You are on page 1of 6

4

BAB II

Faringitis kronik

2.1 Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar
di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak
terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke VI. Pada bagian atas,
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, pada bagian depan
berhubungan dengan mulut melalui istmus orofaring, sedangkan laring di bawah
berhubungan melalui additus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari
dalam keluar) selaput lendir , fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian
fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur
unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Mukosa pada nasofaring karena fungsinya sebagai saluran respirasi maka
mukosanya bersilia sedangkan epitel toraknya berlapis mengandung sel goblet.
Laringofaring dan orofaring karena memiliki fungsi untuk pencernaan, epitelnya
gepeng berlapis dan tidak bersilia. Faring merupakan pertahanan tubuh terdepan, di
sepanjang faring terdapat banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian
jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial sistem
5

Pada nasofaring bagian atas ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir fungsinya
untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap dan
mengandung enzyme lyzozyme yang penting untuk proteksi.
Otot-otot faring terususn dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memamnjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior,
media dan inferior. Otot-otot ini terletak diluar berbentuk kipas dengan tiap bagian
bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot
konstriktor untuk mengecilkan lumen faring, otot-otot ini dipersarafi oleh n. Vagus
(n. X). Sedangkan oto-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan
m.palatofaring. Letak otot-otot ini sebelah dalam. m. stilofaring fungsinya untuk
melebarkan faring dan menarik larik sedangkan m.palatofaring mempertemukan
ismus orofaring dan menaikan bagian bawah faring dan laring. Kedua otot ini bekerja
sebagai elevator dan penting pada saat menelan. m.stilofaring di persarafi oleh n.IX
dan m. palatofaring dipersarafi oleh n.X
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu
sarung fasia dari mukosa yaitu m. elevator veli palatine, m. tensor veli palatini, m.
palatoglosus, m. palatofaring dan m.azigos uvula.
m. elevator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan
kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba
Eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n.X
m. tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius,
dipersarafi oleh n.X
m. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya
menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X. m. palatofaring
membentuk arkus posterior dipersarafi oleh n.X. m. azigos uvula otot kecil,
memperpendek dan menaikan uvula ke belakang atas. Dipersarafi oleh n.X
Faring mendapatkan darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak
beraturan. Yang utama dari cabagng a. karotis eksterna (cabang faring ascenden dan
cabang fausial) serta dari cabang palatini superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasala dari fleksus faring
yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari nervus vagus, cabang
dari n. glosofaring dan serabut simpatis. Cabagng faring dari n. vagus berisi serabut
6

motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot
faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glosofaring (n.
IX).
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior,
media dan inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening
retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media
mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas,
sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam
bawah.
1,2


2.2 Fisiologi
Fungsi faring terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara, dan untuk artikulasi.
- Fungsi faring dalam proses berbicara
Proses menelan dan berbicara terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Geraka ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
belakang. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula
m. salpingofaring dan m. palatofaring, kemudian m.levator veli palatini bersama-
sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator
veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding
posterior faring. Jarak yang terisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) passavant pada
dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu
pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama
m.salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m. konstriktor faring superior. Mungkin
2 gerakan ini tidak bekrja pada waktu yang sama. Tonjolan passavant ada yang
menduga menetap pada periode fonasi, tapi ada juga pendapat lain akan timbul
dan hilang bersamaan dengan gerakan palatum.
- Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan esofagal.
Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini disengaja
(voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary). Fase esofagal, disini
gerakannya tidak disengaja, yaitu pada waktu bolus makana bergerak secara
peristaltik di esofagus menuju lambung.
1,2

7

2.3 Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus (40 - 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, toksin dan lain lain. Faringitis
akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh
beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari
infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring.
Faringitis kronis adalah faringitis yang terjadi setelah serangan akut yang
berulang-ulang (berkali-kali)
Odinofagia atau nyeri tenggorok merupakan gejala yang sering dikeluhkan
akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring dan
hipofaring.
1,2,3,4


2.4 Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin,
dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak. Faringitis akut
jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak
dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat
terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
1,3,5

2.5 Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Virus dan bakteri menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Dengan hiperemis, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat
dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak.
3,5


8

2.6 Faringitis kronik
2.6.1 Faringitis kronik
Faringitis yang terjadi setelah serangan akut yang berkali kali.
1

Patofisiologi
Pada proses radang kronis terdapat 2 bentuk, hipertrofi/hiperplasia dan
atrofi. Karena proses radang berulang, maka selain epitel terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut.
1,3,5

Differensial Diagnosis
- Radang spesifik : TBC, jamur dan sifilis.
- Radang non-spesifik
- Keganasan
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium darah, urine rutin
- Bakteriologi
- Biopsi
Terdapat dua bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik
atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah
pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
1,2

a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjdai perubahan mukosa dinding posterior
faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band
hiperplastik. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular.
Gejala
Awalnya mengeluh tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang berehak.
Terapi
Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat
diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus
paranasal harus diobati.
1

9

b. Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis
atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu lembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring.

Gejala dan tanda
Pasien menegeluh tenggorok kering serta mulut berbau.
Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan
bila diangkat tampak mukosa kering.

Terapi
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
1



Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di
tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau
agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan
sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau
sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang
pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan
hasil negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak
tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di
laboratorium
3,5

You might also like

  • EMPIEMA
    EMPIEMA
    Document16 pages
    EMPIEMA
    Novi Kemala Sari
    0% (1)
  • Refreshing
    Refreshing
    Document4 pages
    Refreshing
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Anatomi dan Fisiologi Thyroid
    Anatomi dan Fisiologi Thyroid
    Document6 pages
    Anatomi dan Fisiologi Thyroid
    Nisa Khairati Syukri
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document2 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document11 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document5 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document7 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Document21 pages
    Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Rinaldy T Setiawan
    No ratings yet
  • RETINOBLASTOMA PENYAKIT MATA YANG LANGKA
    RETINOBLASTOMA PENYAKIT MATA YANG LANGKA
    Document15 pages
    RETINOBLASTOMA PENYAKIT MATA YANG LANGKA
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document11 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Laporan Referat
    Laporan Referat
    Document24 pages
    Laporan Referat
    Fahima Albaar
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document1 page
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat Hemorrhoid
    Referat Hemorrhoid
    Document17 pages
    Referat Hemorrhoid
    teguhhermawansyah
    No ratings yet
  • Sindroma Ovarium Polikistik
    Sindroma Ovarium Polikistik
    Document10 pages
    Sindroma Ovarium Polikistik
    Aqila Salsabilah
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document21 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat Hemorrhoid
    Referat Hemorrhoid
    Document17 pages
    Referat Hemorrhoid
    teguhhermawansyah
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document5 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat Hemorrhoid
    Referat Hemorrhoid
    Document17 pages
    Referat Hemorrhoid
    teguhhermawansyah
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document13 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document6 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document27 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document12 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document2 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Laporan Refreshing
    Laporan Refreshing
    Document30 pages
    Laporan Refreshing
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document12 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • SKL of Uro Derma
    SKL of Uro Derma
    Document13 pages
    SKL of Uro Derma
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document13 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Referat
    Referat
    Document2 pages
    Referat
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Tiva
    Tiva
    Document3 pages
    Tiva
    Gita Amelia
    No ratings yet
  • Refreshing
    Refreshing
    Document33 pages
    Refreshing
    Gita Amelia
    No ratings yet