Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
ARDHIAN SOLICHIN
0806367815
Nama
: Ardhian Solichin
NPM
: 0806367815
Tanda Tangan :
Tanggal
: Juni 2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Indentifikasi Laju Reaksi
Penyisihan Linear Alkylbenzene Sulfonat, Amonia, Besi dan Mangan Melalui
Proses Hibrida Ozonasi dan Teknologi Membran dapat terselesaikan dengan
baik. Penyusunan skripsi ini adalah salah satu dari tugas akhir yang harus
dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian pendidikan Strata
Satu (S1) di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, saya menguncapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Eva Fathul Karamah, ST, MT, selaku dosen pembimbing yang begitu
sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingannya serta telah
mengorbankan waktu dan tenaga dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah banyak memberikan support
kepada saya.
3. Teman-Teman angkatan 2008, yang banyak membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satupersatu dan terutama kepada wiji suryandari atas doa, cinta, dan
dukungannya.
Semoga Allah memberikan imbalan serta amal baik atas budi luhur Bapak/Ibu
tersebut diatas.
Saya menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, saya
berharap agar dimasa yang akan datang tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Ardhian Solichin
NPM
: 0806367815
Program Studi
: Teknik Kimia
Departemen
: Teknik Kimia
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Skripsi
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.
Dibuat di
: Depok
(Ardhian Solichin)
ABSTRAK
Nama:
Ardhian Solichin
Judul :
Identifikasi
Laju
Reaksi
Penyisihan
Linear
Alkilbenzene
Salah satu metode pengolahan air konsumsi terhadap pencemaran organik ataupun logam
terlarut adalah dengan metode hibrida gabungan ozonasi dan filtrasi dengan membran.
Ozonasi digunakan untuk mengurangi fouling pada membran, selain itu juga ozonasi
digunakan sebagai pretreatment awal untuk meningkatkan kerja filtrasi membran seperti
meningkatkan suhu. Membran digunakan untuk menyaring limbah atau bahan pencemar
pada air. Untuk mengetahui besarnya reaksi penyisihan limbah dapat dilihat pada nilai
konstanta laju reaksi tersebut. Dari percobaan dilakukan sebanyak 3 tingkat maka nilai
konstanta reaksi untuk masing masing limbah adalah 1,59 x 10-9 mol/s, 1,56 x 10-9 mol/s,
dan 2,14 x 10-9 mol/s untuk LAS. 1,89 x 10-8 mol/s, 1,19 x 10-12 mol/s, dan 5,07 x 10-8
mol/s untuk Amonia. 3,34 x 10-10 mol/s, 1,67 x 10-10 mol/s, dan 9,71 x 10-9 mol/s untuk
mangan. 1,38 x 10-8 mol/s, 2,95 x 10-8 mol/s, 9,43 x 10-7 mol/s untuk besi.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
1.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSATAKA
10
12
14
15
16
METODE PENELITIAN
18
18
19
2.
3.
20
20
20
Halaman
4.
3.2.4 Validasi
21
22
22
23
24
26
27
4.2.4
29
30
31
33
35
4.3.4
37
39
40
41
47
51
58
63
67
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
10
Tabel 2.3
11
Tabel 2.4
13
Tabel 4.1
25
Tabel 4.2
26
Tabel 4.3
28
Tabel 4.4
29
Tabel 4.5
31
Tabel 4.6
33
Tabel 4.7
35
Tabel 4.8
37
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
58
Tabel 4.16
55
Tabel 4.15
51
Tabel 4.14
48
Tabel 4.13
44
Tabel 4.12
40
61
64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
13
Gambar 3.1
18
Gambar 4.1
23
Gambar 4.2
25
Gambar 4.3
27
Gambar 4.4
28
Gambar 4.5
30
Gambar 4.6
32
Gambar 4.7
32
Gambar 4.8
34
Gambar 4.9
34
36
38
38
41
42
46
47
Halaman
Gambar 4.18 Perubahan pH Terhadap Waktu pada Proses
Penyisihan Ammonia
50
50
53
54
57
60
Gambar 4.24 Hasil Linearisasi pada orde nol (n=0) pada penyisihan
Ammonia campuran
63
66
BAB I
PENDAHULUAN
Jakarta, menunjukkan bahwa persentase sumur yang melebihi baku mutu air minum
untuk parameter amonia dan detergen yaitu masing-masing sebesar 19,67% dan 47,67%
(BPPT, n.d 2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, kandungan
maksimum besi yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 0,3 mg/L, mangan
0,1 mg/L, amonia 1,5 mg/L, LAS (Linear Alkylbenzene Sulfonat, sebagai surfaktan pada
deterjen) sebesar 0,05 mg/L. Kandungan besi yang berlebih pada air minum dapat
menyebabkan efek jangka pendek (akut) bagi yang mengkonsumsinya seperti iritasi
terhadap tenggorokan saluran pernafasan dan hidung serta efek jangka panjang (kronis)
seperti gangguan pada hati, sistem kardiovaskular, saluran pernafasan atas, pankreas
(Iron Metal MSDS, n.d. 2007). Mangan dalam jumlah yang melebihi baku mutu juga
dapat menyebabkan iritasi terhadap tenggorokan (akut) dan gangguan pada paru-paru,
otak, darah, sistem saraf pusat (kronis) (Manganese MSDS, n.d. 2007). Sedangkan
kandungan amonia yang berlebih pada tubuh manusia dapat mengakibatkan mual,
muntah dan pingsan (MSDS Anhydrous Ammonia, n.d. 2007). Linear Alkylbenzene
Sulfonat dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan,
luka bakar pada saluran pencernaan, muntah, dan diare (MSDS LAS, n.d. 2007). Oleh
karena itu, untuk menghindari efek negatif seperti yang dijelaskan diatas, maka sumber
air minum yang mengandung bahan kimia (seperti : besi, mangan, amonia dan LAS)
perlu diolah terlebih dulu sebelum dikonsumsi oleh manusia.
Pada umumnya metode pengolahan air yang digunakan untuk menyisihkan bahan
pencemar pada sumber air minum adalah dengan metode kimia, fisika maupun kombinasi
dari keduanya. Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi, aerasi, pertukaran ion
(ion exchange), flotasi maupun adsorpsi. Sedangkan metode kimia dapat dengan cara
klorinasi, ozonasi, koagulasi serta flokulasi.
Teknologi membran merupakan salah satu teknologi alternatif dalam pengolahan
air limbah. Keunggulan teknologi membran dibandingkan dengan pengolahan
konvensional di antaranya adalah energi yang digunakan relatif rendah untuk operasi dan
pemeliharaan, peralatannya modular sehingga mudah di-scale up, tidak memerlukan
kondisi ekstrem (temperatur dan pH), tidak memerlukan bahan kimia dan tidak
menghasilkan limbah tambahan, serta mudah dikombinasikan dengan proses lain
(Budiyono & Buchori, 2007; Wenten, 1996; Fane, n.d). Namun membran juga memiliki
kekurangan, yaitu mudah mengalami fouling (penyumbatan) baik di dalam maupun di
luar dari pori membran. Terjadinya fouling akan menyebabkan penurunan fluksi permeat
dan menurunkan efisiensi ekonomi dari plant pengolahan air. Fouling dapat terjadi
karena adanya pertumbuhan biologis oleh bakteri maupun mikroorganisme, adsorpsi
organik pada permukaan membran serta endapan material koloid. Fouling yang
disebabkan oleh pertumbuhan biologis dapat dicegah dengan penambahan disinfektan,
sedangkan fouling yang terjadi akibat material koloid dan senyawa organik dapat dicegah
dengan perlakuan awal (pretreatment) (Manis et al., 2006).
Salah satu metode perlakuan awal yang biasa digunakan untuk membran adalah
dengan ozonasi. Ozonasi merupakan teknologi yang ramah terhadap lingkungan, instalasi
pengolahannya tidak membutuhkan tempat yang luas, proses pengolahannya relatif cepat,
tidak memerlukan pemakaian bahan kimia lain serta dapat membentuk radikal hidroksida
(OH) yang merupakan oksidator terkuat dalam air hasil dari dekomposisi ozon (Bismo,
1998). Namun ozon memiliki kelarutan dan stabilitas ozon dalam air yang relatif rendah
(I. Oyane et al., 2005; Gunten, 2003a).
Advanced Oxidation Procecces (AOPs) merupakan pengolahan limbah cair yang
memanfaatkan radikal hidroksil yang tebentuk dengan cara oksidasi dengan
menggunakan gas ozon yang dikombinasikan dengan proses lain seperti sinar ultraviolet,
peroksida, ataupun kavitasi. Pada proses oksidasi lanjut, teknik berikut digunakan seperti:
proses berbasis H2O2 (H2O2 + UV, Fenton, photo-Fenton dan proses Fenton lainnya),
fotolisis, fotokatalisis, proses berbasis ozon (O3, O3 + UV dan O3 + katalis) (Pera-Titus
dkk, 2003).
Teknologi oksidasi lanjut berbasis ozon dilakukan karena proses ini bersifat
sebagai oksidator. Selain itu, ozon mudah terdekomposisi menjadi senyawa-senyawa
yang jauh lebih reaktif yaitu radikal OH dan akan bereaksi dengan senyawa-senyawa lain
yang tidak dapat bereaksi dengan ozon. Teknologi oksidasi lanjut berbasis ozon juga
efektif digunakan dalam pengolahan air yang mengandung komponen organik yang sulit
untuk dihilangkan.
Kekurangan dari proses ini adalah kelarutan dan stabilitasnya ozon di air yang
rendah dengan cepat terdekomposisi menjadi oksigen. Pada proses ozonasi, laju reaksi
kimia total dipengaruhi oleh kinetika reaksi dan perpindahan massa. Laju perpindahan
massa ozon dapat ditingkatkan dengan memperbesar luas permukaan kontak melalui
penggunaan gelembung dengan diameter yang lebih kecil tau disebut gelembung mikro.
Fenomena kavitasi dapat memaksimalkan kinerja ozon. Hal inilah yang membuat
teknologi oksidasi lanjut berbasis ozonasi dan kavitasi merupakan teknologi alternatif
yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air.
Proses pengolahan air minum dengan menggunakan metode hibrida ozonasi
membran telah banyak dilakukan sebelumnya. Antara lain yaitu dengan menggunakan
kombinasi proses ozonasi dan membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi dari bahan keramik
terbukti mampu mengurangi fouling (Sclichter, et al., 2003). Penelitian lainnya juga
telah dilakukan dengan ozonasi gelembung mikro untuk menyisihkan logam besi (Fe),
Mangan (Mn), Amonia (NH3), dan linear alkilbenzene sulfonat (LAS) (Nofi Rahmawati
A.R.S. 2011). Penelitian ini hanya sebatas melakukan penelitian tentang kemampuan
proses hibrida ozonasi-membran dalam menyisihkan senyawa polutan dalam air tanpa
menjelaskan identifikasi laju reaksi penyisihan tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pengembangan aplikasi dari data yang
dihasilkan dari penelitian tersebut untuk menggambarkan kinetika reaksi penyisihan yang
terjadi, yaitu dengan cara melakukan identifikasi laju reaksi. Identifikasi laju reaksi yang
akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggaplikasikan data yang dihasilkan
dari penelitian sebelumnya ke dalam suatu persamaan kinetika empiris. Tujuannya adalah
untuk menentukan parameter kinetika seperti konstanta laju reaksi dan orde reaksi yang
terjadi selama proses penyisihan polutan. Dengan cara ini, diharapkan dapat memberikan
suatu gambaran mengenai laju reaksi penyisihan polutan dalam air.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
fenomena kinetika berdasarkan identifikasi laju reaksi dalam reaksi penyisihan polutan
dalam air yang meliputi penentuan konstanta laju reaksi dan orde reaksi dari suatu model
kinetika empiris yang dihasilkan dari pengaplikasian data dari penelitian sebelumnya
dengan pendekatan matematis.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja unit pengolahan air dengan
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB 1
PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentnang teori kinetika umum, teori kinetika ozonasi dan aplikasi
kinetika.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Berisikan tentang metode penelitian
BAB 4
BAB 5
KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan bab ini terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu: pembahasan
mengenai karaktersistik besi, mangan, amonia, LAS, Kinetika Reaksi Langsung Ozon,
Penerapan Kinetika Kimia, dan Penentuan Model Kinetika
dan dipengaruhi oleh pH. Selain itu juga, penggunaan gas klor (Cl2) saat ini dihindari
karena dapat berpotensi menghasilkan Trihalometan (THMs), organo-klorida lainnya,
atau bahkan dioksin yaitu senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik
akibat adanya reaksi antara senyawa-senyawa organik berhalogen dalam air baku dengan
gas klor (Vercellotti, 1988).
Potasium permanganat juga telah banyak digunakan untuk mengoksidasi besi dan
mangan. Umumnya penggunaan
bahan kimia yaitu dengan filter manganese green sand (pasir mangan). Namun metode
tersebut memiliki kelemahan yaitu biaya bahan kimia yang tinggi dan kerusakan filter
ketika pH dibawah 7 (Hoigne' et al, 1985). Hoign dkk (1985), menggunakan ozon untuk
mengoksidasi besi dengan pH larutan awal 7, dimana besi dapat teroksidasi secara
sempurna hanya dalam waktu kurang dari 2 menit.
Resin pertukaran ion (ion exchanger) dapat digunakan untuk menyisihkan ion-ion
logam (senyawa anorganik) dari air minum termasuk besi dan mangan, namun
pembentukan oksida logam tidak terlarut dapat menurunkan kinerja resin pertukaran ion
(Vaaramaa & Lehto, 2003).
Kwang-Ho Choo dkk (2005), melakukan penelitian menggunakan gas klorasi
diikuti dengan membran ultrafiltrasi (UF) untuk menyisihkan besi
(1 mg/L) dan
mangan (0,5 mg/L). Hasilnya, penyisihan besi dalam jumlah besar dapat tercapai
meskipun tanpa menggunakan gas klor, karena dengan oksigen terlarut saja sudah
mampu mengoksidasi ferro (besi terlarut) menjadi ferri (endapan zat besi) yang kemudian
akan dihilangkan dengan membran UF. Jumlah penyisihan mangan dapat diabaikan
dengan tidak adanya gas klor, tapi dengan penambahan gas klor efisiensi penyisihan
mangan meningkat tajam dan mencapai lebih dari 80% (kurang dari 0,1 mg/L) dengan
dosis gas klor sekitar 3 mg/L sebagai Cl2. Hasil memperlihatkan bahwa endapan material
oleh oksidasi (ferrihidrat) dapat berperan dalam menghilangkan NOM dan kekeruhan dari
air dengan cara menyerapnya (sorption).
Besi dapat membentuk larutan kompleks dengan zat organik (seperti : jenis asam humic
dan asam fulvic) yang terdapat pada air permukaan atau air tanah. Bentuk larutan
kompleks tersebut dimungkinkan tidak dapat teroksidasi menjadi bentuk tidak terlarut
(insoluble) tanpa menggunakan oksidan kuat (Vaaramaa & Lehto, 2003).
Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di
55,85 g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3. Untuk lebih lengkapnya sifat fisika
untuk besi dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini :
Sifat Fisika
Nilai
7,86
1.538
2.861
13,81
340
25,1
Sifat Fisika
Nilai
7,21
1519
2334
12.91
221
26.32
Rumus Molekul
NH3
Berat molekul
17,03 gram/g.mol
Titik didih
-33,45 oC
-77,7 oC
Temperatur kritis
207,5 oC
Tekanan kritis
111,3 atm
Hof
-39,222 kJ/mol
Volume kritis
0,08040 m3/kg.mol
Fase
Specific gravity
0,94%
2NH3 + O2
2NO + 3H2O
(2.1)
N2 + 3H2O
(2.2)
3CuO + 2NH3
3Cu + 3H2O + N2
(2.3)
4. Reaksi substitusi
NH3 + HX NH4+ + X-
(2.4)
(2.5)
5. Reaksi ammonolisis
HgCl2 + 2NH3
Hg(NH2)Cl + NH4Cl
(2.6)
Amonia dapat menjadi limbah organik yang beracun dan berbahaya. Amonia
yang terlarut dalam lingkungan perairan merupakan masalah besar karena dapat
membahayakan kesehatan manusia dan merusak lingkungan. Berdasarkan data Lembaga
Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah tahun 2003, delapan sungai di Bekasi
telah tercemar oleh limbah amonia. Kandungan amonia di Sungai Blencong - Bekasi
mencapai 11,60 mg/L; Sungai Bojong mencapai 19,52 mg/L; dan Sungai Kaliabang Hilir
mencapai 59,06 mg/L. Selain itu, didapatkan tambahan data bahwa bahan baku air yang
dikelola PT Thames PAM Jaya atau TPJ, yang berasal dari Kali Malang, tercemar
amonia berkadar tinggi, yakni 1,77 ppm (part per million). Sedangkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, konsentrasi
amonia yang diperbolehkan berada dalam air bersih adalah sebesar 1,5 mg/L.
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat
memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm
volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Amonia juga dapat
menyebabkan timbulnya gejala gangguan patologis yaitu gangguan terhadap organ-organ
dalam seperti hati, ginjal dan menimbulkan komplikasi.
2.4. Linier Alkil Benzen Sulfonat (LAS)
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu bagian hidrofil dan hidrofob. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu anionik,
kationik, ionik dan amfoterik. Linear Alkil benzen Sulfonat (LAS) merupakan salah satu
surfaktan dalam bentuk anionik. Senyawa LAS dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Untuk sifat-sifat fisika dari LAS, dapat dilihat Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.4. Sifat-sifat Fisika LAS
Rumus Molekul
C12H25C6H4SO3Na
Berat Molekul
348 gram/g.mol
Titik Didih
637 oC
Titik Leleh
277 oC
Densitas
1198,4 kg/m3
Kapasitas Panas
0,6 kcal/kg.K
Viskositas
23,87 cp
(sumber : www.chemicalland21.com)
Sedangkan sifat-sifat kimia dari LAS adalah sebagai berikut sangat larut dalam air
dan bersifat sebagai surfaktan yang menimbulkan busa.
LAS merupakan campuran kompleks homolog yang berbeda panjang rantai alkil
(C10 - C13) dan isomer posisi fenil 2 sampai 5-fenil, yang masing-masing memiliki
sebuah cincin aromatik tersulfonasi pada posisi para dan melekat pada sebuah rantai alkil
linier pada posisi manapun dengan pengecualian dari terminal satu (1-fenil).
LAS merupakan surfaktan sintetis karena biaya yang relatif rendah, memiliki
kinerja yang baik dan mudah terdegradasi/ramah lingkungan karena
memiliki rantai lurus. LAS digunakan sebagai deterjen rumah tangga, seperti deterjen
serbuk, serbuk laundry (deterjen serbuk laundry), cairan laundry (deterjen cair), produk
pencuci peralatan rumah tangga dan pembersih. Selain itu, LAS juga digunakan dalam
industri tekstil dan fiber, bahan kimia, dan pertanian (HERA, 2009).
Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia (APEDI), surfaktan anionik
yang digunakan di Indonesia saat ini adalah alkil benzen sulfonat rantai bercabang (ABS)
sebesar 40% dan alkil benzen sulfonat rantai lurus (LAS) sebesar 60%, dengan produksi
deterjen Indonesia rata-rata per tahun sebesar 380 ribu ton. Sedangkan tingkat
konsumsinya, menurut hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di
wilayah Jabotabek pada tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8,232 kg
(http://buletin.melsa.net.id/news/46deterjen.html).
LAS pada kondisi aerob (cukup oksigen dan mikroorganisme) mudah terurai.
Tetapi, LAS tidak dapat terurai pada kondisi anaerob (tidak terdapat udara), sehingga jika
badan air memang sudah menghitam seperti kondisi sungai Jakarta, akan terjadi kondisi
anaerobik yang tidak memungkinkan LAS terurai. LAS yang tidak terurai ini memiliki
efek sangat toksik bagi organisme (cukup dapat mematikan ikan dalam kadar 3-10
mg/liter) dan bersifat bioakumulatif (tersimpan dalam jaringan) (Sudradjat, 2002).
Keberadaan LAS umumnya sebagai deterjen rumah tangga dapat memberikan
dampak jika kontak dengan kulit baik secara langsung maupun tidak langsung, terhirup
dan tertelan dari sisa pencucian yang terakumulasi di peralatan makan dan minum.
Paparannya diperkirakan 4 g/kg berat badan/hari. Pada beberapa percobaan yang
dilakukan terhadap tikus, LAS dengan konsentrasi 500 2480 mg/kg berat badan dapat
bersifat racun akut. LAS juga bersifat racun akut pada konsentrasi 9,1 mg/L untuk alga,
pada konsentrasi 4,1 mg/L untuk invertebrata, dan pada konsentrasi 3,5 mg/L untuk ikan
(HERA, 2009).
2.5. Kinetika Reaksi Langsung Ozon
Reaksi ozonasi pada air masih berhubungan dengan reaksi gas-cair pada
komponen gas (ozon) dari fase gas (oksigen dan udara) ke fase air, dimana reaksi
disimulasikan dengan zat kimia (polutan) yang menghambur. Kinetika ozone ini dapat
menentukan konstanta rata-rata reaksi dan koefesiensi transfer massa.
Pada kenyataannya kesetimbangan kimia, hukum kinetik empiris dan
penetapannya dapat dilakukan dengan cara eksperimen. Salah satu hal dari hasil
eksperimen ozon yakni reaksi homogenasi ozon, dimana ozone dan beberapa senyawa
dapat tersuspensi dalam air dan bercampur dengan masing-masing konsentrasi mereka.
Hukum kinetika memperlihatkan reaksi kimia rata-rata pada konsentrasi tertentu pada
reaksi irrevesible, dapat dilihat contoh sebagai berikut:
zO3O3
z BB
zpP
(2.7)
Reaksi ozon pada proses heterogen ataupun homogen memiliki kelebihan dan
kekurangan. Seperti contohnya pada proses homogen, tidak memiliki masalah pada
transfer massa
disayangkan, perbandingan antara transfer massa dan kecepatan reaksi kimia terjadi
sangat cepat pada reaksi ozone, sehingga dibutuhkan peralatan yang mahal untuk
menganalisanya seperti septrophotometer (Beltran, J, Fernando. 2005)
massa.
c) Memecahkan masalah dengan sistem model matematika kinetik yang
(2.8)
dC A
n
k .C Am C Oz
dt
(2.9)
Dengan menggunakan pseudo-nth order pada ozon, maka hubungan tersebut dapat
dirubah menjadi (Beltrn, Fernando J., 1955):
rA
dC A
k '.C Am
dt
(2.10)
Dimana k = k.COzn.
Dari persamaan 13, kita dapat mendapatkan orde reaksi untuk polutan A, m.
Solusi persamaannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Untuk m = 1
ln
CA
k '.t
C A0
(2.11)
Untuk m 1
(2.12)
Solusi persamaan (2.10) dan (2.11) dapat diperoleh dengan memplot grafik ln
CA
t
C A0
Dengan cara ini, nilai k dan m akan diperoleh. Selanjutnya untuk menentukan orde reaksi
ozon, n, dan nilai konstanta laju reaksi, k, dapat dicari dengan cara berikut:
(2.13)
Dengan memplot grafik ln (k) vs ln (COZ) dengan slope n makan nilai k dapat diperoleh.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Teori kinetika, kinetika ozon
dalam air dan menentukan
persamaan kinetika
Pengumpulan Data
Data konsentrasi beberapa
polutan seperti Besi, Mangan,
Penentuan Persamaan Kinetika
Validasi
dC A
n
k .C Am C Oz
dt
(3.1)
Dengan menggunakan pseudo-nth order pada ozon, maka hubungan tersebut dapat
dirubah menjadi (Beltrn, Fernando J., 1955):
rA
dC A
k '.C Am
dt
(3.2)
Dimana k = k.COzn.
Dari persamaan 2, kita dapat mendapatkan orde reaksi untuk polutan A, m. Solusi
persamaannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Untuk m = 1
ln
CA
k '.t
C A0
(3.3)
Untuk m 1
(3.4)
CA
vs t
C A0
Selanjutnya untuk menentukan orde reaksi ozon, n, dan nilai konstanta laju reaksi,
k, dapat dicari dengan cara berikut:
(3.5)
Dengan memplot grafik ln (k) vs ln (COZ) dengan slope n makan nilai k dapat diperoleh.
3.2.4 Validasi
Validasi dalam metode grafik ini adalah memilih grafik yang memiliki nilai laju
reaksi kinetik nya adalah mendekati atau sama dengan satu ( r = 1). Setelah mendapatkan
persamaan kinetika, langkah berikutnya adalah menguji persamaan kinetika tersebut
dengan data kinetika. Pengujian ini dilakukan untuk
mendapatkan persamaan kinetika yang sesuai dengan data kinetika yang ada. Pengujian
dilakukan dengan cara melihat nilai regresi linier (R2) dari grafik yang diperoleh dalam
penentuan orde reaksi pada polutan (m). Pada penelitian ini, Persamaan kinetika
dikatakan benar atau yang terbaik apabila nilai R2 mendekati 1 yang mengindikasikan
persamaan kinetika tersebut cocok untuk menjadi persamaan kinetika reaksi penyisihan
dengan proses hibrida ozonasi-membran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Air Umpan
Membran
Flowmeter Injektor
3 way valve
Pompa
Tangki Umpan
Ozonator
4.2
Karakteristik Data
Data yang diperoleh pada proses hibrida ozonasi dan membran adalah berupa data
hubungan antara konsentrasi dan waktu untuk setiap tingkatan proses. Data-data inilah
yang akan digunakan untuk mendapatkan nilai laju reaksi dalam bentuk konstanta dan
orde reaksi. Adapun nilai perubahan konsentrasi terhadap waktu ditentukan berdasarkan
tingkatan orde reaksi seperti yang tertera sebagai berikut:
Orde reaksi 0 (n = 0)
nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu
Orde reaksi 1/2 (n = 1/2)
nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu(
)
Orde reaksi 1 (n = 1)
nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu
Orde reaksi 2 (n = 2)
nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu
Orde reaksi 5/2 (n = 5/2)
nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu (
).
Selanjutnya nilai persamaan kinetika diaplikasikan ke dalam suatu grafik
linearisasi dengan menggunakan persamaan yang bertujuan untuk mendapatkan
nilai regresi linear (R2).
Nilai regresi linear (R2) didalam grafik menunjukan kesamaan antara
persamaan kinetika dengan kinerja proses hibrida ozonasi dan membran. Semakin
besar nilai R2 atau maksimal mendekati 1 maka proses hibrida tersebut dapat
dikatakan memiliki kesamaan dengan persamaan kinetika.
Nilai regresi linear inilah yang akan menentukan nilai orde reksi tersebut. Dalam
hal ini orde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan
(pereaksi) terhadap laju reaksi. Persamaan kinetika tersebut yang selanjutnya dijadikan
acuan dalam menentukan nilai tetapan laju reaksi (k). Nilai k adalah tetapan laju yang
bersifat spesifik untuk reaksi tertentu dan temperatur tertentu, ditentukan dari percobaan.
4.2.1
Tingkat
Waktu
Konsentrasi Besi
(menit)
(mg/L)
4,67
10
0,59
20
0,34
30
0,08
10
0,19
20
0,04
30
0,03
4,135
10
0,06
20
0,07
30
0,03
Berikut ini adalah grafik persen penyisihan logam besi terhadap waktu yang
99,53
98,39
99,30
98,39
99,54
99,77
98,21
98,00
96,00
94,00
Tingkat 1
Tingkat 2
92,83
92,60
Tingkat 3
92,00
90,00
88,00
10
20
Waktu Penyisinan (menit)
30
Persen penyisihan tiap tahap memiliki nilai yang berbeda. Hal ini juga dapat
dilihat pada grafik. Pada tingkat 1 untuk 10 menit pertama memiliki nilai sebesar 92,60%
dan pada menit selanjutnya mengalami kenaikan persen. Begitu juga dengan tingkat 2
dan 3 akan semakin besar nilai persen penyisihan seiring dengan bertambah waktu.
Persen penyisihan logam besi untuk setiap tahap masih berada pada nilai lebih dari 90%,
artinya proses berjalan baik. %. Dimana konsentrasi awal besi pada tingkat satu sebesar
4,46 mg/L dan konsentrasi besi pada akhir pengolahan (tingkat tiga, menit ke-30) sebesar
< 0,01 mg/L.
4.2.2
Waktu
Konsentrasi mangan
(menit)
(mg/L)
4,96
10
4,65
20
4,28
30
4,29
4,73
10
4,55
20
4,17
30
4,08
4,62
10
4,33
20
4,01
30
3,66
Berikut dibawah ini adalah grafik persen penyisihan logam mangan yang
diperoleh dari percobaan.
25,00
20,78
20,00
Tingkat 1
13,71 13,20
11,84
15,00
13,51 13,74
Tingkat 3
10,00
6,28
6,25
5,00
Tingkat 2
3,81
10
20
30
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa persen penyisihan logam mangan total
hanya sebesar 20,78 % pada tingkat 3.
Pada percobaan penyisihan logam mangan (Mn) dilakukan secara 3 tingkat
dengan variasi waktu yang sama.
Dari grafik juga dapat dilihat bahwa persen penyisihan logam Mangan berada
pada nilai di bawah 50%. Misalkan pada tahap 1 untuk menit 10 hanya sebesar 6,25 %
dan untuk menit 20 sebesar 13,71%.
Tingkat 3 merupakan proses yang paling baik untuk penyisihan logam Mangan
karena mempunyai nilai persen penyisihan yang paling besar yaitu sebesar 20,78%.
4.2.3
rata pada tiga kali tingkatan yakni 58,68 mg/. Setiap tahap akan menghasilkan data
penurunan konsentrasi mangan terhadap waktu. Berikut merupakan data penyisihan
konsentrasi terhadap waktu untuk logam mangan
Waktu
(menit)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
Konsentrasi ammonia
(mg/L)
58,98
58,78
58,81
58,44
58,84
58,33
57,96
57,54
58,22
57,66
57,53
56,78
Gambar 4.4 memperlihatkan penyisihan amonia sangat kecil. Berikut ini adalah
2,50
2,21
Tingkat 1
2,00
Tingkat 3
1,19
0,87
1,00
0,50
Tingkat 2
1,50
1,50
0,34
0,96
0,92
0,29
10
20
30
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa penurunan konsentrasi amonia begitu kecil. Dari
grafik 4.5 diatas didapatkan persen penurunan konsentrasi ammonia terbesar pada
percobaan ke-3 (t = 30 menit) sebesar 2,47% dengan nilai akhir konsentrasi sebesar 56,78
mg/L.
Persen penyisihan Amonia memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan logam besi dan mangan, yaitu di bawah 10%. Pada tahap 1, 2, dan 3 nilai yang
kecil ini dapat dikarenakan proses kurang maksimal. Karena untuk jumlah konsentrasi
awal adalah sangat besar, sedangkan proses hanya berjalan 2,5 %, berarti proses hanya
mampu menghilangkan 1,5 mg/L konsentrasi Amonia. Pada penyisihan amonia memiliki
persentase penurunan konsentrasi yang kecil, khusus untuk amonia hal ini karena proses
oksidasi NH3 dengan ozonasi berlangsung lambat, sehingga penyisihan amonia berjalan
lambat.
4.2.4
Waktu
(menit)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
Konsentrasi LAS
(mg/L)
25,77
20,91
21,52
16,21
21,84
16,45
15,65
9,22
18,72
13,17
8,38
5,02
Berikut dibawah ini adalah grafik persen penyisihan LAS yang diperoleh dari
percobaan.
80,00
69,98
70,00
57,78
60,00
50,00
Tingkat 2
37,10
40,00
Tingkat 3
31,04
30,00
20,00
Tingkat 1
49,88
18,86
21,23
24,68
16,49
10,00
10
20
30
Waktu
(menit)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
Konsentrasi Besi
(mg/L)
4,67
0,59
0,34
0,08
4,38
0,19
0,04
0,03
4,14
0,06
0,07
0,03
Berikut dibawah ini adalah grafik persen penyisihan besi campuran yang
diperoleh dari percobaan.
Gambar 4.6 menunjukan persentase penyisihan logam besi campuran.
Grafik menunjukan total penyisihan besi sebesar 99,27 % pada tingkat 3. Pada
tingkat 1 juga memiliki nilai persentase yang besar, yaitu pada menit 10 sebesar
87,37 % dan pada menit 30 nilai persen penyisihan naik menjadi 98,55 %. Begitu
juga dengan tingkat 2 mengalami kenaikan persen penyisihan. Kenaikan persen
penyisihan pada logam besi campuran memiliki kecendrungan nilai yang sama
untuk persen penyisihan data tunggal.
100,00
99,32
99,09
98,29
98,00
98,31
99,27
98,55
95,66
96,00
Tingkat
1
Tingkat
2
92,72
94,00
92,00
90,00
88,00
87,37
86,00
84,00
82,00
80,00
10
99,17 98,96
99,00
98,00
97,00
96,76
96,92 96,70
96,00
95,00
94,00
Pencemar Campuran
logam besi
93,00
92,00
91,00
10
20
30
Waktu (menit)
4.3.2
Penyisihan mangan campuran juga dilakukan sebanyak 3 tingkat dengan proses ozonasi
dan filtrasi. Berikut ini adalah data penyisihan logam mangan campuran.
Tabel 4.6 Data Penyisihan Mangan campuran
Tingkat
1
Waktu
Konsentrasi mangan
(menit)
(mg/L)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
5,43
5,28
5,14
4,72
5,14
4,91
4,45
4,21
5,00
4,55
4,33
4,26
20,00
18,09
18,00
14,80
13,40
16,00
13,42
13,08
14,00
12,00
Tingkat 2
9,00
10,00
Tingkat 1
Tingkat 3
8,00
5,34
6,00
4,47
2,76
4,00
2,00
-
16,01
16,00
14,00
15,19
12,92
12,00
10,60
10,00
8,00
6,00
Pencemar tunggal
mangan
Pencemar
Campuran mangan
5,44
4,00
2,00
0,92
10
20
30
Waktu (menit)
Gambar 4.9 Grafik perbandingan persentase penyisihan Mangan data tunggal dan
data campuran
Dilihat pada grafik 4.9 persentase penyisihan mangan rata-rata pada menit
ke-30 sebesar 15,19%, lebih rendah dibandingkan dengan bahan pencemar
tunggal mangan. Sedangkan pada menit sebelumnya nilai persen yang diperoleh
sangat kecil yaitu di bawah 15 %. Data yang digunakan pada grafik perbandingan
di atas adalah berupa nilai rata rata konsentrasi awal pada ketiga tingkat.
4.3.3
Konsentrasi amonia pada limbah cukup besar. Proses penyisihan amonia juga
dilakukan dalam 3 tingkat. Berikut adalah data konsentrasi amonia pada proses
penyisihan:
Tabel 4.7 Data Penyisihan Amonia campuran
Tingkat
1
Waktu
(menit)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
Konsentrasi ammonia
(mg/L)
60,22
59,88
59,45
58,96
59,86
59,25
59,34
58,86
59,49
59,04
58,67
58,48
2,50
2,09
2,00
1,70
1,67
1,50
1,38
1,28
Tingkat 2
Tingkat 3
1,02
0,87
1,00
Tingkat 1
0,76
0,56
0,50
1
1,87 1,82
1,80
1,60
1,40
1,18
1,20
0,99
1,00
0,80
Pencemar tunggal
ammonia
Pencemar Campuran
ammonia
0,72
0,60
0,40
0,20
0,19
10
20
30
Waktu (menit)
4.3.4
Waktu
(menit)
0
10
20
30
0
10
20
30
0
10
20
30
Konsentrasi LAS
(mg/L)
25,17
20,52
14,44
10,89
22,56
16,43
12,33
9,98
16,01
11,38
6,02
5,01
Persen penyisihan LAS dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Persen
pernyisihan LAS campuran memiliki nilai yang baik pada tingkat 3 yaitu
sebesar 68,71 % dan sebagai nilai penyisihan total juga. Gambar 4.10
menunjukan juga bahwa terjadi peningkatan nilai nilai persentase dari setiap
tingkat. Nilai tertinggi yaitu pada tingkat 3 dan terendah pada tingkat 1, hal ini
dikarenakana retentate akan menambah jumlah konsentrasi ke tingkat
selanjutnya.
80,00
68,71
62,40
70,00
56,73
60,00
50,00
55,76
Tingkat 1
45,35
42,63
Tingkat 2
40,00
Tingkat 3
20,00
28,92
27,17
30,00
18,47
10,00
1
60,40
60,00
54,95
50,12
50,00
40,00
30,35
30,00
23,71
20,00
10,00
10
20
30
Waktu (menit)
dC A
k '.C Am
dt
(4.1)
4.4.1
Dari data penyisihan logam besi kemudian diolah secara sistematis berdasarkan
rumus nilai perubahan konsetrasi terhadap waktu yang berkaitan dengan tingkatan orde
reaksi, sehingga diperoleh hasil kinetika reaksi sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai regresi linear dan Tetapan Laju Reaksi pada Data
Penyisihan Logam Besi
Orde Reaksi
(n)
1
0
0,6464
1/2
0,7309
1
0,8649
3/2
0,8933
2
0,7913
5/2
0,701
1
3,92 x 10-8
8,21 x 10-9
3,61 x 10-8
1,38 x 10-8
1,10 x 10-7
1,98 x 10-7
Tabel 4.9 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada logam
besi. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi mengalami fluktuatif,
dan nilai regresi yang paling mendekati 1 adalah pada orde reaksi 3/2 yaitu
sebesar 0,8933. Pada tingkat 1 persamaan tidak dapat dibuat menjadi linear karena
berdasarkan trial dari orde reaksi nilai regresi hanya maksimal pada orde 3/2 dan
untuk orde selanjutnya nilai regresi semakin menurun. Sedangkan untuk konstanta
pada tingkat 1 yang memiliki nilai konstanta pada orde 3/2 sebesar 1,38 x 10-8
mol/s.
Pada tingkat 2 dapat dilihat bahwa nilai regresi yang paling mendekati satu
adalah pada orde 3/2 dengan nilai 0,9374. Pada tingkat 2 nilai regresi sudah lebih
mendekati 1 dibandingkan dengan pada tingkat sebelumnya, artinya persamaan
lebih linear pada tingkat 2 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 2,95 x 10-8
mol/s.
Sedangkan untuk tingkat 3 nilai regresi yang mendekati linear adalah pada orde 2
dengan nilai sebesar 0,9624 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 9,43 x 10-7 mol/s.
Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 3 adalah yang paling besar. Hal ini dapat
dianalisa dari proses, artinya proses berjalan paling baik pada tingkat 3. Proses dikatakan
paling baik dengan dibuktikan dari persen penyisihan logam besi pada tingkat 3 sebesar
99,77 %.
Nilai konstanta laju reaksi pada tiap tahap menunjukan perbedaan yang
signifikan antara konstanta pada tingkat 2 dan tingkat 3. Hal ini dapat dianalisa
berdasarkan pada proses keseluruhan yang terjadi. Nilai konstanta pada
penyisihan logam besi dengan nilai yang kecil, artinya dapat dikatakan bahwa
nilai ini disebabkan oleh proses penyisihan yang kurang baik. Salah satunya dapat
disebabkan oleh proses filtrasi membran. Reaksi penyisihan logam oleh ozonasi
dapat terjadi dalam reaksi oksidasi dan pengendapan. Reaksi pengendapan logam
dapat menyumbat membran sehingga mengurangi kinerja proses filtrasi membran.
Adapun reaksi ozonasi logam besi adalah :
2 Fe2+ + O3(aq) + 5 H2O
2 Fe(OH)3(s) + O2(aq) + 4 H+
(4.2)
Sedangkan Nilai konstanta laju reaksi yang lebih besar dapat disebabkan oleh
analisa pH. Semakin besar konsentrasi awal maka kebutuhan akan radikal
hidroksil juga akan semakin besar, semakin besar produksi radikal hidroksil maka
nilai pH juga akan bertambah, semakin besar nilai pH maka reaksi oksidasi juga
akan semakin besar.
Berikut ini adalah grafik perubahan pH terhadap waktu pada penyisihan logam
besi.
7,8
pH
7,6
7,4
tingkat 1
7,2
tingkat 2
tingkat 3
7
0
10
20
30
waktu (menit)
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan dipilih adalah yang paling linear (R2 mendekati 1)
pada tingkat 3 dengan nilai regresi sebesar 0,9624 dan nilai konstanta laju reaksi
sebesar 9,43 x 10-7 mol/s. Setiap tingkat memiliki perbedaan nilai konstanta laju
reaksi. Semakin besar tingkat maka nilai konstanta akan semakin besar. Tingkat 3
memiliki nilai konstanta yang paling besar, hal ini dapat disebabkan oleh persen
penyisihan konsentrasi pada tingkat 3 yang paling besar adalah 99,77 %. Semakin
besar selisih penyisihan konsentrasi, maka konstanta akan juga semakin besar
karena laju reaksi juga akan semakin besar.
Maka dapat ditentukan persamaan laju reaksi untuk penyisihan logam besi
dari data yang yang dipilih adalah
rA
dC A
9,43 x 10 -7.C A2
dt
(4.3)
Berikut ini adalah grafik hasil linearisasi untuk persamaan laju reaksi yang
mendekati 1 atau paling linear.
120,0000
CA^(-1) - CA0^(-1)
100,0000
y = 1,4931x - 2,9261
R = 0,8222
80,0000
60,0000
y = 3,1596x - 1,7369
R = 0,9624
40,0000
20,0000
y = 0,3692x - 1,0426
R = 0,7913
(20,0000)
10
15
20
25
30
35
40
45
t - t0
tingkat 1
tingkat 2
tingkat 3
Gambar 4.15 Hasil linearisasi pada orde (n=3/2) untuk penyisihan logam besi
Persamaan kinetika yang tepat untuk logam besi adalah pada orde 3/2. Orde
reaksi menyatakan ketergantungan nilai laju reaksi terhadap nilai perubahan konsentrasi.
Dari persamaan 4.1 dapat dilihat bahwa nilai laju reaksi sangat tergantung dari gradien
konsentrasi dan konstanta laju reaksi yang dipengaruhi oleh orde reaksi. Semakin besar
nilai perubahan/gradien konsentrasi dan orde reaksi maka nilai laju reaksi semakin besar
dengan faktor pengali dari konstanta. Pada penyisihan logam besi dapat dilihat besarnya
persen penyisihan menunjukan nilai laju reaksi yang semakin besar juga. Penyisihan
konsentrasi terlarut logam besi dari menit awal sebesar 4.135 mg/L menjadi 0,03 mg/L
menunjukan gradien penurunan konsentrasi yang besar. Maka semakin besar nilai
perubahan konsentrai dengan pangkat orde reaksi yang besar juga pada orde 2, maka
dapat dikatakan bahwa laju reaksi penyisihan logam besi adalah besar. Secara matematis
dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan persamaan yang linear maka dibutuhkan
sebuah gradien konsentrasi yang besar. Orde yang semakin besar akan membuat laju
reaksi semakin besar juga. Analisa sifat fisik limbah terhadap nilai orde yang besar pada
penyisihan logam besi yaitu pada n = 2 menunjukan bahwa logam besi Fe2+ sangat
mudah teroksidasi membentuk Fe3+ di dalam air maupun oksigen yang masuk karena
pertukaran dengan udara sekitar, maka jumlah Fe2+ yang teroksidasi juga meningkat,
selain itu juga dengan adanya kavitasi pada proses oksidasi lanjut maka dapat
meningkatkan konsentrasi radikal hidroksida yang cukup efektif untuk menyisihkan
logam besi (Gunten, 2003).
4.4.2
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Nilai Regresi linear dan Tetapan Laju Reaksi pada Data
Penyisihan Mangan (Mn)
Regresi linear (R2)
Orde Reaksi
Tingkat
(n)
1
2
3
0
0,8892 0,9509 0,9982
1
3/2
2
5/2
0,8903
0,8906
0,8907
0,8907
0,9514
0,9516
0,9517
0,9517
0,9942
0,9913
0,9878
0,9838
1,57 x 10-9
1,82 x 10-10
3,34 x 10-10
1,21 x 10-10
1,61 x 10-9
1,97 x 10-10
1,67 x 10-10
1,37 x 10-10
2,37 x 10-9
2,88 x 10-10
2,82 x 10-10
2,12 x 10-10
Tabel 4.10 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
logam mangan. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi yang paling
linear atau mendekati 1 adalah pada orde 2 dengan nilai regresi sebesar 0,8907.
Akan tetapi nilai regresi ini masih jauh dari linear atau mendekati 1. Persamaan
untuk tingkat 1 tidak dapat dijadikan linear, karena kemungkinan dibutuhkan orde
yang lebih tinggi untuk mencapai hasil maksimal untuk persamaan yang linear.
Sedangkan persen penyisihan untuk logam mangan adalah nilai persen yang kecil.
Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 3,34 x 10-10 mol/s pada orde 2.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling
linear dihasilkan pada saat orde reaksi 2 yaitu sebesar 0,9517. Pada tingkat 2
persamaan lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1
dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,67 x 10-10 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 0 dengan nilai regresi sebesar
0,9982 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 9,71 x 10-9 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan dipilih adalah yang paling linear (R2 mendekati 1)
pada tingkat 3 dengan nilai regresi sebesar 0,9982 dan nilai konstanta laju reaksi
sebesar 9,71 x 10-9 mol/s.
Sehingga persamaan laju reaksi untuk penyisihan mangan adalah
rA
dC A
9,71 x 10 -9.C A0
dt
(4.4)
Setiap tingkat pada penyisihan logam mangan memiliki nilai konstanta laju
reaksi yang berbeda beda. Nilai konstanta mengalami fluktuatif dari tingkat 1 ke
tingkat 3. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan tingkat 2, perbedaan ini dapat dianalisa berdasarkan
proses yang terjadi. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 merupakan nilai
yang kecil. Bila dianalisa dari proses penyisihan logam mangan maka nilai
konstanta yang kecil ini dapat disebabkan oleh persen penyisihan mangan yang
kecil juga pada tingkat 1 dengan total penyisihan 13,51 %. Karena semakin besar
penyisihan atau selisih konsentrasi penyisihan awal dan akhir, maka nilai
konstanta akan semakin besar juga karena laju reaksi semakin besar. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh proses penyisihan oleh ozonasi dan filtrasi. Sama
halnya seperti logam besi, mangan juga akan membentuk endapan pada saat
bereaksi dengan radikal hidroksida sehingga endapan tersebut akan menghambat
proses penyaringan oleh membran.
Adapun reaksi antara logam mangan dengan ozon adalah sebagai berikut :
Mn2+ + O3(aq) + H2O
MnO2(s) + O2(aq) + 2 H+
(4.5)
pH
7,2
7
tingkat 1
6,8
tingkat 2
tingkat 3
6,6
0
10
20
30
waktu (menit)
Sedangkan pada tingkat 3 persamaan yang dapat dijadikan paling linear adalah
pada orde reaksi 0. Reaksi dengan orde 0 adalah reaksi dimana laju reaksi tidak
bergantung pada konsentrasi reaktan. Penambahan maupun pengurangan konsentrasi
reaktan tidak mengubah laju reaksi.
Berikut ini adalah grafik hasil linearisasi untuk persamaan yang paling linear
0,2000
CA - CA0
(0,2000)
y10
= -0,032x +15
0,015
R = 0,9982
20
y = -0,0233x + 0,002
R = 0,9509
(0,4000)
(0,6000)
(0,8000)
25
y = -0,0238x - 0,058
R = 0,8892
(1,0000)
t - t0
tingkat 1
tingkat 3
tingkat 2
30
Gambar 4.17 Hasil Kinetika reaksi orde (n=0) pada penyisihan Mangan
Persamaan yang paling linear untuk penyisihan logam mangan adalah pada orde
0. Reaksi dengan orde 0 adalah reaksi dimana laju reaksi tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan. Penambahan maupun pengurangan konsentrasi reaktan tidak
mengubah laju reaksi. Dari persamaan 4.1 dapat dilihat bahwa nilai laju reaksi sangat
tergantung dari gradien konsentrasi dan konstanta laju reaksi yang dipengaruhi oleh orde
reaksi. Semakin besar nilai perubahan/gradien konsentrasi dan orde reaksi maka nilai laju
reaksi semakin besar dengan faktor pengali dari konstanta. Penyisihan logam mangan
total hanya memiliki nilai sebesar 20,78 %, dan gradien konsentrasi untuk penyisihan
mangan adalah dari 4,96 mg/L menjadi 3,66 mg/L. Sehingga laju reaksi penyisihan
mangan adalah kecil dengan konstanta yang kecil juga.
4.4.3
Tabel berikut adalah hasil perhitungan nilai regresi linear dan tetapan laju
reaksi pada penyisihan ammonia berdasarkan data dari penyisihan amonia.
Penyisihan amonia dilakukan dengan 3 tingkat sama halnya seperti pada
penyisihan mangan dan besi.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Nilai Regresi linear dan Tetapan Laju Reaksi pada
Data Penyisihan Ammonia
Orde Reaksi
(n)
1
0
0,8236
1/2
0,8234
1
0,8232
3/2
0,8229
2
0,8227
5/2
0,8225
1
1,89 x 10-8
5,94 x 10-10
3,56 x 10-10
2,97 x 10-11
7,13 x 10-12
5,94 x 10-13
Tabel 4.11 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan amonia. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi yang
paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 0 dengan nilai regresi sebesar
0,8236. Akan tetapi nilai regresi ini masih jauh dari linear atau mendekati 1.
Persamaan untuk tingkat 1 tidak dapat dijadikan linear, karena kemungkinan
dibutuhkan orde yang lebih tinggi untuk mencapai hasil maksimal untuk
persamaan yang linear. Sedangkan persen penyisihan untuk amonia adalah nilai
persen yang kecil. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 1,89 x 10-8
mol/s. pada orde 0.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling linear
dihasilkan pada saat orde reaksi 5/2 yaitu sebesar 0,9966. Pada tingkat 2
persamaan lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1
dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,19 x 10-12 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 0 dengan nilai regresi sebesar
0,9958 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 5,07 x 10-8 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 2 dengan nilai regresi sebesar 0,9966 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 1,19 x 10-12 mol/s.
dC A
1,19 x 10 -12..C A5 / 2
dt
(4.6)
Setiap tingkat memiliki nilai konstanta yang berbeda beda. Tingkat 1 memiliki
nilai konstanta yang lebih besar daripada tingkat 2, tetapi tingkat 2 memiliki nilai
konstanta yang lebih kecil daripada tingkat 3. Perbedaan nilai konstanta ini dapat
disebabkan karena beberapa faktor, antara lain yaitu dari laju reaksi yang terjadi.
Karena semakin besar laju reaksi maka nilai konstanta akan semakin besar begitu
juga sebaliknya. Laju reaksi ditentukan oleh nilai gradien penyisihan konsentrasi
dengan pangkat orde reaksi. Semakin besar nilai gradien konsentrasi penyisihan
amonia maka laju reaksi juga akan semakin besar. Berdasarkan persen penyisihan
amonia dapat dilihat bahwa penyisihan tingkat 1 hanya sebesar 0,92 %, untuk
tingkat 2 sebesar 2,21 % dan untuk tingkat 3 sebesar 2,47 %. Maka dengan nilai
persen penyisihan yang kecil diperoleh juga nilai konstanta laju reaksi yang kecil
juga.
Analisa terhadap proses dapat juga menyebabkan variasi nilai konstanta laju
reaksi, yaitu dari proses ozonasi dan membran. Ada keterkaitan antara nilai
gradien konsentrasi penyisihan amonia dengan proses yang terjadi. Penyisihan
amonia dari air dapat dilakukan dengan ozon. Ketersediaan ozon sebanding lurus
dengan jumlah polutan. Konsentrasi amonia terlarut berada dalam jumlah besar
yaitu 58,78 mg/L. Produksi ozon atau radikal OH yang terbatas menyebabkan
penyisihan amonia tidak maksimal yang menyebabkan gradien konsentrasi
penyisihan menjadi kecil sehingga konstanta laju reaksi dapat berubah untuk tiap
tingkat.
Faktor lain yang mempengaruhi perubahan nilai konstanta laju reaksi untuk
tiap tingkat adalah sifat fisik dari amonia. Amonia bereaksi sangat lambat dengan
ozon, sehingga penyisihan tidak maksimal.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan konstanta laju reaksi
adalah nilai pH. Reaksi oksidasi antara ozon dengan amonia akan efektif pada pH
di bawah normal (pH<7). Karena ketika larutan yang mengandung amonia
memiliki pH 7, maka dalam larutan tersebut amonia dalam bentuk kation (NH4+)
yang lebih dominan dibandingkan dengan amonia dalam bentuk molekul (NH3)
(Said, 2003). Sedangkan ozon maupun OH lebih mudah mengoksidasi NH3
dibandingkan dengan NH4+ . Tetapi pada grafik perubahan pH di bawah ini dapat
dilihat bahwa selama proses berlangsung kondisi pH dominan berada di atas pH
normal. Berikut ini adalah grafik perubahan pH terhadap waktu untuk proses
pH
penyisihan amonia.
7,4
7,3
7,2
7,1
7
6,9
6,8
tingkat 1
tingkat 2
tingkat 3
0
10
20
30
waktu (menit)
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan amonia untuk persamaan
yang paling linear
0,0200
CA^0.5 - CA0^0.5
(0,0200)
10
20
30
(0,0400)
40
y = -0,001x + 0,0007
R = 0,8234
y = -0,0029x - 0,0003
R = 0,9387
(0,0600)
y = -0,0028x - 0,002
R = 0,996
(0,0800)
(0,1000)
tingkat 1
t - t0
tingkat 2
tingkat 3
Gambar 4.19 Hasil Linearisasi pada orde (n=5/2) untuk penyisihan Ammonia
Dari data persen penyisihan LAS, dapat ditentukan nilai regresi linearnya beserta nilai
tetapan laju reaksi dengan cara menggunakan grafik linearitas dengan persamaan kinetika
pangkat sederhana. Berikut ini adalah tabel nilai regresi dari penyisihan LAS :
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Nilai Regresi linear dan Tetapan Laju Reaksi pada Data
Penyisihan LAS
Regresi linear (R2)
Orde Reaksi
Tingkat
(n)
1
2
3
0
0,8892 0,9509 0,9982
1/2
0,8546 0,8197 0,9921
1
0,849 0,8078 0,9764
3/2
0,8411 0,7904 0,949
2
0,8314 0,7692 0,9126
5/2
0,8200 0,7465 0,8711
1
1,59 x 10-9
1,03 x 10-9
9,10 x 10-10
5,35 x 10-11
4,69 x 10-11
6,69 x 10-12
Tabel 4.12 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan organik LAS. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi yang
paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 0 dengan nilai regresi sebesar
0,8892. Akan tetapi nilai regresi ini masih jauh dari linear atau mendekati 1.
Persamaan untuk tingkat 1 tidak dapat dijadikan linear, karena kemungkinan
dibutuhkan orde yang lebih tinggi untuk mencapai hasil maksimal untuk
persamaan yang linear. Sedangkan persen penyisihan untuk LAS adalah nilai
persen yang cukup besar. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 1,59 x
10-9 mol/s pada orde 0.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling linear
dihasilkan pada saat orde reaksi 0 yaitu sebesar 0,9509. Pada tingkat 2 persamaan
lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1 dengan nilai
konstanta laju reaksi sebesar 1,56 x 10-9 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 0 dengan nilai regresi sebesar
0,9982 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 2,14 x 10-9 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 3 dengan nilai regresi sebesar 0,9982 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 2,14 x 10-9 mol/sec.
Maka persamaan kinetika laju reaksi penyisihan LAS adalah
rA
dC A
2,14 x 10 -9.C A0
dt
(4.7)
Nilai konstanta laju reaksi pada penyisihan LAS untuk tiap tingkat juga mengalami
fluktuatif atau perbedaan. Seperti dapat dilihat bahwa nilai konstanta laju reaksi untuk
tingkat 1 lebih besar dari tingkat 2, tetapi konstanta laju reaksi untuk tingkat 2 lebih kecil
dari tingkat 3. Nilai konstanta laju reaksi dapat dipengaruhi oleh dari nilai data
penyisihan ataupun juga dari selama proses berlangsung. Data penyisihan konsentrasi
menyatakan besarnya laju reaksi, semakin besar nilai gradien konsentrasi maka laju
reaksi semakin besar dengan pangkat orde yang besar juga. Dari data persen penyisihan
LAS dapat dilihat bahwa pada tingkat 1 penyisihan total sebesar 37,10 %, untuk
penyisihan pada tingkat 2 sebesar 57,78% dan untuk penyisihan pada tingkat 3 adalah
69,98 %.
Proses yang terjadi selama proses penyisihan LAS dapat mempengaruhi perbedaan
nilai konstanta laju reaksi untuk tiap tingkat. Pada tingkat 1 nilai konstanta lebih besar
dari tingkat 2 yaitu 2,59 x 10-9 mol/s dan tingkat 2 sebesar 1,03 x 10-9 mol/s. Pada saat
tingkat 1 nilai konstanta laju reaksi lebih besar dapat dianalisa dari proses ozonasi
maupun filtrasi. Reaksi ozon dengan LAS berjalan baik. Jika dikaitkan dengan
penyisihan LAS, maka kondisi pH akan mempengaruhi proses ozonasi karena nilai pH
merupakan variabel penting dalam dekomposisi ozon. pada pH larutan antara 4 9 maka
akan terjadi reaksi antara LAS dengan ozon yaitu reaksi langsung dan tidak langsung
dengan ozon. (Said.2003). Reaksi oksidasi langsung oleh ozon dalam air merupakan
reaksi molekul ozon dengan ikatan tak jenuh dan akan memicu terjadinya pemecahan
ikatan sedangkan reaksi tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan hidroksil radikal
yang merupakan hasil dekomposisi dari ozon. Dari grafik perubahan pH terhadap waktu
untuk penyisihan LAS dapat dilihat bahwa selama proses terjadi perubahan pH tidak
terlalu signifikan. Tetapi kondisi pH masih berada di bawah kondisi yang optimal.
Berikut ini adalah grafik perubahan pH terhadap waktu untuk penyisihan LAS.
8,2
pH
8,1
8
tingkat 1
7,9
7,8
tingkat 2
7,7
tingkat 3
10
20
30
waktu (menit)
Sedangkan pada tingkat 2 nilai konstanta laju reaksi memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan dengan tingkat 1 yaitu sebesar 1,56 x 10-9 mol/s. Nilai konstanta laju
reaksi yang lebih kecil dapat dikarenakan pada proses tingkat 2 kurang optimal. Hal ini
dapat dianalisa dari tahapan proses penyaringan. Nilai konstanta laju reaksi yang kecil
juga akan menyebabkan laju reaksi berjalan lambat. Laju reaksi dapat dikarenakan oleh
proses yang kurang optimal. Filtrasi dapat menyebabkan penurunan konstanta dan laju
reaksi. Hal ini dapat terjadi karena membran mikrofiltrasi tidak mampu menyisihkan ion
natrium dan sulfat yang merupakan hasil oksidasi gugus sulfonat dengan radikal
hidroksida serta ion-ion lainnya yang mungkin ada pada air limbah sehingga dapat lolos
dari membran. sehingga penyisihan LAS tidak optimal dan laju reaksi akan berpengaruh.
Sedangkan pada tingkat 3 nilai konstanta laju reaksi naik menjadi 2,14 x 10 -9
mol/s. Perbedaan nilai laju reaksi dari tingkat 2 ke tingkat 3 dapat dikarenakan pada saat
tingkat 3 gradien penyisihan konsentrasi lebih lebih besar dari 18,75 mg/L menjadi 5,02
mg/L, sehingga nilai laju reaksi dan konstanta laju reaksi akan ikut berpengaruh.
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan Linear Alkilbenzene
Sulfonat yang paling linear
2,0000
-
CA - CA0
(2,0000) 0
(4,0000)
(6,0000)
10
15
20
25
30
y = -0,3647x - 0,727
R = 0,8246
(8,0000)
y = -0,2807x - 0,457
R = 0,8577
(10,0000)
y = -0,3989x + 0,086
R = 0,9954
(12,0000)
(14,0000)
t - t0
tingkat 1
tingkat 2
tingkat 3
ditentukan nilai regresi linear dan nilai tetapan laju reaksi berdasarkan grafik.
Berikut ini adalah data yang dihasilkan dengan grafik linearitas :
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Nilai Regrensi linear dan tetapan laju reaksi pada bahan
pencemar campuran untuk logam besi
Regrensi linear (R2)
Orde Reaksi
Tingkat
(n)
1
2
3
0
0,6915 0,6295 0,6059
1
3/2
2
5/2
0,9545
0,919
0,7843
0,692
0,87
0,9627
0,9506
0,9282
0,7124
0,8255
0,8505
0,7987
3,80 x 10-8
1,44 x 10-8
1,14 x 10-7
2,02 x 10-7
4,93 x 10-8
2,78 x 10-8
3,55 x 10-7
1,03 x 10-6
4,36 x 10-8
2,32 x 10-8
2,89 x 10-7
8,40 x 10-7
Tabel 4.13 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan logam besi campuran. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai
regresi yang paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 1 dengan nilai
regresi sebesar 0,9545. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 3,80 x 10 8
dihasilkan pada saat orde reaksi 3/2 yaitu sebesar 0,9627. Pada tingkat 2
persamaan lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1
dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 2,78 x 10-8 mol/sec.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 2 dengan nilai regresi sebesar
0,8505 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 2,89 x 10-7 mol/sec.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 1 dengan nilai regresi sebesar 0,9545 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 3,80 x 10-8 mol/sec.
Maka persamaan kinetika laju reaksi penyisihan logam besi campuran adalah
rA
dC A
3,80 x 10 -8.C 1A
dt
(4.7)
Perbedaan nilai konstanta laju reaksi pada penyisihan logam besi campuran
pada tiap tingkat juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, sama halnya pada
penyisihan besi tunggal. Konstanta laju reaksi pada tingkat 1 besi campuran
memiliki nilai yang lebih besar daripada konstanta untuk data besi tunggal. Pada
besi tunggal konstanta pada tingkat 1 sebesar 1,38 x 10-8 mol/sec sedangkan pada
data besi campuran sebesar 3,80 x 10-8 mol/sec . Nilai orde reaksi juga berbeda
untuk menunjukan persamaan yang linear. Pada data besi tunggal linear tercapai
pada orde 3/2 sedangkan pada besi campuran pada orde reaksi 1. Untuk tingkat 2
pada data besi campuran memiliki nilai konstanta laju reaksi yang lebih kecil
dibandingkan dengan data besi tunggal. Nilai konstanta untuk besi tunggal sebesar
2,95 x 10-8 mol/sec dan untuk data besi campuran sebesar 2,78 x 10-8 mol/sec
dengan orde reaksi 2 untuk data tunggal dan 3/2 untuk data campuran. Sedangkan
pada tingkat 3 nilai konstanta jauh bebeda dengan nilai konstanta data besi
tunggal sebesar 9,43 x 10-7 mol/sec dan data besi campuran sebesar 2,89 x 10-7
mol/sec.Perbedaan nilai konstanta pada penyisihan logam besi antara campuran
dan tunggal dapat terjadi karena pada data campuran ketika logam besi
dicampurkan bersama dengan pencemar lainnya maka sifat fisik ataupun proses
akan berpengaruh. Persen penyisihan logam besi campuran sebesar 99,17 %,
sedangkan untuk data tunggal sebesar 98,96 %. Perbedaan ini dapat menyebabkan
nilai konstanta akan berbeda juga. Ketika besi dicampurkan ke dalam bahan
pencemar maka jumlah radikal hidroksida juga akan bertambah yang
menyebabkan pH reaksi menjadi naik. Oksidasi besi berjalan optimal dengan pH
yang tinggi, dan juga oksidasi besi lebih cepat terjadi ketika dicampur dengan
logam lain. Hal ini yang menyebabkan nilai konstanta laju reaksi penyisihan besi
campuran lebih besar dibandingkan dengan data besi tunggal untuk tingkat 1.
Pada tingkat selanjutnya perbedaan nilai ditunjukan signifikan pada tingkat
3. Pada data besi tunggal memiliki nilai konstanta laju reaksi yang lebih besar
dibandingkan dengan data besi campuran. Perbedaan ini dapat disebabkan gradien
konsentrasi penyisihan data tunggal lebih besar dibandingkan dengan data
campuran. Untuk orde reaksi sama sama memiliki nilai orde reaksi yang tinggi,
karena penyisihan yang besar maka orde reaksi juga besar untuk persamaan
menjadi linear.
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan logam besi campuran
ln Ca - ln Ca0
(1,0000)
10
15
(4,0000)
y = -0,1462x - 1,1158
R = 0,7124
(5,0000)
(6,0000)
25
y = -0,1275x - 0,2761
R = 0,9545
(2,0000)
(3,0000)
20
y = -0,1651x - 0,728
R = 0,87
t - t0
tingkat 1
tingkat 2
tingkat 3
Identifikasi laju..., Ardhian Solichin, FT UI, 2011
30
Gambar 4.22 Hasil Linearisasi pada orde (n=1) untuk penyisihan logam besi campuran
4.4.6
Berikut ini adalah data nilai regresi dan tetapan laju reaksi dari logam mangan
campuran.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Nilai Regrensi linear dan tetapan laju reaksi pada
bahan pencemar campuran untuk Mangan
Regrensi linear (R2)
Orde Reaksi
Tingkat
(n)
1
2
3
0 0,9199 0,9811 0,891
1/2 0,9147 0,981
0,8965
1 0,9094 0,9806 0,9019
3/2 0,9094 0,9806 0,9019
2 0,8986 0,9793 0,9124
5/2 0,8931 0,9783 0,9174
Tabel 4.14 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan logam mangan campuran. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai
regresi yang paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 0 dengan nilai
regresi sebesar 0,9199. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 6,89 x
10-9 mol/s.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling linear
dihasilkan pada saat orde reaksi 0 yaitu sebesar 0,9811. Pada tingkat 2 persamaan
lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1 dengan nilai
konstanta laju reaksi sebesar 1,07 x 10-8 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 3/2 dengan nilai regresi sebesar
0,9174 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 8,19 x 10-10 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 2 dengan nilai regresi sebesar 0,9811 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 1,07 x 10-8 mol/s.
rA
dC A
1,07 x 10 -8.C A0
dt
(4.8)
dapat disebabkan oleh proses yang lebih maksimal pada penyisihan logam mangan data
campuran.
Orde reaksi pada data tunggal yang menunjukan persamaan yang paling linear
terjadi pada tingkat orde 0, sedangkan nilai orde reaksi yang menunjukan persamaan
paling linear terjadi pada orde reaksi 0 juga. Reaksi dengan orde 0 adalah reaksi dimana
laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi reaktan. Penambahan maupun pengurangan
konsentrasi reaktan tidak mengubah laju reaksi. Secara data matematis dapat dikatakan
bahwa mangan tidak memiliki nilai laju reaksi yang besar terhadap ozon sehingga untuk
membuat persamaan menjadi linear tidak dibutuhkan nilai orde reaksi yang tinggi.
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan logam mangan
campuran
Ca - Ca0
0,2000
-
(0,2000)
10
15
20
30
y = -0,0227x + 0,053
R = 0,9199
(0,4000)
(0,6000)
25
y = -0,0244x - 0,099
R = 0,891
(0,8000)
y = -0,0325x + 0,025
R = 0,9811
(1,0000)
(1,2000)
tingkat 1
Linear (tingkat 1)
t - t0
tingkat 2
Linear (tingkat 2)
tingkat 3
Linear (tingkat 3)
Gambar 4.23 Hasil Linearisasi pada orde (n=0) untuk penyisihan logam
mangan campuran
4.4.7
Data penyisihan dari Amonia selanjutnya ditentukan nilai dari tetapan laju
reaksi beserta nilai regresi dengan menggunakan persamaan grafik linearitas.
Berikut ini adalah data yang dihasilkan :
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Nilai Regrensi linear dan tetapan laju reaksi pada bahan
pencemar campuran untuk Ammonia
Regrensi linear (R2)
Orde Reaksi
Tingkat
(n)
1
2
3
0 0,9936 0,8330
0,9708
1/2 0,9934 0,8332
0,9711
1 0,9932 0,8334
0,9715
3/2 0,9929 0,8336
0,9718
2 0,9926 0,8337
0,9722
5/2 0,9924 0,8339
0,9725
Tabel 4.15 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan amonia campuran. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi
yang paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 0 dengan nilai regresi
sebesar 0,9936. Nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 5,00 x 10-8 mol/s.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling linear
dihasilkan pada saat orde reaksi 5/2 yaitu sebesar 0,8339. Pada tingkat 2
persamaan lebih menjauhi linear, karena nilai regresi yang lebih menjauhi 1
dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,19 x 10-12 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 5/2 dengan nilai regresi sebesar
0,9725 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,19 x 10-12 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 1 dengan nilai regresi sebesar 0,9936 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 5,00 x 10-8 mol/s.
Maka persamaan kinetika laju reaksi penyisihan amoni campuran adalah
rA
dC A
5,00 x 10 -8.C A0
dt
(4.9)
Perbedaan nilai konstanta laju reaksi pada penyisihan amonia campuran pada
tiap tingkat juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, sama halnya pada
penyisihan amonia tunggal. Konstanta laju reaksi pada tingkat 1 amonia campuran
memiliki nilai yang lebih besar daripada konstanta untuk data amonia tunggal.
Pada amonia tunggal konstanta pada tingkat 1 sebesar 1,89 x 10-8 mol/s sedangkan
pada data amonia campuran sebesar 5,00 x 10-8 mol/s. Nilai orde reaksi juga
berbeda untuk menunjukan persamaan yang linear. Pada data amonia tunggal
linear tercapai pada orde 0 sedangkan pada amonia campuran pada orde reaksi 0
juga. Untuk tingkat 2 pada data amonia campuran memiliki nilai konstanta laju
yang sama dengan data amonia tunggal. Nilai konstanta untuk amonia tunggal
sebesar 1,19 x 10-12 mol/s dan untuk data amonia campuran sebesar 1,19 x 10-12
mol/s dengan orde reaksi 5/2 untuk data tunggal dan 5/2 untuk data campuran.
Sedangkan pada tingkat 3 nilai konstanta data amonia tunggal sebesar 5,07 x 10-8
mol/s dan data amonia campuran sebesar 1,19 x 10-12 mol/s.
Perbedaan yang signifikan terjadi pada tingkat 1. Nilai konstanta laju reaksi
untuk data tunggal amonia memiliki nilai konstanta yang lebih kecil dibandingkan
dengan data campuran. Pada saat amonia tunggal diproses melalui ozonasi maka
berdasarkan sifat fisik amonia yang kurang reaktif terhadap radikal OH sehingga
proses kurang maksimal. Hal lain berbeda terjadi ketika amonia dicampur
bersama dengan pencemar lain dan diproses bersama yang menyebabkan lebih
reaktif terhadap radikal OH. Maka ini yang menyebabkan konstanta laju reaksi
untuk amonia campuran lebih besar dibandingkan data amonia tunggal. Karena
pada dasarnya amonia kurang reaktif terhadap radikal OH ataupun ozon maka
untuk tingkat selanjutnya tidak terjadi perubahan nilai konstanta laju reaksi.
Orde reaksi yang menunjukan persamaan linear diperoleh pada orde 0 untuk
data amonia campuran, sedangkan pada data amonia tunggal terjadi pada orde
reaksi tinggi yaitu 5/2. Perbedaan orde reaksi ini dikarenakan perbedaan atau
gradien penyisihan konsentrasi untuk amonia campuran lebih besar dibandingkan
dengan data amonia tunggal. Sehingga untuk mendapatkan persamaan yang linear
hanya berada pada orde 0 artinya selama proses laju reaksi penyisihan amonia
campuran adalah sama.
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan amonia campuran pada data yang
paling linear
0,2000
(0,2000)
10
15
20
25
30
Ca - Ca0
(0,4000)
(0,6000)
y = -0,034x - 0,06
R = 0,9708
y = -0,0291x - 0,096
R = 0,833
(0,8000)
(1,0000)
y = -0,0421x + 0,039
R = 0,9936
(1,2000)
(1,4000)
t - t0
tingkat 1
tingkat 2
tingkat 3
Gambar 4.24 Hasil Linearisasi pada orde nol (n=0) pada penyisihan
Ammonia campuran
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Nilai Regrensi linear dan tetapan laju reaksi pada bahan
pencemar campuran untuk LAS
Tabel 4.16 menunjukan nilai regresi linear dan tetapan laju reaksi pada
penyisihan LAS campuran. Dari data tingkat 1 dapat dilihat bahwa nilai regresi
yang paling linear atau mendekati 1 adalah pada orde 1/2 dengan nilai regresi
sebesar 0,9936 dengan nilai konstanta laju reaksi pada tingkat 1 adalah 1,97 x 10-9
mol/s.
Pada penyisihan tingkat 2 dapat dilihat bahwa persamaan yang paling linear
dihasilkan pada saat orde reaksi 3/2 yaitu sebesar 0,9987. Pada tingkat 2
persamaan lebih mendekati linear, karena nilai regresi yang lebih mendekati 1
dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,20 x 10-10 mol/s.
Sedangkan pada penyisihan tingkat 3 persamaan kinetika laju reaksi yang
dapat dijadikan paling linear adalah pada orde 3/2 dengan nilai regresi sebesar
0,963 dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,20 x 10-10 mol/s.
Berdasarkan tabel kinetika nilai regresi dan konstanta laju reaksi dapat
ditentukan bahwa persamaan yang sesuai adalah yang paling linear (R2 mendekati
1) pada tingkat 2 dengan nilai regresi sebesar 0,9987 dan nilai konstanta laju
reaksi sebesar 1,97 x 10-9 mol/s.
Maka persamaan kinetika laju reaksi penyisihan LAS campuran adalah
rA
dC A
1,97 x 10 -9.C A3 / 2
dt
(4.10)
Perbedaan nilai konstanta laju reaksi pada penyisihan LAS campuran pada
tiap tingkat juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, sama halnya pada
penyisihan LAS tunggal. Konstanta laju reaksi pada tingkat 1 LAS campuran
memiliki nilai yang lebih besar daripada konstanta untuk data LAS tunggal. Pada
LAS tunggal konstanta pada tingkat 1 sebesar 1,59 x 10-12 mol/s sedangkan pada
data LAS campuran sebesar 1,97 x 10-9 mol/s. Nilai orde reaksi juga berbeda
untuk menunjukan persamaan yang linear. Pada data LAS tunggal linear tercapai
pada orde 0 sedangkan pada LAS campuran pada orde reaksi 1/2. Untuk tingkat 2
pada data LAS campuran memiliki nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,20 x 10-10
mol/s, sedangkan pada LAS tunggal nilai konstanta sebesar 1,56 x 10-9 mol/s
dengan orde reaksi 0 untuk data tunggal dan 3/2 untuk data campuran. Sedangkan
pada tingkat 3 nilai konstanta laju reaksi data LAS tunggal sebesar 2,14 x 10 -9
mol/s dan nilai konstanta data LAS campuran sebesar 1,20 x 10-10 mol/s.
Pada dasarnya bahan organik seperti LAS adalah reaktif terhadap radikal OH
ataupun ozon. Tetapi ketika bahan pencemar LAS dicampurkan dengan bahan pencemar
lain maka terjadi hal tambahan yang membuat LAS pada campuran memiliki konstanta
laju reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan data LAS tunggal. Hal yang
membedakan adalah pada dasarnya penyisihan untuk LAS tidak jauh berbeda ketika
bahan pencemar tersebut sebagai bahan pencemar tunggal pada unit pengolahan air. Hal
tersebut bisa disebabkan karena presipitat besi dan mangan yang terbentuk dari proses
oksidasi dapat membantu dalam menyisihkan senyawa organik (seperti LAS), akibat
serapan (sorption) dari partikel teroksidasi tersebut. Seperti halnya penelitian yang
dilakukan oleh kwang Ho Choo dkk(2005), yang menyimpulkan bahwa endapan material
oleh oksidasi (ferrihidrat) dapat berperan dalam menghilangkan NOM (natural organic
matter) dan kekeruhan dari air dengan cara menyerapnya. Hal ini yang menjadikan nilai
konstanta pada tingkat 1 data campuran lebih besar dibandingkan dengan data tunggal.
Tetapi pada tingkat 2 nilai konstanta ini menurun, hal ini dapat disebabkan proses
absorbsi oleh endapan logam sudah tidak maksimal lagi, dan pada saat LAS campuran
radikal OH akan bereaksi dengan logam besi terlebih dahulu sehingga menyebabkan laju
reaksi untuk tingkat 2 menurun yang ditandai dengan menurunnya nilai konstanta laju
reaksi. Begitu juga yang terjadi pada tingkat 3 sama halnya yang terjadi pada tingkat 2.
Berikut ini adalah grafik linearisasi untuk penyisihan LAS campuran
n=1
-
ln Ca - ln Ca0
(1,0000) 0
10
15
20
(2,0000)
(3,0000)
25
30
y = -0,1275x - 0,2761
R = 0,9545
y = -0,1462x - 1,1158
R = 0,7124
(4,0000)
(5,0000)
(6,0000)
t - t0
tingkat 1
Linear (tingkat 1)
y = -0,1651x - 0,728
R = 0,87
tingkat 2
Linear (tingkat 2)
tingkat 3
Linear (tingkat 3)
Gambar 4.25 Hasil Linearisasi pada orde 1 (n=1) untuk penyisihan LAS campuran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Penelitian mengenai studi kinetika dari reaksi penyisihan Besi (Fe), Mangan
(Mn), Amonia (NH3), dan Linear Alkil Benzen Sulfonat (LAS) melalui proses hibrida
ozonasi gelembung mikro dan filtrasi membran yang telah dilakukan, dimana studi
kinetika tersebut dilakukan dengan pendekatan matematis sederhana menggunakan
metode hukum pangkat, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Proses penyisihan limbah secara data tunggal lebih besar dibandingkan
dengan penyisihan data campuran.
2.
3. Pada studi kinetika proses penyisihan besi, diketahui bahwa nilai konstanta
laju reaksi (k) pada tingkat 1 sebesar 1,38 x 10-8 mol/s, tingkat 2 sebesar
2,95 x 10-8 mol/s, dan tingkat 3 sebesar 9,43 x 10-7 mol/s.
4. Pada studi kinetika proses penyisihan mangan, dihasilkan nilai konstanta
laju reaksi (k) pada tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 masing-masing
sebesar 3,34 x 10-10 mol/s, 1,67 x 10-10 mol/s, dan 9,71 x 10-9 mol/s.
5. Pada studi kinetika proses penyisihan amonia, menjelaskan bahwa
konstanta laju reaksi penyisihan amonia pada tingkat 1, tingkat 2, dan
tingkat 3 masing-masing hanya sebesar 1,89 x 10-8 mol/s, 1,19 x 10-12
mol/s, dan 5,07 x 10-8 mol/s
6. Pada studi kinetika proses penyisihan linier alkil benzene sulfonat,
didapatkan konstanta laju reaksi penyisihan pada tingkat 1, tingkat 2, dan
tingkat 3 masing-masing sebesar 1,59 x 10-9 mol/s, 1,56 x 10-9 mol/s, dan
2,14 x 10-9 mol/s.
7. Untuk menghasilkan laju reaksi yang besar, maka syarat utama nya adalah
gradien penyisihan konsentrasi harus besar juga.
5.2 Saran
Beberapa hal yang penulis sarankan dalam identifikasi laju reaksi ini adalah agar
proses antara ozonasi dan filtrasi dipisahkan. Karena hal ini akan terkait dengan
informasi kinetika. Sedangkan kinetika pada ozonasi hanya spesifik untuk proses ozonasi
saja.
DAFTAR PUSTAKA
(Fe), tembaga (Cu), dan nikel (Ni) dengan flotasi ozon. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9.
Budiyono dan Buchori L. (2007). The performance of reverse osmosis membrane in
water treatment. Journal Teknik 2007, 29(1), 0852-1697.
BPPT. (n.d). Bab 1 Masalah pencemaran air di wilayah DKI Jakarta. Jul 6, 2010.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB1MAS
ALAH.pdf
HERA (Human and Environmental Risk Assessment). (2002). Linear Alkylbenzene
Sulphonate [Online]. Jul 5, 2010. www.heraproject.com
Hoigne', J., Bader, H., Haag, W.R., dan Staehelin, J. (1985). Rate constants of reactions
of ozone with organic and inorganic compounds in water - III, Water Research,
19(8), 993
I. Oyane, M. Futura, C. E. Stavarache, K. Hashiba, S. Mukai, M Nakanishi et.al. (2005).
Inactivation of cryptosporidium parvum by ultrasonic irradiation. Journal
Enviromental science and technology, 39(18), 7294-98
Iron. (n.d). Jun 3, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Iron
Iron Metal MSDS. (n.d). Aug 10, 2010.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924400
Iron and manganese. (n.d). Aug 25, 2010. http://www.wrightstrainingsite.com/iron_mangonb.html
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002.(2002).Tentang syarat-syarat dan pengawasan air
minum. www.icel.or.id/indekx2.php?option=com_content& do_pdf=1.
Kwang-Ho Choo, Haebum Lee, Sang-June Choi. (2005). Iron and manganese removal
and membrane fouling during UF in conjunction with prechlorination for drinking
water treatment. Journal of Membrane Science, 267, 1826
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah , 2003.
Lenore S. Clescerl, Andrew D. Eaton, Eugene W. Rice (2005). Standard Methods for
Examination of Water & Wastewater (21st ed.). Washington, DC: American
Public Health Association
Linear
alkylbenzene
sulfonic
acid.
(n.d).
Jul
5,
2010.
5,
2010.
http://www.chemicalland21.com/specialtychem/perchem/LAS.htm
Linear
Alkylbenzene
Sulfonate
(LAS).
(n.d).
Jul
http://www.scienceinthebox.com/en_UK/pdf/LAS.pdf
Manganese
MSDS.
(n.d).
Aug
10,
2010.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924577
Manganese. (n.d). July 5, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Manganese
Manis Kumar, Samer S Adham, William R Pearce. (2006). Investigation of seawater
reverse osmosis fouling and its relationship to pretreatment type, Enviromental
Science and Technology, 40, 2037-44
MSDS
Anhydrous
Ammonia.
(n.d).
Aug
10,
2010.
http://www.alliedaviation.com/locations/pipeline/MSDS.pdf
MSDS
Linear
Alkylbenzene
Sulfonate.
(n.d).
Aug
10,
2010.
http://www.labchem.net/msds/75441.pdf
Ozone properties. (n.d). Mar 8, 2010. http://www.ozoneapplications.com.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
(2008). http://hukum.jogjakota.go.id/upload/PP%20No.43-2008.pdf
Pusat
Audit
Teknologi
di
wilayah
Jabotabek
pada
tahun
2002.
http://buletin.melsa.net.id/news/46deterjen.html
Rahmawati A.R.S. (2011). Oksidasi Lanjut dan Filtrasi Membran Keramik untuk
Penyisihan Besi, Mangan, Amonia dan Linear Alkylbenzene Sulfonate dari Air
Tanah. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Vaaramaa, K., Lehto, J., (2003). Removal of metals and anions from drinking water by
ion exchange, Desalination, 155(2), 157-170
Vercellotti, Joseph M. (1988). Kinetics of iron removal using potassium permanganate
and ozon. Thesis Master of Science, Ohio University.