You are on page 1of 20

Sejarah Perumusan Pancasila

Feb 21, '08 2:12 AM


untuk semuanya
Sejarah Perumusan Pancasila

Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian
hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso (
atau ) pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1
Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

Organisasi yang beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini
mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan
falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu,
Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi
dasar negara Indonesia.

Dalam pidato singkatnya hari pertama, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi
negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu persatuan,
kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada hari ketiga,
Soekarno mengusulkan juga 5 asas. Kelima asas itu, kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau perikemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan
ketuhanan yang Maha Esa, yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa
kelima asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila,
diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui
sebagai hari lahirnya pancasila.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa
utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai
berikut:

Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang
berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya".



Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah
tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah
dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman
Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka
menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya
bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada
Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.


6:02 AM | Diposkan oleh Sejarahku
Sejarah Hari Lahir Pancasila



Setidaknya ada tiga tanggal yang berkaitan dengan hari lahir Pancasila, yaitu tanggal 1 Juni
1945, tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945. Walaupun demikian, selama masa
pemerintahan Presiden Soeharto, hari lahir Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni.
Setelah Reformasi 1998, muncul banyak gugatan tentang hari lahir Pancasila yang
sebenarnya.

Hingga tahun 2011, masih muncul perdebatan di kalangan anggota MPR RI tentang hari lahir
Pancasila yang sebenarnya (Pelita, 24/5/2011). Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Tohari
mengungkapkan dasar bagi ketiga tanggal tersebut. Tanggal 1 Juni 1945 adalah tanggal
ketika kata "Pancasila" pertama kali diucapkan oleh Ir. Soekarno (saat itu belum diangkat
menjadi Presiden RI) pada saat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Kata "Pancasila" muncul kembali dalam Piagam Jakarta yang
bertanggal 22 Juni 1945.

Rumusan yang kemudian dijumpai dalam rumusan final Pancasila yang dikenal oleh warga
negara Indonesia juga muncul dalam Mukadimah atau Pembukaan UUD 1945 yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai konsititusi negara RI. Namun di dalam Mukadimah ini
tidak terdapat kata "Pancasila". Rumusan di dalam Mukadimah ini juga memiliki perbedaan
dengan rumusan yang diajukan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dan rumusan yang
terdapat dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945.

Ketika Jepang semakin terdesak dalam Perang Dunia II, Pemerintah Pendudukan Bala
Tentara Jepang di Jawa melalui Saiko Syikikan Kumakici Harada mengumumkan secara resmi
berdirinya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
1 Maret 1945. Dr. KRT Rajiman Widyodiningrat ditunjuk sebagai Ketua. Ir. Soekarno yang
saat itu sudah menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan terkemuka menyetujui
pengangkatan tersebut karena menganggap bahwa dengan menjadi anggota, Ir. Soekarno
sendiri akan lebih leluasa bergerak. BPUPKI terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian Perundingan
yang diketuai oleh Rajiman dan Bagian Tata Usaha yang diketua oleh RP Suroso dengan
wakil MR AG Pringgodigdo.

Rumusan Awal: Pancasila 1 Juni 1945
BPUPKI menggelar dua kali sidang. Sidang pertama dibuka pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
di gedung Cuo Sangi In dan pada tanggal 10 - 16 Juli 1945. Sidang pertama menetapkan
Dasar Negara Pancasila dan sidang kedua menetapkan rancangan UUD 1945. Dalam sidang
pertama, tepatnya pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Mohamad Yamin mengucapkan pidato
yang berisi tentang asas-asas yang diperlukan sebagai dasar negara. Pada sidang tanggal 31
Mei, Prof. Dr. Soepomo juga mengungkapkan uraian tentang dasar-dasar negara.

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengajukan pemikiran sebagai berikut:
Dasar negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka, haruslah kokoh
kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa dasar negara itu hendaknya jiwa, pikiran-
pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar negara Indonesia hendaknya
mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-sifat yang mutlak keindonesiaannya dan
sekalian itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, aliran, dan golongan penduduk. (Rahayu Minto, ?:37)

Dalam pidato tersebut, Ir. Soekarno juga mengemukakan dan mengusulkan lima prinsip atau
asas yang sebaik-baiknya dijadikan dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisasi atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan
5. Ketuhanan

Kata "Pancasila" muncul dalam pidato tersebut:
Dasar negara yang saya usulkan. Lima bilangannya. Inilah Panca Dharma? Bukan! Nama
Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan
dasar. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya menamakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa (Muhammad Yamin) namanya Pancasila. Sila artinya asas atau dasar
dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia kekal dan abadi. (Minto,
ibid.)

Rumusan Awal Pancasila: 22 Juni 1945
BPUPKI membentuk dua panitia kerja, yaitu Panitia Perancang UUD, yang berhasil
menyusun RUUD RI, dan panitia lain yang kemudian dikenal sebagai Panitia 9. Panitia 9
terdiri dari 9 orang anggota dan menyusun Piagam Jakarta yang kemudian dipertimbangkan
untuk dimasukkan ke dalam naskah rancangan Mukadimah atau Pembukaan UUD 1945.
Lima asas yang diajukan oleh Panitia 9 memiliki perbedaan dari sila-sila yang diajukan oleh
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam Piagam Jakarta, sama sekali tidak terdapat kata "Pancasila".

Rumusan Awal Pancasila: 18 Agustus 1945
Setelah dua kali bersidang, BPUPKI dibubarkan. Pemerintah Pendudukan Bala Tentara
Jepang kemudian membentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada
tanggal17 Agustus 1945, Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno, ditemani oleh Mohamad
Hatta, di rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Esok harinya, PPKI
bersidang dan menetapkan beberapa keputusan, yaitu:
1. Mensahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.
2. Mensahkan dan menetapkan UUD 1945.
3. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI masing-masing menjadi
Presiden dan Wakil Presiden.
4. Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP).

Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI memutuskan pembagian wilayah RI menjadi 8 provinsi
di mana tiap provinsi dibagi lagi menjadi karesidenan-karesidenan. PPKI juga menetapkan
pembentukan departemen-departemen pemerintah.

Di dalam naskah Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustsu 1945,
kelima asas yang kemudian dikenal sebagai "Pancasila" dimasukkan seluruhnya ke dalam
alinea IV dengan urutan yang sama dengan yang dikenal selanjutnya.

Rumusan Awal Pancasila: Konsitutusi RIS 1949
Setelah KMB ditandatangani oleh pihak RI dan Belanda di Den Haag, RI menjadi bagian dari
sebuah negara lebih besar yang bernama RIS atau Republik Indonesia Serikat. RIS memiliki
konstitusi sendiri yang disusun di kota Scheveningen. Konstitusi ini terdiri dari 96 pasal dan
mulai berlaku sejak 27 Desember 1949. Kelima asas yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 milik RI juga tercantum dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949, juga di Alinea IV,
namun dengan rumusan yang lebih singkat dan tetap tanpa kata "Pancasila":
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

Rumusan Awal Pancasila: UUD 1950
Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS secara resmi dibubarkan setelah Presiden Soekarno
mengumumkan berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sebuah panitia yang
diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo menyusun UUDS RI 1950 yang terdiri dari 147 pasal.
Kelima asas Pancasila tetap tercantum dalam UUDS 1950 dengan urutan dan redaksional
sama dengan yang tercantum dalam konstitusi RIS 1949.

Rumusan Awal Pancasila: Dekrit Presiden 1959
Setelah kembali menjadi negara kesatuan, Republik Indonesia melaksanakan pemilihan
umum pada tahun 1955. Dari hasil pemilihan umum tersebut, terbentuk sebuah badan
tinggi negara yang bernama Konstituante. Salah satu tugas Konstituante adalah membentuk
UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950. Tugas ini tidak berhasil dilaksanakan sehingga
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959. Salah satu ketetapan Dekrit
Presiden tersebut adalah pemberlakukan kembali UUD 1945. Kelima asas Pancasila tetap
tercantum dalam alinea IV.

Pancasila Selama Orde Baru
Selama masa pemerintahan Orde Baru, sikap pemerintah terhadap Pancasila ambigu. Pada
tahun 1970, pemerintah Orde Baru melalui Kopkamtib melarang peringatan 1 Juni sebagai
hari lahir Pancasila (Asvi Warman Adam, 2009:26). Walaupun demikian, dalam
perkembangan selanjutnya pemerintah Orde Baru justru mengembangkan Pancasila dengan
memperkenalkan Eka Prasetya Panca Karsa, yang menjadi materi dalam penataran P4 yang
sifatnya wajib bagi semua instansi, baik pemerintah maupun swasta.

Sejak masa pemerintahan Orde Baru, sejarah tentang rumusan-rumusan awal Pancasila
didasarkan pada penelusuran sejarah oleh Nugroho Notosusanto melalui buku Naskah
Proklamasi jang Otentik dan Rumusan Pancasila jang Otentik (Pusat Sejarah ABRI,
Departemen Pertahanan-Keamanan, 1971). Adam (2009:27) mengungkapkan, Nugroho
menyatakan ada empat rumusan Pancasila, yaitu rumusan yang disampaikan oleh
Mohammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, rumusan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945, rumusan yang diajukan oleh Panitia 9 yang diajukan pada tanggal
22 Juni 1945, dan rumusan yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Nugroho meyakini bahwa rumusan Pancasila adalah
rumusan yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945.

AB Kusuma (via Adam, 2009:28) melalui sebuah makalah bertajuk Menelusuri Dokumen
Historis Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan mengungkapkan bahwa
berdasarkan nota yang ditemukan kembali padatahun 1989, tidak benar bahwa Mohamad
Yamin yang pertama kali mengungkapkan tentang rumusan dasar negara. Kusuma mengakui
bahwa Ir. Soekarno-lah yang menjadi penggali Pancasila. Panitia Lima yang diketuai
Mohammad Hatta juga mengakui Ir. Soekarno sebagai orang yang pertama kali berpidato
tentang Pancasila.

Hari lahir Pancasila yang sebenarnya hingga kini masih belum disepakati oleh para
sejarawan walaupun secara resmi pemerintah RI memperingati tanggal 1 Juni sebagai hari
lahir Pancasila. Namun, peringatan-peringatan resmi kenegaraan yang diadakan sejak
Reformasi 1998 belum memiliki dasar hukum yang kuat karena belum ada Keppres atau
Ketetepan Presiden yang mengatur penetapan tanggal 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila.***


Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan tahun lamanya. Hal ini disebabkan
bersamaan dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula
suatu sistem penjajahan bangsa Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan baru
yang secara khusus diharapkan dapat membantu mereka yang terlibat perang. Menjelang
akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara terus menerus menderita kekalahan perang
dari sekutu. Hal ini kemudian membawa perubahan baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo
dengan janji kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7 september
1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85. Janji tersebut kemudian
diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi Haroda tanggal 1 maret 1945 yang merencanakan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepala pemerintahan Jepang
untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan Anggota sebanyak 60 orang yang
merupakan wakill atau mencerminkan suku/golongan yang tersebar di wilaya Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh DR Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua R.P Suroso dan
Penjabat yang mewakili pemerintahan Jepang Tuan Hchibangase. Dalam melaksanakan
tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia
perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai dasar
negara. Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut. Mr. Muhammad
Yamin, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan rumus asas dan dasar
degara sebagai berikut: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri
Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat. Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad
Yamin menyampaikan usul tertulis naskah Rancangan Undang-Undang Dasar. Di dalam
Pembukaan Rancangan UUD itu, tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbunyi
sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mr Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain dalam pidatonya menyampaikan usulan
lima dasar negara, yaitu sebagai berikut :
1. Paham Negara Kesatuan
2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar Bangsa
Catatan : Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila,
juga memberikan pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini tertuang di dalam
salah satu pidatonya .., bahwa jika kita hendak mendirikan Negara
Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka
negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang integralistik, negara
yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya
dalam lapangan apapun. Ir. Soekarno, dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
mengusulkan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. KeTuhanan yang berkebudayaan.
Catatan : Konsep dasar negara yang diajukan oleh Ir. Soekarno tersebut, dapat diperas
menjadi Tri Sila, yaitu :
Sila Kebangsaan dan Sila Internasionalisme diperas menjadi Socio Nationalisme;Sila Mufakat
atau Demokratie dan Sila Ketuahanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila tersebut
dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong. Panitia Kecil pada sidang PPKI
tanggal 22 Juni 1945, memberi usulan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Catatan : Paniti kecil mempunyai tugas untuk menggolong-golongkan dan memeriksa
catatan-catatan tertulis selama sidang. Rapat Panitia Kecil telah diadakan bersama-sama
dengan 38 anggota BPUPKI di kantor Besar Jawa Hookookai dengan susunan sebagai berikut
:
Ketua : Ir. Soekarno Anggota : 1) K.H.A Wachid Hasjim,2) Mr. Muhammad Yamin, 3) Mr. A.A.
Maramis, 4) M. Soetardjo Kartohadikoesoemo, 5) R. Otto Iskandar Dinata, 6) Drs.
Mohammad Hatta, 7) K. Bagoes H. Hadikoesoemo. Selanjutnya, dalam sidang yang dihadiri
oleh 38 orang tersebut telah membentuk lagi satu Panitia Kecil yang anggota-anggotanya
terdiri dari : Drs. Mohammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Mr. A. Subardjo, Mr. A.A.
Maramis, Ir. Soekarno, Kiai Abdul Kahar Moezakkir, K.H.A. Wachid Hasjim, Abikusno
Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim. Panitia Kecil inilah yang sering disebut sebagai panita 9
(sembilan) yang pada akhirnya menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Rumusan
Akhir Pancasila yang di tetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dalam sidang PPKI memberi
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia Rumusan inilah yang kemudian dijadikan
dasar negara, hingga sekarang bahkan hingga akhir perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia bertekad bahwa Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah oleh
siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu. Jika merubah dasar negara Pancasila sama
dengan membubarkan negara hasil proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966). Kedudukan
Pancasila Bagi Bangsa Indonesia. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara (dasar filsafat negara) dan ideologi
negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan bernegara yang
disebut cita hukum (staatsidee), merupakan cita hukum yang harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga mempunyai fungsi dan
kedudukan sebagai pokok atau kaidah negara yang mendasar (fundamental norma).
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh
siapapun, termasuk oleh MPR-DPR hasil pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti
membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa hukum
dasar tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus bersumber dan
berada dibawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut. a. Dasar Hukum Pancasila
Sebagai Dasar Negara Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan bunyi
Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat .., maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada; Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut
meskipun tidak tercantum kata Pancasila, namun bangsa Indonesia sudah bersepakat
bahwa lima prinsip yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia disebut Pancasila.
Kesepakatan tersebut, tercantum pula dalam berbagai Ketetapan MPR-RI diantaranya
sebagai berikut : 1) Ketetapan MPR RI No.XVIII/MPR/1998, pada pasal 1 menyebutkan
bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. 2) Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, diantaranya
menyebutkan : Sumber Hukum dasar nasional yang tertulis dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. b. Pancasila Memenuhi Syarat Sebagai Dasar Negara Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, dasar negara Pancasila perlu difahami konsep, prinsip dan nilai
yang terkandung di dalamnya agar dapat dengan tepat mengimplementasikannya. Namun
sebaiknya perlu diyakini terlebih dahulu bahwa Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar
negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan beragam suku, agama, ras dan
antar golongan yang ada. Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut.
1) Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Pada Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing.
Kemudian pada Sila Persatuan Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam satu
kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing sepert apa adanya.
2) Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik, dengan
menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan secara berkeadilan yang disesuaikan dengan kemampuan dan hasil
usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3) Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau sesuai dengan Sila
Persatuan Indonesia.
4) Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5) Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan Sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam mencapai tujuan tersebut.
Proses Perumusan Pancasila
September 28th, 2012 Admin 0 Comments

Jika kita membahas proses perumusan pancasila maka kita tidak akan bisa terlepas dari
sejarah dijajahnya Indonesia. Bisa dibilang tanpa dijajah mungkin kita tidak akan mengenal
pancasila ataupun Indonesia karena sebelumnya bangsa Indonesia memang bangsa yang
terpecah belah dengan terdiri dari beberapa kerajaan yang saling berdiri sendiri. Hingga
akhirnya masuklah bangsa eropa yang kemudian memperbudak rakyat Indonesia.

Masuknya Jepang pada tahun 1942 ke Indonesia membawa warna baru bagi rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia yang sudah sengsara dijajah Belanda selama kurang lebih tiga
setengah abad merasakan nuansa jajahan baru yang seperti Neraka. Betapa tidak ternyata
penjajahan belanda masih lebih ringan dibandingkan dengan Jepang yang sangat menyiksa
rakyat Indonesia. Jika pemerintahan Belanda hanya mencoba menguasai sumber daya alam
dan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya kedatangan Jepang bukan hanya
memperoleh keuntungan semata namun memaksa rakyat Indonesia untuk membantu
mereka berperang menghadapi sekutu. Tapi siapa sangka dari penjajahan Jepang inilah
pejuang kita melihat celah dan memperoleh kemerdekaan yang masih tetap dipertahankan
hingga saat ini.

Hingga akhir tahun 1944 Jepang terus menerus mengalami kekalahan dari pihak sekutu.
Dengan maksud ingin mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia pemerintah Jepang di
Tokyo menjanjikan kemerdekaan untuk indonesia. Pengumuman janji kemerdekaan ini
diumumkan pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang
(Teikoku Gikai) ke-85 oleh Perdana Menteri Jepang, Koiso. Selanjutnya janji tersebut
disampaikan pada rakyat Indonesia oleh Jenderal Kumakhichi Harada pada tanggal 1 Maret
1945. Sebagai bentuk realisasi janji kemerdekaan maka dibentuklah Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI pada tanggal 29 April 1945.

BPUPKI dibentuk dengan beranggotakan sebanyak 60 orang yang terdiri dari wakil-wakil
suku dan golongan beberapa wilayah di Indonesia sedangkan yang mewakili pemerintahan
Jepang adalah Tuan Hachibangase. Untuk mempermudah langkah kerjanya maka BPUPKI
membentuk panitia kecil yakni panitia 9 dan panitia perancang UUD. Dari sinilah proses
perumusan pancasila berjalan.

Proses perumusan pancasila berlangsung cukup lama. Berikut ini beberapa tahap sidang
BPUPKI dalam merumuskan pancasila.

Rumusan pancasila Mr. Muhammad Yamin

Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya Mr. M. Yamin
menyampaikan 5 rumusan dasar Negara, yakni:

Peri Kebangsaan.
Peri Kemanusiaan.
Peri Ketuhanan.
Peri Kerakyatan.
Kesejahteraan Rakyat.

Selanjutnya Mr. Muhammad Yamin menyampaikan rumusan naskah Rancangan UUD yang
di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara berikut ini:

Katuhanan Yang Maha Esa.
Kebangsaan Persatuan Indonesia.
Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Perumusyawaratan
Perwakilan.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila Mr. Soepomo

Dalam sidang kedua, pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Soepomo berkesempatan
menyampaikan rumusan 5 dasar negara, yaitu berbunyi sebagai berikut:

Paham Negara Kesatuan.
Perhubungan Negara dengan Agama.
Sistem Badan Permusyawaratan.
Sosialisasi Negara.
Hubungan antara-Bangsa.

bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan
sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
(staatside) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya. Yang
mengatasi seluruh golongannya dalam lapangan apa pun. [paham Integralistik dalam pidato
Mr. Soepomo]



Rumusan Pancasila Ir. Soekarno

Selanjutnya pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 rumusan dasar negara,
yakni sebagai berikut:

Kebangsaan Indonesia.
Internasionalisme atau perikemanusiaan.
Mufakat atau demokrasi.
Kesejahteraan sosial.
Ketuhanan yang berkebudayaan.



Rumusan Pancasila Panitia 9

Dalam sidang PPKI (pengganti dari BPUPKI) tanggal 22 Juni 1945 panitia 9 memberi usulan
rumusan dasar negara yang di ilhami dari berbagai pendapat sebelumnya:

Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemerintah pemeluknya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Susunan panitia 9
Ketua: Ir. Soekarno.
Anggota:

K. H. A. Wachid Hasjim
Mr. Muhammad Yamin
Mr. A. A. Maramis
M. Soetarjdo Kartohadikoesomo
R. Otto Iskandar Dinata
Drs. Mohammad Hatta
K. Bagoes H. Hadikoesomo.

Panitia 9 mengadakan rapat bersama dengan 38 anggota BPUPKI di kantor Besar Jawa
Hookookai. Panitia kecil bertugas menggolong-golongkan dan memeriksa catatan tertulis
selama persidangan. Selanjutnya dibentuk lagi satu Panitia Kecil yang anggota-anggotanya
terdiri dari Drs. Mohammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A.
Maramis, Ir. Soekarno, Kiai Abdul Kahar Moezakkir, K. H. A. Wachim Hasjim, Abikusno
Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim. Panitia Kecil atau panitia 9 inilah yang pada akhirnya
menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).



Rumusan akhir

Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945 atau tepatnya setelah proklamasi kemerdekaan
ditentukanlah rumusan akhir yang mengakhiri proses perumusan pancasila dengan hasil
pancasila sebagai berikut:

Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

You might also like