You are on page 1of 37

MAKALAH

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

OLEH :
AFIF SETYO NUGROHO

4611412001

WHISNU ULINNUHA SETIABUDI

4611412003

ODI ANGGREAWAN WIDODO

4611412014

NUR FATIHAH AZIIZATUL M.

4611412030

JURUSAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya -karya intelektual pada
akhirnya digunakan untuk melindungi dan mempertahankan kekayaan
intelektual tersebut. Pada akhirnya, kebutuhan ini mel ahirkan konsepsi
perlindungan hukum atas kekayaan intelektual tersebut, termasuk pengakuan
hak atas karya tersebut. Sesuai dengan hakikatnya pula, Hak atas Kekayaan
Intelektual (HaKI) dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang bersifat
intangible (tidak berwujud). Jika dilihat dari latar belakang sejarah mengenai
HaKI terlihat bahwa di negara-negara barat, penghargaan atas hasil pikiran
individu sudah sangat lama diterapkan d alam budaya mereka yang kemudian
diterjemahkan kedalam undang-undang. HaKI di negara-negara barat bukan
hanya sekedar perangkat hukum yang digunakan untuk perlindungan
terhadap hasil karya intelektual seseorang, akan tetapi juga dipakai sebagai
alat strategi usaha dimana suatu penemuan dapat dikomersialkan sebagai
kekayaan
intelektual,
ini
memungkinkan
pencipta
tersebut
dapat
mengeksploitasi ciptaannya secara ekonomi. Hasil dari komersialisasi
penemuan tersebut dapat menyebabkan pencipta karya intelektual i tu untuk
terus berkarya dan meningkatkan mutu karyanya dan menjadi contoh bagi
yang lainnya. Sehingga akan timbul keinginan pihak lain untuk dapat
berkarya dengan lebih baik sehingga timbu l kompetisi di dalamnya.
Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) secara esensial berbicara mengenai
hak atas kekayaan yang lahir dari intelektual manusia. HaKI memiliki 3 unsur
penting yaitu hak, manusia dan intelektual. Dari ketiga unsur tersebut, maka
terciptalah karya ciptaan. Untuk karya -karya ciptaan perlu mendapatkan
perlindungan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
untuk meniru, memperbanyak serta memperdagangkan karya ciptaan orang
lain.
Hak atas Kekayaan Intelektual mencakup 2 kelompok yaitu Hak Cipta dan
Hak Kekayaan Industri. Keduanya dilindungi dan dia tur di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan barang siapa melanggarnya akan
dikenai sanksi yang seberat-beratnya. Untuk itu kita wajib menghargai karya karya ciptaan orang lain dan berusaha mengurangi pembelian -pembelian
produk bajakan yang semakin marak sekarang ini.
Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang
atau sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia
yang berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu di akui
dan perlu dilindungi, agar ide-ide cemerlang dan kratif yang telah diciptakan

Page | 2

tidak diklaim atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang
dapat membantu dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebu t. Untuk
Tingkat internasional organisasi yang mewadahi bidang Hak atas Kekayaan
Intelektual (Hak atas Kekayaan Intelektual) adalah WIPO ( World Intellectual
Property Organization).
Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu penget ahuan, seni,
dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa,
maka dirasakan perlunya perlindungan hukum te rhadap hak cipta.
Perlindungan
hukum
tersebut
dimaksudkan
sebagai upaya
untuk
mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya gairah
mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah -tengah
masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, undang-undang yang melindungi karya cipta adalah
undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui
beberapa perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru
yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai
berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta ,
invensi di bidang teknologi (hak paten ) dan kreasi tentang penggabungan
antara unsure bentuk, warna, garis (desain produk industry) serta tanda yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui
dan dilindungi dibawah perlindungan hukum . Dengan kata lain Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan
dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau
dicegah.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum
rumusan masalah pada makalah ini adalah seba gai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan HaKI?


Mengapa HaKI penting?
Apa sifat hukum HaKI?
Apa saja ruang lingkup HaKI?
Apa pengertian dan landasan hukum dari Hak C ipta, Paten (Patent),
Desain Industri (Industrial Design), dan Merek (Trademark)?
6. Bagaimana sejarah Hak atas Kekayaan Intelektual di dunia
Internasional?

Page | 3

7. Bagaimana sejarah perkembangan Perlindungan HaKI di Indonesia?


8. Bagaimana pengaturan HaKI?
9. Bagaimana pelaksanaan HaKI di masa sekarang?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini berdasarkan rumusan masalah
di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan
yang diajukan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengetahui pengertian dari HaKI.


Mengetahui pentingnya HaKI.
Mengetahui sifat hukum dari HaKI.
Mengetahui ruang lingkup HaKI.
Mengetahui pengertian dan landasan hukum dari Hak Cipta, Paten
(Patent), Desain Industri (Industrial Design), dan Merek (Trademark).
Mengetahui sejarah Hak atas Kekayaan Intelektual di dunia
Internasional.
Mengetahui sejarah perkembangan Perlindungan HaKI di Indonesia.
Mengetahui pengaturan HaKI.
Mengetahui pelaksanaan HaKI di masa sekarang.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan keilmuan terutama di bidang hukum terutama hukum bisnis dan
IT.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan makala ini, penulis menggunakan metode studi pustaka
yang berorientasi pada buku-buku hukum bisnis dan IT.

Page | 4

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HaKI


Kekayaan Intelektual atau Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
(selanjutnya disebut HaKI) atau Hak Milik Intelektual adalah padanan kata
yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR) atau Geistiges
Eigentum, dalam bahasa Jermannya. Istilah atau terminologi Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) digunakan untuk pertama kalinya pada tahun
1790. Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik
dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini
bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian isinya. HaKI terdiri
dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan
merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual.
Kata intelektual tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut
adalah kecerdasan daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the creations
of the human mind) (WIPO, 1988:3). Adapun kekayaan intelektual merupakan
kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi,
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain
yang berguna untuk manusia. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa HaKI
adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kre atif suatu kemampuan daya
berpikir manusia yang mengepresikan kepada khalayak umum dalam
berbagai bentuk, yang memiliki m anfaat serta berguna dalam menunjang
khidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis yang melindungi karya karya intelektual manusia tersebut.
Secara substantif pengertian HaKI dapat dideskripsikan sebagai hak
atas kekayaan yang timbul atau lahir karena ke mampuan intelektual
manusia. Karya-karya intelektual tersebut di bidang ilmu pengetahuan, seni,
sastra ataupun teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan
bahkan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang
dihasilkan menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi
yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan
konsepsi kekayaan (Property) terhadap karya -karya intelektual. Bagi dunia
usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai aset perusahaan.
Sistem HaKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas
untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau
tidak. Hak eklusif yang diberikan Negara kepada individu pelaku H aKI

Page | 5

(inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain dimaksudkan


sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas) nya dan agar orang lain
terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga
dengan sistem HaKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui
mekanisme pasar. Disamping itu sistem HaKI menunjang diadakannya sistem
dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga
kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat
dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebu t,
diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk
keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan
nilai tambah yang lebih tinggi lagi.

2.2 Pentingnya HaKI


Memperbincangkan masalah HaKI bukanlah masalah perlindunga n
hukum semata. HaKI juga erat dengan alih teknologi, pembangunan
ekonomi, dan martabat bangsa. Secara umum disepakati bahwa Hak atas
Kekayaan Intelektual memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi saat ini. Dalam hasil kajian World Intellectual Pr operty Organization
(WIPO) dinyatakan pula bahwa HaKI memperkaya kehidupan seseorang,
masa depan suatu bangsa secara material, budaya, dan sosial.
Secara umum ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem
HaKI yang baik, yaitu meningkatkan posisi perdagangan dan investasi,
mengembangkan teknologi, mendorong perusahaan untuk bersaing secara
internasional, dapat membantu komersialisasi dari suatu invensi (temuan),
dapat mengembangkan sosial budaya, dan dapat menjaga reputasi
internasional untuk kepentingan ekspor. Oleh karena itu, pengembangan
sistem HaKI nasional sebaiknya tidak hanya melalui pendekatan hukum
(legal approach) tetapi juga pendekatan teknologi dan bisnis (business and
technological approach) dan sistem perlindungan yang baik terhadap H aKI
dapat menunjang pembangunan ekonomi masyarakat yang menerapkan
sistem tersebut.
Berikut prinsip-prinsip Hak atas Kekayaan Intelektual :
1. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)
Berdasarkan prinsip ini HaKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HaKI merupakan suatu
bentuk kekayaan bagi pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari
kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk pembayaran royalti

Page | 6

terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptaannya. Prinsip ekonomi, yakni
hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir
manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)
Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada
pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan
yang disebut hak. Pencipta yang menghasilkan suatu karya berdasarkan
kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya. Prinsip keadilan,
yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja
membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemiliknya.
3. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil
ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat
untuk mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat
berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat
manusia. Selain itu, HaKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi
masyarakat,
bangsa
maupun
negara.
Prinsip
kebudayaan,
yakni
perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan
kehidupan manusia.
4. Prinsip Sosial (The Social Argument)
Berdasarkan prinsip ini, sistem HaKI memberikan perlindungan kepada
pencipta tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan
atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan
masyarakat. Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi
sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia. Prinsip
social ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ), artinya hak
yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu
kesatuan sehingga perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat.

2.3 Sifat Hukum HaKI

Page | 7

Hukum yang mengatur HaKI bersifat teritorial, pendaftaran ataupun


penegakan HaKI harus dilakukan secara terpisah di masing -masing yurisdiksi
bersangkutan. HaKI yang dilindungi di Indonesia adalah HaKI yang sudah
didaftarkan di Indonesia.
Sifat-sifat Hak atas Kekayaan Intelektual :
a. Mempunyai jangka waktu tertentu atau terbatas
Artinya setelah habis masa perlindungannya ciptaan atau penemuan
tersebut akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa
perlindungannya dapat diperpanjang lagi, misalnya hak merek.
b. Bersifat ekslusif dan mutlak
Maksudnya bahwa hak tersebut dapat dipertahankan terhadap siapapun.
Pemilik hak dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
siapapun. Pemilik atau pemegang HaKI mempunyai suatu hak monopoli,
yaitu pemilik atau pemegang hak dapat mempergunakan haknya dengan
melarang siapapun tanpa persetujuannya untuk membuat ciptaan atau
temuan ataupun menggunakannya.

2.4 Ruang Lingkup HaKI


Secara garis besar HaKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Hak Cipta (Copyrights)
2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights), yang mencakup :
a. Paten (Patent)
b. Desain Industri (Industrial Design)
c. Merek (Trademark)
d. Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition)
e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit)
f. Rahasia dagang (Trade secret)
g. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection)
2.5 Pengertian dan Dasar Hukum dari Hak Cipta, Paten (Patent), Desain
Industri (Industrial Design), dan Merek (Trademark)
1. Hak Cipta
Sejarah Hak Cipta

Page | 8

Pada jaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani bernama Peh
Riad menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.) dan koma (,). Anaknya bernama
Apullus menjadi pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah Romawi
memberikan Pengakuan, Perlindungan dan Jaminan terhadap karya cipta
ayah nya itu. Untuk setiap penggunaan, penggandaan dan pengumuman ats
penemuan Peh Riad itu, Apullus memperoleh penghargaan dan jaminan
sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut. Apullus ternyata orang yang
bijaksana, dia tidak menggunakan seluruh honorarium yang diterimany.
Honor titik (.) digunakan untuk keperluan sendiri sebagai ahli waris,
sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke pemerintah Romawi sebagai
tanda terima kasih atas penghargaan dan pengakuan terhadap hak cipta
tersebut.
Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public
domain dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain. Sebuah karya
adalah public domain jika pemilik hak ciptanya menghen daki demikian.
Selain itu, hak cipta memiliki waktu kadaluarsa. Sebuah karya yang memiliki
hak cipta akan memasuki public domain setelah jangka waktu tertentu.
Sebagai contoh, lagu-lagu klasik sebagian besar adalah public domain
karena sudah melewati jangka waktu kadaluwarsa hak cipta. Lingkup sebuah
hak cipta adalah Negara-negara yang menjadi anggota WIPO. Sebuah karya
yang diciptakan disebuah Negara anggota WIPO secara otomatis berlaku
dinegara-negara anggota WIPO lainnya. Anggota non WIPO tidak mengakui
hak cipta. Sebagai contoh, di Iran, perangkat lunak windows legal untuk
didistribusikan ulang oleh siapapun.
Pengertian Hak Cipta (lambang internasional dari hak cipta: )
1. Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 :
Hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan -pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
2. Pengertian hak cipta menurut Pasal 2 UUHC :
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk
iti dengan tidak mengurangi pembatasan -pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (Dikatakan hak khusus atau sering juga
disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada
pencipta dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta. Hak khusus
meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak)

Page | 9

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama -sama


yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat
apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun
sehingga suatu ciptaan dapat di baca, didengar atau dilihat orang lain.
Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan
bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan
secara permanen atau temporer.
Pengaturan hak cipta
Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1982
tentang Hak Cipta telah diubah dengan Undang -Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan Atas Undang -Undang Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana tel ah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1997 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1982
tentang Hak Cipta. Untuk mempermudah penyebutannya dapat disingkat
menjadi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 jo Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1987 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997.
Kedudukan Hak Cipta
Mengenai kedudukan hak cipta, sudah pula ditetapkan oleh UUHC,
bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat 1). Sebagai
benda Bergerak, hak cipta dapat beralih atau dialihkn baik seluruhnya
maupun sebagian karena :
1.
2.
3.
4.
5.

Pewarisan
Hibah
Wasiat
Dijadikan milik negara
Perjanjian

Khusus mengenai perjanjian, Pasal 3 ayat 2 menyaratkan harus


dilakukan dengan akta, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu hanya
mengenai wewenang yang disebut di dalam akta tersebut. Pentingnya akta
perjanjin itu adalah tidak lain dimaksudkan untuk memudahkan pembuktian
peralihan hak cipta pabila terjadi persengketaan di kemudian hari.

Page | 10

Ciri-ciri Hak Cipta


Ciri-ciri utama Hak Cipta dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Hak Cipta dianggap sebagai benda berge rak (Pasal 3 ayat Undangundang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta).
2. Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, hak seluruhnya atau sebagian
karena: pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan mili k negara, perjanjian yang
harus dilakukan dengan akta, dengan ketentuari bahwa perjanjian itu
hanya mengenai wewenang yang disebut dalam akta tersebut (Pasal 3
ayat (2) Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta).
3. Hak yang dimiliki oleh pencipta, demikian pula Hak Cipta yang tidak
diumumkan, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menja milik ahli
warisnya atau penerima wasiat, tidak dapat disita (Pasal Undang -undang
No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta).
Ciptaan yang dilindungi
UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta
seseorang. Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu
pengetahun, seni dan sastra. Karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra atau ciptaan dilindungi oleh UU Hak Cipta No.19 tahun 2002
Pasal 11 ayat 1 merinci ketiga bidang tersebut meliputi :
1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis
yang diterbitkan dan semua karya tulis lainnya;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, peway angan,
pantomim dan karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan
film serta karya rekaman radio.
5. Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa
teks, dan karya rekaman suara atau bunyi.
6. Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, gambar, kaligrafi, seni
ukir, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapam yang
perlindungnnya diatur dalam Pasal 10 ayat 2.
7. Seni batik
8. Arsitektur
9. Peta
10. Sinematografi
11. Fotografi
12. Terjemahan, tafsir, saduran, dan penyusunan bunga rampai.

Page | 11

13. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dan hasil pengalih wujudan.
Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya seseora ng yang
berupa pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab bentuk
pengolahan ini dipndang merupakan suatu ciptan baru dan tersendiri, yang
sudah lain dari ciptaan aslinya.
Selain hak eksklusif bagi pencipta suatu ciptaannya, pencipta juga
mempunyai hak ekonomi. Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh
seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.
Hak Ekonomi ini pada setiap Undang-undang Hak Cipta selalu berbeda,
baik terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis
hak ekonomi tersebut. Secara umumnya setiap negara, minimal mengenal,
dan mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right),


Hak adaptasi (adaptation right);
Hak distribusi (distribution right);
Hak pertunjukan (public performance right);
Hak penyiaran (broadcasting right);
Hak programa kabel (cablecasting right);
Droit de Suite;
Hak pinjam masyarakat (public lending right).

Pencipta selanjutnya memiliki Hak Moral, Hak moral adalah hak -hak yang
melindungi kepentingan pribadi pencipta, konsep hak moral ini berasal dari
sistern hukum kontinental yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum
kontinental hak pengararang (droit d auteur, author rights) terbagi menjadi
hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilaai ekonomi seperti
uang, dan hak moral menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta.
Pemilikan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada piihak lain, tetapi
moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak
yang khusus serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil ciptaannya, dan
hak itu tidak di pisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai 3 dasar,
yaitu hak untuk mengumumkan (the right of publication); hak paterniti (the
right of paternity) dan hak integritas (the right of integrity). Sedangkan
Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang
pencipta itu meliputi:
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan;
2. Larangan mengubah judul;

Page | 12

3. Larangan mengubah penentuan pencipta;


4. Hak untuk mengadakan perubahan.
Selain hak cipta yang bersifat orisinal (asli), juga dilindunginya hak
turunannya yaitu hak salinan (neighbouring rights atau ancillary rights).
Perlindungan hak salinan ini hanya secara khusus hanya tertuju pada orang orang yang berkecimpung dalam bidang pertunjukan, perekaman, dan badan
penyiaran.
Karena hak cipta merupakan kekayaan intelektual yang dapat
dieksploitasi hak-hak ekonominya seperti kekayaan-kekayaan lainnya, timbul
hak untuk mengalihkan kepemilikan atas hak cipta melalu i cara penyerahan
untuk penggunaan karya hak cipta. Sehingga secara otomatis terjadi
pengalihan keseluruhan hak-hak ekonomi yang dapat dieksplotasi dari suatu
ciptaan kepada penerima hak/pemegang hak cipta dalam jangka waktu yang
di setujui.
Tidak ada hak cipta untuk karya sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara


Peraturan perundang-undangan
Putusan pengadilan dan penetapan Hakim
Pidato kenegaraan, pidato pejabat pemerintah
Keputusan badan Arbitrase (lembaga seperti pengadilan tetapi khususnya
di dalam bidang perdagangan)

Masa Berlakunya Hak Cipta


Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hak cipta, UUHC tidak
menyaratkan melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Kelompok I (Bersifat Orisinal)
Untuk karya cipta yang sifatnya asli atu orisinal, perlindungan hukumnya
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengn 50 tahun
setelah pencipta meninggal. Mengenai alasan penetapan jangka waktu
berlakunya hak cipta orisinal yang demikian lama itu, undan g-undang tidak
memberikan penjelasan.
Karya cipta ini meliputi :
a. Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.
b. Ciptaan tari(koreografi).
c. Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung.

Page | 13

d. Seni batik.
e. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
f. Karya arsitektur.
2. Kelompok II (Bersifat Derivatif)
Perlindungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatif)
berlaku selama 50 tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:
a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan,
pantomim dan karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan
film serta karya rekaman radio.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c. Peta.
d. Karya sinematografi.
e. Karya rekaman sura atau bunyi.
f. Terjemahan dan tafsir.
3. Kelompok III (pengaruh waktu)
Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan
hukumnya berlaku selama 25 tahun,meliputi hak cipta atas ciptaan :
a. Karya fotografi.
b. Program komputer atau komputer program.
c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.
Pendaftaran Hak Cipta
Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda -benda lain seperti tanah,
kendaraan bermotor, kapal, merk yang memerlukan pendaftaran.
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu
diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari pendaftaran itu sendiri
adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal saja, tetapi
juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian
hari terhadap ciptaan tersebut. Pendaftaran hak cipta yaitu di Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen KeHaKIman dan Hak Asasi
Manusia.
Pendaftaran hak cipta bukanlah merupakan persyaratan untuk
memperoleh perlindungan hak cipta (pasal 5 dan pasal 38 UUHC). Artinya,
seorang pencipta yang tidak mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan
perlindungan, asalkan ia benar-benar sebagai pencipta suatu ciptaan
tertentu. Pendaftaran bukanlah jaminan mutlak bahwa pendaftar sebagai

Page | 14

pencipta yang dilindungi hukum. Dengan ka ta lain Undang-Undang Hak Cipta


melindungi pencipta, terlepas apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau tidak.
Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatif). Artinya
orang boleh juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak mendaftarkan, tidak ad a
sanksi hukumnya. Dengan sifat demikian, memang UUHC memberikan
kebebasan masyarakat untuk melakukan pendaftaran.
Hak dan Wewenang Menuntut
Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak
mengurangi hak pencipta atau ahli waris untuk menuntu t seseorang yang
tanpa persetujuannya :
a.
b.
c.
d.

Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu.


Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.
Mengganti/mengubah judul ciptaan.
Mengubah isi ciptaan.

Perkembangan Perundang-undangan Mengenai Hak Cipta di Indonesia


Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih memakai UU
pemerintah kolonial Belanda Auteurswet 1912, sampai saat Undang -Undang
Hak Cipta Nasional pertama diberlakukan tahun 1982. Berdasarkan Undang undang Hak Cipta (UUHC) No. 6 tahun 1982, perlindungan atas para
Pencipta dianggap kurang memadai dibandingkan dengan yang diberikan
oleh hukum Hak Cipta di luar negeri. Misalnya, perlindungan Hak Cipta
umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan 25 tahun setelah meninggalnya
Pencipta. Kategori karya-karya yang Hak Ciptanya dilindungi pun terbatas
karena hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights),
misalnya, tidak memperoleh perlindungan hukum.
Pada tahun 1987, UU Hak Cipta Indonesia direvisi dan skala
perlindungan pun diperluas. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1987
tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak
Cipta, diberlakukan tidak sama untuk setiap bidang ciptaan, untuk :
1. Hak Cipta atas ciptaan : buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis
lainnya, seni tari (koreografi), segala bentuk seni rupa; seni batik, ciptaan
lagu atau musik, karya arsitektur, berlaku selama hidup pencipta plus
lima puluh tahun setelah meninggal. Dan bila hak cipta tersebut dimiliki
oleh dua orang atau lebih, maka hak cip ta berlaku selama hidup.pencipta
yang terlama hidupnya dan 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta
terakhir meninggal.

Page | 15

2. Karya cipta berupa : karya pertunjukan, dan karya siaran; ceramah,


kuliah, dan pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman suara atau
bunyi, terjemahan juga tafsir, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak pertama kali diumumkan.
3. Karya cipta berupa, karya fotografi, program komputer, serta saduran,
dan penyusunan bunga rampai, hak cipta hanya berlaku selama 25 (dua
puluh lima) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Begitu juga dilakukan perluasaan perlindungan hukum bagi karya -karya
seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai karya -karya yang
dilindungi. Hak Negara untuk mengambil alih Hak Cipta demi kepentingan
nasional dicabut karena pasal-pasal wajib mengenai lisensi Hak Cipta
dianggap telah memadai untuk menjaga kepentingan nasional.
Pada tahun 1997, UU Hak Cipta Indonesia direvisi lebih lanjut guna
mengarahkan hukum Indonesia memenuhi kewajibannya pa da TRIPs. Hak
yang berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights) secara khusus diakui
dan dilindungi dalam bagian UU baru tersebut. Walaupun demikian, banyak
karya yang dianggap termasuk dalam hak -hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta ternyata diikutsertakan dalam pasal umu m mengenai kategori karya karya yang hak ciptanya dilindungi.
Ketentuan mengenai perlindungan Hak Cipta ini, dalam Undang -undang
Hak Cipta No. 12 tahun 1997 banyak mengalami perubahan, menyangkut
karena adanya perubahan dan penataan pengelompokan mengenai jenisjenis ciptaan. Di antara perubahan mengenai perlindungan Hak Cipta
tersebut yaitu adanya tambahan ketentuan baru yang dimasukkan dalam
Undang-undang Hak Cipta 1997, berupa pengaturan hal -hal sebagai berikut :
1. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa
hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya
perlindungan berlaku tanpa batas waktu.
2. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena
suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan, maka lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak karya cipta tersebut pertama kali diketahui umum.
3. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit
karena suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya
atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samar -an penciptanya,
maka lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
karya cipta tersebut pertama kali diterbitkan.

Page | 16

4. Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu pe rlindungannya tanpa batas
waktu.
5. Dasar perhitungan jengka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak
pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber -jalan
setelah ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan
atau pencipta meninggal dunia.
Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu
perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila
tanggal tersebut diketahui secara jelas.
Tolok ukur untuk mengukur terjadinya pelanggaran Hak Cipta diubah dari
ukuran kuantitatif (10 %) menjadi ukuran kualitatif yang sesuai dengan
kebanyakan undang-undang di luar negeri. Revisi tahun 1997 juga
menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya kreatif (Pasal 1 ayat 2).
Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya sistern pendaftaran Hak
Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam rangka
penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika te rjadi masalah di
kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun
1997 (UUHC) dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang -Undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat perubahan -perubahan untuk
disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu
untuk memberi perlindungan bagi karya -karya intelektual di bidang Hak
Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual
yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisisonal Indonesia.
Di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang baru
juga dimuat beberapa ketentuan baru, antara lain :
1. database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;
2. penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa termasuk
media internet, untuk pemutaran produk -produk cakram optik (optic disc)
melalui media audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi;
3. penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, alternatif
penyelesaian sengketa;
4. penetapan sementara pengabdian untuk mencegah kerugian lebih besar
bagi Pemegang hak;
5. batas waktu proses perkara perdata di bid ang Hak Cipta dan Hak Terkait,
baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung: pegcantuman hak
informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;

Page | 17

6. pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap


produk-produk yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi;
7. ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait;
8. ancaman pidana dan denda minimal;
9. ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer
untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

2. Hak Kekayaan Industri


Hak kekayaan industri terdiri dari :
a. Paten (patent)
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan
sendiri penemuannya
tersebut
atau memberikan
persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 Undang undang Paten). Dasar hukum Hak Paten : Undang-Undang No 14 tahun
2001 tentang hak paten.
Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan
suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan
penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang
teknologi yg berupa :
a. proses;
b. hasil produksi;
c. penyempurnaan dan pengembangan proses;
d. penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.
Pengaturan Paten diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 tahun 1989 tentang Paten telah diubah dengan Undang -Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1989 tentang Paten.
Untuk mempermudah penyebutannya dapat disin gkat menjadi UndangUndang Nomor 6 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997
atau Undang-Undang Paten (UUP) saja.
Berbeda dengan hak cipta yang melindungi sebuah karya, paten
melindungi sebuah ide, bukan ekspresi dari ide tersebut. Pada hak cipta,
seseorang yang lain berhak membuat karya lain yang memilki hak cipta.
Sedangkan pada paten, seseorang tidak berhak untuk membuat sebuah
karya yang cara bekerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan.
Contoh dari paten misalnya adalah algoritma pagerank ya ng dipatenkan
oleh google. Pagerank dipatenkan pada kantor paten Amerika Serikat.
Artinya pihak lain di Amerika Serikat tidak dapat membuat sebuah karya

Page | 18

berdasarkan algoritma pagerank, kecuali jika ada perjanjian dengan


Google.
Sebuah ide yang dipatenkan haruslah ide yang orisinil dan belum
pernah ada ide yang sama sebelumnya. Jika suatu saat ditemukan bahwa
sudah ada yang menemukan ide tersebut sebelumnya, maka hak paten
tersebut dapat dibatalkan. Sama seperti hak cipta, kepemilikan hak cipta
dapat ditransfer ke pihak lain, baik sepenuhnya maupun sebagian. Pada
industri perangkat lunak, sangat umum perusahaan besar memiliki
portfolio paten yang berjumlah ratusan, bahkan ribuan. Sebagian besar
perusahaan-perusahaan ini memiliki perjanjian cross -licensing, artinya
Saya izinkan anda menggunakan paten saya asalkan saya boleh
menggunakan paten anda. Akibatnya hukum paten pada industri
perangkat lunak sangat merugikan perusahaan -perusahaan kecil yang
cenderung tidak memiliki paten.
Tetapi ada juga perusahaan kecil yang menyalahgunakan hal ini.
Misalnya Eolas yang mematenkan treknologi plug -in pada web browser.
Untuk kasus ini, Microsoft tidak dapat menyerang balik Eolas, karena
Eolas sama sekali tidak membutuhkan paten yang dimiliki oleh Microsoft.
Eolas bahkan sama sekali tidak memiliki produk atau layanan, satu satunya hal yang dimiliki Eolas hanyalah paten tersebut. Oleh karena itu,
banyak pihak tidak setuju terhadap paten perangkat lunak karena sangat
merugikan industri perangkat lunak. Sebuah paten berla ku di sebuah
negara. Jika sebuah perusahaan ingin patennya berlaku di negara lain,
maka perusahaan tersebut harus mendaftarkan patennya di negara l;ain
tersebut. Tidak seperti hak cipta, paten harus didaftarkan terlebih dahulu
sebelum berlaku.
Pemberian Paten
Penemuan diberikan Paten oleh negara apabila telah melewati suatu
proses pengajuan permintaan paten pada Kantor Paten (Departemen
Kehakiman Republik Indonesia di Jakarta).
Penemuan yang tidak dapat dipatenkan sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 Undang-Undang Paten, yaitu :
a. Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman
dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, dan
kesusilaan.
b. Penemuan tentang metode pemeriksaan, perawatan , pengobatan,
dan pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan hewan,

Page | 19

tetapi tidak menjangkau produk apapun yang digunakan atau


berkaitan dengan metode tersebut.
c. Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan
dan matematika.
b. Merk Dagang (Trademark)
Pengertian dari merek secara yuridis tercantum dalam pasal 1 ayat (1)
UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi :
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf -huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur -unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang dan jasa.
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
Merek
jasa yaitu
merek
yang
digunakan
pada
jasa
yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan de ngan jasa-jasa sejenis
lainnya.
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama -sama untuk membedakan
dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan
berbagai regulasi yang telah dilahirkan untuk mengata si berbagai
masalah. Berkaitan dengan kasus-kasus terkait merek yang banyak
terjadi. Tidak hanya membuat aturan -aturan dalam negeri, Indonesia juga
ikut serta dalam berbagai perjanjain dan kesepakatan Internasional.
Salah
satuya
adalah
meratifikasi
Ko nvensi
Internasional
tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7
Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagang an
Dunia) sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1
Januari 2000 Indonesia sudah harus menerapkan semua perjanjian perjanjian yang ada dalam kerangka TRIPs (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Right, Inculding Trade in Counter feit Good),
penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam TRIPs tersebut
adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai anggota
dari WTO (Word Trade Organization).

Page | 20

Karena
peranan
yang
begitu urgent demi
berjalannya
dan progress dunia perdagangan baik barang maupun jasa dalam
kegiatan perdagangan dan penanaman modal. Pada tahun 1961
Indonesia mempunyai Undang-undang baru mengenai merek perusahaan
dan perniagaan LN. No. 290 Tahun 1961 dengan 24 pasal dan tidak
mencantumkan sanksi pidana terhadap pelanggaran merek. Dengan
meningkatnya perdagangan dan industri serta terbukanya sistem ekonomi
yang dianut Indonesia maka lahir berbagai kasus merek.
Dengan pesatnya progress dunia perdagangan marak sengketa merek
yang khususnya menyerang pemilik merek terkenal yang menimbulkan
konflik dengan pengusaha lokal, berbagai alasan yang menyebabkannya
diantaranya :
1. Terbukanya sistem ekonomi nasional, se hingga pengusaha nasional
dapat mengetahui dan memanfaatkan merek-merek terkenal untuk
digunakan dan didaftar lebih dulu di Indonesia demi kepentingan
usahanya.
2. Pemilik merek terkenal belum atau tidak mendaftarkan dan
menggunakan mereknya di Indonesia.
Banyaknya sengketa merek maka pada tahun 1987 pemerintah
menetapkan Keputusan Menteri KeHaKIman Republik Indonesi a No.
M.01-HC.01.01 Tahun 1987 tentang Penolakan Permohonan Pendaftaran
Merek yang mempunyai Persamaan dengan Merek Terkenal Orang lain.
Dengan adanya aturan tersebut maka banyak sekali pemilik merek
terkenal yang mengajukan gugatan pembatalan mereknya d an banyak
pula perpanjangan merek yang ditolak oleh kantor merek dikarenakan
mempergunakan merek orang lain. Keputusan tersebut kemudian direvisi
dengan Keputusan Menteri KeHaKIman No. M.03 -HC.02.01 untuk lebih
memberikan perlindungan terhadap pemilik mere k-merek terkenal.
Selama masa berlakunya UU No. 21 Tahun 1961, banyak sekali
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam dunia perdagangan,
dimana norma dan tatanan dagang telah berkembang dan berubah
dengan cepat, hal tersebut menyebabkan konsepsi yang tertuang dalam
Undang-undang merek Tahun 1961 sudah sangat tertinggal jauh sekali.
Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut maka pemerintah pada
waktu itu mengeluarkan UU No. 19 Tahun 1992 tentang merek (LN. No.81
Tahun 1992) sebagai pengganti UU No.21 t ahun 1961.
Pendaftaran Merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
kepada Kantor Merek. Unsur-unsur yang tidak dapat didaftarkan sebagai
merek menurut Pasal 5 Undang-Undang Merek yaitu :
a. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
b. Tanda yang tidak memiliki daya pembeda.
Page | 21

c. Tanda yang telah menjadi milik umum.


d. Tanda yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang
atau jasa yang dimintakan pendaftaran.
Merek dagang digunakan oleh pebisnis untuk mengiditifikasi sebuah
produk atau layanan. Merek dagang meliputi nama produk dan layanan,
beserta logo, symbol, gambaran yang menyertai produk dan layan produk
tersebut. Contoh merk dagang misalnya adalah Kentucky Fried Chiken.
Yang disebut merk dagang adalah urutan -urutan kata-kata tersebut
beserta variasinya (misalnya KFC), dan logo dari produk tersebut. Jika
ada produk lain yang sama atau mirip misalnya Ayam Goreng Kentucky,
maka itu adalah termasuk sebuah pelanggaran merk dagan g. Berbeda
dengan HaKI lainnya, merk dagang dapat digunakan oleh pihak lain
selain pemilik merk dagang tersebut, selama merk dagang tersebut
digunakan untuk merefrensikan layanan tersebut, selama merk dagang
tersebut digunakan untuk meref erensikan layanan atau produk yang
bersangkutan.
Sebagai contoh, sebuah artikel yang membahas KFC dapat saja
menyebutkan Kentucky Fried Chiken di artikelnya, selama perkataan itu
menyebut produk dari KFC yang sebenarnya. Merk dagang diberlakukan
setlah pertama kali penggunaan merk dagang tersebut atau setelah
registrasi. Merk dagang berlaku pada Negara tempat pertama kali merk
dagang tersebut digunakan atau didaftarkan. Tetapi ada beberapa
perjanjaian yang memfasilitasi penggunaan merk dagang di Negara lain.
Misalnya adalah system Madrid. Sama seperti HaKI lainnya, merk dagang
dapat diserahkan kepada pihak lain, sebagian atau seluruhnya. Contoh
yang umum adalah mekanisme frenchise, salah satu kesepakatan adalah
pengguanaan nama merk dagang dari usaha lain yang sudah terlebi h
dahulu sukses.
Pemakaian sebuah merek tidak hanya sebatas untuk meraup
keuntungan. Merek memiliki tujuan lain yang tidak hanya bisa dipandang
dari segi ekonomi. Merek juga memiliki peran untuk memperlancar
kegiatan
perdagangan
barang atau
jasa
untuk melaksanakan
pembangunan. Untuk itu diperlukan perlindungan merek agar tidak
membuat aktivis plagiarisme semakin gencar dengan praktek kotornya.
Karena pada dasarnya perlindungan merek tidak hanya untuk
kepentingan pemilik merek saja akan tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat luas sebagai konsumen.
Tidak hanya terjadi di Indonesia masalah mengenai perlindungan
merek juga marak terjadi diberbagai negara. Keuntungan yang
didapatkan dengan cara yang tidak sulit mendorong sebuh merek untuk
ditiru atau numpang tenar layaknya seorang artis. Peniruan merek
Page | 22

terkenal marak terjadi memang dilandasi oleh itikad tidak baik. Semata mata
tujuannya
hanyalah
materi,
memperoleh
keuntungan
dengan nebeng dengan popularitas sebuah merek. Perlakuan yang
seperti ini memang tidak seharusnya dan tidak selayaknya untuk
mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain dibutuhkan respon serta
inisiatif pemilik merek, dapat juga dilakukan oleh kantor merek dengan
menolak permintaan pendaftaran merek yang sama atau mirip dengan
merek terkenal.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan yaitu :
1. Tidak mengatur definisi dan kriteria merek terkenal.
2. Penolakan atau pembatalan merek, atau larangan penggunaan merek
yang merupakan reproduksi, tiruan atau terjemahan yang dapat
menyesatkan atas suatu barang atau jasa yang sama atau serupa
apabila perundang-undangan negara tersebut mengatur atau
permintaan suatu pihak yang berkepentingan.
3. Gugatan pembatalan dapat diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun dari pendaftaran, namun tidak ada jangka waktu apabila
pendaftaran itu dilakukan dengan itikad tidak baik.
Terhadap perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang
merek diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 a yat 3 (a) yang berbunyi :
Pasal 6 :
1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek
tersebut:
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan
atau jasa sejenisnya.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b) dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktur Jenderel apabila Merek
tersebut :
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan
tertulis dari yang berhak.
Kemudian penjelasan pasal tersebut di atas menyat akan :

Page | 23

Pasal 6 ayat (1) Huruf b :


Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan atau jasa
yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum
masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan. Disamping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal
yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar besaran, investasi
di beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai
bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa Negara. Apabila hal -hal di
atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan
lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survey guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar
penolakan.
Pasal 6 Ayat (2) :
Cukup jelas
Pasal 6 Ayat (3) Huruf a :
Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan hukum
yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam daftar Umum Merek.
Dari ketentuan diatas dapat ditentukan kriteria -kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan keterkenalan suatu merek terkenal yaitu :
1. Pengetahuan masyarakat yang relevan terhadap merek.
2. Pengetahuan masyarakat terhadap promosi merek.
3. Didaftar oleh pemiliknya diberbagai negara.
Selain perlindungan yang telah diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2
dan ayat 3 (a) UU No. 15 Tahun 2001, sebetulnya bagi siapa saja yang
dengan sengaja mempergunakan merek milik orang lain dapat
dikategorikan telah melakukan sesuatu kejahatan dan diancam dengan
pidana penjara maupun denda sebagaimana diatur dalam pasal 90, 91,
92, 93, dan 94 Undang undang No. 15 Tahun 2001.
c. Desain Industri (Industrial Design)
Desain industri dapat berupa rancangan produk industri, rancangan
industri. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi, garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai un tuk menghasilkan suatu produk,

Page | 24

barang atau komoditas industri dan kerajinan tangan. Dasar hukum :


Undang-Undang No 13 tahun 2000 tentang desain industri.
d. Rahasia Dagang (Trade Secret)
Rahasia dagang adalah informasi di bidang teknologi atau bisnis yang
tidak diketahui oleh umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.
Berbeda dari jenis HaKI lainnya, rahasia dagang tidak dapat
dipublikasikan ke public. Sesuai namanya, rahasia dagang bersifat
rahasia. Rahasia dagang dilindungi selama informasi itu tidak
dibocorkan oleh pemilik rahasia dagang. Contoh dari rahasia dagang
adalah resep minuman caca cola, untuk beberapa tahun, hanya coca cola
yang memiliki resep tersebut. Perusahaan lain tidak ber hak mendapatkan
resep tersebut, misalnya dengan membayar pegawai coca cola. Cara
yang legal untuk mendapatkan resep tersebut adalah dengan cara
rekayasa balik (reverse engineering). Sebagai contoh, hal ini dilakukan
oleh kompetitor coca cola dengan menganalisis kandungan dari minuman
coca cola.
Hal ini masih legal dan dibenarkan oleh hukum. Oleh karena itu saat ini
ada minuman yang rasanya mirip dengan coca cola, misal pepsi, RC
cola, atau Diet coke. Contoh lain adalah kode sumber (source code) dari
Microsoft. Microsoft memiliki banyak kompetitor yang coba meniru
windows. Dan terdapat suatu proyek wine yang bertujuan menjalankan
aplikasi windows di linux. Pada suatu saat, kode sumber windows
tersebar di internet dengan tanpa sengaja. Karena kode sumber windows
adalah rahasia dagang, maka proyek wine tidak diperkenan melihat atau
mempergunakan kode sumber yang telah bocor tersebut. Sebagai catatan
kode sumber windows merupakan rahasi dagang, karena Microsoft tidak
mempublikasikan kode sumber tersebut. Pada kasus l ain, produsen
prangkat lunak memilih untuk mempublikasikan kode sumbernya
(misalnya pada perangkat lunak OpenSource). Pada kasus ini, kode
sumber termasuk dalam hak cipta, bukan rahasia dagang.
e. Indikasi Geografi (Geographical Indications)
Indikasi geografi adalah tanda yang menunjukkan asal suatu barang
yang karena faktor geografis (faktor alam atau faktor manusia dan
kombinasi dari keduanya telah memberikan ciri dari kualitas tertentu dari
barang yang dihasilkan).
f. Denah Rangkaian (Circuit Layout)
Denah rangkaian yaitu peta (plan) yang memperlihatkan letak dan
interkoneksi dari rangkaian komponen terpadu (integrated circuit), unsur

Page | 25

yang berkemampun mengolah masukan arus listrik menjadi khas dalam


arti arus, tegangan, frekuensi, serta parameter fisik lainnya.
g. Perlindungan varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yang diberikan
negara kepada pemulia tanaman dan atau pemegang PVT untuk
memegang kendali secara eksklusif atas varietas tanaman yang
dihasilkannya untuk selama kurun wakt u tertentu menggunakan sendiri
varietas tersebut atau memberikan persetujun kepada orang atau badan
hukum lain untuk menggunakannya terhadap bahan perbanyakan
(mencakup benih, stek, anakan, atau jaringan biakan) dan material yang
dipanen (bunga potong, buah, potongan daun) dari suatu varietas
tanaman baru untuk digunakan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Suatu kultivar yang didaftarkan untuk mendapatkan PVT harus memiliki
karakteristik berikut ini : baru, unik, seragam, stabil, dan telah diberi
nama. Hak ini merupakan imbalan atas upaya yang dilakukan pemulia
dalam merakit kultivar yang dimuliakannya, sekaligus untuk melindungi
konsumen (penanam bahan tanam atau pengguna produk) dari
pemalsuan atas produk yang dihasilkan dari kultivar tersebut. S edangkan
Pengertian Perlindungan Varietas Tanaman menurut UU PVT UU NO 29
Tahun 2000 Pasal 1(1) adalah :
Perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini
diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Jangka Waktu dalam PVT adalah 20 tahun untuk tanaman semusim dan
25 tahun untuk tanaman tahunan.
Persyaratan Permohonan Hak PVT
1. PVT dapat diberikan pada varietas tanaman dari jenis atau s pesies
tanaman yang baru, unik, seragam, stabil dan diberikan nama.
2. Tanaman sebagaimana yang dimaksud adalah tanam an semusin dan
tanaman tahunan.
3. Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan
permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari
varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau
sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah
diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk
tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan.

Page | 26

4. Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat


dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya
sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan permohonan hak
PVT.
5. Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau
penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi
sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda.
6. Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat -sifatnya tidak mengalami
perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang
diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami
perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.
7. Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang
selanjutnya menjadi nama varietas yang bersan gkutan, dengan
ketentuan bahwa :
Nama varietas tersebut terus dapat digunakan meskipun masa
perlindungannya telah habis;
Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancua n terhadap
sifat-sifat varietas;
Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan
didaftarkan pada Kantor PVT;
Apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan poin 2, maka
Kantor PVT berhak menolak penamaan ters ebut dan meminta
penamaan baru;
Apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas
lain, maka pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut; Nama
varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek dagang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UU
No 29 tahun 2000 tentang PVT

2.6 Sejarah Hak atas Kekayaan Intelektual di dunia Internasional


Jika dilihat secara historis, undang-undang mengenai HaKI pertama kali
ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470.
Caxton, Galileo dan Gutternberg tercatat sebagai penemu -penemu yang
muncul dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas
penemuan mereka. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi
oleh kerajaan Inggris di zaman TUDOR tahun 1500 -an dan kemudian lahir
hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies
(1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten pada tahun
1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883
Page | 27

dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan
desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak
cipta.
Tujuan dari hak konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi,
pembahasan masalah baru, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum
dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk
biro administratif bernama United Intern ational Bureau for the Protection of
Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual
Property Organization (WIPO).
WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang
menangani masalah HaKI anggota PBB. Sebagai tam bahan pada tahun
2001, World Intellectual Property Organization (WIPO) telah menetapkan
tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Sejak
ditandatanganinya persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan (GATT)
pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh-Maroko, Indonesia sebagai salah
satu negara yang telah sepakat untuk melaksanakan persetujuan tersebut
dengan seluruh lampirannya melalui Undang -Undang No. 7 Tahun 1994
tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Lampiran yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual (HaKI)
adalah Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) yang
merupakan jaminan bagi keberhasilan diselenggarakannya hubungan
perdagangan antarNegara secara jujur dan adil, karena :
1. TRIPs menitikberatkan kepada norma dan standard.
2. Sifat persetujuan dalam TRIPs adalah Full Complience atau ketaatan
yang bersifat memaksa tampa reservation.
3. TRIPs memuat ketentuan penegakan hukum yang sangat ketat dengan
mekanisme penyelesaian sengketa diikuti dengan sanksi yang bersifat
retributif.

2.7 Sejarah perkembangan Perlindungan HaKI di Indonesia


Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HaKI di
Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HaKI pada
tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek
tahun 1885, Undang-undang Paten tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun
1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies

Page | 28

telah menjadi angota Paris Convention for the Protection of Industrial


Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893
sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of
Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan
Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundangundangan di bidang HaKI tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17 Agustus
1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
perundang-undangan peninggalan Kolonial Belanda tetap berlaku selama
tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap
berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap
bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam
UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor
Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas
permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di
Belanda.
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur
tentang Paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman no. J.S 5/41/4, yang
mengatur tentang pengajuan sementara permintaan Paten dalam negeri, dan
Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang mengatur tentang
pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.
Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU
No.21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk
mengganti UU Merek Kolonial Belanda. UU No 21 Tahun 1961 mulai berlaku
tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek ini untuk melindungi
masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.
10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention for
the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan
keputusan Presiden No. 24 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam
Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat
pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai
dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun
1982 tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan
Belanda. Pengesahan UU Hak Cipt a tahun 1982 dimaksudkan untuk
mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di

Page | 29

bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan


kecerdasan kehidupan bangsa.
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era moderen sistem HAKI di
tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim
khusus di bidang HAKI melalui keputusan No.34/1986 (Tim ini dikenal
dengan tim Keppres 34) Tugas utama Tim Keppres adalah mencakup
penyusunan kebijakan nasional di bidang HAKI, perancangan peraturan
perundang-undangan di bidang HAKI dan sosialisasi sistem HAKI di
kalangan intansi pemerintah terkait, aparat pen egak hukum dan masyarakat
luas.
19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun 1987
sebagai perubahan atas UU No. 12 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 ditetapkan
pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (DJHCPM)
untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat paten dan Hak Cipta yang
merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Hukum
dan Perundang-Undangan, Departemen Kehakiman.
Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui
RUU tentang Paten yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989
oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai
berlaku tanggal 1 Agustus 1991.
28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 1992
tentang Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini me nggantikan UU
Merek tahun 1961.
Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act
Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade
Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).
Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundangundangan di bidang HAKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982,
UU Paten 1989 dan UU Merek 1992.
Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang HAKI yaitu : (1) UU
No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang
Desain Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Des ain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.

Page | 30

Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade


Related Aspects of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia
mengesahkan UU No 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No 15 tahun 2001
tentang Merek, Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait.
Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif sa tu tahun sejak
di undangkannya.
Pada tahun 2000 pula disahkan UU No 29 Tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman dan mulai be rlaku efektif sejak tahun 2004.
Dengan demikian, perangkat peraturan perundang-undangan di bidang
HaKI di Indonesia sampai saat ini sudah lengkap. Namun, hal tersebut masih
belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini dihadapkan pula pada
masih rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
HaKI. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang HaKI perlu terus menerus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat. Adanya pemahaman maka terhadap HaKI
maka
para warga masyarakat
akan
menghargai karya-karya yang
dilindungi oleh hukum hak kekayaan intelektual. Selain itu,
anggota
masyarakat berkreasi untuk menghasilkan karya yang dapat dilindungi oleh
hak kekayaan intelektual.

2.8 Pengaturan HaKI


Pengaturan HaKI di dunia Internasional dan di Indonesi a, yaitu :
1.

Pengaturan HaKI di dunia Internasional

Indonesia terlibat dalam perjanjian -perjanjian internasional di bidang


HAKI. Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World
Trade Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu
Agreement Estabilishing the World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu bagian penting
dari Persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of
intellectual Property rigets Including Trade In Counterf eit Goods. (TRIPs).
sejaln dengan TRIPs, Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi
konvensi-konvensi Internasional di bidang HAKI, yaitu :
a. Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention
Estabilishing the World intellectual P roperty Organizations, dengn

Page | 31

b.
c.
d.

e.

Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keppres No. 24 Tahun


1979.
Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT, dengan
Keppres No. 16Tahun 1997.
Trademark Law Treaty (TLT) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997.
Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works tanggal
7 Mei 1997 dengan Keppres No. 18 Tahun 1997 dan dinotifikasikan ke
WIPO tanggal 5 Juni 1997, Berne Convention tersebut mulai berlaku
efektif di Indonesia pada tanggal 5 September 19 97.
WIPO Copyright Treaty (W CT) dengan Keppres No. 19 Tahun 1997.

Memasuki milenium baru, HAKI menjadi isu yang sangat penting yang
selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional.
Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan Wto d i tahun 1994
menandakan dimulainya era baru perkembangan HAKI di seluruh dunia.
Dengan demikian pada saat ini permasalahan HAKI tidak dapat dilepaskan
dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HAKI dalam pembangunan
ekonomi dan perdagangan telh memacu dimulainya era baru pembangunan
ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.

2.

Pengaturan HaKI di Indonesia

Di tingkat nasional, pengaturan HaKI secara pokok (dalam UU) dapat


dikatakan telah lengkap dan memadai. Lengkap, karena menjangkau ketujuh
jenis HaKI. Memadai, karena dalam kaitannya dengan kondisi dan kebutuhan
nasional, dengan beberapa catatan, tingkat pengaturan tersebut secara
substantif setidaknya telah memenuhi syarat minimal yang dipatok di
Perjanjian Internasional yang pokok di bidang HaKI.
Sejalan dengan masuknya Indonesia sebagi anggota WTO/TRIPs dan
diratifikasinya beberapa konvensi internasional di bidang HaKI sebagaimana
dijelaskan pada pengaturan HaKI di internasional tersebut di atas, maka
Indonesia harus menyelaraskan peraturan perundan g-undangan di bidang
HaKI. Untuk itu, pada tahun 1997 Pemerintah merevisi kembali beberapa
peraturan perundangan di bidang HaKI, dengan mengundangkan :
a. Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undangundang No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
b. Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten

Page | 32

c. Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek
Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HAKI
yang menyangkut ke-tujuh HAKI antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Terpadu
g. Undang-undang
Tanaman

No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta


No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
No. 15 Tahun 2001 tentang Merk
No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Dengan pertimbangan masih perlu dilakukan penyempurnaan terhadap


undang-undang tentang hak cipta, paten, dan merek yang diundangkan tahun
1997, maka ketiga undang-undang tersebut telah direvisi kembali pada tahun
2001. Selanjutnya telah diundangkan:
a. Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
b. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek

2.9 Pelaksanaan HaKI di Masa Sekarang


Peraturan perundangan yang berlaku sangat banyak, tetapi melihat
pelaksanaannya sekarang ini makin banyak pelanggaran -pelanggaran.
Umumnya pelanggaran hak cipta didorong untuk mencari keuntungan
finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan
pemegang izin hak cipta. Hal ini bisa dibuktikan dengan semakin maraknya
pembajakan-pembajakan hasil karya ciptaan seseo rang. Sebagai contoh
yang lebih konkret yaitu pembajakan kaset -kaset VCD. Faktor-faktor yang
mempengaruhi warga masyarakat untuk melanggar HaKI, yaitu :
1. Dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan keun -tungan
yang sebesar-besarnya dari pelanggaran tersebut.
2. Para pelanggar menganggap bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan oleh
pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif
maupun represif yang dilakukan oleh para penegak hukum.
3. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produk hasil pelanggaran
tersebut tidak perlu dibayar kepada pemerintah.

Page | 33

4. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli


atau palsu (aspal), yang penting bagi mereka harganya murah dan
terjangkau dengan kemampuan ekonomi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kedaulatan hukum, namun
dalam menegakkan hukum harus mendapat kontrol dan tekanan dari negara
asing. Tidak mengherankan apabila penegakan hukum di negeri ini tidak
dapat dilakukan secara konsisten. Salah satu contoh nyata adalah pad a saat
mulai diberlakukannya Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
pada tanggal 29 Juli 2003, hampir seluruh pedangang CD, VCD dan DVD
bajakan tidak tampak di pinggir jalan. Namun beberapa minggu kemudian,
sedikit-demi sedikit para pedagang tersebut mulai tampak menggelar kembali
barang dagangannya, dan hingga sampai saan ini mereka dengan sangat
leluasa dan terang-terangan berani menjual barang dagangannya di tempat
keramaian. Kondisi ini semakin diperburuk dengan tindakan para aparat
penegak hukum yang hanya melakukan razia terhadap para pedagang tetapi
tidak terhadap sumber produk bajakan tersebut, sehingga produksi barang
bajakan terus berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum
secara tuntas menyelesaikan masalah pembajakan, oleh k arena itu masih
terdapat produsen yang memproduksi barang bajakan tersebut yang belum
tersentuh oleh aparat penegak hukum. Jika memang niat pemerintah adalah
untuk memberantas praktek pembajakan, maka tanpa pengenaan cukai
terhadap produksi rekamanpun sebenarnya hal tersebut sudah dapat
dilakukan sejak belakunya UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Namun
dalam kenyataannya, praktek perdagangan barang ilegal tersebut bukan
semakin berkurang, malahan semakin marak diperdagangkan di kaki lima.
Contoh-contoh lain mengenai pelanggaran HaKI yaitu :
1. Jakarta Tahun 2009 mencatat hasil kurang menggembirakan untuk
urusan pembajakan software di Indonesia. Dari hasil riset yang
dikeluarkan IDC terungkap bahwa aktivitas pembajakan software di
Tanah Air justru kian melonjak. Dari riset itu Indonesia ditempatkan di
posisi ke12 sebagai negara dengan tingkat pembajakan software terbesar
di dunia.
2. Pelanggaran
yang
merugikan
kepentingan
negara,
misalnya
mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah
di bidang pertahanan dan keamanan.
3. Pelanggaran yang bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan,
misalnya memperbanyak dan menjual video compact disc (vcd) porno.
4. Melanggar perjanjian (memenuhi kewajiban tidak sesuai dengan isi
kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak), misalnya

Page | 34

dalam perjanjian penerbitan karya cipta disetujui untuk dicetak sebanyak


2.000 eksemplar, tetapi yang dicetak/diedarkan di pasar adalah 4.000
eksemplar. Pembayaran royalti kepada pencipta didasarkan pada
perjanjian penerbitan, yaitu 2.000 eksemplar bukan 4.000 eksemplar. Ini
sangat merugikan bagi pencipta

PENUTUP

SIMPULAN
HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang
diberikan kepada perseorangan atau kelompok atas kekayaan yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia berupa teknologi,
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain -lain
yang berguna untuk manusia yang dilahirkan dengan pengorbanan tenaga,
waktu dan bahkan biaya.
HaKI dapat memperkaya kehidupan seseorang, masa depan suatu
bangsa secara material, budaya, dan sosial. Secara umum ada beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari sistem HaKI yang baik, yaitu
meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi,
mendorong perusahaan untuk bersaing secara internasional, dapat
membantu
komersialisasi
dari
suatu
invensi
(temuan),
dapat
mengembangkan sosial budaya, dan dapat menjaga reputasi internasional
untuk kepentingan ekspor. Oleh karena itu, pengembangan sistem HaKI
nasional sebaiknya tidak hanya melalui pendekatan hukum (legal approach)
Page | 35

tetapi juga pendekatan teknologi dan bisnis (business and technological


approach) dan sistem perlindungan yang baik terhadap HaKI dapat
menunjang pembangunan ekonomi masyarakat yang mener apkan sistem
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

SUPRAMONO, Gatot.Tindak Pidana Hak Cipta: Masalah Penangkapan dalam


Tingkat Penyidikan,Pustaka Kartini,1989.
Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Hak

Milik

Intelektual

di

Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di


Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992 , Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1994.
Rizawanto Wanita, Undang Undang Merek Baru 2001, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002.
UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Adoe, Kaleb. 2010. HUKUM BISNIS. Kupang: Politeknik Negeri Kupang.

Page | 36

Simatupang, Richard. 1996. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka


Cipta.
Saidin. 1997. Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta:
Grafindo.

Raja

Page | 37

You might also like