Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
AFIF SETYO NUGROHO
4611412001
4611412003
4611412014
4611412030
Page | 2
tidak diklaim atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang
dapat membantu dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebu t. Untuk
Tingkat internasional organisasi yang mewadahi bidang Hak atas Kekayaan
Intelektual (Hak atas Kekayaan Intelektual) adalah WIPO ( World Intellectual
Property Organization).
Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu penget ahuan, seni,
dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa,
maka dirasakan perlunya perlindungan hukum te rhadap hak cipta.
Perlindungan
hukum
tersebut
dimaksudkan
sebagai upaya
untuk
mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya gairah
mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di tengah -tengah
masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, undang-undang yang melindungi karya cipta adalah
undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui
beberapa perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru
yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai
berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta ,
invensi di bidang teknologi (hak paten ) dan kreasi tentang penggabungan
antara unsure bentuk, warna, garis (desain produk industry) serta tanda yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui
dan dilindungi dibawah perlindungan hukum . Dengan kata lain Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan
dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau
dicegah.
Page | 3
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini berdasarkan rumusan masalah
di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan
yang diajukan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan keilmuan terutama di bidang hukum terutama hukum bisnis dan
IT.
Page | 4
PEMBAHASAN
Page | 5
Page | 6
terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptaannya. Prinsip ekonomi, yakni
hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir
manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)
Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada
pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan
yang disebut hak. Pencipta yang menghasilkan suatu karya berdasarkan
kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya. Prinsip keadilan,
yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja
membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemiliknya.
3. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil
ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat
untuk mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat
berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat
manusia. Selain itu, HaKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi
masyarakat,
bangsa
maupun
negara.
Prinsip
kebudayaan,
yakni
perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan
kehidupan manusia.
4. Prinsip Sosial (The Social Argument)
Berdasarkan prinsip ini, sistem HaKI memberikan perlindungan kepada
pencipta tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan
atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan
masyarakat. Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi
sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia. Prinsip
social ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ), artinya hak
yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu
kesatuan sehingga perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat.
Page | 7
Page | 8
Pada jaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani bernama Peh
Riad menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.) dan koma (,). Anaknya bernama
Apullus menjadi pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah Romawi
memberikan Pengakuan, Perlindungan dan Jaminan terhadap karya cipta
ayah nya itu. Untuk setiap penggunaan, penggandaan dan pengumuman ats
penemuan Peh Riad itu, Apullus memperoleh penghargaan dan jaminan
sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut. Apullus ternyata orang yang
bijaksana, dia tidak menggunakan seluruh honorarium yang diterimany.
Honor titik (.) digunakan untuk keperluan sendiri sebagai ahli waris,
sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke pemerintah Romawi sebagai
tanda terima kasih atas penghargaan dan pengakuan terhadap hak cipta
tersebut.
Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public
domain dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain. Sebuah karya
adalah public domain jika pemilik hak ciptanya menghen daki demikian.
Selain itu, hak cipta memiliki waktu kadaluarsa. Sebuah karya yang memiliki
hak cipta akan memasuki public domain setelah jangka waktu tertentu.
Sebagai contoh, lagu-lagu klasik sebagian besar adalah public domain
karena sudah melewati jangka waktu kadaluwarsa hak cipta. Lingkup sebuah
hak cipta adalah Negara-negara yang menjadi anggota WIPO. Sebuah karya
yang diciptakan disebuah Negara anggota WIPO secara otomatis berlaku
dinegara-negara anggota WIPO lainnya. Anggota non WIPO tidak mengakui
hak cipta. Sebagai contoh, di Iran, perangkat lunak windows legal untuk
didistribusikan ulang oleh siapapun.
Pengertian Hak Cipta (lambang internasional dari hak cipta: )
1. Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 :
Hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan -pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
2. Pengertian hak cipta menurut Pasal 2 UUHC :
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk
iti dengan tidak mengurangi pembatasan -pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (Dikatakan hak khusus atau sering juga
disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada
pencipta dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta. Hak khusus
meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak)
Page | 9
Pewarisan
Hibah
Wasiat
Dijadikan milik negara
Perjanjian
Page | 10
Page | 11
13. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dan hasil pengalih wujudan.
Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya seseora ng yang
berupa pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab bentuk
pengolahan ini dipndang merupakan suatu ciptan baru dan tersendiri, yang
sudah lain dari ciptaan aslinya.
Selain hak eksklusif bagi pencipta suatu ciptaannya, pencipta juga
mempunyai hak ekonomi. Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh
seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.
Hak Ekonomi ini pada setiap Undang-undang Hak Cipta selalu berbeda,
baik terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis
hak ekonomi tersebut. Secara umumnya setiap negara, minimal mengenal,
dan mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pencipta selanjutnya memiliki Hak Moral, Hak moral adalah hak -hak yang
melindungi kepentingan pribadi pencipta, konsep hak moral ini berasal dari
sistern hukum kontinental yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum
kontinental hak pengararang (droit d auteur, author rights) terbagi menjadi
hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilaai ekonomi seperti
uang, dan hak moral menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta.
Pemilikan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada piihak lain, tetapi
moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak
yang khusus serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil ciptaannya, dan
hak itu tidak di pisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai 3 dasar,
yaitu hak untuk mengumumkan (the right of publication); hak paterniti (the
right of paternity) dan hak integritas (the right of integrity). Sedangkan
Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang
pencipta itu meliputi:
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan;
2. Larangan mengubah judul;
Page | 12
Page | 13
d. Seni batik.
e. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
f. Karya arsitektur.
2. Kelompok II (Bersifat Derivatif)
Perlindungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatif)
berlaku selama 50 tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:
a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan,
pantomim dan karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan
film serta karya rekaman radio.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c. Peta.
d. Karya sinematografi.
e. Karya rekaman sura atau bunyi.
f. Terjemahan dan tafsir.
3. Kelompok III (pengaruh waktu)
Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan
hukumnya berlaku selama 25 tahun,meliputi hak cipta atas ciptaan :
a. Karya fotografi.
b. Program komputer atau komputer program.
c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.
Pendaftaran Hak Cipta
Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda -benda lain seperti tanah,
kendaraan bermotor, kapal, merk yang memerlukan pendaftaran.
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu
diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari pendaftaran itu sendiri
adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal saja, tetapi
juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian
hari terhadap ciptaan tersebut. Pendaftaran hak cipta yaitu di Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen KeHaKIman dan Hak Asasi
Manusia.
Pendaftaran hak cipta bukanlah merupakan persyaratan untuk
memperoleh perlindungan hak cipta (pasal 5 dan pasal 38 UUHC). Artinya,
seorang pencipta yang tidak mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan
perlindungan, asalkan ia benar-benar sebagai pencipta suatu ciptaan
tertentu. Pendaftaran bukanlah jaminan mutlak bahwa pendaftar sebagai
Page | 14
Page | 15
Page | 16
4. Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu pe rlindungannya tanpa batas
waktu.
5. Dasar perhitungan jengka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak
pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber -jalan
setelah ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan
atau pencipta meninggal dunia.
Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu
perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila
tanggal tersebut diketahui secara jelas.
Tolok ukur untuk mengukur terjadinya pelanggaran Hak Cipta diubah dari
ukuran kuantitatif (10 %) menjadi ukuran kualitatif yang sesuai dengan
kebanyakan undang-undang di luar negeri. Revisi tahun 1997 juga
menambahkan konsep keaslian dalam definisi karya kreatif (Pasal 1 ayat 2).
Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya sistern pendaftaran Hak
Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam rangka
penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika te rjadi masalah di
kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun
1997 (UUHC) dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang -Undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat perubahan -perubahan untuk
disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu
untuk memberi perlindungan bagi karya -karya intelektual di bidang Hak
Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual
yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisisonal Indonesia.
Di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang baru
juga dimuat beberapa ketentuan baru, antara lain :
1. database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;
2. penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa termasuk
media internet, untuk pemutaran produk -produk cakram optik (optic disc)
melalui media audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi;
3. penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, alternatif
penyelesaian sengketa;
4. penetapan sementara pengabdian untuk mencegah kerugian lebih besar
bagi Pemegang hak;
5. batas waktu proses perkara perdata di bid ang Hak Cipta dan Hak Terkait,
baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung: pegcantuman hak
informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;
Page | 17
Page | 18
Page | 19
Page | 20
Karena
peranan
yang
begitu urgent demi
berjalannya
dan progress dunia perdagangan baik barang maupun jasa dalam
kegiatan perdagangan dan penanaman modal. Pada tahun 1961
Indonesia mempunyai Undang-undang baru mengenai merek perusahaan
dan perniagaan LN. No. 290 Tahun 1961 dengan 24 pasal dan tidak
mencantumkan sanksi pidana terhadap pelanggaran merek. Dengan
meningkatnya perdagangan dan industri serta terbukanya sistem ekonomi
yang dianut Indonesia maka lahir berbagai kasus merek.
Dengan pesatnya progress dunia perdagangan marak sengketa merek
yang khususnya menyerang pemilik merek terkenal yang menimbulkan
konflik dengan pengusaha lokal, berbagai alasan yang menyebabkannya
diantaranya :
1. Terbukanya sistem ekonomi nasional, se hingga pengusaha nasional
dapat mengetahui dan memanfaatkan merek-merek terkenal untuk
digunakan dan didaftar lebih dulu di Indonesia demi kepentingan
usahanya.
2. Pemilik merek terkenal belum atau tidak mendaftarkan dan
menggunakan mereknya di Indonesia.
Banyaknya sengketa merek maka pada tahun 1987 pemerintah
menetapkan Keputusan Menteri KeHaKIman Republik Indonesi a No.
M.01-HC.01.01 Tahun 1987 tentang Penolakan Permohonan Pendaftaran
Merek yang mempunyai Persamaan dengan Merek Terkenal Orang lain.
Dengan adanya aturan tersebut maka banyak sekali pemilik merek
terkenal yang mengajukan gugatan pembatalan mereknya d an banyak
pula perpanjangan merek yang ditolak oleh kantor merek dikarenakan
mempergunakan merek orang lain. Keputusan tersebut kemudian direvisi
dengan Keputusan Menteri KeHaKIman No. M.03 -HC.02.01 untuk lebih
memberikan perlindungan terhadap pemilik mere k-merek terkenal.
Selama masa berlakunya UU No. 21 Tahun 1961, banyak sekali
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam dunia perdagangan,
dimana norma dan tatanan dagang telah berkembang dan berubah
dengan cepat, hal tersebut menyebabkan konsepsi yang tertuang dalam
Undang-undang merek Tahun 1961 sudah sangat tertinggal jauh sekali.
Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut maka pemerintah pada
waktu itu mengeluarkan UU No. 19 Tahun 1992 tentang merek (LN. No.81
Tahun 1992) sebagai pengganti UU No.21 t ahun 1961.
Pendaftaran Merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
kepada Kantor Merek. Unsur-unsur yang tidak dapat didaftarkan sebagai
merek menurut Pasal 5 Undang-Undang Merek yaitu :
a. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
b. Tanda yang tidak memiliki daya pembeda.
Page | 21
terkenal marak terjadi memang dilandasi oleh itikad tidak baik. Semata mata
tujuannya
hanyalah
materi,
memperoleh
keuntungan
dengan nebeng dengan popularitas sebuah merek. Perlakuan yang
seperti ini memang tidak seharusnya dan tidak selayaknya untuk
mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain dibutuhkan respon serta
inisiatif pemilik merek, dapat juga dilakukan oleh kantor merek dengan
menolak permintaan pendaftaran merek yang sama atau mirip dengan
merek terkenal.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan yaitu :
1. Tidak mengatur definisi dan kriteria merek terkenal.
2. Penolakan atau pembatalan merek, atau larangan penggunaan merek
yang merupakan reproduksi, tiruan atau terjemahan yang dapat
menyesatkan atas suatu barang atau jasa yang sama atau serupa
apabila perundang-undangan negara tersebut mengatur atau
permintaan suatu pihak yang berkepentingan.
3. Gugatan pembatalan dapat diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun dari pendaftaran, namun tidak ada jangka waktu apabila
pendaftaran itu dilakukan dengan itikad tidak baik.
Terhadap perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang
merek diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 a yat 3 (a) yang berbunyi :
Pasal 6 :
1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek
tersebut:
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan
atau jasa sejenisnya.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b) dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktur Jenderel apabila Merek
tersebut :
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan
tertulis dari yang berhak.
Kemudian penjelasan pasal tersebut di atas menyat akan :
Page | 23
Page | 24
Page | 25
Page | 26
dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan
desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak
cipta.
Tujuan dari hak konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi,
pembahasan masalah baru, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum
dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk
biro administratif bernama United Intern ational Bureau for the Protection of
Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual
Property Organization (WIPO).
WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang
menangani masalah HaKI anggota PBB. Sebagai tam bahan pada tahun
2001, World Intellectual Property Organization (WIPO) telah menetapkan
tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Sejak
ditandatanganinya persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan (GATT)
pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh-Maroko, Indonesia sebagai salah
satu negara yang telah sepakat untuk melaksanakan persetujuan tersebut
dengan seluruh lampirannya melalui Undang -Undang No. 7 Tahun 1994
tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Lampiran yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual (HaKI)
adalah Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) yang
merupakan jaminan bagi keberhasilan diselenggarakannya hubungan
perdagangan antarNegara secara jujur dan adil, karena :
1. TRIPs menitikberatkan kepada norma dan standard.
2. Sifat persetujuan dalam TRIPs adalah Full Complience atau ketaatan
yang bersifat memaksa tampa reservation.
3. TRIPs memuat ketentuan penegakan hukum yang sangat ketat dengan
mekanisme penyelesaian sengketa diikuti dengan sanksi yang bersifat
retributif.
Page | 28
Page | 29
Page | 30
Page | 31
b.
c.
d.
e.
Memasuki milenium baru, HAKI menjadi isu yang sangat penting yang
selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional.
Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan Wto d i tahun 1994
menandakan dimulainya era baru perkembangan HAKI di seluruh dunia.
Dengan demikian pada saat ini permasalahan HAKI tidak dapat dilepaskan
dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HAKI dalam pembangunan
ekonomi dan perdagangan telh memacu dimulainya era baru pembangunan
ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.
2.
Page | 32
c. Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek
Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HAKI
yang menyangkut ke-tujuh HAKI antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Undang-undang
Terpadu
g. Undang-undang
Tanaman
Page | 33
Page | 34
PENUTUP
SIMPULAN
HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang
diberikan kepada perseorangan atau kelompok atas kekayaan yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia berupa teknologi,
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain -lain
yang berguna untuk manusia yang dilahirkan dengan pengorbanan tenaga,
waktu dan bahkan biaya.
HaKI dapat memperkaya kehidupan seseorang, masa depan suatu
bangsa secara material, budaya, dan sosial. Secara umum ada beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari sistem HaKI yang baik, yaitu
meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi,
mendorong perusahaan untuk bersaing secara internasional, dapat
membantu
komersialisasi
dari
suatu
invensi
(temuan),
dapat
mengembangkan sosial budaya, dan dapat menjaga reputasi internasional
untuk kepentingan ekspor. Oleh karena itu, pengembangan sistem HaKI
nasional sebaiknya tidak hanya melalui pendekatan hukum (legal approach)
Page | 35
DAFTAR PUSTAKA
Hak
Milik
Intelektual
di
Page | 36
Raja
Page | 37