mengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu
peristiwa dari keseluruhan kehidupan pelakunya.
22
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup
permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang
menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal.

2.2.3.2 Unsur Pembangun Cerpen
Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan
erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun
cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak. Koherensi dan
keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat
menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan
sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: alur atau plot, tokoh penokohan,
latar (setting), sudut pandang (poin of view), gaya bahasa, tema, dan amanat.

2.2.3.2.1 Alur atau Plot
Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya
adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita
(Aminuddin 1987:83).
Menurut Suharianto (1987:28) alur atau plot yakni cara pengarang
menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab
akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.
Selanjutnya Suharianto (1982:28) menyebutkan bahwa alur atau plot
terdiri atas lima bagian, yaitu (1) pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian
23
cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal
cerita, (2) penggawatan, yaitu bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat
dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya
konflik dalam cerita tersebut. Konflik itu dapat terjadi antara tokoh dan tokoh,
antara tokoh dan masyarakat sekitar, atau antara tokoh dan nuraninya sendiri, (3)
penanjakan, yaitu bagian cerita yang melukiskan konflik-konflik seperti yang
disebutkan di atas mulai memuncak, (4) puncak atau klimaks yaitu bagian yang
melukiskan peristiwa mencapai puncaknya (5) peleraian yaitu bagian cerita
tempat pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi
dalam cerita atau bagian.
Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot
cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back), dan alur
campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan
dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah.
Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagan akhir dan bergerak ke muka
menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan alur campuran yakni
gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik. Tetapi keduanya
dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan ada dua
buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu maupun tempat kejadian
(Suharianto 1982:29)
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau
plot adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan
memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan
yang padu, bulat dan utuh.
24
2.2.3.2.2 Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berhubungan erat. Berikut
penjelasan mengenai tokoh dan penokohan.

2.2.3.2.2.1 Tokoh
Tokoh cerita (charakter), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro
1994:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita atau
perlakuan dalam cerita (Sudjiman dalam Faozan 2002:20). Tokoh dalam cerpen
bersifat fiktif. Sudjiman juga mengemukakan pembagian tokoh dalam cerita dapat
dilihat dari fungsi dan cara penampilannya.
Berdasarkan fungsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Tokoh sentral adalah tokoh utama yang diceritakan dalam cerita. Tokoh
sentral dibedakan menjadi :
1) Tokoh utama atau protagonis yakni tokoh yang memegang peran
pimpinan. Ia menjadi sorotan dalam cerita.
2) Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang protagonis.
3) Tokoh wirawan/wirawati dan antiwirawan
b) Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita,
tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama.
25
Tokoh bawahan dibedakan menjadi:
(1) Tokoh andalan, yakni tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan
protagonis yang dimanfaatkan untuk memberi gambaran yang terperinci
mengenai tokoh utama.
(2) Tokoh tambahan, yakni tokoh yang tidak memegang peran penting dalam
cerita, misalnya tokoh lataran.
Berdasarkan cara penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan
menjadi:
a) Tokoh datar/sederhana atau pipih, yakni tokoh yang hanya diungkapkan salah
satu segi wataknya saja. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah. Termasuk
di dalamnya adalah tokoh stereotif.
b) Tokoh bulat/kompleks atau bundar, yakni tokoh yang wataknya kompleks,
terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat
dibedakan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh ini juga dapat mengejutkan
pembaca, karena kadang-kadang dalam dirinya dapat terungkap watak yang
tidak terduga sebelumnya.
Bagan berikut akan memperjelas uraian diatas







Tokoh
Menurut fungsinya
Menurut cara
menampilkan
Tokoh sentral
Tokoh bawahan
Tokoh utama/protagonist
Tokoh antagonis
Tokoh wirawan/wirawati
Tokoh andalan
Tokoh tambahan
Tokoh datar/sederhana/pipih
Tokoh bulat/kompleks/bundar
26
2.2.3.2.2.2 Penokohan
Menurut Aminuddin (1987:79) penokohan adalah cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku. Suharianto (1982:31) mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik
keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya,
sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Watak adalah kualitas
tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain.
Ada dua macam cara yang sering digunakan pengarang untuk melukiskan
tokoh ceritanya, yaitu dengan cara langsung dan cara tak langsung. Disebut
dengan cara langsung apabila pengarang langsung menguraikan atau
menggambarkan keadaan tokoh, misalnya dikatakan bahwa tokoh ceritanya
cantik, tampan, cerewet, dan sebagainya. Sebaliknya apabila pengarang secara
tersamar dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka
dikatakan pelukisan tokohnya sebagai tidak langsung. Yang termasuk dalam cara
tidak langsung misalnya (a) dengan melukiskan keadaan kamar atau tempat
tinggalnya, cara berpakaiannya, cara berbicaranya, dan sebagainya, (b) dengan
melukiskan sikap tokoh dalam menanggapi suatu kejadian atau peristiwa dan
sebagainya, dan (c) dengan melukiskan bagaimana tanggapan tokoh-tokoh lain
dalam cerita bersangkutan (Suharianto 1982:31).
Cerita rekaan modern cenderung menekankan unsur perwatakan atau
penokohan. Tokoh-tokoh cerita rekaan modern mendapat sorotan yang lebih tajam
dibandingkan dengan cerita rekaan pada awal perkembangan sastra Indonesia.
Kejadian-kejadian berpusat pada konflik watak tokoh utamanya. Mutu ceria
27
rekaan banyak ditentukan oleh kepandaian pengarang dalam menghidupkan watak
tokoh-tokohnya. Pengarang yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokohnya
akan meyakinkan kebenaran cerita yang disampaikan.

2.2.3.2.3 Latar atau Setting
Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam cerita (Wiyanto 2005:82). Selanjutnya Nurgiyantoro (2005:217)
menyebutkan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal
ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, meciptakan
suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Setting bukan
hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal yang hakiki dari
suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegilaan
mereka, gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan sebagainya (Sumardjo
1991:76).
Selain itu Suharianto (1982:33) mengemukakan bahwa latar disebut juga
setting: yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Waktu terjadinya cerita dapat
semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat pula sekian bulan, tahun atau abad
yang lalu. Tempat terjadinya peristiwa dapat di suatu desa, kantor, daerah, bahkan
negara mana saja.
Wiyanto (2005:82) menyebutkan bahwa latar atau setting mencakupi tiga
hal, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting suasana.
1) Setting Tempat
Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa
terjadi di halaman rumah, di ruang tamu, atau di kamar belajar.
28
2) Setting Waktu
Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa saja
terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit, zaman revolusi
fisik, atau zaman sekarang.
3) Setting Suasana
Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa? Suasana ada dua macam, yaitu
suasana batin, dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu perasaan
bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh
pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak),
sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak). Romantis, hiruk-
pikuk, dan lain-lain.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar (setting)
adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat dan
waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

2.2.3.2.4 Sudut Pandang atau Point of View
Yang dimaksud titik pandang atau point of view adalah cara pengarang
menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (Aminuddin 1987:90).
Sudut pandang atau titik kisah ( point of view) adalah posisi pencerita (pengarang)
terhadap kisah yang diceritakan (Wiyanto 2005:83). Point of view pada dasarnya
adalah visi pengarang artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk
melihat suatu kejadian cerita (Sumardjo 1986:82). Selain itu Nurgiyantoro (2005:
248) juga menyebutkan bahwa sudut pandang pada hakikatnya merupakan
29
strategi, teknik, dan siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Ada beberapa jenis pusat pengisahan (point of view). Menurut Suharianto
(1982:36) jenis pusat pengisahan, yaitu (1) pengarang sebagai pelaku utama
cerita. Tokoh yang akan menyebutkan dirinya sebagai aku, (2) pengarang ikut
main, tetapi bukan sebagai pelaku utama, (3) pengarang serba hadir. Dalam hal ini
pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pelaku utama cerita tersebut orang
lain; dapat dia atau kadang-kadang disebut namanya tetapi pengarang serba tahu
apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada dalam pikiran pelaku cerita,
(4) pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-akan tidak
tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada dalam pikirannya.
Pengarang sepenuhnya hanya mengatakan/menceritakan apa yang dilihatnya.
Dari beberapa pendapat dapat peneliti simpulkan bahwa sudut pandang
atau point of view adalah cara memandang yang digunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah cerita kepada pembaca.

2.2.3.2.5 Gaya
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian
bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Pengertian gaya dikemukakan oleh
beberapa pengarang seperti yang tersebut berikut; gaya bahasa adalah cara
pengarang menggunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra(Wiyanto
2005:84). Aminuddin (1987:72) mengemukakan bahwa gaya bahasa mengandung
pengertian cara pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan
30
media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan
suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
Selanjutnya Sumardjo (1986:92) mengemukakan gaya bahasa adalah cara
khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema,
persoalan, meninjau, persoalan dan menceritakannya dalam sebuah cerpen, itulah
gaya seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang itu
sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada secara khas di dunia ini. Ia tak bisa lain
dari dirinya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya adalah
keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat dan
sesuai dengan watak pikiran dan perasaan. Setiap pengarang mempunyai gaya
yang berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil karyanya.

2.2.3.2.6 Tema
Tema adalah ide cerita (Sumardjo 1986:56). Selanjutnya Suharianto
(1982:28) mengatakan bahwa tema sering disebut juga dasar cerita; yakni pokok
permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya
sastra tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema
adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun
cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin
dipecahkan pengarang dengan karyanya itu.
Menurut Aminuddin (1987:91) tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
31
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Selanjutnya Wiyanto (2005: 78)
menyatakan bahwa tema adalah pokok pembicaraan yang mendasari cerita.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita yang
merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra.

2.2.3.2.7 Amanat
Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga
berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain untuk
menghibur pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Ajaran yang ingin
disampaikan pengarang itu dinamakan amanat. Amanat adalah unsur pendidikan,
terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya (Wiyanto 2005:84). Menurut
Suharianto (1982:70) amanat ialah nilai-nilai yang ada dalam cerita.
Menurut Suharianto (1982:71) amanat dapat disampaikan dengan cara
tersirat dan tersurat. Tersirat artinya pengarang tidak menyampaikan langsung
melalui kalimat-kalimat, tetapi melalui jalan nasib atau penghidupan pelakunya,
sedangkan eksplisit atau tersurat berarti pengarang menyampaikan langsung pada
pembaca melalui kalimat , baik itu berbentuk keterangan pengarangnya atau
dialog pelaku.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
lewat karya sastra yang ditulisnya.

32
2.2.4 Metode Latihan Terbimbing
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit
menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah cara yang
berkaitan dengan pengorganisasian kegiatan belajar bagi warga belajar (Syamsu
1994:155). Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik (Darsono 2000:24). Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan metode mengajar adalah strategi pengajaran untuk mencapai tujuan
yang diharapkan (Djamarah 2002: 84). Hal ini mendorong seorang guru untuk
mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap
dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada
pemilihan dan penggunaan metode mengajar. J adi dapat disimpulkan bahwa
metode dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh
guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode latihan terbimbing.
Menurut peneliti metode latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar yang baik
digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan juga digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan dan keterampilan dengan proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai keterampilan untuk dapat
memahami dirinya, keterampilan untuk menerima dirinya, keterampilan untuk
mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya sesuai
33
dengan keterampilannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan dan arahan dilakukan
oleh seseorang yang ahli dan berkompetensi di bidangnya.
Metode latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran
akan menciptakan kondisi siswa yang aktif. Dalam menggunakan metode tersebut
guru harus berhati-hati karena hasil dari suatu latihan terbimbing akan tertanam
dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan metode
latihan terbimbing ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan dan
kesempurnaan dalam melakukan sesuatu, serta dapat pula dipakai sebagai suatu
cara untuk mengulangi bahan yang telah dikaji.
Untuk menunjang keberhasilan penggunaan metode latihan terbimbing
dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen diperlukan guru yang benar-
benar berkompetensi di bidangnya, dalam hal ini yaitu guru yang menguasai
keterampilan mengajar dan menguasai sastra. Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang terlatih dengan baik dan
memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadahi kepada seseorang, dari
semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan
menanggung bebannya sendiri (Crow&Crow dalam Mugiarso 2004:2). Kegiatan
bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan,
insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja, atau asal saja, melainkan suatu kegiatan
yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus dan terarah
pada tujuan. Setiap kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan
artinya senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana
individu telah berhasil mencapai tujuan dan penyesuaian diri.
34
2.2.5 Media Teks Lagu
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah dan Zain 2002:137). Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Secara umum
fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Sudjana dan Rivai 2001: 2). Selain itu,
media pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa.
Penggunaan media harus sejalan dengan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Manakala tujuan pembelajaran diabaikan dalam menggunakan media
maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat
dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Penggunaan media dalam
proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat,
membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta
dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu media dapat digunakan
secara tepat, secara nyata membantu dan mempermudah proses belajar mengajar.
Dengan demikian, hasil pembelajaran dapat lebih optimal
Teks lagu adalah naskah yang berisi syair lagu yang merupakan ragam
suara yang berirama. Lagu merupakan karya yang estetis yang bermakna dan
mempunyai arti bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu
35
sebelum mengkaji aspek-aspek yang lain perlu lebih dahulu dikaji lagu sebagai
sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Penciptaan lagu dapat
memberikan kesenangan juga berharap bagi para penikmat dapat mengerti
maksud yang terkandung dalam lagu tersebut yang merupakan jalinan
komunikasi.
Suharto dalam Wardah (2005:37) mengungkapkan bahwa lagu adalah
sarana informasi dan edukasi bagi negara dan bagi masyarakat. Sebagai sarana
informasi yaitu lagu sebagai sarana penyampaian ungkapan hati atau ungkapan
perasaan seorang penyair kepada pendengar. Sebagai sarana edukasi lagu dapat
digunakan sebagai media dalam pembelajaran di sekolah karena lagu merupakan
salah satu bentuk karya seni.
Teks lagu yang berisi syair lagu dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran menulis cerpen yaitu dengan menyoroti teks lagu tersebut dari tema
dan alur. Dengan menyoroti dua hal tersebut media teks lagu dapat mempermudah
siswa dalam mengembangkan ide, gagasan, atau perasaannya ke dalam sebuah
karya sastra yang berupa cerpen.

2.2.6 Menulis Cerpen melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media
Teks Lagu
Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
merupakan salah satu standar kompetensi yang harus ditempuh oleh siswa dalam
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian
dituntut untuk mampu menulis cerpen yang baik berdasarkan pengalaman diri
36
sendiri maupun orang lain. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen
yaitu menentukan tema, membuat kerangka karangan, menentukan tokoh, latar,
plot, sudut pandangnya dan mengembangkan kerangka karangan menjadi cerpen.
Keterampilan menulis cerpen dengan baik tidak dapat dimiliki oleh
seseorang dengan begitu saja. Namun, perlu adanya latihan terbimbing dari
seorang guru yang berkompeten dalam bidang sastra dengan terus menerus dan
teratur. Dengan demikian pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing adalah kegiatan belajar mengajar yang menerapkan proses bimbingan
dan latihan dalam menulis cerpen.
Peranan guru dalam pembelajaran ini menjadi sangat penting dan esensial
guna melaksanakan pembelajaran dengan metode latihan terbimbing agar siswa
dapat menulis cerpen dengan baik. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam
pembelajaran menulis puisi yaitu menjelaskan tentang unsur-unsur pembangun
cerpen yang meliputi: alur atau plot, tokoh dan penokohan latar (setting), sudut
pandang (point of fiew), gaya (bahasa), dan tema. Langkah yang kedua yaitu
mengarahkan siswa untuk menulis cerpen.
Tiap bagian cerpen memberikan saham penting untuk menggerakkan
cerita, mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Karena itu,
kegiatan menulis cerpen merupakan cara yang selekif dan ekonomis (Diponegoro
1994:6). Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarahan bagi siswa agar mau dan
mampu menulis cerpen. Pertama, guru mengarahkan siswa untuk dapat
menemukan ide cerita dan merumuskannya menjadi sebuah tema. Ide cerita dapat
di peroleh dari pengalaman dan kehidupan siswa dalam hal ini siswa dapat
37
menentukan tema dari teks lagu. Kedua membuat kerangka karangan. Kerangka
karangan berfungsi untuk menyusuri jalan cerita, sehingga tidak banyak yang
menyimpang. Ketiga, setelah garis besar dibuat biarkan siswa bermain dengan
imajinasinya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, kemudian
siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa
antagonisnya, dan bagaimana latar belakang ceritanya, bagaimana watak
tokohnya, bagaimana plotnya, di mana klimaksnya, sudut pandang yang
digunakan, dari mana cerita awal dan bagaimana cerita penutupnya. Dalam hal ini
diperlukan keterampilan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang tajam, dan
nalar yang kritis untuk berkreasi secara produktif menciptakan sebuah cerpen.
Setelah diketahui uraian tentang metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu, dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu dalam pembelajaran menulis cerpen merupakan proses siswa di dalam
menulis cerpen dengan bimbingan dari guru. Langkah pertama guru menjelaskan
unsur-unsur pembangun cerpen, dan menjelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan sebelum memulai, menulis cerpen, kemudian siswa diminta membuat
cerpen dengan media teks lagu. Di saat siswa bekerja guru berkeliling melihat
pekerjaan siswa satu persatu, kesulitan perseorangan siswa, dibantu untuk
perseorangan dan jika kesalahan yang terjadi sama permasalahannya untuk
seluruh siswa maka guru akan membahasnya pada refleksi akhir pembelajaran.


38
2.3 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pengajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa
memiliki keterampilan, pengalaman, dan memanfaatkan keterampilan menulis
dalam berbagai keperluan. Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah. Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum
memenuhi tujuan yang akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu
menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaannya dengan baik dalam sebuah
karya sastra khususnya cerpen. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam mengajarkan keterampilan menulis cerpen masih menggunakan metode
konvensional jadi siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan bersastranya.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan metode pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran menulis cerpen. Melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen, keterampilan menulis
cerpen siswa dapat ditingkatkan secara maksimal. Agar proses pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dapat tepat guna dan siswa
mudah menangkap materi yang disampaikan maka guru menggunakan media
yang dapat membantu proses latihan terbimbing tersebut yaitu dengan
menggunakan media teks lagu. Secara garis besar pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru melakukan apersepsi mengenai
pembelajaran menulis cerpen, (2) guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa.
(3) siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut, (4) guru menjelaskan
langkah-langkah menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun
39
cerpen, (5) berdasarkan teks lagu tersebut siswa diminta untuk memperhatikan
tema dan jalan cerita yang ada dalam teks lagu tersebut untuk dijadikan tema dan
alur dalam cerpen yang akan dibuatnya, (6) siswa ditugaskan untuk menulis
cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri, (7) guru membimbing siswa dalam
menulis cerpen, kesulitan perseorangan dibimbing secara perseorangan, dan
kesulitan siswa yang terjadi secara klasikal dibahas bersama-sama secara klasikal,
(8) hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan, (9) salah satu dari hasil
pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas, (10) siswa lain mengomentari hasil
pekerjaan temannya, (11) guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran
menulis cerpen, (12) guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen.
(13) guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen.

2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA negeri 1
Pemalang.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari pratindakan, tindakan
kelas pada siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan hasil
nontes. Hasil tes pratindakan adalah hasil tes menulis cerpen sebelum
pembelajaran menulis cerpen dilakukan. Hasil tes pada tindakan siklus I dan
siklus II adalah hasil tes menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Adapun hasil
nontes diperoleh dari data observasi, jurnal, angket, wawancara, dan dokumentasi.

4.1.1 Hasil Tes Pratindakan
Hasil tes pratindakan yaitu berupa keterampilan siswa dalam menulis
cerpen sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi awal keterampilan menulis cerpen siswa kelas X
7
SMA
Negeri 1 Pemalang. J umlah siswa yang mengikuti tes pratindakan ini berjumlah
40 siswa. Hasil pratindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Hasil Menulis Cerpen Pratindakan

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
Kurang
85-100
75-84
60-74
50-59
0-49
-
2
25
11
2
-
150
1591
623
88
-
5
62,5
27,5
5

J umlah 40 2452 100

30 , 61
40
2459
=
= X



61
61
Pada tabel di atas tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis
cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang sudah termasuk ke dalam
kategori cukup yaitu 61,30. Dari 40 siswa, 2 siswa atau sebesar 5% termasuk ke
dalam kategori baik, 25 siswa atau sebesar 62,5% termasuk ke dalam kategori
cukup, 11 siswa atau sebanyak 27,5% termasuk ke dalam kategori kurang, 2 siswa
atau sebanyak 5% mendapat kategori sangat kurang. Walaupun sudah berada pada
kategori cukup tetapi masih perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan hasil
nilai siswa.
Untuk lebih jelasnya perolehan nilai hasil tes pada pratindakan dapat
dilihat pada diagram batang berikut.
0
3
21
16
0
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4

Diagram batang 1. Hasil Menulis Cerpen Pratindakan
Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang,
5=Sangat Kurang.



62
62
Pada diagram batang 1 di atas terlihat batang yang paling tinggi adalah
batang untuk kategori cukup yaitu 52,5%. Hal ini berarti bahwa 52,5%
keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang berada
pada kategori cukup Sisanya berada pada kategori kurang dan baik. Pada kategori
kurang berada pada angka 40%, dan pada kategori baik berada angka 7,5%.
Setelah melihat hasil tes pratindakan (keadaan awal) siswa yang telah
dipaparkan, perlu dilakukan sebuah tindakan agar dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Tindakan yang dilakukan adalah
berupa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I merupakan pemberlakuan awal penelitian melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Tindakan siklus ini dilakukan sebagai upaya
untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan.
Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen siklus I terdiri atas data tes dan nontes.

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I
Siklus I yaitu berupa keterampilan siswa dalam menulis cerpen setelah
mengikuti pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu. J umlah siswa yang mengikuti siklus I berjumlah 40 siswa. Hasil tes
pembelajaran menulis cerpen pada siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut.


63
63
Tabel 5 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
Kurang
85-100
70-84
60-69
50-59
0-49
-
11
25
4
-
-
862
1653
231
-
-
27,5
62,5
10
-
Jumlah 40 2746 100

65 , 68
40
2746
=
= X


Pada tabel 5 menunjukkan hasil tes keterampilan menulis cerpen secara
menyeluruh mencapai rata-rata 68,65 dan termasuk ke dalam kategori cukup.
Rata-rata tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor siswa dalam
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Walaupun sudah ada peningkatan, tetapi hasil yang ada belum maksimal. Rata-
rata yang dicapai oleh siswa adalah klasikal sebesar 68,48 hanya 11 siswa atau
27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori baik, dan 25 siswa
atau 62,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori cukup, 4 siswa
atau 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori kurang.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada diagram batang berikut hasil tes
menulis cerpen siklus I.

64
64
0
27.5
62.5
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
1 2 3 4 5
kategori


Diagram batang 2. Hasil Menulis Cerpen Siklus I
Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang,
5=Sangat Kurang.


Diagram batang 2 di atas menunjukkan bahwa batang yang paling tinggi
adalah kategori cukup. Keadaan tersebut sama dengan keadaan pada hasil tes
pratindakan. Tetapi jumlah persentase pada siklus I ini lebih besar dibandingkan
pada hasil tes pratindakan yaitu sebesar 62,5% atau sebanyak 25 siswa. Setelah
pada kategori cukup batang yang berada di bawah kategori cukup adalah kategori
baik, yaitu sebesar 27,5% atau sebanyak 11 siswa. Pada jumlah yang paling
sedikit, yaitu yang memperoleh kategori kurang, sebanyak 4 siswa atau sebesar
10%. Walaupun tidak ada yang berada pada kategori sangat baik, tetapi jumlah
yang memperoleh kategori cukup dan baik menjadi bertambah dan yang berada
pada kategori kurang menjadi berkurang.
Nilai pada siklus I ini merupakan penjumlahan skor dari 7 aspek
keterampilan menulis cerpen, yaitu aspek tema dan amanat, tokoh dan penokohan,

65
65
alur, latar, diksi dan gaya bahasa, sudut pandang, dan kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen. Hasil dari masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Cerpen Aspek Tema dan Amanat
Penilaian aspek tema dan amanat difokuskan pada kerelevanan tema dan
amanat dengan teks lagu yang digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil
perolehan aspek tema dan amanat dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase
(%)
Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
9-10
6-8
3-5
0-2

15
25
-
-

135
182
37,5
62,5
Jumlah 40 317 100


93 , 7
40
317
=
= X


Data tabel 6 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek tema
dan amanat sebesar 7,93. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya
keterampilan siswa dalam menentukan tema dan amanat sudah baik. Dari tabel
tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 15
siswa atau sebanyak 37,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai
25 siswa atau sebesar 62,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dan
kurang tidak ada.




66
66
4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Cerpen Aspek Alur

Hasil perolehan nilai pada aspek alur difokuskan pada keterampilan siswa
menciptakan alur yang menarik. Hasil perolehan nilai pada aspek alur dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
16-20
11-15
6-10
0-5

4
33
3
-

65
421
30
10
82,5
7,5
Jumlah 40 516 100

90 , 12
40
516
=
= X


Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor aspek alur dalam
cerpen yang dicapai siswa sebesar 12,90 termasuk dalam kategori baik , artinya
keterampilan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dalam menulis cerpen
sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai 4 siswa atau
sebesar 10% dari jumlah keseluruhan, kategori baik dicapai oleh 33 siswa atau
sebesar 82,5% dari jumlah keseluruhan, kategori cukup dicapai 3 siswa atau
sebesar 7,5%, dan tidak ada satu pun siswa yang mendapat kategori kurang.

4.1.2.1.3 Hasil Menulis Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan
Hasil perolehan nilai pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada
tabel 8 berikut .



67
67
Tabel 8 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

16-20
11-15
6-10
0-5

10
29
1
-
163
372
10
-
25
72,5
2.5
-
Jumlah 40 545 100
63 , 13
40
545
=
= X


Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata skor dalam aspek tokoh
dan penokohan yang dicapai siswa sebesar 13,63 (termasuk pada kategori baik),
artinya keterampilan siswa dalam menulis cerpen aspek tokoh dan penokohan
sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 10 siswa atau
sebesar 25%, kategori baik 29 siswa atau sebesar 72,5%, kategori cukup 1 siswa
atau sebesar 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan tidak ada siswa yang
mendapat kategori kurang.

4.1.2.1.4 Hasil Menulis Cerpen Aspek Latar
Penilaian aspek pemilihan latar difokuskan pada ketepatan pemilihan latar
yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen. Hasil penilaian pemilihan
latar dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

3
35
2
-


27
263
10
7,5
87,5
5
Jumlah 40 300 100

5 , 7
40
300
=
= X



68
68
Data pada tabel 9 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai siswa dalam
aspek pemilihan latar sebesar 7,5. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya
keterampilan siswa dalam pemilihan latar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
yang diceritakan dalam cerpen sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa
yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 3 siswa atau sebesar 7,5%, kategori
baik 35 siswa atau sebesar 87,5%, kategori cukup dicapai 2 siswa atau 5% dari
jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori dan kurang tidak ada.

4.1.2.1.5 Hasil Menulis Cerpen Aspek Diksi dan Gaya Bahasa
Penilaian aspek pemilihan diksi dan gaya bahasa difokuskan pada
ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam
cerpen. Hasil penilaian pemilihan latar dapat dilihat pada tabel 10
Tabel 10 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

-
37
3
-
0
247
15
-
0
92,5
7,5
-
Jumlah 40 262 100
55 , 6
40
262
=
= X




Data tabel 10 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek diksi
dan gaya bahasa sebesar 6,55. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya
keterampilan siswa dalam memilih diksi dan gaya bahasa sudah baik. Dari tabel
tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori baik berjumlah 37 siswa.
Atau sebanyak 92,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dicapai 3

69
69
siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori sangat
baik dan kurang tidak ada.

4.1.2.1.6 Hasil Menulis Cerpen Aspek Sudut Pandang
Hasil perolehan nilai pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada
tabel 11 berikut .
Tabel 11 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

4
34
2
-
36
257
10
-
10
85
5
-
Jumlah 40 303 100

58 , 7
40
303
=
= X


Data pada tabel 11 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai siswa dalam
aspek penggunaan sudut pandang sebesar 7,58. Hasil tersebut termasuk kategori
baik, artinya keterampilan siswa dalam pemilihan sudut pandang sudah dapat
menjelaskan tokoh yang ada dalam cerpen. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa
yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 4 siswa atau sebesar 10%, kategori
baik 34 siswa atau sebesar 85%, kategori cukup dicapai 2 siswa atau 5% dari
jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori kurang tidak ada.

4.1.2.1.7 Hasil Menulis Cerpen Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun
Cerpen Siklus I
Penilaian aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen difokuskan pada
ketepatan dalam memadukan unsur-unsur pembangun cerpen. Hasil penilaian
kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen dapat dilihat pada tabel 12.

70
70
Tabel 12 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

16-20
11-15
6-10
0-5

5
33
2
-
81
422
20

12,5
82,5
5
Jumlah 40 523 100
08 , 13
40
523
=
= X



Data tabel 12 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek
kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 13,08. Hasil tersebut termasuk
kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam memadukan unsur-unsur
pembangun cerpen sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang
mencapai kategori sangat baik berjumlah 5 siswa atau sebanyak 12,5% dari
jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai 33 siswa atau sebesar 82,5% dari
jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dicapai 2 siswa atau sebesar 5% dari
jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori kurang tidak ada.

4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I
Hasil nontes pada siklus I ini diperoleh dari hasil observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya diuraikan berikut ini.

4.1.2.2.1 Hasil Observasi Siklus I
Observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu observasi siswa dan
observasi kelas. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku
siswa selama pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing

71
71
dengan media teks lagu dan keterampilan peneliti dalam mengajar. Observasi
siswa dilakukan oleh peneliti sedangkan observasi kelas dilakukan oleh teman
peneliti.

4.1.2.2.1.1 Hasil Observasi Siswa Siklus I
Objek sasaran yang diamati dalam observasi siswa meliputi 8 perilaku
positif dan 8 perilaku negatif. Adapun objek sasaran perilaku positif meliputi: (1)
siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa banyak bertanya kepada guru, (3)
siswa berpartisipasi aktif, (4) siswa dapat mengidentifikasi dan menyebutkan
unsur-unsur yang ada dalam cerpen, (5) siswa merespon positif (senang) terhadap
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, (6) siswa dapat menulis
cerpen dengan senang hati, (7) siswa dapat menulis cerpen dengan cepat. Perilaku
negatif meliputi: (1) siswa kurang merespon penjelasan guru, (2) siswa kurang
bersemangat terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, (3)
siswa banyak bicara dan bergurau dengan temannya, (4) siswa pasif dalam
pembelajaran, (5) siswa jalan-jalan/mondar-mandir pada saat pembelajaran
berlangsung, (6) siswa kurang bersemangat dalam menulis cerpen, (7) siswa
sangat lambat dalam menulis cerpen, (8) siswa enggan memberikan sanggahan
terhadap pembacaan cerpen temannya.
Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) peneliti pada saat pembelajaran
pada siklus I, perilaku siswa yang terdeskripsi pada saat observasi menunjukkan
sikap positif dan ada pula sikap yang negatif. Perilaku positif ditunjukkan oleh
sikap siswa yang aktif mengikuti pembelajaran menulis cerpen, terlihat juga

72
72
sebagian besar siswa merespon baik pembelajaran menulis cerpen dengan metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Perilaku negatif ditunjukkan dengan
sikap masa bodoh dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu
siswa melakukan kegiatan seperti bicara dan bergurau dengan temannya, serta
jalan-jalan/mondar-mandir pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat
dilihat dari hasil observasi, yang menunjukkan siswa banyak melakukan perilaku
positif daripada perilaku negatif. Selama pembelajaran tidak semua siswa
mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang
melakukan perilaku negatif. Namun, peneliti sadar akan hal ini karena setiap
siswa memiliki karakteristik dan keterampilan yang berbeda. Apalagi, pola
pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru bagi mereka sehingga
perlu proses untuk menyesuaikannya.
Dari data observasi dapat dilihat jumlah siswa yang melakukan perilaku
positif dan siswa yang melakukan perilaku negatif. Berdasarkan data yang
diperoleh sebagian besar siswa atau sebanyak 34 siswa atau 85% dari jumlah
keseluruhan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sisanya sebanyak
6 siswa atau sebanyak 15% dari jumlah keseluruhan siswa kurang merespon
penjelasan guru. Siswa yang kurang merespon penjelasan guru, perilakunya
bermacam-macam seperti memperhatikan keadaan di luar kelas, berbicara dan
bergurau dengan temannya.
Pada siklus I ini hanya ada 4 atau sebanyak 10% dari jumlah keseluruhan
siswa yang berani mengajukan pertanyaan kepada peneliti, sisanya sebanyak 36
siswa atau sebanyak 90% tidak berani bertanya kepada peneliti. Siswa yang

73
73
kurang berani mengajukan pertanyaan pada guru ini perilakunya bermacam-
macam seperti ada yang malu-malu ketika guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya. Ada yang masih kurang percaya diri, dan ada pula yang
asyik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.
Sebanyak 27 siswa atau 67,5% dari jumlah keseluruhan siswa aktif dalam
mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan baik. Sisanya, sebanyak 13 siswa
atau sebanyak 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran menulis cerpen. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran menulis cerpen disebabkan karena peneliti bukanlah guru yang
biasa mengajar di kelas sehingga siswa masih merasa asing dengan guru
(peneliti).
Sebanyak 32 siswa atau sebanyak 80% dari jumlah keseluruhan siswa aktif
berpartisipasi menyebutkan unsur-unsur pembangun cerpen. Mereka secara aktif
menyebutkan satu per satu unsur-unsur pembangun cerpen dan
mendefinisikannya, serta memberikan contoh-contohnya dengan bantuan guru.
Sisanya 8 siswa atau sebanyak 8 siswa atau sebanyak 20% dari jumlah
keseluruhan siswa kurang aktif berpartisipasi menyebutkan unsur-unsur
pembangun karya sastra. Hal tersebut disebabkan mereka kurang mengetahui
unsur-unsur pembangun cerpen dan ada pula yang kurang mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Salah satu hal yang penting dalam penelitian ini adalah metode dan media
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Dalam hal ini, sebagian besar siswa

74
74
sebanyak 32 atau 80% dari jumlah keseluruhan siswa merespon positif metode
yang digunakan oleh peneliti, mereka merasa senang karena mereka dapat
bertanya-tanya kepada guru pada saat mengalami kesulitan dalam menulis cerpen.
Media teks lagu yang dihadirkan oleh guru juga mendapat respon yang positif,
sebagian besar dari jumlah keseluruhan siswa tersebut banyak yang menyukai
lagu-lagu. Sisanya sebanyak 8 siswa atau 20% dari jumlah keseluruhan siswa
yang kurang merespon metode dan media yang digunakan guru dalam menulis
cerpen.
Dari data observasi dapat dilihat, sebanyak 31 siswa atau 77,5% dari
jumlah keseluruhan siswa dapat menulis cerpen dengan senang hati. Hal ini
disebabkan karena mereka senang dengan media yang dihadirkan guru, selain
mereka terhibur mereka juga dapat menulis cerpen. Selain itu juga mereka merasa
dipermudah dalam menulis cerpen, teks lagu tersebut sudah ada sebagai kerangka
karangan sehingga siswa hanya mengembangkan cerita berdasarkan teks lagu.
Sisanya sebanyak 9 siswa atau 22,5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang
senang menulis cerpen, hal ini disebabkan karena siswa kurang tertarik atau
kurang senang menulis cerpen.
Sebanyak 7 siswa atau 17,5% dari jumlah keseluruhan siswa dapat
mengerjakan atau dapat menulis cerpen dengan cepat. Tujuh siswa tersebut
mampu menyelesaikan cerpen yang ditulisnya sebelum waktu yang ditentukan
selesai. Hal ini disebabkan mereka sudah merasa mudah mengungkapkan ide dan
mampu mengembangkan lirik yang berada dalam teks lagu. Sisanya 33 siswa atau
82,5% dari jumlah keseluruhan siswa belum dapat menyelesaikan cerpen yang
dibuatnya dengan cepat.

75
75
Sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa berani
memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen temannya yang dibacakan
di depan kelas. 37 siswa atau sebesar 92,5% kurang berani memberikan komentar
terhadap hasil penulisan cerpen yang dibacakan di depan kelas. Hal tersebut
disebabkan karena mereka malu atau kurang percaya diri berbicara di kelas, selain
itu, mereka juga mempunyai pendapat yang sama dengan teman yang telah
mengajukan pertanyaan sehingga mereka tidak memberikan komentarnya. Siswa
yang menunjukkan sikap kurang berani memberikan komentar terhadap hasil
penulisan cerpen yang dibacakan di depan kelas juga disebabkan karena mereka
tidak memperhatikan pada saat temannya membacakan cerpen di depan kelas.
Meskipun proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, tetapi masih
ada beberapa siswa yang masih kurang tertib dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerpen. Sebanyak 11 siswa atau 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa
banyak berbicara dan bergurau dengan temannya. Sisanya 29 siswa atau sebanyak
72,5% dari jumlah keseluruhan siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerpen.
Sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa sering
jalan-jalan/mondar-mandir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa
tersebut melakukan kegiatan kurang positif seperti mengganggu temannya yang
sedang serius menulis cerpen ataupun hanya sekadar meminjam alat tulis yang
sebenarnya tidak begitu diperlukan. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dan
sering melihat pekerjaan temannya. Hal ini dilakukan ketika merasa bingung
untuk memulai menulis cerpen pada saat tes menulis cerpen berlangsung.

76
76
Berdasarkan pada uraian di atas, meskipun jumlah siswa yang melakukan
perilaku positif lebih banyak daripada perilaku negatif, tetapi pembelajaran
menulis cerpen di kelas ini perlu ditingkatkan lebih baik lagi. Guru harus
berupaya agar siswa lebih aktif dan perilaku negatif yang muncul pada siklus I ini
dapat dikurangi pada siklus berikutnya.

4.1.2.2.1.2 Hasil Observasi Kelas Siklus I
Observasi kelas ini dilakukan untuk mengevaluasi cara kerja peneliti
dalam memberikan pembelajaran menulis cerpen. Keterampilan berkomunikasi
peneliti dengan siswa sudah cukup baik. Walaupun baru dua kali masuk di kelas
tersebut, namun siswa menerima dengan sangat baik. Namun, berkaitan dengan
komunikasi, ada hambatan dari siklus I ini, yaitu peneliti belum begitu kenal dan
hafal nama siswa, sehingga pada saat siswa bertanya atau memberikan pendapat
guru harus bertanya terlebih dahulu nama siswa tersebut.
Hasil pengamatan observator terhadap peneliti, dikatakan bahwa
keterampilan peneliti dalam membuka pelajaran, penyampaian materi, penguasaan
materi, cara peneliti mengajar, dan komunikasi dengan siswa cukup baik. Dalam
menerapkan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu sudah cukup baik.
Cara menutup pelajaran dengan refleksi sudah cukup baik. Saran dari observator
bahwa peneliti perlu memberikan pujian kepada siswa yang mau memberikan
tanggapan terhadap hasil penulisan cerpen temannya. Sehingga siswa merasa
pendapatnya tersebut merupakan nilai plus dalam pembelajaran.

4.1.2.2.2 Hasil Jurnal Siklus I

77
77
J urnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jurnal. J urnal yang
pertama adalah jurnal guru dan yang kedua adalah jurnal siswa.

4.1.2.2.2.1 Jurnal Siswa Siklus I
Pada jurnal siswa, sebagian besar siswa menyatakan senang terhadap
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu. Mereka berpendapat bahwa dengan pembelajaran seperti ini akan
mempermudah siswa dalam menulis cerpen dan memotivasi siswa untuk menulis
cerpen. Hal tersebut disebabkan guru membimbing dalam penulisan cerpen dan
teks lagu dapat yang dihadirkan oleh guru dapat menghibur siswa, sehingga siswa
akan merasa senang dalam menulis cerpen. Selain itu teks lagu yang dihadirkan
guru sesuai dengan pengalaman siswa sehingga siswa mudah untuk menuangkan
pikiran, gagasan dan idenya ke dalam sebuah cerpen, walaupun ada beberapa
siswa yang tidak suka dengan lirik lagu yang ada dalam teks lagu. Ada juga siswa
yang berpendapat bahwa dengan teks lagu akan dapat memberi pengetahuan
tentang menyusun kerangka karangan. Berdasarkan hasil dari jurnal, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa
tidak merasa terbebani dengan materi pembelajaran yang harus mereka tempuh.
Pertanyaan berikutnya mengenai kesulitan siswa dalam menulis cerpen.
Pada aspek yang kedua ini kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
menuangkan ide atau gagasannya ke dalam cerpen, memulai menulis, dan
menggunakan diksi yang tepat, namun ada beberapa siswa yang berpendapat tidak
mengalami kesulitan. Siswa yang tidak mengalami kesulitan berpendapat bahwa

78
78
metode latihan terbimbing membantu siswa dan media teks lagu dapat membantu
siswa dalam menentukan tema dan merumuskan kerangka karangan, jadi mereka
berpendapat dari teks lagu tersebut hanya mengubahnya ke dalam sebuah cerpen.
Siswa yang mengalami kesulitan menuangkan ide berpendapat bahwa dalam
pikirannya sudah ada namun sulit untuk menuangkan, atau mengungkapkannya
dengan kata-kata. Pada dasarnya kesulitan tersebut dapat diatasi dengan
membiasakan menulis cerpen.
Aspek berikutnya adalah mengenai metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Sebagian besar
siswa berpendapat mereka sangat terbantu karena tema sudah terdapat dalam teks
lagu, dan kerangka karangannya pun sudah ada, ditambah guru membimbing
siswa dalam menulis cerpen, jadi kesulitan yang dihadapi siswa dapat langsung
ditanyakan kepada guru.
Aspek yang keempat adalah mengenai kepahaman siswa dengan metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Menurut siswa melalui metode latihan
terbimbing ini dapat lebih memahami materi menulis cerpen dan memotivasi
siswa dalam menulis cerpen. Siswa lebih bersemangat dan lebih senang. Mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan mata pelajaran yang disepelekan
oleh siswa, khususnya materi mengarang, sehingga melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dapat membuat siswa lebih bersemangat.
Aspek yang terakhir adalah pesan dan kesan terhadap pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Kesan
yang dikemukakan siswa adalah belajar menulis cerpen melalui metode latihan

79
79
terbimbing dengan media teks lagu lebih menarik dan menyenangkan. Adapun
saran yang diungkapkan yaitu dalam menerangkan hendaknya pelan-pelan. Saran
yang telah diungkapkan oleh siswa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
pembelajaran berikutnya.

4.1.2.2.2.2 Jurnal Guru Siklus I
J urnal guru ini berisi uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dapat
ditangkap guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan
pengamatan guru pada saat pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam pembelajaran menulis
cerpen cukup baik. Sebagian besar siswa tertarik dan senang terhadap metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen. Namun,
demikian, ada sebagian kecil siswa yang masih kurang berminat dan bersemangat
untuk mengikuti pembelajaran, mereka menyatakan kurang suka menulis cerpen
dan tidak dapat mengungkapkan ide dan gagasannya dengan kata-kata. Siswa
yang kurang berminat menunjukkan perilaku malas seperti tidak memperhatikan
sungguh-sungguh penjelasan dari guru (peneliti), bercerita sendiri dengan
temannya, dan bahkan ada yang jalan-jalan atau mondar-mandir pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Keaktifan siswa pada kelas ini sudah dapat dikatakan baik dalam
mengikuti pembelajaran. Walaupun yang aktif hanya siswa yang sama, dan masih
ada beberapa siswa yang pasif. Tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas

80
80
menulis cerpen masih banyak siswa yang asyik menyanyikan lagu yang terdapat
pada lembar menulis yang diberikan guru dan enggan menulis cerpen.
Fenomena-fenomena lain yang ditangkap oleh guru selama proses
pembelajaran yaitu banyak siswa yang bersorak-sorak saat hasil penulisan cerpen
temannya dibacakan di depan kelas. Hal ini disebabkan karena cerpen yang ditulis
merupakan kejadian yang pernah dialami penulisnya.
Keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup antusias.
Sebagian besar siswa nampak senang dan bersemangat ketika guru membimbing
siswa. Namun demikian ada sebagian kecil siswa yang kurang antusias mengikuti
pembelajaran menulis cerpen dan tidak memperhatikan pembacaan cerpen di
depan kelas.

4.1.2.2.3 Hasil Wawancara Siklus I
Siswa yang diwawancarai pada siklus ini ada 4 siswa. Dari keempat siswa
yang diwawancarai, yang menyatakan senang terhadap pembelajaran menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu ada 3 siswa.
Sisanya 1 siswa menyatakan kurang suka dengan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Alasannya yang menyatakan tidak suka adalah karena siswa tersebut
tidak suka dengan pembelajaran menulis. Siswa yang menyatakan senang adalah
karena pembelajarannya menyenangkan.
Pada pertanyaan yang kedua, dari keempat siswa hanya satu yang
menjawab kurang mampu memahami materi yang diberikan guru. Hal tersebut
memang diakui karena memang siswa tersebut tidak suka dengan menulis atau

81
81
mengarang dan selama proses pembelajaran berlangsung tidak memperhatikan
guru, sehingga kurang paham terhadap materi yang disampaikan guru. Siswa yang
menyatakan senang karena memang sejak awal pelajaran sudah tertarik dan
memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga memahami materi yang
disampaikan oleh guru (peneliti).
Pada pertanyaan yang ketiga, keempat siswa yang ditanyai semua merasa
termotivasi setelah mengikuti pembelajaran. Mereka termotivasi dengan metode
yang dilakukan guru yaitu metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Menurut mereka pembelajaran yang diberikan guru sekarang lebih mudah
dipahami, apalagi guru memberikan bimbingan pada saat siswa mengalami
kesulitan. Ada juga yang menyatakan termotivasi karena teks lagu tersebut sesuai
dengan pengalamannya.
Pada pertanyaan yang kelima mengenai suasana kelas, dari keempat siswa
ada satu siswa yang menyatakan tidak begitu terpengaruh dengan suasana kelas,
walaupun kelas dalam keadaan ramai tetap bisa menulis cerpen. Tiga menyatakan
bahwa suasana kelas dapat mempengaruhi pembelajaran, menurut ketiga siswa
tersebut jika suasana kelas ramai dan tidak menyenangkan, maka pembelajaran
tidak menyenangkan dan sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Pada pertanyaan keenam, dari keempat siswa yang diwawancarai
menyatakan bahwa metode latihan terbimbing yang digunakan guru dapat
membantu mereka dalam menulis cerpen, serta media yang digunakan juga dapat
mempermudah siswa dalam menulis cerpen sehingga siswa paham terhadap
pembelajaran menulis cerpen.

82
82
Pada pertanyaan yang ketujuh dan kedelapan, dari empat siswa yang
diwawancarai menyatakan bahwa mereka masih merasa kesulitan. Tetapi tingkat
kesulitan yang mereka alami berbeda-beda. Adapun kesulitan yang mereka alami
antara lain dalam menentukan judul, menuangkan ide yang ada dalam pikiran
dengan kata-kata, dan mengembangkan lirik yang ada dalam teks lagu.
Pada pertanyaan yang kesembilan, semua siswa yang diwawancarai
menyatakan bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat
membantu kesulitan yang dihadapi mereka. Menurut mereka hal tersebut
dikarenakan guru mengadakan bimbingan dan media teks lagu dapat digunakan
untuk merumuskan kerangka karangan.
Pertanyaan yang kesepuluh, semua siswa yang diwawancarai dapat
disimpulkan bahwa banyak manfaat yang siswa dapatkan dari pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Menurut mereka manfaat yang didapatkan antara lebih paham materi menulis
cerpen, lebih kreatif, lebih bersemangat untuk menulis cerpen.





4.1.2.2.4 Hasil Angket Siklus I

83
83
Angket di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui minat siswa
dalam pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu. Hasil angket pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13. Perolehan Angket siklus I
SS S KS TS STS Aspek
ke
% % % % %
1 24 60 14 35 2 5 - - - -
2 10 25 23 57,5 7 17,5 - - - -
3 10 25 20 50 10 25 - - - -
4 12 30 20 50 8 20 - - - -
5 13 32,5 21 52,5 6 15 - - - -
6 11 27,5 23 57,5 6 15 - - - -
7 11 27,5 16 40 11 27,5 2 5 - -
8 18 45 15 37,5 7 17,5 - - - -
9 14 35 23 57,5 3 7,5 - - - -
10 10 25 21 52,5 9 22,5 - - - -

Pada tabel 13 dapat dilihat, jumlah siswa yang memilih SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat
Tidak Setuju) pada setiap aspek angket. Pada aspek pertama ada 24 siswa atau
60% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa
keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar, dan 14 siswa
atau sebanyak 35% dijumlah keseluruhan siswa yang menyatakan setuju. Siswa
yang kurang setuju ada 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa
menyatakan kurang setuju, sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju tidak ada. Hal ini berarti bahwa kebanyakan siswa menyetujui
bahwa keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas.

84
84
Pada aspek kedua, ada 10 siswa atau 25% menyatakan bahwa mereka
merasa sangat senang terhadap cara guru menerangkan, 23 siswa atau 57,5%
menyatakan senang, dan 7 siswa atau 17,5% merasa kurang senang. Siswa yang
tidak senang sama sekali tidak ada. Hal ini berarti sebagian besar siswa merasa
senang terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Pada aspek yang ketiga, siswa yang sangat senang terhadap metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru, ada 10 siswa atau sebanyak 25%.
Sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% siswa menyatakan merasa senang terhadap
metode yang digunakan guru. Sebanyak 10 siswa atau 25% menyatakan kurang
senang terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sedangkan
siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang terhadap metode yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen.
Pada aspek keempat ini diperoleh 12 siswa atau sebesar 30% dari jumlah
keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap metode yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk menulis
cerpen. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% dari jumlah keseluruhan siswa
menyatakan bahwa mereka senang terhadap metode yang digunakan guru yang
dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen, siswa yang menyatakan kurang
senang sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa.
Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang, tidak

85
85
ada. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam menulis cerpen.
Berkaitan dengan metode pembelajaran, pada aspek ini diperoleh siswa
yang sangat paham dengan materi pembelajaran menulis cerpen sebanyak 13
siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa, 21 siswa atau 52,5%
dapat memahami materi pembelajaran menulis cerpen. Ada 10 siswa atau sebesar
25% siswa yang kurang memahami materi pembelajaran menulis cerpen,
sedangkan tidak dapat memahami meteri pembelajaran menulis cerpen tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa memahami materi
pembelajaran menulis cerpen dengan baik walaupun ada siswa yang menyatakan
kurang setuju.
Pada aspek yang keenam ini, sebanyak 11 siswa atau sebesar 27,5%
menyatakan sangat senang terhadap media yang digunakan guru untuk menulis
cerpen, 23 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan
setuju. Sebanyak 6 siswa atau 15% menyatakan kurang senang terhadap media
yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Sedangkan siswa yang
menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Perolehan hasil ini
berarti sebagian besar siswa senang terhadap media yang digunakan oleh guru
dalam membelajarkan cerpen.
Aspek berikutnya yaitu aspek yang ketujuh. Pada aspek ini diperoleh 11
siswa atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa
suasana kelas sangat mempengaruhi pemahaman siswa mengenai materi menulis
cerpen, 16 siswa atau sebesar 40% menyatakan suasana kelas mempengaruhi

86
86
pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen, 11 siswa atau 27,5%
menyatakan bahwa suasana kelas kurang mempengaruhi pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Sedangkan 2 siswa atau sebesar 5% menyatakan
tidak setuju bahwa suasana kelas dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
menginginkan suasana kelas yang nyaman pada saat menulis cerpen, meskipun
ada beberapa siswa yang menyatakan tidak terpengaruh dengan suasana kelas.
Aspek berikutnya masih berkaitan dengan metode yang digunakan oleh
guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada aspek ini diperoleh 18 siswa atau
sebesar 45% menyatakan bahwa mereka sangat senang terhadap metode yang
menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sebanyak 15 siswa
atau 37,5% menyatakan bahwa mereka merasa senang terhadap metode yang
dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran, 7 siswa atau sebesar 17,5%
menyatakan bahwa kurang senang terhadap penggunaan metode yang dapat
menarik perhatian siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan
sangat tidak senang tidak ada. Hal ini berarti siswa senang terhadap metode yang
dapat menarik perhatian mereka.
Selanjutnya aspek yang kesembilan, yaitu pendapat siswa mengenai
kebiasaan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan perasaannya ke dalam
sebuah cerpen banyak manfaatnya ada 14 siswa atau sebesar 35% menyatakan
mereka sangat setuju, 15 siswa atau sebesar 37,5% menyatakan setuju, sedangkan
sisanya yaitu 3 siswa atau sebanyak 7,5% menyatakan kurang setuju. Sedangkan
siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Dengan

87
87
demikian dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan, dan
perasaan ke dalam cerpen banyak manfaatnya.
Selain siswa senang terhadap metode dan media yang dihadirkan guru,
siswa juga merasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Sebanyak
10 siswa atau 25% yang menyatakan sangat senang, 21 siswa atau sebesar 52,5%,
dan sebanyak 9 siswa atau sebesar 22,5% menyatakan kurang senang terhadap
pembelajaran yang dilakukan guru (peneliti).

4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi Foto
Dokumentasi di dalam penelitian ini digunakan sebagai bukti otentik dari
kegiatan pembelajaran menulis cerpen telah dilakukan. Berikut merupakan
gambar yang menunjukkan fenomena pada saat menulis cerpen siklus I


Gambar 1. Aktivitas awal pembelajaran siklus I
Gambar di atas menunjukkan kondisi awal pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siklus I. Pada gambar

88
88
tersebut di atas tampak guru atau peneliti sedang menjelaskan materi menulis
cerpen dan menunjukkan sebuah teks lagu yang digunakan sebagai media dalam
menulis cerpen. Siswa terlihat serius dalam mengikuti penjelasan yang
disampaikan oleh guru atau peneliti. Siswa tidak merasa takut diajar oleh guru
atau peneliti, mereka merasa lebih santai. Meskipun demikian, sebagian besar
siswa mengikuti penjelasan guru dengan baik. Tetapi ada beberapa siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, selalu memperhatikan orang yang
memotret sehingga mereka sering menunjukkan tingkah laku yang tidak
semestinya mereka lakukan.


Gambar 2. Aktivitas mengamati dan memperhatikan teks lagu siklus I
Pada gambar di atas menunjukkan siswa sedang mengamati dan
memperhatikan sebuah teks lagu yang digunakan sebagai media menulis cerpen.
Setelah guru atau peneliti menjelaskan materi tentang menulis cerpen dan
menunjukkan sebuah contoh cerpen yang dibuat berdasarkan teks lagu kemudian

89
89
guru membagikan sebuah teks lagu, siswa memperhatikan dan mengamati teks
lagu tersebut. Pada gambar di atas terlihat beberapa siswa yang sedang seriau
mengamati dan memperhatikan teks lagu, tetapi ada beberapa siswa yang tidak
mengamati dan memperhatikan teks lagu, siswa tersebut melihat keadaan di luar
kelas, ada pula yang memperhatikan orang yang sedang memotret. Hal ini
diharapkan tidak terjadi pada siklus berikutnya.

Gambar 3. Aktivitas Siswa Menulis Cerpen siklus I
Gambar di atas diambil pada saat siswa mengerjakan tugas dari guru yaitu
menulis cerpen dengan media teks lagu. Pada gambar tersebut, terlihat siswa
bersungguh-sungguh dalam menulis cerpen. Namun demikian, ada beberapa siswa
yang tidak segera memulai menulis cerpen. Mereka menunjukkan sikap yang
tidak semestinya. Ada yang bergurau dan asyik berbicara dengan temannya. Hal
ini diharapkan tidak terjadi pada siklus berikutnya.

90
90

Gambar 4. Aktivitas Guru Melakukan Bimbingan pada siklus I
Pada gambar 4 menunjukkan aktivitas guru yang sedang melakukan proses
bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Guru
atau peneliti berkeliling untuk melihat aktivitas siswa yang sedang menulis
cerpen. Kesulitan secara individu dibimbing secara individu tetapi apabila ada
beberapa siswa yang mengalami kesulitan yang sama hal itu dibahas secara
klasikal di kelas. Terlihat siswa menerima baik bimbingan yang diberikan oleh
guru. Hal ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi siswa untuk dapat
menciptakan hasil karya sastra yang berupa cerpen dengan baik.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Hasil penelitian siklus II ini akan membahas hasil tes dan nontes setelah
dilakukan perbaikan perencanaan pembelajaran melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu.



91
91
4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II adalah hasil tes menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu yang kedua setelah diadakan perbaikan-
perbaikan pembelajaran pada siklus I. Adapun kriteria penilaiannya masih sama,
yaitu meliputi tujuh aspek, (1) aspek tema dan amanat, (2) aspek tokoh dan
penokohan, (3) aspek alur, (4) aspek latar, (5) aspek diksi dan gaya bahasa, (6)
aspek sudut pandang, dan (7) aspek kesesuaian unsur-unsur pembangun cerpen.
Tabel 14 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus II

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
Kurang
85-100
70-84
60-69
50-59
0-49
5
24
10
1
-
433
1914
677
58
-

15
57,5
25
2,5
-
J umlah 40 3082 100

05 , 77
40
3082
=
= X



Data pada tabel di atas menunjukkan keterampilan siswa kelas X SMA
Ngeri 1 Pemalang dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu selama siklus II. Rata-rata skor yang dicapai sebesar
77,05 dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa target yang
ingin dicapai oleh peneliti (rata-rata klasikal 75) telah tercapai.
Perolehan hasil tes menulis cerpen pada siklus II dapat dilihat pada tabel di
atas. Pada tabel tersebut dapat dilihat siswa yang memperoleh nilai sangat baik
berjumlah 5 siswa atau sebanyak 15% dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang
mendapat nilai baik berjumlah 24 siswa atau sebanyak 57,5% dari jumlah
keseluruhan siswa. Siswa yang mendapat nilai cukup berjumlah 10 siswa atau

92
92
sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan siswa, dan siswa yang mendapat nilai
kurang hanya 1 siswa atau 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan sangat kurang
tidak ada (0%). Berdasarkan perolehan hasil ini, dapat diartikan bahwa
keterampilan siswa SMA Negeri 1 Pemalang sudah dapat dikatakan baik karena
rata-rata skor yang diperoleh siswa dalam menulis cerpen pada siklus II ini sudah
berada dalam kategori baik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini.
15
57.5
25
2.5
0
0
10
20
30
40
50
60
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
1 2 3 4 5
kategori

Diagram batang 3 Hasil Menulis Cerpen Siklus II
Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang,
5=Sangat Kurang.

Diagram 3 menunjukkan batang yang paling tinggi adalah batang untuk
kategori baik yang berada pada angka 82,5%. Hal ini berarti keterampilan siswa
dalam menulis cerpen sebagian besar siswa sudah berada pada kategori baik.
Sisanya berada pada kategori sangat baik dan cukup. Batang tertinggi yang kedua

93
93
yaitu untuk kategori cukup yang berada pada angka 25%. Kategori sangat baik
berada pada angka 15% dan kategori kurang berada pada angka 2,5%, sedangkan
kategori kurang dan sangat kurang berada pada angka 0% (tidak ada yang
keterampilan menulis cerpen pada kategori kurang dan sangat kurang.

4.1.3.1.1 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus II
Hasil penilaian tes pada aspek tema dan amanat dapat dilihat pada tabel 14
berikut.
Tabel 15 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

22
18
-
-
198
139
-
-
55
45
-
-
J umlah 40 327 100
18 , 8
40
327
=
= X



Data tabel 15 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek
tema dan amanat yaitu sebesar 8,18 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini
berarti keterampilan siswa dalam merumuskan tema dan amanat dalam menulis
cerpen sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 22
siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori baik dicapai 18
siswa atau sebesar 45% dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang berada pada
kategori cukup dan kurang tidak ada.
Pada siklus II, siswa sudah mampu merumuskan tema dan amanat dalam
menulis cerpen. Hal ini merupakan suatu peningkatan yang baik. Seperti halnya

94
94
pada siklus I, pada siklus II ini pun tema dan amanat dapat mengambilnya dari
teks lagu yang digunakan media dalam menulis cerpen.

4.1.3.1.2 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II
Penilaian tes pada aspek alur masih difokuskan pada keterampilan siswa
dalam menciptakan alur yang menarik dan sesuai dengan teks lagu yang
digunakan sebagai media pembelajaran dalam menulis cerpen. Hasil penilaian tes
pada aspek alur dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
Tabel 16 Perolehan Skor Aspek Alur

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

16-20
11-15
6-10
0-5

13
24
3
-
215
321
30
-
32,5
60
7,5
-
J umlah 40 566 100
15 , 14
40
566
=
= X




Data tabel 16 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek
alur dalam menulis cerpen yaitu sebesar 14,15. hasil ini termasuk dalam kategori
baik, artinya keterampilan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dan sesuai
dengan teks lagu yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran menulis
cerpen sudah baik. Siswa yang memperoleh kategori nilai sangat baik sebanyak
13 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Adapun siswa yang
memperoleh kategori nilai baik yaitu sebanyak 24 siswa atau sebesar 60% dari
jumlah keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh kategori nilai cukup sebanyak
3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang
berada pada kategori kurang tidak ada (0%).

95
95
4.1.3.1.3 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus II
Hasil penilaian tes pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada
tabel 17 berikut
Tabel 17 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

16-20
11-15
6-10
0-5

26
14
-
-

420
192
-
-
65
35
-
-
J umlah 40 612 100

03 , 15
40
612
=
= X

Data pada tabel 17 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam
aspek tokoh dan penokohan yaitu sebesar 15,30 atau termasuk pada kategori baik.
Hal ini berarti siswa sudah mampu menentukan tokoh dan dapat menggambarkan
tokoh-tokohnya dengan sudah baik. Pada aspek tokoh dan penokohan sudah tidak
ada yang mendapat kategori nilai cukup dan kurang.
Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 26 siswa atau
sebesar 65% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai dalam kategori baik
sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan
siswa yang memperoleh kategori nilai cukup dan kurang tidak ada (0%).
Pada aspek tokoh dan penokohan ini ada perubahan yang baik. Pada siklus
II ini, siswa tidak lagi mengalami kebingungan dalam menentukan tokoh dan
menggambarkan penokohannya.


4.1.3.1.4 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus II

96
96
Penilaian tes pada aspek latar masih difokuskan pada ketepatan dalam
memilih latar sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen. Hasil penilaian tes
pada aspek latar dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18 Perolehan Skor Aspek Latar

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

30
10
-
-
270
76
-
-
75
25
-
-

J umlah 40 346 100
65 , 8
40
346
=
= X




Data tabel 18 menunjukkan nilai rata-rata skor pada aspek latar yaitu
sebesar 8,65 atau termasuk dalam kategori baik. Pada aspek latar ini, sudah tidak
ada siswa yang berada pada kategori nilai cukup dan kurang. Adapun perincian
perolehan nilai tersebut adalah sebagai berikut: perolehan nilai dalam kategori
sangat baik dicapai oleh 30 siswa atau sebesar 75% dari jumlah keseluruhan
siswa, perolehan nilai dalam kategori baik dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25%
dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai pada kategori cukup dan kurang
tidak ada (0%).
Pada siklus II ini sebagian besar siswa sudah dapat memilih latar yang
sesuai dengan situasi dan kondisi sesuai dengan cerita yang dibuat siswa dalam
menulis cerpen.



4.1.3.1.5 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus II

97
97
Penilaian tes pada aspek diksi dan gaya bahasa masih difokuskan pada
kesesuaian pemilihan diksi dan gaya bahasa dengan konteksnya. Hasil penilaian
tes pada aspek diksi dan gaya bahasa dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

9
21
-
-
81
237
-
-

22,5
52,5
-
-
J umlah 40 318 100
95 , 7
40
318
=
= X



Data pada tabel 18 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam
aspek diksi dan gaya bahasa dalam menulis cerpen yaitu sebesar 7,95. Hasil ini
termasuk dalam kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam memilih diksi
dan gaya bahasa yang sesuai dengan konteksnya sudah baik. Siswa yang
memperoleh kategori nilai sangat baik sebanyak 9 siswa atau sebesar 22,5% dari
jumlah keseluruhan siswa. Adapun siswa yang memperoleh kategori nilai baik
yaitu sebanyak 21 siswa atau sebesar 52,5% dari jumlah keseluruhan siswa,
sedangkan siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup dan kategori
kurang tidak ada.
Pada aspek diksi dan gaya bahasa dalam menulis cerpen ini, sebagian
besar siswa sudah dapat menggunakan diksi dan gaya bahasa yang tepat. Pada
siklus II ini, sebagian besar siswa menggunakan diksi dan gaya bahasa yang
sesuai dengan konteks yang dibuatnya dalam menulis cerpen.

4.1.3.1.6 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus II

98
98
Hasil penilaian tes pada aspek sudut pandang dapat dilihat pada tabel 20
berikut.
Tabel 20 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

9-10
6-8
3-5
0-2

22
18
-
-
198
141
-
-
55
45
-
-
J umlah 40 339 100

48 , 8
40
339
=
= X


Data tabel 20 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek
sudut pandang yaitu sebesar 8,48 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini
berarti keterampilan siswa dalam menggunakan sudut pandang dalam
menggambarkan tokoh dalam menulis cerpen sudah baik. Perolehan nilai dalam
kategori sangat baik dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah
keseluruhan siswa. Kategori baik dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 45% dari
jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang berada pada kategori cukup dan kategori
kurang tidak ada.
Pada siklus II, siswa sudah mampu menggunakan sudut pandang yang
tepat dalam menggambarkan tokoh dalam menulis cerpen. Hal ini merupakan
suatu peningkatan yang baik. Dengan kata lain, tokoh-tokoh yang dihadirkan
dalam cerpen digambarkan dengan jelas.



99
99
4.1.3.1.7 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Siklus II
Hasil penilaian tes pada aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
dalam menulis cerpen dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 21 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen

No Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

16-20
11-15
6-10
0-5

14
23
3
-
228
316
30
-
35
57,5
7,5
-
J umlah 40 574 100

35 , 14
40
574
=
= X



Data pada tabel 21 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam
aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen yaitu sebesar 14,35 atau termasuk
pada kategori baik. Hal ini berarti keterampilan siswa dalam menulis cerpen
dengan unsur-unsur pembangunnya yang padu sudah baik.
Perolehan nilai dalam kategori yang sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau
sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa. Perolehan nilai dalam kategori baik
sebanyak 23 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan
nilai dalam kategori cukup dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah
keseluruhan, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dalam kategori kurang tidak
ada (0%).Pada aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sudah baik. Pada
siklus II ini, siswa tidak lagi mengalami kebingungan dalam menentukan salah
satu unsur pembangun cerpen dalam menulis cerpen.


100
100
4.1.3.2 Hasil Nontes Siklus II
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini masih diperoleh dari data
observasi, jurnal, angket, wawancara, dan dokumentasi. Keempat hasil nontes
tersebut dijelaskan sebagai berikut.

4.1.3.2.1 Hasil Observasi Siswa Siklus II
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran
menulis cerpen pada siklus II ini dapat dikatakan baik karena jumlah siswa yang
melakukan perilaku negatif telah berkurang. Pada siklus II, terdapat beberapa
perilaku siswa yang terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama melakukan
kegiatan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu, guru (peneliti) merasakan adanya perubahan pada prilaku siswa.
Pada saat guru menjelaskan materi tentang cerpen, sebagian siswa menunjukkan
perilaku yang positif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Berdasarkan data yang
diperoleh sebagian besar siswa atau sebanyak 38 siswa atau sebesar 95% dari
jumlah keseluruhan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sisanya
sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang
merespon penjelasan guru. Dari jumlah ini berarti terjadi peningkatan siswa yang
berperilaku positif. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru berdasarkan
pengamatan peneliti siswa yang memperhatikan merupakan siswa yang pada
siklus I mendapat nilai baik, tetapi ada juga beberapa siswa yang pada siklus I
kurang memperhatikan di siklus II ini memperhatikan penjelasan guru.

101
101
Siswa yang aktif bertanya pada siklus II ini sebanyak 7 siswa atau sebesar
17,5% dari jumlah keseluruhan siswa dan yang tidak berani mengajukan
pertanyaan kepada peneliti yaitu sebanyak 33 siswa atau sebesar 82,5% dari
jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang kurang berani mengajukan pertanyaan
kepada guru disebabkan kurang percaya diri, dan ada pula yang memang sudah
paham dengan materi menulis cerpen.
Sebanyak 36 siswa atau sebesar 90% dari jumlah keseluruhan siswa yang
aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Sisanya sebanyak 4 siswa atau sebesar 10%
dari jumlah keseluruhan siswa yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerpen. Mereka asyik bercanda dengan teman sebangkunya dan enggan
mempelajari teks lagu yang diberikan oleh guru sebagai media dalam
membelajarkan menulis cerpen.
Seperti halnya pada siklus I, hal yang paling penting dalam penelitian ini
adalah metode yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan mengenai
menulis cerpen. Sebagian besar siswa atau sebanyak 37 atau sebesar 92,5% dari
jumlah keseluruhan siswa yang merespons positif metode yang digunakan oleh
peneliti, mereka merasa senang dapat bertanya langsung dengan guru mengenai
kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis cerpen. Siswa lebih akrab dengan peneliti
karena pada siklus II ini merupakan pertemuan untuk ketiga kalinya sehingga
siswa tidak lagi merasa asing dengan guru. Sisanya 3 siswa atau sebesar 7,5% dari
jumlah keseluruhan siswa yang merasa kurang senang dengan metode yang
digunakan guru karena seolah-olah mereka begitu diawasi oleh guru sehingga
merasa cemas dan malu apabila yang dituliskannya salah. Dari data tersebut
berarti terjadi peningkatan siswa yang melakukan perilaku positif.

102
102
Dari data observasi dapat dilihat terjadinya peningkatan perilaku positif
siswa dalam menulis cerpen. Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 38
siswa atau sebesar 95% dari jumlah keseluruhan siswa yang merasa lebih
bersenang hati dalam menulis cerpen. Sisanya sebanyak 2 siswa atau sebesar 5%
yang kurang bersenang hati dalam menulis cerpen. Hal ini disebabkan siswa
kurang berminat dalam menulis cerpen.
Sebanyak 13 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa
yang dapat dengan cepat menyelesaikan tugas menulis cerpennya dengan baik.
Hal ini disebabkan karena mereka lebih terbiasa menulis cerpen dan lebih mudah
menuangkan kata-kata ke dalam cerpen. Sisanya 27 siswa atau sebesar 67,5% dari
jumlah keseluruhan siswa yang kurang begitu cepat dalam menyelesaikan tugas
menulis cerpen. Namun mereka dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam memberikan komentar terhadap pembacaan cerpen temannya di
depan kelas pada siklus II ini juga mengalami peningkatan. Pada siklus II ini
sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang berani
memberikan komentar terhadap pembacaan cerpen milik temannya. Sisanya
sebanyak 35 siswa atau 87,% dari jumlah keseluruhan siswa kurang berani
memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen temannya. Hal tersebut
disebabkan siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya mengenai cerpen.
Proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu dapat berjalan dengan lancar. Siswa yang pada siklus I
melakukan perilaku negatif dalam siklus II ini lebih banyak berperilaku positif.

103
103
Suasana kelas terlihat lebih tertib daripada pada siklus yang ke II. Siswa yang
berperilaku negatif seperti sering bergurau dengan temannya, berbicara dengan
temannya, serta siswa yang sering mondar-mandir atau berjalan jalan pada saat
pembelajaran menulis cerpen berlangsung berkurang. Sebanyak 2 siswa atau
sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa yang bergurau dan berbicara dengan
teman sebangkunya. Sisanya sebesar 38 siswa atau sebesar 95 dari jumlah
keseluruhan siswa. Dan siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu mondar-
mandir atau jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas tidak ada.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan
perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II ini. Perilaku-
perilaku negatif siswa dapat dikurangi sehingga pembelajaran ini dapat berhasil
.
4.1.3.2.1.2 Hasil Observasi Kelas Siklus II
Berdasarkan hasil observasi kelas, secara keseluruhan keaktifan siswa
pada pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu siklus II ini sudah cukup baik. Begitu juga dengan keterampilan
guru atau peneliti dalam mengajarkan menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Kesungguhan siswa dalam mendengarkan
penjelasan guru pada siklus II ini sudah baik, siswa sudah aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
Keaktifan siswa juga terlihat pada saat siswa menulis cerpen, mereka
terlihat serius dalam mengerjakannya. Kesungguhan siswa ini juga mencerminkan
perilaku yang baik dalam mengerjakan tugas. Suasana kelas pun sangat
mendukung, suasana yang tenang, tidak ramai sehingga siswa dapat menulis
cerpen dengan baik.

104
104
Keterampilan guru dalam membuka pelajaran, keterampilan menggunakan
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan memberikan umpan balik atau bertanya sudah cukup baik.
Keterampilan guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa dan keterampilan
guru memberikan motivasi dalam menulis cerpen juga sudah cukup baik. Hal ini
disebabkan guru sudah lebih mengenal siswa sehingga komunikasi guru dengan
siswa lebih baik daripada pada siklus I.

4.1.3.2.2 Hasil Jurnal Siklus II
Aspek yang ada dalam jurnal siswa siklus II masih sama dengan aspek
yang ada pada siklus I. J urnal ini juga diisi setelah pembelajaran menulis cerpen.
J urnal pada siklus II terdiri atas dua jurnal yaitu jurnal siswa dan jurnal guru.
Adapun hasil jurnal siklus II diuraikan sebagai berikut.

4.1.3.2.2.1 Jurnal Siswa Siklus II
Materi menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu merupakan materi yang disenangi siswa hampir seluruh siswa
menyatakan bahwa dengan materi tersebut materi dapat mengungkapkan
perasaan, pengalaman siswa. Selain itu siswa juga dapat melatih keterampilan
menulis mereka. Berdasarkan pendapat ini peneliti menilai bahwa metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu selain dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam menulis cerpen juga dapat menari minat siswa untuk terus menulis cerpen.

105
105
Pada aspek yang kedua mengenai kesulitan siswa dalam menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Pada siklus II ini
sudah banyak siswa yang tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis cerpen.
Namun dari jurnal yang diperoleh masih ada juga siswa yang masih mengalami
kesulitan dalam menulis cerpen. Kesulitan tersebut seperti siswa masih ada yang
kesulitan mengembangkan ide dan kurang dapat mengungkapkan ide yang ada
dalam pikiran mereka ke dalam cerpen. Pada dasarnya kesulitan-kesulitan tersebut
dapat diatasi dengan banyak latihan menulis cerpen. Guru hendaknya memberikan
motivasi pada siswa untuk membiasakan menulis cerpen selain di sekolah
sehingga siswa dapat terampil dalam menulis cerpen.
Aspek berikutnya adalah mengenai metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Hampir
seluruh siswa berpendapat bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Menurut mereka dengan
metode ini siswa dapat menulis cerpen dengan baik karena kesulitan-kesulitan
yang dialami mereka bisa langsung ditanyakan pada guru dan teks lagu yang
digunakan sebagai media dalam menulis cerpen juga dapat membantu siswa
dalam menulis cerpen.
Berdasarkan jurnal siswa siklus II pada aspek yang ketiga mereka
berpendapat bahwa melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu
siswa dapat memahami materi menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan siswa
merasa terbantu dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh guru serta media
yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen.

106
106
Pesan dan kesan yang diberikan oleh siswa yaitu semoga metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu tetap digunakan dalam membelajarkan
menulis cerpen. Siswa juga mengungkapkan kesannya yaitu bahwa menulis
cerpen dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu lebih
menyenangkan dan dapat lebih memahami materi menulis cerpen.

4.1.3.2.2.2 Jurnal Guru Siklus II
Seperti yang dipaparkan di dalam jurnal siswa, minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu sudah cukup baik. Siswa merasa senang menerima
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu. Hal ini dapat terlihat ketika siswa menulis cerpen dengan serius.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen sudah
baik. Mereka tak lagi segan bertanya kepada guru apabila merasa kesulitan.
Perilaku negatif yang biasa dilakukan seperti bergurau dan jalan-jalan ketika
proses pembelajaran menulis cerpen sudah tidak lagi dilakukannya.
Fenomena-fenomena yang lain pada saat pembelajaran berlangsung adalah
ada siswa yang bertanya lagu-lagu lain, selain lagu yang digunakan oleh guru
dapat dijadikan sebagai media dalam menulis cerpen atau tidak, dan guru pun
langsung menjawab pertanyaan tersebut kalau lagu-lagu selain yang digunakan
oleh guru sebagai media dalam menulis cerpen dapat digunakan siswa sebagai
media dalam menulis cerpen.
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara Siklus II

107
107
Pada siklus II ini jumlah siswa yang diwawancarai ada 4 siswa (1 siswa
yang mendapat nilai baik, 1 siswa yang mendapat nilai baik, dan 2 siswa yang
mendapat nilai cukup). Wawancara ini dilakukan tiga hari setelah pembelajaran
menulis buku harian dilaksanakan
Empat siswa yang diwawancarai menyatakan senang terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa yang mendapat nilai baik
menyatakan bahwa dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu
dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen, media yang digunakan juga
sangat cocok dengan pengalaman pribadinya dan dari teks lagu tersebut ia hanya
mengembangkan saja sehingga alurnya jelas.
Pada pertanyaan yang kedua, dari keempat siswa yang diwawancarai
menyatakan mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru. Satu siswa yang
mendapat nilai cukup menyatakan mampu memahami materi tetapi siswa tersebut
sulit untuk mengungkapkan pikirannya dengan kata-kata.
Aspek wawancara yang ketiga adalah motivasi yang didapatkan siswa
setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi. Menurut mereka pelajaran yang sekarang lebih
menyenangkan, karena teks lagu yang digunakan sebagai media dalam
pembelajaran dapat memberikan hiburan. Dari keempat siswa tersebut
menyatakan termotivasi untuk belajar menulis setelah mengalami proses
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu.

108
108
Aspek yang keempat adalah mengenai teks lagu yang digunakan oleh guru
dapat memberikan ide untuk membuat cerpen. Dari keempat siswa siswa yang
diwawancarai menyatakan bahwa teks lagu yang digunakan sebagai media dalam
pembelajaran menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing karena dalam
teks lagu tersebut merupakan pengalaman yang pernah dialami siswa.
Aspek yang kelima yaitu mengenai pengaruh suasana kelas terhadap
proses pembelajaran di kelas. Keempat siswa yang diwawancarai menyatakan
bahwa suasana kelas sangat terpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila
suasana kelas ramai maka siswa tidak bisa berkonsentrasi menulis cerpen.
Aspek wawancara selanjutnya yaitu mengenai metode latihan terbimbing
dapat membantu siswa dalam menulis cerpen. Dari keempat siswa yang
diwawancarai menyatakan bahwa mereka sangat terbantu, karena mereka dapat
menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru.
Aspek yang ketujuh dan kedelapan yaitu mengenai kesulitan siswa dalam
menulis cerpen. Semua siswa yang diwawancarai menyatakan masih merasa
kesulitan dalam membuat cerpen. Kesulitan yang mereka hadapi rata-rata
mengenai pembuatan cerita yang lebih menarik.
Aspek yang kesembilan yaitu mengenai metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu yang digunakan oleh guru dapat membantu mengatasi kesulitan
yang dihadapi siswa. Dari keempat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa
metode tersebut dapat mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam menulis
cerpen.

109
109
Aspek yang terakhir yaitu mengenai manfaat yang mereka dapatkan
setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Manfaat yang mereka dapatkan adalah dapat
membantu mereka memahami materi cerpen dengan baik dan mempermudah
mereka dalam menulis cerpen. Selain itu mereka menyatakan bahwa mereka
setelah pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu, mereka lebih senang mengungkapkan pengalaman mereka ke
dalam sebuah cerpen.

4.1.2.2.4 Hasil Angket Siklus II
Angket di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui minat siswa
dalam pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu. Hasil angket pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Perolehan Angket siklus I
SS S KS TS STS Aspek
ke
% % % % %
1 29 72,5 11 27,5 - - - - - -
2 14 35 25 62,5 1 2,5 - - - -
3 13 32,5 26 65 1 2,5 - - - -
4 21 52,5 17 42.5 2 5 - - - -
5 16 40 22 55 2 5 - - - -
6 14 35 24 60 2 5 - - - -
7 14 35 16 40 10 25 - - - -
8 22 55 16 40 2 5 - - - -
9 18 45 20 50 2 5 - - - -
10 11 27,5 24 60 5 12,5 - - - -

Pada tabel 22 dapat dilihat, jumlah siswa yang memilih SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat

110
110
Tidak Setuju) pada setiap aspek angket. Pada aspek pertama ada 2 siswa atau
sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa
keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Sebanyak 11
siswa atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan setuju.
Siswa menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada.
Hal ini berarti bahwa kebanyakan siswa menyetujui bahwa keterampilan menulis
dapat meningkatkan kreativitas.
Pada aspek kedua, sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah
keseluruhan siswa yang menyatakan bahwa mereka merasa sangat senang
terhadap cara guru menerangkan, 25 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah
keseluruhan siswa menyatakan senang, dan 1 siswa atau 2,5% dari jumlah
keseluruhan siswa merasa kurang senang. Siswa yang menyatakan tidak senang
sekali tidak ada (0%). Hal ini berarti sebagian besar siswa merasa senang terhadap
cara guru menerangkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu.
Pada aspek yang ketiga, siswa yang sangat senang terhadap metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru, ada 13 siswa atau sebanyak 32,5% dari
jumlah keseluruhan siswa. Sebanyak 26 siswa atau sebesar 65% dari jumlah
keseluruhan siswa yang menyatakan senang terhadap metode yang digunakan
guru. Hanya 1 siswa atau 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan
kurang senang terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak
ada (0%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang
terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen.

111
111
Pada aspek keempat ini diperoleh data, sebanyak 21 siswa atau sebesar
52,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap metode
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa
untuk menulis cerpen. Sebanyak 17 siswa atau sebesar 42,5% dari jumlah
keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka senang terhadap metode yang
digunakan guru yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen, siswa yang
menyatakan kurang senang sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah
keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat
tidak senang terhadap metode yang digunakan guru yang dapat memotivasi siswa
untuk menulis cerpen, tidak ada (0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam
menulis cerpen.
Berkaitan dengan metode pembelajaran, pada aspek ini diperoleh siswa
yang sangat paham dengan materi pembelajaran menulis cerpen, sebanyak 16
siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat
setuju, sebanyak 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa dapat
memahami materi pembelajaran menulis cerpen. Ada 2 siswa atau sebesar 2,5%
siswa yang kurang memahami materi pembelajaran menulis cerpen, sedangkan
siswa yang tidak dapat memahami meteri pembelajaran menulis cerpen tidak ada
(0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa memahami materi
pembelajaran menulis cerpen dengan baik walaupun ada siswa yang menyatakan
kurang setuju.
Pada aspek yang keenam ini, sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari
jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap media yang

112
112
digunakan guru untuk menulis cerpen, sebanyak 24 siswa atau sebesar 60% dari
jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju. Sebanyak 2 siswa atau sebesar 5%
dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang senang terhadap media yang
digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Sedangkan siswa yang
menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang sekali tidak ada (0%).
Perolehan hasil ini berarti sebagian besar siswa senang terhadap media yang
digunakan oleh guru dalam membelajarkan cerpen.
Aspek berikutnya yaitu aspek yang ketujuh. Pada aspek ini diperoleh 14
siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa
suasana kelas sangat mempengaruhi pemahaman siswa mengenai materi menulis
cerpen, 16 siswa atau sebesar 40% menyatakan suasana kelas mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen, sebanyak 10 siswa atau
sebesar 25% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa suasana kelas
kurang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju bahwa suasana kelas dapat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa menginginkan suasana kelas yang
nyaman pada saat menulis cerpen, meskipun ada beberapa siswa yang menyatakan
tidak terpengaruh dengan suasana kelas.
Aspek berikutnya masih berkaitan dengan metode yang digunakan oleh
guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada aspek ini diperoleh 22 siswa atau
sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka sangat
senang terhadap metode yang menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Sebanyak 16 siswa atau 40% dari jumlah keseluruhan siswa

113
113
menyatakan bahwa mereka merasa senang terhadap metode yang dapat menarik
perhatian siswa dalam pembelajaran, sebanyak 2 siswa atau sebesar5% dari
jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa kurang senang terhadap
penggunaan metode yang dapat menarik perhatian siswa. Sedangkan siswa yang
menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Hal ini berarti siswa
senang terhadap metode yang dapat menarik perhatian mereka.
Selanjutnya aspek yang kesembilan, yaitu pendapat siswa mengenai
kebiasaan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan perasaannya ke dalam
sebuah cerpen banyak manfaatnya, ada 18 siswa atau sebesar 45% dari jumlah
keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka sangat setuju. Sebanyak 20 siswa
atau sebesar 50% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju, sedangkan
sisanya yaitu 2 siswa atau sebanyak 5% dari jumlah keseluruhan siswa
menyatakan kurang setuju. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan ke dalam cerpen banyak
manfaatnya.
Selain siswa senang terhadap metode dan media yang dihadirkan guru
dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa juga merasa senang terhadap
pembelajaran yang dilakukan guru. Sebanyak 11 siswa atau 27,5% dari jumlah
keseluruhan siswa yang menyatakan sangat senang, sebanyak 24 siswa atau
sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan senang, dan sebanyak 5
siswa atau sebesar 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang
senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru (peneliti). Sedangkan siswa
yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa siswa senang terhadap pembelajaran yang
dilakukan guru.

114
114
4.1.3.2.4 Dokumentasi Foto
Pada siklus II ini, pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama
proses pembelajaran menulis cerpen yang berupa aktivitas menulis cerpen pada
siklus II, aktivitas guru mengadakan latihan terbimbing, dan aktivitas siswa yang
sedang membacakan cerpen di depan kelas.

Gambar 5. Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus II

Gambar di atas diambil pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru,
yaitu pada saat guru menjelaskan kesulitan-kesulitan pembelajaran pada siklus I
dan mengevaluasi kegiatan pada siklus I. Pada gambar tersebut sebagian besar
siswa sudah menunjukkan perilaku yang positif, yaitu memperhatikan penjelasan
guru dengan seksama, tetapi masih ada sebagian kecil dari jumlah siswa yang
masih menunjukkan perilaku yang negatif.


115
115

Gambar 6. Aktivitas Menulis Cerpen Siklus II

Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa pada saat mengerjakan
tugas dari guru, yaitu menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu pada siklus II. Kegiatan ini diambil sebagai penilaian tes menulis
cerpen pada siklus II. Berdasarkan gambar tersebut, siswa tampak segera menulis
cerpen dengan sungguh-sungguh. Tidak ada lagi siswa yang terlihat menunjukkan
perilaku negatif dalam menulis cerpen seperti yang terjadi pada siklus I. Semua
siswa terlihat serius dan mengerjakan tugas menulis cerpen, dilakukan sendiri,
tidak mencontoh pekerjaan temannya. Hal ini merupakan peningkatan dari siswa
yaitu adanya perubahan perilaku yang positif.

116
116

Gambar 7. Aktivitas Guru Membimbing Siswa Menulis Cerpen Siklus II

Pada gambar 7 menunjukkan aktivitas guru dalam memberikan latihan
terbimbing kepada siswa. Seperti pada siklus I guru berkeliling untuk melihat
aktivitas siswa dalam menulis cerpen. Siswa yang bertanya kepada guru
jumlahnya meningkat daripada pada siklus I. Siswa sudah mulai akrab dengan
guru sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi langsung ditanyakan pada guru.


Gambar 8. Aktivitas Siswa membacakan Cerpen Siklus II

117
117
Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa yang sedang membacakan
hasil cerpen yang ditulisnya di depan kelas. Siswa yang lain mendengarkan
pembacaan cerpen tersebut, dan memperhatikan cerpen hasil karya temannya agar
dapat dinilai atau dikomentari. Dalam kegiatan ini suasana kelas sedikit ramai
karena cerpen yang dibacakan di depan kelas merupakan pengalaman siswa
kebanyakan temannya juga sudah mengetahuinya.

4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan mengenai peningkatan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dan perubahan perilaku siswa tersebut.
Pembahasan ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil tindakan siklus I, dan
hasil tindakan siklus II.

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X-7

SMA
Negeri 1 Pemalang
Sebelum pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pratindakan. Tes
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan siswa
kelas X
7
SMA Negeri 1 Pemalang dalam menulis cerpen. Hasil pratindakan ini
dianalisis dan diperoleh sebuah simpulan bahwa keterampilan menulis cerpen
siswa kelas X
7
SMA Negeri 1 Pemalang masih kurang memuaskan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 61,30.

118
118
keterampilan siswa dalam menentukan tema dan amanat, membuat alur,
menentukan tokoh dan penokohan, menentukan latar, menggunakan diksi dan
gaya bahasa, menentukan sudut pandang, dan keterpaduan unsur-unsur dalam
cerpen termasuk dalam kategori cukup.
Setelah peneliti melihat kondisi awal keterampilan siswa menulis cerpen
melalui hasil pratindakan tersebut, maka peneliti melakukan pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Setelah dilakukan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu pada siklus I, keterampilan menulis cerpen
siswa mengalami peningkatan sebesar 11,94%. Nilai rata-rata yang dicapai pada
siklus I sebesar 68,62 yang berarti bahwa pada siklus I keterampilan menulis
cerpen siswa sudah cukup baik. Hal ini juga ditandai dengan peningkatan
penguasaan aspek tema dan amanat sebesar 1,35%, peningkatan penguasaan aspek
alur sebesar 1,12%, peningkatan penguasaan aspek tokoh dan penokohan, sebesar
1,93, peningkatan penguasaan aspek latar sebesar 0,20%, peningkatan penguasaan
aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 0,43%, peningkatan penguasaan aspek sudut
pandang sebesar 0,20%, dan peningkatan penguasaan aspek kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen sebesar 1,70%. Meskipun pembelajaran siklus I telah
dioptimalkan perencanaan dan pelaksanaannya melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu, namun hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus ini
belum memuaskan dan belum memenuhi target. Hal ini karena sebagian besar
siswa masih mengalami kesulitan menulis cerpen terutama dalam
mengembangkan kerangka cerpen yang ada dalam teks lagu dan menuangkan ide
yang ada dalam pikiran mereka.

119
119
Setelah dilaksanakan pembelajaran melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu pada siklus II dengan tema yang masih sama, ternyata
kesulitan siswa dalam mengembangkan kerangka cerpen dan mengungkapkan ide
ke dalam sebuah cerpen dapat diatasi. Dan hasil siklus II mengalami peningkatan
dari hasil tes siklus I, peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 23. Perolehan Nilai Rata-Rata dan Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

Nilai Rata-rata Kelas Peningkatan Aspek
PT SI SII PT
SI
(%) SI-
SII
(%) PT-
SII
(%)
1 6,50
=65
7,85
=79
8,18
=82
1,35 20,77 0,33 4,20 1,68 20,54
2 11,78
=60
12,90
=65
15,30
=77
1,12 9,51 2,40 18,60 3,52 23,01
3 11,75
=59
13,68
=69
14,15
=71
1,93 16,43 0,47 3,44 2,40 16,96
4 7,03
=70
7,23
=72
8,65
=87
0,20 2,84 1,42 19,64 1,62 18,73
5 6,15
=62
6,58
=66
7,95
=80
0,43 6,99 1,37 20,82 1,80 22,64
6 7,10
=71
7,30
=73
8,48
=85
0,20 2,82 1,18 16,16 1,38 16,27
7 11,38
=60
13,08
=65
14,35
=72
0,70 6,15 1,27 9,71 2,97 20,70
Nilai
Rata-
rata
61,30
=61
68,62
=69
77,05
=77
7,32 11,94 8,43 12,29 15,75 20,44




120
120





Keterangan: PT =Pratindakan
SI =Siklus I
SII =Siklus II
1 =Tema dan Amanat
2 =Alur
3 =Tokoh dan Penokohan
4 =Latar
5 =Diksi dan Gaya Bahasa
6 =Sudut Pandang
7 =Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan siswa setiap aspek
penilaian menulis cerpen mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan
secara rinci sebagai berikut.
Pada hasil pratindakan, skor rata-rata kelas mencapai 63,19 termasuk
dalam kategori cukup. Skor rata-rata ini berasal dari jumlah rata-rata masing-
masing aspek yang dinilai. Pada pratindakan, perolehan nilai rata-rata kelas aspek
tema dan amanat sebesar 65 (termasuk kategori cukup), aspek alur sebesar 58,9
(termasuk kategori kurang), aspek tokoh dan penokohan sebesar 58,75 (termasuk
kategori kurang), aspek latar sebesar 70,3 (termasuk kategori cukup), aspek diksi
dan gaya bahasa sebesar 61,5 (termasuk kategori cukup), aspek sudut pandang
sebesar 71 (termasuk kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen sebesar 63,19 (termasuk kategori cukup). Keterampilan siswa
dalam menulis cerpen masih rendah disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini dapat dilihat pada keterampilan
siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan yang masih kurang. Hal ini dapat
dilihat pada hasil tes yang belum menunjukkan hasil yang memuaskan (belum
mencapai kategori baik). Adapun faktor eksternal berasal dari pola pembelajaran

121
121
guru yang masih tradisional dan kurang bervariasi. Pola pembelajaran yang lebih
mengutamakan teori, ceramah, monoton, dan terkesan hanya mengejar materi
pelajaran tanpa pertimbangan pengalaman yang akan didapatkan siswa dalam
pembelajaran.
Selanjutnya, hasil tes menulis cerpen siklus I dengan rata-rata skor klasikal
mencapai 69,7 dan termasuk kategori cukup. Hasil ini mengalami peningkatan
sebesar 7,32% dari hasil pratindakan. Meskipun hasil ini sudah mengalami
peningkatan, tetapi nilai rata-rata ini belum mencapai target nilai yang telah
ditetapkan. Skor ini juga diperoleh dari penjumlahan tujuh aspek penilaian.
Perolehan aspek tema dan amanat sebesar 78,5 (termasuk kategori baik), aspek
alur sebesar 67,5 (termasuk kategori cukup), aspek tokoh dan penokohan sebesar
68,4 (termasuk kategori baik), aspek latar sebesar 72,3 (termasuk kategori cukup),
aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 65,8 (termasuk kategori cukup), aspek sudut
pandang sebesar 73 (termasuk kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen sebesar 65,4 (termasuk kategori baik). Adapun peningkatan
tiap aspek penilaian siklus I terhadap nilai rata-rata tiap aspek penilaian
pratindakan yaitu (1) aspek tema dan amanat meningkat sebesar 20,77% dari skor
pratindakan, (2) aspek alur meningkat sebesar 9,51% dari skor pratindakan, (3)
aspek tokoh dan penokohan meningkat sebesar 16,43% dari skor pratindakan, (4)
aspek latar meningkat sebesar 2,84% dari skor pratindakan, (5) aspek diksi dan
gaya bahasa meningkat sebesar 6,99% dari skor pratindakan, (6) aspek sudut
pandang meningkat sebesar 2,82% dari skor pratindakan, dan aspek kepaduan
unsur-unsur pembangun cerpen meningkat sebesar 14,94% dari skor pratindakan.

122
122
Nilai pada aspek menulis cerpen siswa kelas X-7SMA Negeri 1 Pemalang
semua mengalami peningkatan dari hasil pratindakan. Pada aspek tema dan
amanat, siswa sudah bisa mengaplikasikan tema dan amanat berdasarkan teks lagu
yang digunakan sebagai media sudah cukup baik, walaupun ada beberapa siswa
yang menyimpang dari tema yang telah ada dalam teks lagu. Pada aspek alur
siswa sudah banyak mengalami peningkatan karena alur dalam menulis cerpen
sudah ada, jadi siswa lumayan tidak mengalami kesulitan. Aspek tokoh dan
penokohan siswa juga sudah dapat menghadirkan tokoh dengan karakternya yang
menarik, namun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menghadirkan tokoh
dengan karakternya yang menarik. Pada aspek latar siswa sudah dapat
menentukan latar yang cocok sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen yang
ditulisnya. Pada aspek diksi dan gaya bahasa siswa sudah dapat menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteksnya. Pada aspek sudut pandang siswa sudah
bisa menggunakan kata ganti untuk menjelaskan tokoh dengan baik. Pada aspek
yang terakhir yaitu kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen siswa sudah cukup
baik dalam menulis cerpen, terbukti dengan hasil cerpen yang cukup menarik.
Berdasarkan pada uraian di atas, peningkatan skor rata-rata dari
pratindakan ke siklus I yang paling besar yaitu pada aspek yang kedua yaitu alur.
Hal ini terjadi karena pembuatan alur dalam menulis cerpen berdasarkan teks lagu
yang digunakan sebagai media dalam metode latihan terbimbing pembelajaran
menulis cerpen. Adapun peningkatan skor rata-rata dari pratindakan ke siklus I
yang paling kecil yaitu pada aspek sudut pandang, hal ini disebabkan siswa
mengabaikan aspek ini dan menganggapnya mudah.

123
123
Berikutnya, pada hasil tes menulis cerpen siklus II, diperoleh nilai rata-rata
kelas 78,8 dan termasuk dalam kategori baik. Pencapaian skor ini menunjukkan
bahwa pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1
Pemalang dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai target yaitu berada
pada kategori baik. Dengan demikian tindakan siklus III, tidak perlu dilakukan.
Perolehan skor aspek tema dan amanat sebesar 81,8 (termasuk kategori
baik), aspek alur sebesar 76,5 (termasuk kategori baik), aspek tokoh dan
penokohan sebesar 70,75 (termasuk kategori baik), aspek latar sebesar 86,5
(termasuk kategori baik), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 79,5 (termasuk
kategori baik), aspek sudut pandang sebesar 84,8 (termasuk kategori baik), dan
aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 71,75 (termasuk kategori
cukup). Adapun peningkatan tiap aspek penilaian siklus II terhadap nilai rata-rata
tiap aspek penilaian siklus I yaitu (1) aspek tema dan amanat meningkat sebesar
4,20% dari skor siklus I, (2) aspek alur meningkat sebesar 18,60% dari skor
siklus I, (3) aspek tokoh dan penokohan meningkat sebesar 3,44% dari skor siklus
I, (4) aspek latar meningkat sebesar 19,64% dari skor siklus I, (5) aspek diksi dan
gaya bahasa meningkat sebesar 20,82% dari skor siklus I, (6) aspek sudut pandang
meningkat sebesar 16,16% dari skor siklus I, dan aspek kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen meningkat sebesar 12,29% dari skor siklus I. Peningkatan skor
rata-rata siklus I ke siklus II yang paling besar yaitu pada aspek diksi dan gaya
bahasa. Hal ini disebabkan karena pada siklus II ini siswa sudah mulai terbiasa
mengungkapkan idenya dan imajinasinya ke dalam cerpen, mereka semakin
terampil menggunakan kata-kata serta gaya bahasa yang tepat dalam menulis

124
124
cerpen. Adapun peningkatan skor rata-rata siklus I ke siklus II yang paling kecil
yaitu pada aspek tokoh dan penokohan hal ini disebabkan pada siklus I nilai tokoh
dan penokohan sudah berada pada kategori baik, jadi peningkatan pada siklus II
tidak terlalu besar.
Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen merupakan bukti
bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu dapat meningkatkan kualitas, kreativitas, prestasi dan efektivitas
pembelajaran siswa dalam menulis cerita pendek serta dapat meningkatkan
apresiasi sastra siswa khususnya terhadap karya sastra yang berupa cerpen.
Peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1
Pemalang dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram
batang sebagai berikut
61
69
77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
N
i
l
a
i

R
a
t
a
-
r
a
t
a
PT S I S II

Diagram batang 4. Hasil Keterampilan Menulis Cerpen pada
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang,
5=Sangat Kurang.

125
125
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dalam
mengikuti Pembelajaran Menulis Cerpen
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai perubahan perilaku siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu pada siklus I dan siklus II. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh dari observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto, yang
dipaparkan dalam uraian di bawah ini.
Dari hasil nontes yaitu melalui observasi dapat dilihat bahwa pada siklus I
siswa belum mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan baik, masih
ada beberapa siswa yang melakukan perilaku negatif walaupun jumlahnya lebih
sedikit daripada siswa yang melakukan perilaku positif dalam mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Hal ini dibuktikan dengan data pada hasil observasi siswa
yang tercatat ada 11 atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang
berbicara dan bercanda dengan temannya pada saat proses pembelajaran menulis
cerpen. Sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa yang
mondar-mandir atau jalan-jalan untuk kepentingan yang tidak jelas pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa yaitu siswa sudah
mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan baik dan dapat
menciptakan suasana belajar yang nyaman. Siswa terlihat sangat bersungguh-
sungguh dalam mengikuti penjelasan dari guru, dan mereka sudah lebih aktif
dalam mengikuti pelajaran dibandingkan pada siklus I. Perilaku negatif pada
siklus I, pada siklus II banyak berkurang. Siswa yang melakukan perilaku negatif
berbicara dan bercanda dengan temannya menurun dari 11 siswa atau sebesar

126
126
27,5% dari jumlah keseluruhan siswa menjadi 2 siswa atau sebesar 5% dari
jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang berjalan-jalan atau mondar-
mandir pada saat berlangsungnya proses pembelajaran tidak ada.
Berdasarkan hasil jurnal dari siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin
senang terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang
dihadirkan guru (peneliti). Menurut sebagian besar dari jumlah siswa kelas X-7
SMA Negeri 1 Pemalang yang menyatakan bahwa metode tersebut dapat
mempermudah mereka dalam menulis cerpen karena kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi dapat diatasi dengan metode tersebut.
Berdasarkan hasil angket dari siklus I ke siklus II diperoleh hasil bahwa
sebagian dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju bahwa metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen sangat menyenangkan
dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Selain itu
metode tersebut juga dapat memotivasi dan menumbuhkan minat bagi siswa untuk
menulis cerpen.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa siswa senang dan
tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu. Siswa juga dapat mengambil manfaat dari pembelajaran
tersebut, siswa semakin tahu banyak tentang cerpen dan bagaimana menulis
cerpen. Selain itu pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
dengan media teks lagu siswa semakin berminat menulis cerpen.
Berdasarkan hasil dokumen foto siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin
tertib dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Dari hasil foto (gambar 3)

127
127
menunjukkan aktivitas saat menulis cerpen pada siklus I, terlihat masih ada siswa
yang melakukan perilaku negatif yaitu bercanda dengan temannya saat proses
belajar di kelas, sedangkan pada siklus II yang ditunjukkan pada gambar 6, siswa
terlihat sangat serius dalam menulis cerpen. Berdasarkan kedua gambar tersebut
dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerpen mengalami peningkatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu mampu meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Selain itu, terdapat perubahan perilaku
yaitu dari perilaku negatif ke perilaku positif siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis cerita pendek.












120
120
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
mengalami peningkatan sebesar 20,44% setelah mengikuti pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 61 (hasil pembulatan
ke bawah dari 61,30) dan pada siklus I diperoleh hasil rata-rata sebesar 69
(hasil pembulatan ke atas dari 68,62) kemudian pada siklus II diperoleh hasil
rata-rata sebesar 77 (hasil pembulatan ke bawah dari 77,05) atau meningkat
sebesar 15,75% dari siklus I. Perolehan hasil rata-rata nilai tes menulis cerpen
ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1
Pemalang dapat meningkat dan berhasil.
2. Perilaku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan tersebut
ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih serius dan bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen.


121
121
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat menggunakan metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dalam membelajarkan menulis cerpen
kepada siswa karena metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dan dapat
memotivasi siswa menulis cerpen.
2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang serupa dengan metode yang
berbeda. Selain itu, penulis memberikan saran, sebelum melakukan
penelitian, peneliti lain hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses penelitian dengan matang agar dalam melakukan
penelitian kesalahan-kesalahan teknis dapat diminimalisir.











40
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan
kelas, yang lazim disebut PTK. Dengan demikian, penelitian ini sifatnya berbasis
kelas, karena dilakukan dengan melibatkan komponen yang terdapat di dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas, materi pelajaran, dan metode
pembelajaran
Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk memperbaiki
pembelajaran menulis dan meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Diharapkan dari
penelitian ini hasil belajar dapat lebih maksimal.
Empat tahapan digunakan secara sistematis dalam proses penelitian ini,
dan diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses tindakan siklus I dan proses
tindakan siklus II. Keempat tahap dalam sebuah PTK dapat digambarkan sebagai
berikut:






Siklus I 4. Refleksi 2. Tindakan Siklus II 4. Refleksi 2. Tindakan
1. Perencanaan 2. Perencanaan
3. Pengamatan
3. Pengamatan
41
Namun dalam hal ini, peneliti memerlukan kajian awal berupa renungan
atau refleksi awal sebagai studi pendahuluan sebelum melakukan perencanaan
penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui semua gejala atau informasi
tentang situasi-situasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan demikian
dalam tahap perencanaan, uraian selengkapnya dijelaskan di bawah ini.

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus I terdiri dari empat tahap,
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Proses penelitian tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1.1.1 Perencanaan
Tahap ini dimulai dengan refleksi awal. Kegiatan yang dilakukan berupa
renungan atau pemikiran terhadap wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Kegiatan dilanjutkan
dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya memecahkan
segala permasalahan yang dilakukan yang telah ditemukan pada refleksi awal, dan
segala hal yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya
perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan
sistematis.
Langkah-langkah proses perencanaan ini antara lain: (1) menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
implementasi tindakan perbaikan tindakan yang telah direncanakan, (2)
42
mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti
media pembelajaran dan alat peraga, (3) mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan
simulasi (bermain peran) pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlaksanaan
rancangan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan
yang sebenarnya.

3.1.1.2 Tindakan
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada
siklus I ini sesuai tindakan dengan perencanaan yang telah disusun.
Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan
proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu. Tindakan ini meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.
Tahap persiapan yaitu tahap mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa,
menanyakan keadaan, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialami
saat proses pembelajaran menulis cerpen.
Tahap pelaksanaan yaitu tahap melakukan kegiatan pembelajaran menulis
cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Tahap ini
meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberikan materi tentang unsur-
unsur pembangun cerpen, (2) guru memberikan langkah-langkah dalam menulis
cerpen, (3) guru memberikan teks lagu Dunia Milik Berdua dinyanyikan oleh
Melly Goeslow, yang dapat digunakan untuk mempermudah menentukan tema
43
dan dapat juga untuk menentukan alur dengan teks lagu tersebut, (4) siswa
diminta untuk membuat cerpen dengan media teks lagu, (5) guru berkeliling untuk
memberikan bimbingan kepada siswa yaitu mengarahkan siswa untuk dapat
menemukan ide cerita dan merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam
teks lagu, mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam lagu tersebut
yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan dari jalan cerita, berdasarkan
lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk dapat bermain dengan
imajinasinya untuk dapat mengembangkan kerangka karangan tersebut, siswa
diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh
antagonisnya, bagaimana latarnya dari mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita
ditutup, (5) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, (6) salah satu siswa membacakan
hasil pekerjaan itu untuk dijadikan contoh, (7) siswa yang lain menanggapi hasil
pekerjaan temannya.

3.1.1.3 Pengamatan
Pengamatan atau yang sering disebut observasi dilakukan selam proses
pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan ini, akan diungkap segala
peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik aktivitas siswa selama
melakukan kegiatan pembelajaran maupun respon siswa terhadap metode dan
media pembelajaran. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.
Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa cara, antara
lain (1) tes tertulis untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen siswa serta
peningkatannya setelah melakukan selama dua siklus, (2) observasi siswa untuk
mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, (3) dokumentasi foto yang sangat penting sebagai laporan berupa
gambaran aktivitas siswa selama penelitian. Hal ini memperkuat data yang lain,
44
yakni sebagai pemerjelas dan pendukung data yang lain. Semua data tersebut
nantinya dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap.

3.1.1.4 Refleksi
Refleksi di dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain refleksi
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan.
Penelitian dilakukan dengan melalui dua siklus. Siklus I bertujuan untuk
mengetahui kemampuan menulis cerpen pada tahap awal tindakan penelitian.
Siklus ini sekaligus digunakan dalam refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II
ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis cerpen setelah
dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar
yang didasarkan pada siklus I.
Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu menganalisis hasil tes,
hasil observasi, hasil jurnal, hasil angket dan hasil wawancara. Setelah dianalisis
akan terlihat permasalahan atau muncul pemikiran baru yang memerlukan
tindakan baru, sehingga perlu perencanaan ulang dan tindakan ulang.

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II
Proses tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. perbaikan
pada proses pembelajaran siklus II terletak pada persiapan pembelajaran,
pengkondisian suasana pembelajaran agar lebih tenang dan konsentrasi, dan
45
pemilihan teks lagu yang lebih menarik. Langkah-langkah siklus II adalah
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi atau evaluasi.

3.1.2.1 Perencanaan
Langkah-langkah proses perencanaan ini antara lain: (1) mengadakan
perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan, dengan menekankan pada penjelasan tentang pentingnya menulis
cerpen. (2) menyusun pedoman pengamatan yaitu meliputi tes tertulis, observasi
siswa, wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, serta (3) menyusun rancangan
evaluasi program.

3.1.2.2 Tindakan
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada
siklus II ini sesuai dengan tindakan dengan perencanaan yang telah disusun.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan siklus I
walaupun ada tindakan dalam siklus I yang tetap dilakukan pada siklus II. Ada
beberapa perubahan antara lain sebelum siswa memulai menulis cerpen,
dijelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I,
kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam pelaksanaan kegiatan
menulis cerpen pada siklus II menjadi lebih baik. Teks lagu yang digunakan
dalam tindakan pada siklus II ini berbeda dengan teks lagu pada tindakan pada
siklus I. walaupun berbeda namun, teks lagu pada siklus II mempunyai
karakteristik yang sama dengan teks lagu pada tindakan pada siklus I. Teks lagu
46
yang digunakan pada tindakan pada siklus II yaitu Cinta Sejati yang
dinyanyikan oleh Ari Laso.

3.1.2.3 Pengamatan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung,
pada siklus I ini terlihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa. Perilaku siswa
yang diamati antara lain keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas,
cara siswa menyampaikan hasil tugasnya, dan cara siswa menyampaikan
tanggapan.

3.1.2.4 Refleksi
Refleksi ini diperoleh dengan memperhatikan hasil tes tertulis dan hasil
nontes yang meliputi observasi siswa, wawancara, jurnal guru, dan dokumentasi
foto. Pada siklus II ini, evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan
penggunaan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis
cerpen dan untuk melihat peningkatan kemampuan menulis cerpen, serta untuk
mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

3.2 Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjek yang menjadi sasaran penelitian
yaitu kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Penelitian ini
47
hanya dilakukan di salah satu kelas yaitu kelas X-7
,
yang

jumlahnya 40 siswa,
yang terdiri atas 12 siswa putra, dan 28 siswa putri.
Dipilihnya kelas X-7

sebagai responden penelitian didasarkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1) Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Di dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X semester dua
terdapat beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu kemampuan
mengungkapkan pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerpen.
2) Hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
kelas X
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran kelas X-7
diperoleh informasi bahwa siswa kelas X-7 memiliki kemampuan menulis
cerpen yang rendah. Proses pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan
selama ini masih menggunakan metode ceramah tanpa bantuan media
pembelajaran.
3) Kelas X-7 memiliki keterampilan menulis cerpen rendah. Padahal menulis
merupakan tuntutan kurikulum. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan
keterampilan menulis tersebut salah satunya yaitu dengan mengubah metode
yang biasa digunakan oleh guru melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu.

3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi pusat peneliti untuk diteliti yang
menjadi atribut dari sekelompok objek yang mempunyai variasi antara satu
48
dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono 2003:21). Dalam penelitian
ini terdapat dua macam variabel, yaitu kemampuan menulis cerpen dan
penggunaan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.

3.4 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes,
nontes, dan dokumentasi yang berbentuk foto.

3.4.1 Instrumen Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen adalah
tes yang menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes ini bertujuan mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media
teks lagu.
Alat tes menulis cerpen berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa
untuk menulis cerpen. Waktu yang digunakan untuk menulis cerpen adalah 60
menit. Kriteria penilaian menulis cerpen meliputi : (1) tema dan amanat yang
disampaikan, (2) tokoh dan penokohannya, (3) penyusunan alur, (4) latar yang
ditampilkan, (5) diksi dan gaya bahasa, (6) sudut pandang yang digunakan, (7)
kepaduan antarunsur pembangun cerpen





49
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen
Aspek Skor Maksimal
- Tema dan amanat
- Tokoh dan penokohan
- Alur
- Latar
- Diksi dan gaya bahasa
- Sudut pandang
- Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
10
20
20
10
10
10
20
Jumlah 100

Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Cerpen
Aspek Skor Kriteria Kategori
1. Tema dan
amanat
16-20

11-15

6-10

0-5
Tema dan amanat sangat relevan
dengan cerpen yang ditulis
Tema dan amanat cukup relevan
dengan cerpen yang ditulis
Tema dan amanat kurang relevan
dengan cerpen yang ditulis
Tema dan amanat tidak relevan
dengan cerpen yang ditulis
Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang
2. Tokoh dan
penokohan

16-20

11-15

6-10

0-5
Penggambaran tokoh dan
penokohan jelas
Penggambaran tokoh dan
penokohan cukup jelas
Penggambaran tokoh dan
penokohan kurang jelas
Penggambaran tokoh dan
penokohan tidak jelas

Sangat baik

Baik

Cukup

kurang
50
3. Alur 16-20


11-15


6-10


0-5
Rangkaian peristiwa dalam cerpen
disusun secara logis dan sesuai
dengan lirik dalam teks lagu
Rangkaian peristiwa dalam cerpen
disusun cukup logis dan cukup
sesuai dengan lirik dalam teks lagu
Rangkaian peristiwa dalam cerpen
disusun kurang logis dan kurang
sesuai dengan lirik dalam teks lagu
Rangkaian peristiwa dalam cerpen
disusun tidak logis dan tidak sesuai
dengan lirik dalam teks lagu
Sangat baik


Baik


Cukup


Kurang
4. Latar 9-10



6-8



3-5



0-2
Pemilihan tempat, waktu, dan
suasana yang menggambarkan
terjadinya peristiwa dalam cerpen
sangat tepat
Pemilihan tempat, waktu, dan
suasana yang menggambarkan
terjadinya peristiwa dalam cerpen
cukup tepat
Pemilihan tempat, waktu, dan
suasana yang menggambarkan
terjadinya peristiwa dalam cerpen
sangat tepat
Pemilihan tempat, waktu, dan
suasana yang menggambarkan
terjadinya peristiwa dalam cerpen
sangat tepat
Sangat baik



Baik



Cukup



Kurang
5. Diksi dan gaya
bahasa
9-10

6-8

3-5

0-2
Penggunaan diksi dan gaya bahasa
sesuai dengan situasi
Penggunaan diksi dan gaya bahasa
cukup sesuai dengan situasi
Penggunaan diksi dan gaya bahasa
kurang sesuai dengan situasi
Penggunaan diksi dan gaya bahasa
tidak sesuai dengan situasi
Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang
51
6. Sudut pandang 9-10

6-8

3-5

0-2
Sudut pandang yang digunakan
dapat menjelaskan tokoh
Sudut pandang yang digunakan
cukup dapat menjelaskan tokoh
Sudut pandang yang digunakan
kurang dapat menjelaskan tokoh
Sudut pandang yang digunakan
tidak dapat menjelaskan tokoh
Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang
8. Kepaduan
unsur-unsur
pembangun
cerpen
16-20

11-15

6-10

0-5
Kepaduan unsur-unsur pembangun
cerpen sudah tepat
Kepaduan unsur-unsur pembangun
cerpen cukup tepat
Kepaduan unsur-unsur pembangun
cerpen kurang tepat
Kepaduan unsur-unsur pembangun
cerpen tidak tepat
Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang


Tabel 3. Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen
No Nilai Kategori
1
2
3
4
5
85 100
75 - 84
60 74
50 59
0 49
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Berdasarkan pedoman penilaian penilaian kemampuan menulis cerpen
tersebut, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen berhasil dengan
sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
52
Siswa yang berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85-100,
siswa yang berhasil dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75-84, siswa
yang berhasil dengan kategori cukup baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 60-
74, siswa yang berhasil dengan kategori kurang baik yaitu siswa yang
memperoleh nilai 50-59, dan siswa yang tidak berhasil yaitu siswa yang
memperoleh nilai 0-49.

3.4.2 Instrumen Nontes
Teknik nontes alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan di tertes (testi, tercoba, inggris testee) tanpa dengan alat
tes. Teknik nontes diperlukan untuk mendapatkan data yang tidak , atau paling
tidak secara langsung, berkaitan dengan laku kognitif.
1) Pedoman Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan terhadap
perubahan perilaku siswa pada proses belajar mengajar yang terjadi selama proses
penelitian. Pedoman pengamatan atau observasi ini adalah sikap positif maupun
negatif siswa pada proses belajar mengajar menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Respon positif siswa maupun respon negatif
siswa terhadap menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu
diamati dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan data yang akurat.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai
respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data
53
tentang respon siswa terhadap meteri keterampilan menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu.
Dalam penelitian ini, aspek yang diungkap melalui wawancara antara lain
perasaan siswa saat mendapatkan latihan dan bimbingan dengan media teks lagu
dalam menulis cerpen, pendapat siswa tentang metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu, kesan siswa saat mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, dan kesulitan yang dirasakan
dalam menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.
3) Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Pelaksanaan pemberian angket ditujukan
kepada semua siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini. Angket
diberikan setelah pembelajaran pada siklus I selesai dilakukan. Pertanyaan dalam
angket adalah tentang sekitar kejadian dalam proses pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Garis besar isi angket
antara lain, yaitu: (1) kegiatan guru dalam proses pembelajaran, (2) minat siswa
terhadap metode yang digunakan guru, (3) penelitian proses pembelajaran.
4) Pedoman Jurnal Guru dan Jurnal Siswa
Pedoman jurnal guru digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu. Jurnal dibuat oleh guru. Jurnal tersebut dibuat
setiap akhir pembelajaran pada sebuah lembar yang telah dipersiapkan.
54
Jurnal guru berisi pendapat dan seluruh kejadian yang dianggap penting
selama pembelajaran berlangsung secara tertulis. Aspek pertanyaan yang
digunakan dalam jurnal guru meliputi kesan yang dirasakan setelah mengikuti
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media
teks lagu, pendapat pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu.
5) Dokumentasi (Foto)
Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengambilan gambar (foto). Dokumentasi merupakan data yang cukup penting
sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, peneliti
memandang perlu menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data instrumen
nontes. Foto yang diambil sebagai sumber data, dapat memperjelas data yang lain.
Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data
lain.
6) Pengambilan gambar dilakukan pada saat siswa melakukan beberapa aktivitas
yaitu menulis cerpen, dan pada saat guru memberikan bimbingan kepada siswa
saat pembelajaran.

3.4.3 Validitas Instrumen
Uji instrumen ini menggunakan validitas isi dan permukaan. Validitas isi
adalah derajat tes yang menggambarkan esensi, topik-topik, dan ruang lingkup tes
yang dirancang untuk pengukuran, (Sevilla dalam Hardani 2006:39). Validitas isi
dilakukan dengan menyesuaikan aspek keterampilan menulis cerpen berdasarkan
landasan teori yang ada.
55
Validitas permukaan (paras) adalah tipe validitas yang berkaitan dengan
tipe tes. Tipe validitas ini tidak didukung oleh bukti-bukti bahwa tes tersebut
dapat mengukur sesuatu (Sevilla dalam Hardani 2006:39). Validitas permukaan
dilakukan dengan cara dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru.,
sehingga dari pendapat mereka dapat disepakati bahwa instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian sudah valid.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkatan kemampuan
menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu. Teknik nontes
digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah pembelajaran
menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.

3.5.1 Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan
menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan pada
siklus II. Materi tes mengacu pada aspek-aspek menulis cerpen.
Tes digunakan untuk mengukur dasar dan pencapaian prestasi (Arikunto,
2002:196). Hasil tes siklus I dianalisis tersebut dapat diketahui kelemahan siswa,
yang selanjutnya sebagai dasar untuk melengkapi siklus II. Hasil siklus II
dianalisis sehingga dapat diketahui peningkatan kemampuan menulis cerpen
melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.


56
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan
perilaku siswa diadakan proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Teknik nontes meliputi lembar
observasi, wawancara, jurnal siswa dan guru, angket, dan dokumentasi foto.
1) Observasi
Observasi dalam PTK ini dilakukan oleh dua orang. Observator yang
pertama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengamati perilaku positif dan negatif
yang muncul pada siswa. Perilaku positif atau negatif ini sudah dituliskan pada
lembar observasi siswa, peneliti tinggal memberi tanda cek list saja. Observator
yang kedua dilakukan oleh orang lain yang tugasnya adalah mengobservasi kelas.
Maksudnya observator kedua mengamati keadaan siswa secara keseluruhan pada
saat membelajarkan materi menulis cerpen kepada siswa. Observator kedua ini
juga mengadakan pengamatan sesuai dengan pedoman observasi kelas.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti secara bebas terpimpin. Artinya
peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara yang kemudian
dikembangkan sendiri pada saat wawancara. Wawancara ditujukan kepada orang-
orang yang bersangkutan dengan penelitian. Pihak-pihak yang bersangkutan
tersebut antara lain, kepala sekolah, guru mata pelajaran, siswa yang telah dipilih,
dan lain-lain.


57
3) Jurnal
Jurnal guru dan siswa diisi pada akhir pembelajaran menulis cerpen. Jurnal
siswa berisi pada tentang kesulitan siswa dalam menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu. Jurnal diisi pada akhir pembelajaran.
Jurnal guru diisi oleh guru ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru
digunakan oleh guru untuk mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena
pada saat pembelajaran menulis cerpen yaitu respon siswa terhadap pembelajaran,
keaktifan siswa, serta tingkah laku pada saat pembelajaran berlangsung.
4) Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memberi jawaban dan kemudahan
peneliti menganalisisnya. Angket diberikan kepada siswa setelah pembelajaran
menulis cerpen. Angket ini diisi setelah siswa mengisi jurnal. Pengisian angket
lebih mudah dibandingkan dengan jurnal. Pada angket responden tinggal
membubuhkan tanda cek list () pada kolom SS (sangat setuju), S (setuju), TS
(tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
5) Dokumentasi Foto
Foto digunakan untuk merekam perilaku selama pembelajaran
berlangsung. Tingkah laku siswa yang perlu diambil gambarnya, yaitu pada saat
siswa menulis cerpen, pada saat guru membimbing dalam penulisan cerpen, dan
pada saat menggunakan media teks lagu. Gambar yang sudah diambil selanjutnya
dideskripsikan sesuai dengan kondisi pada saat itu. Foto ini merupakan bukti
otentik mengenai tingkah laku siswa pada saat pembelajaran menulis cerpen.

58
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara
kuantitatif dan kualitatif

3.6.1 Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
hasil tes secara tertulis. Hasil analisis hasil tes secara kuantitatif dihitung secara
persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merekap nilai yang diperoleh siswa
b. Menghitung nilai masing-masing aspek
c. Menghitung nilai rata-rata,
d. Menghitung persentase nilai.
Nilai dihitung dengan menggunakan persen atau disebut percentages
correction (Hardani 1997:41). Rumus-rumus penelitian adalah sebagai berikut:
NP = 100
SM
R
x
NP : Nilai Persen yang Dicari
R : Skor Mental yang diperoleh siswa
SM : Skor Maksimum ideal dari Tes yang Bersangkutan
100 :Bilangan tetap
Hasil perhitungan kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dari masing-masing siklus ini kemudian akan
dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase
peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan
media teks lagu.
59
3.6.2 Analisis Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis data nontes
yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk
memperoleh data nontes dari responden, digunakan lembar angket, lembar
pengamatan, dan pedoman wawancara. Responden memberikan jawaban sesuai
dengan kriteria yang dilakukan peneliti.
Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil nontes
b. Menyusun dalam satuan-satuan
c. Mengkategorisasikan
Analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk mengetahui perubahan
perilaku siswa dalam menulis cerpen pada siklus I dan siklus II. Selain itu data
nontes juga digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode
pembelajaran yang digunakan.



130
130
DAFTAR PUSTAKA


Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta

Darsono, Max 2001. Belajar dan Pembelajaran. J akarta: Grasindo

Diknas 2005. Kurikulum Pendidikan Dasar. J akarta: Diknas

Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. J akarta: Erlangga

Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan
Sastra.Yogyakarta: Kota Kembang

Faozan. 2002. Peningkatan Pemahaman Tema dan Amanat Cerita Pendek dengan
Metode Pemberian Tugas Rumah Siswa Kelas II Madrasah Aliyah
Hidayatul Murtadiin Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2001-2002.
Skripsi: Universitas Negeri Semarang

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta:ANDI

J abrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kholifah, Ummi. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berbasis Pengalaman
Pribadi Melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pada
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 11 Semarang. Skripsi: Universitas Negeri
Semarang

Mugiarso. 2004. Bimbingan Konseling. Semarang: UNNES Press

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Rahayu, Hardani. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi
Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Limpung dengan Teknik Menulis Buku
Harian. Skripsi: Universitas Negeri Semarang



131
131
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta

Sumardjo, J akob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. J akarta:
Gramedia

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Syamsu, Maopa. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. J akarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa

Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK

Wardah, Hilma. 2005. Wacana Lirik Lagu Aksi Pergerakan Mahasiswa Kajian
Diksi, Makna dan Fungsi. Skripsi: UNNES

Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA. J akarta: Grasindo

Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Sekolah : SMA Negeri 1 Pemalang
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain
ke dalam cerpen
Kompetensi Dasar : Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri
dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
Indikator :Mampu menulis cerpen dengan memperhatikan
ketepatan dan kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
- Mampu menuangkan pikiran dan perasaannya melalui cerpen
- Mampu menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen ke dalam cerpen
- Mampu menulis kreatif naskah cerpen

B. Materi Pembelajaran
Menulis cerpen

C. Metode Pembelajaran
Latihan Terbimbing

D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang cerpen yang pernah dibaca
dan disukainya
b. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai, dan manfaat
yang akan diperoleh dalam pembelajaran menulis cerpen

2. Kegiatan Inti
a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen
b. Guru menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen
c. Guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa
d. Siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut
e. Guru membimbing siswa untuk dapat menulis dengan baik dengan:
- Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan
merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam teks lagu
- Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam
lagu tersebut yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan
- Berdasarkan lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk
dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat mengembangkan
kerangka karangan tersebut
- Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa
masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari
mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup.
f. Siswa ditugaskan untuk menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri
sendiri
g. Di saat siswa mengerjakan tugas menulis cerpen guru berkeliling
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menulis cerpen
h. Hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan
i. Salah satu dari hasil pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas
j. Siswa yang lain mengomentari hasil pekerjaan temannya yang
dibacakan di depan kelas
k. Guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran menulis cerpen

3. Kegiatan Penutup
a. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen
b. Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen
c. Guru meminta siswa untuk mengisi angket dan menuliskan pendapatnya
pada jurnal siswa

E. Media/Sumber
Media : Teks Lagu
Sumber :
1) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X
2) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X, Erlangga

F. Penilaian
1) Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian
ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan.
2) Penilaian Hasil
Berdasarkan teks lagu buatlah sebuah cerpen dengan memperhatikan
kesesuaian unsur-unsurnya!

Pemalang, 10 Maret 2007

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Peneliti,


Saptorini Wahyuningsih,S.S Wiwin Nur Azizah
NIP NIM. 2101403568
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II


Sekolah : SMA Negeri 1 Pemalang
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain
ke dalam cerpen
Kompetensi Dasar : Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri
dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
Indikator : Mampu menulis cerpen dengan memperhatikan ketepatan
dan kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
- Mampu menuangkan pikiran dan perasaannya melalui cerpen
- Mampu menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen ke dalam cerpen
- Mampu menulis kreatif naskah cerpen

B. Materi Pembelajaran
Menulis cerpen

C. Metode Pembelajaran
Latihan Terbimbing

D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Guru mengulas sedikit tentang hal-hal yang dibahas pada pertemuan
sebelumnya
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu, yakni mengevaluasi
cerpen yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya.

2. Kegiatan Inti
a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen
b. Guru menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen
c. Guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa
d. Siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut
e. Guru membimbing siswa untuk dapat menulis cerpen dengan baik,
dengan:
- Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan
merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam teks lagu
- Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam
lagu tersebut yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan dari
jalan cerita
- Berdasarkan lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk
dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat mengembangkan
kerangka karangan tersebut
- Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa
masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari
mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup.
f. Siswa ditugaskan untuk menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri
sendiri
g. Di saat siswa sedang menulis cerpen, guru berkeliling memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen
h. Hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan
i. Salah satu dari hasil pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas
j. Siswa yang lain mengomentari hasil pekerjaan temannya yang
dibacakan di depan kelas
k. Guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran menulis cerpen

3. Kegiatan Penutup
a. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen
b. Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen
c. Guru meminta siswa untuk mengisi angket dan menuliskan pendapatnya
pada jurnal siswa

E. Media/Sumber
Media : Teks Lagu
Sumber :
- Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X

F. Penilaian
1) Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian
ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan.
2) Penilaian Hasil
Berdasarkan teks lagu buatlah sebuah cerpen dengan memperhatikan
kesesuaian unsur-unsurnya.

Pemalang, 10 Maret 2007

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Peneliti,


Saptorini Wahyuningsih,S.S Wiwin Nur Azizah
NIP NIM. 2101403568

FORMAT HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS
CERPEN PRATINDAKAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II


Aspek No No
Responden
1 2 3 4 5 6 7
Nilai Kategori

1 001
2 002
3 003
4 004
5 005
6 006
7 007
8 008
9 009
10 010
11 011
12 012
13 013
14 014
15 015
16 016
17 017
18 018
19 019
20 020
21 021
22 022
23 023
24 024
25 025
26 026
27 027
28 028
29 029
30 030
31 031
32 032
33 033
34 034
35 035
36 036
37 037
38 038
39 039
40 040
Jumlah Skor
Rata-rata

Keterangan :
Aspek 1 : Tema dan amanat
Aspek 2 : Tokoh dan penokohan
Aspek 3 : Alur
Aspek 4 : Latar
Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa
Aspek 6 : Sudut pandang
Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen










Lampiran
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I

Hari, tanggal : Kamis, 12 April 2007
Nama Pengamat : Nurul Melti
Kelas/Sekolah : X
7
/SMA Negeri 1 Pemalang
Aspek Observasi No No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Keterangan
1 001 - -

-

- -

-

- - -

2 002 - - -

-

- -

-

- - -

3 003

-

- -

- -

- - - -
4 004

- -

-

- - - - - - - -
5 005

-

- - - - - - - - - -
6 006

-

- - - - - - - - - - -
7 007

-

- - - - - - - - - -
8 008

-

-

- - - - - - - - - -
9 009

- -

- - - - -

- - - -
10 010

-

-

- - -

-

- -
11 011 - - -

- - -

-

-
12 012 - -

- - - -

-

- - -
13 013

-

- - - - - - - -
14 014

- -

- - - - - - - - - - -
15 015

- -

-

- -

- -

- - - -
16 016

-

- - - - - - - - - -
17 017

- - - - - - - - - -
18 018

- -

- - - - -

- - - -
19 019

-

-

- - - -

- -

-20 020

-

-

- - - - - - - -
21 021

- -

- - - - -

- - - -
22 022

-

-

- - - - - - - -
PERILAKU POSITIF
1. Siswa memperhatikan
penjelasan guru
2. Siswa banyak bertanya pada
guru
3. Siswa berpartisipasi aktif
4. Siswa dapat mengidentifikasi
dan menyebutkan unsur-
unsur yang ada dalam cerpen
5. Siswa merespon positif
(senang) terhadap metode
latihan terbimbing yang
diberikan guru dengan media
teks lagu
6. Siswa menulis cerpen dengan
senang hati
7. Siswa berani memberikan
sanggahan terhadap hasil
penulisan cerpen yang
dibacakan di depan kelas
8. Siswa dapat menulis cerpen
dengan cepat

PERILAKU NEGATIF
9. Siswa kurang merespon
penjelasan guru
10. Siswa kurang bersemangat
23 023

- - -

- - - - - - -
24 024

-

- - - - -

- -
25 025

-

- -

-

- - -

- - -
26 026

- -

- -

- - - - -

-
27 027

- -

- -

- -

- - - -
28 028

-

- - - - - - - - - -
29 029

-

- -

-

-
30 030

-

- - - - - - - - - - -
31 031

-

- - - -

-

- - - -
32 032

- - - - - - - -
33 033 - -

- - - - -

- - - - -
34 034

- -

- - - -

-

--
35 035

-

- - - - -

- - - -
36 036 - - -

- - - -

- - -

-
37 037

-

- - - - -

- - - -
38 038

-

- - - - - - - - - -
39 039

-

- - - -

- - - - -
40 040

- -

- - - - -

- - - -
terhadap metode
pembelajaran yang
dilakukan guru
11. Siswa banyak bicara dan
bergurau dengan temannya
12. Siswa pasif dalam
pembelajaran
13. Siswa jalan-jalan/mondar-
mandir pada saat
pembelajaran berlangsung
14. Siswa sering melihat
pekerjaan temannya pada
saat mengerjakan tes
15. Siswa kurang bersemangat
pada saat menulis cerpen
16. Siswa tidak tertarik dengan
media teks lagu yang
digunakan oleh guru
PENGISIAN
()= melakukan
()= tidak melakukan




















REKAP HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS CERPEN
SIKLUS I


Aspek No
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7
Nilai Kategori
1 001 9 11 13 7 7 7 13 67 Cukup
2 002 8 11 12 7 6 8 12 64 Cukup
3 003 9 14 14 8 8 8 14 75 Baik
4 004 6 11 12 7 8 7 11 62 Cukup
5 005 8 12 12 7 8 6 12 65 Cukup
6 006 9 13 13 9 8 8 14 74 Cukup
7 007 7 12 13 8 6 7 13 66 Cukup
8 008 8 11 12 7 7 7 11 63 Cukup
9 009 9 12 13 7 5 7 13 66 Cukup
10 010 9 13 13 8 7 9 13 72 Cukup
11 011 7 11 12 7 6 7 12 62 Cukup
12 012 8 12 13 8 6 7 13 67 Cukup
13 013 9 10 10 7 6 5 10 57 Kurang
14 014 8 12 11 7 6 7 12 63 Cukup
15 015 8 15 16 9 7 8 15 78 Baik
16 016 9 16 16 8 7 8 15 79 Baik
17 017 9 15 16 8 7 8 15 78 Baik
18 018 7 10 11 7 6 6 10 57 Kurang
19 019 7 15 16 8 7 9 16 78 Baik
20 020 9 14 15 5 6 7 14 70 Cukup
21 021 9 13 14 8 6 8 14 71 Cukup
22 022 9 17 17 8 7 8 17 83 Baik
23 023 8 11 12 7 6 9 12 65 Cukup
24 024 9 15 16 8 7 8 15 78 Baik
25 025 9 16 16 7 7 8 16 79 Baik
26 026 7 11 12 7 7 7 12 63 Cukup
27 027 6 11 12 6 5 7 12 59 Kurang
28 028 6 14 14 7 7 7 12 67 Cukup
29 029 6 12 12 7 6 7 12 62 Cukup
30 030 9 15 16 9 7 8 16 80 Baik
31 031 7 10 12 7 5 7 11 59 Kurang
32 032 6 13 14 7 6 5 12 63 Cukup
33 033 8 13 13 6 7 8 12 67 Cukup
34 034 7 12 13 8 6 7 13 66 Cukup
35 035 8 14 14 6 6 7 13 68 Cukup
36 036 8 13 13 7 6 7 11 65 Cukup
37 037 8 12 14 5 6 7 12 64 Cukup
38 038 9 16 17 7 6 8 16 79 Baik
39 039 7 15 16 7 7 8 15 75 Baik
40 040 9 13 14 7 8 7 12 70 Cukup
Jumlah Skor 314 516 547 289 263 292 523 2744
Rata-rata 7,85 12,9 13,68 7,23 6,58 7,30 13,08 68,62 Cukup

Keterangan :
Aspek 1 : Tema dan amanat
Aspek 2 : Alur
Aspek 3 : Tokoh dan penokohan
Aspek 4 : Latar
Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa
Aspek 6 : Sudut pandang
Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen













REKAP HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS CERPEN
SIKLUS II


Aspek No
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7
Nilai Kategori
1 001 9 16 16 8 7 8 15 79 Baik
2 002 7 13 14 9 8 9 13 73 Baik
3 003 6 10 13 8 7 8 10 62 Cukup
4 004 8 13 16 9 8 8 15 77 Baik
5 005 7 14 16 9 8 8 14 76 Baik
6 006 9 14 16 9 8 9 15 80 Baik
7 007 9 15 16 9 8 8 16 81 Baik
8 008 9 15 16 9 8 8 15 80 Baik
9 009 7 13 15 9 8 8 14 74 Cukup
10 010 9 16 16 9 9 9 16 84 Baik
11 011 7 11 13 9 8 9 11 68 Cukup
12 012 6 11 13 7 6 7 11 61 Cukup
13 013 9 16 16 9 9 9 16 84 Baik
14 014 9 17 16 9 9 9 16 85 Sangat
Baik
15 015 9 17 16 9 9 9 17 86 Sangat
Baik
16 016 8 14 16 9 7 8 15 77 Baik
17 017 9 14 15 9 9 7 15 78 Baik
18 018 9 17 16 9 8 8 15 83 Baik
19 019 7 14 15 8 8 9 14 75 Baik
20 020 9 17 17 9 9 9 17 87 Sangat
Baik
21 021 8 15 16 9 9 9 16 82 Baik
22 022 9 17 17 9 9 9 17 87 Sangat
Baik
23 023 9 16 16 8 8 8 16 81 Baik
24 024 9 15 16 8 8 8 15 79 Baik
25 025 8 15 16 8 8 8 15 78 Baik
26 026 9 11 15 9 8 9 14 75 Baik
27 027 9 15 16 9 8 9 16 82 Baik
28 028 9 16 17 9 8 9 15 83 Baik
29 029 6 10 12 7 7 8 10 60 Cukup
30 030 9 16 16 9 8 9 16 83 Baik
31 031 6 11 12 7 7 7 11 61 Cukup
32 032 8 13 14 9 8 9 13 74 Cukup
33 033 9 14 16 9 8 9 14 79 Baik
34 034 8 12 15 9 7 8 12 71 Cukup
35 035 9 16 16 9 8 9 16 83 Baik
36 036 6 10 11 7 6 8 10 58 Kurang
37 037 9 14 15 9 8 9 15 79 Baik
38 038 8 12 16 9 7 9 12 73 Cukup
39 039 8 13 16 9 8 9 13 76 Baik
40 040 9 18 17 9 9 9 17 88 Sangat
Baik
Jumlah Skor 327 566 612 346 318 339 574 3082
Rata-rata 8,18 14,15 15,3 8,65 7,95 8,48 14,35 77,05 Baik

Keterangan :
Aspek 1 : Tema dan amanat
Aspek 2 : Alur
Aspek 3 : Tokoh dan penokohan
Aspek 4 : Latar
Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa
Aspek 6 : Sudut pandang
Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen










Nama :
No/ kelas :

FORMAT JURNAL SISWA

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur!
A. Apakah Anda senang dengan meteri menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu?
Jawaban:

.
B. Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu?
Jawaban:

.
C. Apakah dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu anda
mengalami kemudahan dalam menulis cerpen?
Jawaban:

.
D. Apakah anda sekarang lebih paham diajar menulis melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu?
Jawaban:


E. Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui metode
latihan terbimbing dengan media teks lagu yang telah diajarkan oleh guru
(peneliti)!
Jawaban:



Lampiran

JURNAL GURU SIKLUS II
Guru Pengampu :
Hari, tanggal :

A. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu?
Jawaban:


B. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen melalui
metode latihan terbimbing dengan media teks lagu
Jawaban:


C. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu
Jawaban:


D. Bagaimanakah tingkah laku siswa di kelas pada saat mengerjakan tugas
menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu?
Jawaban:


E. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul pada saat pembelajaran
berlangsung
Jawaban:


Lampiran
Nama :
No/kelas:



FORMAT ANGKET


Berilah tanda () pada setiap pertanyaan siswa yang sesuai dengan skala
penelitian yang tersedia di bawah ini :

Skala Penilaian No Pertanyaan
SS S KS TS STS
1

Keterampilan menulis dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar

2



Saya merasa senang terhadap cara guru
menerangkan keterampilan menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu

3

Saya senang dengan metode yang digunakan
dalam pembelajaran

4 Metode yang digunakan oleh guru dapat
memotivasi siswa untuk menulis cerpen

5


Latihan terbimbing yang diberi oleh guru
dapat membantu pemahaman siswa tentang
menulis cerpen yang baik

6 Saya senang dengan media teks lagu yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran

7 Suasana kelas dapat membantu pemahaman
siswa dalam menulis cerpen

8

Saya senang dengan pembelajaran menulis
cerpen yang dengan metode yang dapat
menarik perhatian siswa

9

Kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan dan
perasaan ke dalam sebuah cerpen banyak
manfaatnya

10 Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sekarang lebih menyenangkan


Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju







Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA

Responden :
No. responden :
Hari dan Tanggal :
Tempat :
Kelas :
Waktu :
Topik :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah sebagai berikut:
1. Apakah kamu senang dengan pembelajaran menulis cerpen? Mengapa?
2. Apakah kamu merasa mampu memahami materi dengan metode yang
digunakan oleh guru dalam mengajar (metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu)?
3. Apakah kamu merasa termotivasi dengan metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu dalam pembelajaran menulis cerpen?
4. Apakah media teks lagu yang digunakan oleh guru dapat memberikan ide
untuk membuat sebuah cerpen?
5. Apakah suasana kelas dapat membantu pemahaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan
media teks lagu? Mengapa?
6. Menurut kamu apakah dengan adanya latihan dan bimbingan yang diberikan
oleh guru dapat membantu pembelajaran menulis cerpen?
7. Apakah kamu merasa kesulitan dalam pembelajaran menulis cerpen?
8. Apa saja kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi dalam pembelajaran menulis
cerpen?
9. Menurut kamu apakah melalui metode latihan terbimbing dengan media teks
lagu dapat mengatasi kesulitan yang kamu hadapi?
10. Manfaat yang kamu dapatkan setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen
melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu?

Rekap Observasi Perilaku Positif Siswa

No Aspek Observasi Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Peningkatan
(%)
1

2.

3.
4.


5.



6.


7.

8.
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
Siswa banyak bertanya kepada
guru
Siswa berpartisipasi aktif
Siswa dapat mengidentifikasi
dan menyebutkan unsur-unsur
yang ada dalam cerpen
Siswa merespons positif
(senang) terhadap metode
latihan terbimbing yang
digunakan oleh guru
Siswa dapat menggunakan
media yang dihadirkan oleh
guru
Siswa dapat menulis cerpen
dengan cepat
Siswa dapat memberikan
komentar terhadap hasil
menulis cerpen temannya

85

10

67,5
80


80



77,5


17,5

7,5
95

17,5

90
92,5


92,5



95


32,5

12,5
10

7,5

22,5
12,5


12,5



17,5


15

5

Rekap Observasi Perilaku Negatif Siswa

No Aspek Observasi Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Peningkatan
(%)
1

2.

3.

4.
5.


6.


7.

8.
Siswa kurang merespon
penjelasan guru
Siswa kurang senang terhadap
metode yang digunakan guru
Siswa banyak bicara dan
bergurau dengan temannya
Siswa pasif dalam
pembelajaran
Siswa jalan-jalan/mondar-
mandir pada saat pembelajaran
berlangsung
Siswa sering melihat pekerjaan
temannya pada saat
mengerjakan tes
Siswa kurang bersemangat pada
saat menulis cerpen
Siswa tidak tertarik dengan
media teks lagu yang digunakan
oleh guru

15

20

27,5

32,5
20


35


20

12,5
5

7,5

5

0
0


5


0

0
-10

-12,5

-22,5

-32,5
-20


-30


-20

-12,5

Rekap Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II



Jurnal Siswa Persentase (%) No Aspek Jurnal
Siklus
I
Siklus
II
Siklus
I
Siklus
II
Peningkatan
(%)
1 Kesan siswa terhadap
meteri menulis
cerpen
a. Senang
b. Tidak senang



37
3



40
0



92,5
7,5



100
0



7,5
-7,5
2 Kesulitan siswa
terhadap materi
menulis cerpen
a. Ya
b. Tidak



28
12



13
27



70
30




32,5
67,5



37,5
-37,5
3 Tanggapan siswa
terhadap metode
latihan terbimbing
dengan media teks
lagu
a. Dapat dipahami
b. Tidak dapat
dipahami





37
3





40
0





92,5
7,5







100
0





7,5
-7,5
4 Pemahaman siswa
terhadap materi
pembelajaran setelah
diajarkan melalui
metode latihan
terbimbing dengan
media teks lagu
a. Paham
b. Tidak paham







37
3








40
0








92,5
7,5







100
0







7,5
-7,5

5 Saran terhadap
kegiatan
pembelajaran
a. Mendukung
b.Kurang
mendukung




35
5



40
0



87,5
12,5



100
0



12,5
-12,5












Rekap Angket Siklus I dan Siklus II



SS
S KS TS STS
A
s
p
e
k

S I
(%)
S II
(%)
Pe
ning
kata
n
(%)
S I
(%)
S II
(%)
Pe
ning
kata
n
(%)
S I
(%)
S II
(%)
Pe
ning
kata
n
(%)
S I
(%)
S II
(%)
Pe
ning
kata
n
(%)
S I
(%)
S II
(%)
Pe
ning
kata
n
(%)
1 60 72,5 12,5 35 27,5 -7,5 5 0 -5 0 0 0 0 0 0
2 25 35 10 57,5 62,5 5 17,5 2,5 -15 0 0 0 0 0 0
3 25 32,5 7,5 50 65 15 25 2,5 -22,5 0 0 0 0 0 0
4 30 52,5 22,5 50 42.5 -7,5 20 5 -15 0 0 0 0 0 0
5 32,5 40 8,5 52,5 55 2,5 15 5 -10 0 0 0 0 0 0
6 27,5 35 7,5 57,5 60 2,5 15 5 -10 0 0 0 0 0 0
7 27,5 35 7,5 40 40 0 27,5 25 -2,5 -5 0 5 0 0 0
8 45 55 10 37,5 40 -2,5 17,5 5
-12,5
0 0 0 0 0 0
9 35 45 10 57,5 50 -7,5 7,5 5 -2,5 0 0 0 0 0 0
1
0
25 27,5 2,5 52,5 60 -7,5 22,5 12,5 10 0 0 0 0 0 0




















Hasil Wawancara Siklus I


Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 14 April 2007
Tempat Pelaksanaan : Ruang kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
Jumlah Siswa yang Diwawancarai : 4 siswa

1. Responden Nomor 22 (siswa yang mendapat nilai baik)
1) Senang, lebih mudah menulis cerpen.
2) Mampu.
3) Ya, termotivasi
4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman.
5) Ya, misalkan ramai saya tetap bisa menulis cerpen
6) Ya, kesulitan-kesulitan dapat langsung ditanyakan.
7) Ya, masih kesulitan.
8) Ya, kesulitan mengembangkan kerangka karangan.
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan.
10) Jadi senang menulis cerpen.

2. Responden Nomor 6 (siswa yang mendapat nilai cukup)
1) Senang, lebih tahu menulis cerpen.
2) Mampu.
3) Ya, termotivasi.
4) Ya, lagunya sesuai dan mudah dimengerti.
5) Ya, kelas yang tenang menulis cerpen pun akan mudah.
6) Ya, dapat bertanya-tanya dengan guru tentang cerpen.
7) Ya, masih ada kesulitan.
8) Ya, menuangkan pikiran ke dalam kata-kata.
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan
10) Senang menulis cerpen

3. Responden Nomor 40 (siswa yang mendapat nilai cukup)
1) Senang, bisa diungkapkan lewat cerpen
2) Mampu
3) Ya, termotivasi
4) Ya, lagunya saya suka dan sesuai dengan pengalaman
5) Ya, kelas yang ramai jadi tidak dapat berkonsentrasi
6) Ya, guru mengajari menulis cerpen
7) Ya, masih ada kesulitan
8) Ya, kesulitan mengungkapkan pikiran dalam kalimat-kalimat
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan
10) Lebih senang menulis cerpen

4. Responden Nomor 14 (siswa yang mendapat nilai kurang)
1) Tidak terlalu suka, sulit membuatnya.
2) Mampu.
3) Ya, termotivasi
4) Ya, lagunya bagus, membantu untuk dapat menulis cerpen.
5) Tidak berpengaruh.
6) Ya, guru memberi tahu cara menulis cerpen yang baik.
7) Ya, masih ada kesulitan.
8) Ya, kesulitan merangkai kata-kata dan mengembangkan kerangka yang
ada dalam teks lagu.
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan.
10) Lebih mudah menulis cerpen.








Hasil Wawancara Siklus II

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 10 Mei 2007
Tempat Pelaksanaan : Ruang kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
Jumlah Siswa yang Diwawancarai : 4 siswa


1. Responden Nomor 40 (siswa yang mendapat nilai sangat baik)
1) Senang, dapat mengungkapkan pengalaman ke dalam cerpen.
2) Ya, mampu.
3) Ya, termotivasi untuk menulis cerpen.
4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman.
5) Ya, kelas yang tenang dapat membantu kita untuk berimajinasi.
6) Ya, guru membantu mengatasi kesulitan dalam menulis cerpen.
7) Masih ada.
8) Membuat diksi yang menarik
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan yang saya hadapi
10) Sekarang saya senang menulis cerpen

2. Responden Nomor 22 (siswa yang mendapat nilai sangat baik)
1) Senang, lebih tahu menulis cerpen
2) Ya, saya mampu
3) Ya, termotivasi menulis cerpen
4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman
5) Ya, suasana kelas mempengaruhi dalam menulis cerpen, misalkan kelas
ramai akan menganggu menulis cerpen
6) Ya, guru membimbing dan menjelaskan menulis cerpen yang baik
7) Tidak ada
8) Tidak ada
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan
10) Lebih tahu tentang cerpen dan saya lebih senang menulis cerpen
3. Responden Nomor 9 = Siswa yang mendapat nilai cukup
1) Senang, pembelajarannya menyenangkan
2) Ya, mampu memahami materi
3) Ya, termotivasi menulis cerpen
4) Ya, lagu mengasyikan
5) Ya, kelas tenang, kita dapat menulis cerpen dengan sungguh-sungguh
6) Ya, guru mengajari menulis cerpen
7) Ya, masih ada kesulitan
8) Ya, membuat kata-kata yang menarik
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan
10) Dapat menulis cerpen dengan mudah dan menyenangkan


4. Responden Nomor 31 = Siswa yang mendapat nilai cukup
1) Senang, pembelajarannya menyenangkan
2) Ya, mampu
3) Ya, termotivasi menulis cerpen
4) Ya, lagunya sesuai pengalaman dan memudahkan menulis cerpen
5) Ya, kelas yang ramai akan mengganggu konsentrasi dalam menulis cerpen
6) Ya, guru membimbing siswa jadi siswa terbantu dalam menulis cerpen
7) Ya, masih ada kesulitan
8) Ya, kesulitan membuat kata-kata yang menarik untuk mewakili ide-ide
yang ada dalam pikiran
9) Ya, membantu mengatasi kesulitan
10) Lebih mudah menulis cerpen

You might also like