You are on page 1of 10

PERANAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KOPING PASIEN DENGAN PENYAKIT

KANKER TERHADAP PENGOBATAN KEMOTERAPI DI RB 1 RUMAH SAKIT UMUM


PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010
Oleh :
Rosita Saragih
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Darma Agung, Medan
Abstrak
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Penderita
kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kendala terhadap dirinya sendiri yang merasa putus asa dan
merasa pengobatan ini hanya sia-sia, serta ketidakmampuan penderita dalam mengatasi ketakutannya untuk
tidak bisa sembuh, karena itulah dukungan keluarga terhadap pengobatan kemoterapi sangatlah penting agar
pengobatan kemoterapi dapat berjalan dengan lancar dan sempuma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi di
RB I RSUP Haji Adam Malik Medan Tahurt 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data
primer yang didapat dari kuesioner yang dilakukan kepada keluarga dan pasien-pasien yang menjalani
pengobatan kemoterapi di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan. Dimana populasinya adalah 103 orang dan
sampel yang digunakan adalah 25% dari 103 orang yaitu 25 orang yang sedang menjalani pengobatan
kemoterapi di RB l RSUP Haji Adam Malik Medan dari bulan Juni-Juli 2010.
Dari penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi
berdasarkan emosional adalah baik. Berdasarkan finansial dukungan keluarga pada penderita yang mengalami
kemoterapi adalah baik. Berdasarkan spiritual dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi
adalah baik. Berdasarkan Supresi koping pasien pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah kurang
baik. Berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit koping pasien yang sedang menjalani kemoterapi adalah kurang
baik Dari hasil peraelitian ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, finalBiel, spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga. Perawat
berfungsi sebagai memberikan penyuluhan khususnya tentang dukungan keluarga dan koping pasien terhadap
pengobatan kemoterapi.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Koping Pasien dan Pengobatan Kemoterapi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kanker dapat menyerang semua lapisan
masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur,
dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang
dewasa tak luput dari serangan kanker. Begitu pula
dengan pria dan wanita dapat teserang penyakit
yang paling banyak ditakuti ini. Namun, dari data
yang ada kaum wanita paling banyak terkena
kanker. Penyakit ini sebenamya timbul akibat
kondisi fisik yang tidak normal Berta pola makan
dan pola hidup yang tidak sehat, meskipun kanker
diketahui bisa diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap
serangan kanker, terutama organ reproduksi
seperti rahim, indung telur dan vagina. Bagi wanita,
penyakil, ini menjadi momok yang menakutkan
(Lina, 2009).
Kanker termasuk penyakit yang tidak
menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik
yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat.
Meskipun demikian, penyakit ini bisa diturunkan
oleh orang tua kepada anaknya. Risiko terkena
kanker sangat besar jika salah satu anggota
kelnarga terkena keluarga (Lina, 2009).

Kanker adalah penyakit yang paling


menakutkan, tidak saja pada wanita tetapi juga
pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 Februari
diperingati sebagai hari kanker sedunia. Pada tahun
2007 dan 2008, peringatan Mari kanker sedunia
memfokuskan perhatian terhadap kanker pada
anak. Di Indonesia, saat ini sudah ada Yayasan
Onkologi anak. Yang memiliki slogan "kanker pada
anak dapat sembuh bila ditemukan lebih dini" (Eni,
2009).
Kanker
adalah
penyakit
akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam
perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat
menyebabkan kematian (Eni, 2009).
Kanker Bering dikenal oleh masyarakat
sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah
kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal
atau abnormal yang bukan radang. Berdasarkan
golongannya, tumor dibagi menjadi dua, yaitu
tumor jinak dan tumor ganas. Sedangkan kanker
adalah istilah umum untuk semua jenis tumor
ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh
secara lambat. Oleh karena itu, pada umumnya

tumor jinak tidak cepat membesar. Pada masa


perkembangannya, sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitamya secara serempak sehingga
terbentuk sampai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Karena bersimpa , maka pada umumnya tumor
jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Eni,
2009).
Di dunia, diperkirakan 7,6 juta orang
meninggal akibat kanker pada tahun 2005 (WHO,
2005) dan 84 juta oranng akan meninggal hingga
10 tahun ke depan. Di Amerika Serikat lebih dari
496.000 orang meninggal akibat proses maligna,
setiap tahunnya. Penyebab kematian tersebut
meliputi kanker pant, prostat, dan area kolorektal
pada pria dan kanker paru, payudara, dan area
kolorektal pada wanita. Angka kelangsungan hidup
relatif 5 tahun pada tahun 1991 adalah 38 % untuk
orang Afrika dan 54 % utuk orang Amerika berkulit
putih (Brunner, 2002).
Di Indonesia, kanker merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia (Depkes, 2003),
dan diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya.
Dengan demikian, masalah penyakit kanker terlihat
lonjakan yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10
tahun, terlihat bahwa peringkat kanker sebagai
penyebab kematian naik dari peringkat 12 menjadi
peringkat 6. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190
ribu penderita bam dan seperlimanya akan
meninggal akibat penyakit ini. Namun angka
kematian akibat kanker ini sebenamya bisa
dikurangi 3-35 persen, asal dilakukan tindakan
prevalensi, screening dan deteksi dini. Sebagai
catatan, hila seseorang penderita divonis bahwa
penyakit kankemya dalam kategori stadium sate,
maka harapan hidup lima tahun kedepan akan
mencapai 90 persen. Stadium dua, 65 persen,
stadium tiga, 15-20 persen, dan stadium empat
harapan hidupnya hanya kurang dari lima persen
(Diananda, 2008).
Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang dengan prevalensi rate penyakit
kanker yang cukup tinggi. Di wilayah ASEAN,
Indonesia menempati urutan kedua setelah
Vietnam dengan kasus penyakit kanker mencapai
135.000 kasus pertahun (WHO, 2008). Data
tersebut hampir sama dengan yang ditemukan
Pusat Data dan Informasi Pusdatin) Departemen
Kesehatan RI (2007) yang menyebutkan prevalensi
penyakit kanker mencapai 1 00 ribu pertahun. Di
Indonesia penyakit kanker menjadi penyebab
kematian kedua setelah penyakit jantung. (Depkes
RI, 2008).
Di Indonesia, diperkirakan 200.000 kasus
kanker serviks setiap tahun. Di Rumah Sakit
KankerDhannais pada 1993/1994, ada 710 kasus
bam. Dori jumlah itu 65 persen berohat dalam

stadium lanjut. Angka ketahanan hidup dalam dua


tahun untuk stadium lanut berkisar 53,2 persen dan
stadium awal hampir 90 persen (Diananda, 2008).
Menurut data Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1981, penderita kanker sekitar 3,4 %
tetapi tahun 2001 sudah mencapai 6 %. Sedangkan
data yang diperoleh dare Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan bahwa jumlah pasien
kanker tahun 2005 adalah sejumlah 284 orang,
pada tahun 2006 sejumlah 312 orang, tahun 2007
sejunllah 348 orang, tahun 2008 sejumlah 384
orang, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 412
orang (Medical record RSVP HAM Medan)
sedangkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit
umum Hema Medan tahun 2009 adalah sejumlah
139 orang.
Penyebab dari beragam penyakit kanker di
Indonesia belum seluruhnya dapat dipastikan. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk membiasakan
diri dengan program "hidup sehat" dengan rutin
memeriksakan kesehatan (general chek up) sebagai
upaya untuk mencegah tumbuhnya kanker di dalam
tubuh dengan cara melakukan olahraga secara
teratur, membiasakan diri untuk menkonsumsi
makanan dan minuman sehat, menghindari
kebiasaan menkonsumsi menu junk food,
mengurangi makanan berkadar lemak tinggi,
memperbanyak menkonsumsi makanan berserat,
memperbanyak menkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin A dan C (buah dan sayursayuran berwama), mengurangi menkonsumsi
makanan yang telah diawetkan (dipsinkan, dibakar,
diasap atau mengandung bahan pengawet) atau
disimpan terlalu lama, menghindari minuman
beralkohol,
menghindari
hubungan
seksual
multipasangan, menghindari kebiasaan merokok,
mengupayakan hidup seimbang dan hindari stres
serta rajin memeriksakan kesehatan secara teratur
dan berkala (Eni, 2009).
Pada dasamya, pengobatan terhadap
kanker adalah sama, yaitu melalui caracara seperti,
pembedahan (operasi), penyinaran (radioterapi),
pemakaian obat - obatan pembunuh sel kanker
(sitostatika / kemoterapi), peningkatan daya tahan
tubuh (imunoterapi), dan pengobatan dengan
hormon (Eni, 2009).
Berbeda dengan terapi radiasi dan
pembedahan, kemoterapi adalah pengobatan
kanker dengan menggunakan obat-obatan atau
hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan
efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata
maupun yang masih terlokalisasi. Pada tiga dekade
terakhir ditemui kemajuan dalam penemuan
senyawa-senyawa bare yang efektif Pada awal
penemuannya, kemoterapi dianggap sebagai
prosedur paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat
diketahui bahwa beberapa jenis kanker dapat
disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan

kemoterapi
kombinasi
telah
menunjukan
keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi
obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda, Kemajuan pengobatan pada beberapa
jenis kanker tertentu dengan menggunakan
beberapa jenis obat simultan, ataupun dengan
pemberian kemoterapi secara sekuensial. Bebempa
kanker diseminata dapat disembuhkan dengan
kemoterapi saja. Hal ini membuktikan adanya
toksisitas yang selektif dari kemoterapi (Sarwono,
2006).
Dari uraian tersebut diatas, penderita
kanker yang menjalani kemoterapi mengalami
kendala terhadap dirinya sendiri yang merasa putus
asa dan merasa pengobatan ini hanya sia-sia, serta
ketidakmauan
penderita
dalam
mengatasi
ketakutannya untuk tidak bisa sembuh. Peran
keluarga yang kurang optimal dapat dilihat pada
penderita yang datang dengan kondisi lemah, pucat
dan bahkan sangat serius. Kondisi yang demikian
dapat mengganggu kelancaran pengobatan dengan
kemoterapi. Kehadiran keluarga dan perannya
sangat dibutuhkan oleh pasien kanker dengan
memberikan motivasi agar tetap semangat
menjalani kemoterapi. Berdasarkan uraian tersebut,
maka penulis merasa perlu melakukan penelitian
tentang dukungan keluarga dan koping pasien
dengan penyakit kanker terhadap pengobatan
kemoterapi.

keluarga atau pasien yang menjalani pengobatan


kemoterapi selama dirawat di RIB 1 RSUP Haji
Adam Malik Medan. Sampel adalah sebagian
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Alimul,2007). Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi
yang ada dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan mengambil 25 % dari 103 orang.
Variabel penelitian ini yaitu dukungan
keluarga yang terdiri dari emosional finansial dan
spritual, sedangkan variabel independen adalah
pengobatan terapi.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Dukungan Keluarga
Menuntt Cohen ( 1996:241) Dukungan
keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat
bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang
dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tabu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan,
menghargai dan mencintainya. Sedangkan menurut
Friedman (1998:174) Dukungan keluarga adalah
sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Dari uraian tersebut
diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan
keluarga adalah suatu keadaan atau proses
hubungan antara keluarga yang memberi manfaat
kepada orang lain.
Jenis dukungan keluarga ada enam, yaitu:
(1) Dukungan Instrumental, yaitu keluarga
merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
(2) Dukungan informasional, yaitu keluarga
berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar informasi). (3) Dukungan penilaian
(apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai
sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga. (4) Dukungan
emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat
yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi. (5) Dukungan finansial, stress finansial
biasanya mempengaruhi sistem keluarga dan
mengakibatkan hancumya keluarga. Tagihan tagihan medis mengharuskan ibu bekerja Jana ayah
melakukan pekerjaan sambilan, sehingga liburan
dan aktivitas-aktivitas waktu Luang hilang,
ketegangan perkawinan memuncak sehingga
mengancam hubungan keluarga. Perceraian, pisah,
anak-anak yang berandal, masalah-masalah
psikosomatis,
penyalahgunaan
obatobatan
merupakan gejala dari efek-efek kacau balau
jangka panjang yang ditimbulkan oleh stres
finansial. (6) Dukungan spiritual, sesungguhnya
kepercayan
terhadap
Tuhan
dan
berdoa
diidentifikasikan oleh keluarga sebagai cam paling
penting bagi keluarga untuk mengatasi suatu

1.2. Perunrusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian maka
dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
"Bagaimana Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien
Dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan
Kemoterapi Di RB 1 Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2010"
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dukungan keluarga dan
koping pasien dengan penyakit kanker terhadap
pengobatan kemoterapi di RB 1 RSUP Haji Adam
Malik Medan Tahun 2010.
1.4. Metode Penilitian
Penelitian dilakukan di RB 1 RSUP Haji
Adam Malik Medan Tahun 2010. Alasan dilakukan
penelitian di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan
Tahun 2010 adalah RSUP 1-laji Adam Malik Medan
ditemukan pasien dengan pengobatan kemoterapi.
Karena RSUP Haji Adam Malik Medan adalah rumah
sakit yang membuat 1 ruangan khusus untuk
penyakit kanker yang menggunakan pengobatan
kemoterapi. Tersedianya data yang lengkap yang
dibutuhkan penulis direkam medis RSUP Haji Adam
Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni - Juli 2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua

stressor yang berkaitan dengan kesehatan atau


sebagai suatu metode dan sangat penting dan
sangat sering digunakan, karena agama sebagai
cara paling penting untuk menanagani kanker
(Friedman, 1998:198).
Menurut Cohen (1984), ada tiga tipe
mekanisme dukungan : (1). Dukungan nyata,
mekispun sebenamya setiap orang dengan sumbersumber yang tercukupi dalam bentuk uang atau
perhatian, dukungan nyata merupakan paling etktif
bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada
perasaan ketidakadekuatan dan berhutang akan
benar-benar menambah stress individu. (2).
Duk.ungan pengharapan, kelompok. dukungan
dapat mempengaruhi persepsi individu akan
ancaman dukungan sosial menyangga orang-orang
untuk melawan stress dengan membantu mereka
mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai
ancaman kecil, bagaimanapun dukungan sosial
hanya membantu jika stressor tersebut dapat
diterima, pasien kanker umumnya tidak ingin
mendiskusikan penyakitnya karena cacat yang
didapat pada kondisi tersebut dan tidak mencari
bantuan dari pasien kanker lain agar terhindar dari
ucapan umum bahwa mereka mengalami kanker.
(3). Dukungan enrusionul, jika stress mengurangi
perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan
dicintai,
dukungan
emosional
dapat
menggantikanya atau. menguatkan perasaanperasaan ini. Stress yang tidak terkontrol dapat
berakibat pada hilangnya harga diri. Jika hat ini
terjadi, jaringan pendukung memainkan peran yang
berarti dalam meningkatkan pendapat yang rendah
terhadap diri sendiri. Kejadian-kejadian yang
berakibat seseorang merasakan hilang perasaan
memilki dapat diperbaiki dengan bentuk dukungan
yang mengembangkan hubungan personal yang
relatif.
Tahapan Dukungan adalah sebagai berikut:
(1)
Tahap
dukungan
dalam
pengambilan
keputusan,
(2)
Tahap
dukungan
dalam
perencanaan kegiatan, (3) Tahap dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan, (4) Tahap dukungan dalam
pemantauan dan evaluasi kegiatan, (4) Tahap
dukungan dalam pemanfaatan hasil kegiatan
(Mardikanto, 2003).

(1994), keluarga adalah suatu ikatan atau


persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga. Dari uraian
tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah bagian dari masyarakat yang
terkecil yang dapat melahirkan suatu ikatan atas
dasar perkawinan, pertalian darah ataupun adopsi.
Pembagian tipe keluarga hergantung pada
konteks
keilmuan
dan
orang
yang
mengelompokkan.secara
tradisional
keluarga
dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Keluarga inti
(nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya, (2) Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakeknenek,
paman-bibi).
Namun,
dengan
berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individuakisme, pengelompokkan tipe keluarga
selain kedua diatas berkembang menjadi : (1)
Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah
keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah cerai atau kehilangan pasangannya, (2)
Orangtua tunggal (single parent family) adalah
keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anakanak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya, (3) Ibu dengan anak tanpa
perkawinan, (4) Orang dewasa (laki-laki atau
perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pemah
menikah, (5) Keluarga dengan anak tanpa
pemikahan sebelumnya, (6) Keluarga yang
dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama (Suprajitno, 2004).
b. Struktur Keluarga
1). Tugas-Tugas Keluarga
Pada dasamya tugas keluarga ada delapan
tugas pokok sebagai berikut: (1) Pemeliharaan fisik
keluarga dan para anggotanya, (2) Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, (3)
Pembagian tugas masing-masing anggotanya
sesuai dengan kedudukannya masing-masing, (4)
Sosialisasi antar anggota keluarga, (5).Pengaturan
jumlah anggota keluarga, (6) Pemeliharan
kctertiban anggota keluarga, (7) Penempatan
anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas, (8) Membangkitkan dorongan dan
semangat para anggota keluarga (Effendi, 1998).

2.2. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Menurut Setiacd (2008), Keluarga adalah
bagian dari masyarakat yang peranannya sangat
penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat.
Dui keuarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari kluarga inilah akan tercipta
tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogiyanya
dimulai dari keluarga, sedangkan menurut Sayekti

2). Fungsi Pokok keluarga


Secara urmun fungsi keluarga adalah
sebagai berikut: (1) Fungsi efektif, fungsi keluarga
yang utara untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk
mempersiapkan
anggota
keluarga
berhubungan dengan orang lain. (2) Fungsi
sosialisasi, fungsi mengembangkan dan tempat
mclatih anak untuk kehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
prang lain di luar rumah. (3) Fungsi reproduksi,
untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga. (4) Fungsi ekonomi,
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. (5) Fungsi perawatan /
pemeliharaan kesehatan, untuk mempertahankan
keada.n kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi (Friedman, 1998).

suatu masalah.
b. Metode Koping
Ada daa metode koping yang digunakan
oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis
seperti : (1) Metode koping jangka panjang, cara
ini adalah kontruktif dan merupakan cara yang
efektif dan realistic dalam menangani masalah
psikologis dalam kurun waktu yang lama,
contohnya adalah : a. Berbicara dengan orang lain
"curhat" (Curah pendapat dari hati kehati) dengan
teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang
dihadapi. b. Mencoba mencari informasi lebih
banyak tentang masalah yang sedang dihadapi. c.
Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang
dihadapi dengan kekuatan supranatural. d.
Melakukan latihaa fisik untuk mengurangi
ketegangan / masalah. e. Membuat berbagai
altematif tindakan untuk mengurangi situasi. f.
Mengambil pelajaran pristiwa atau pengalaman
masa lalu. koping religius dan non religius ini
merupakan salah satu strategi mekanisme koping
dalam proses kognator yang sesuai.

c. Peranan Keluarga
Manakala keluarga tahu bahwa salah satu
anggotanya menderita kanker, maka lazimnya
pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari
keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini.
Sebahagian keluarga menunjukkan rasa simpati
dan kasihan, namun sebahagian lain bersikap
menolak akan kenyatan ini. Peranan keluarga amat
penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan
kooperatif
dengan
pihak
perawatan
dan
memberikan dorongan moril penuh kepada
penderita, akan banyak membantu dalam
penatalaksanaan penderita kanker. Dalam banyak
hal,
temyata
respon
penderita
terhadap
pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh
faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan
reaksi terhadap penyakit yang dideritanya (Dadang,
2004).
Dalam pengalaman praktek sering di
jumpai sikap negativistik (penolakan) dari pihak
keluarga.
Mungkin
karena
ketidaktahuan
(ignorancy) ataupun kepercayaan tradisional
tentang penyebab dan pengobatan kanker, maka
dokter seringkali kehilangan peluang yang baik
(momentum) untuk melakukan tindakan ini
(Dadang, 2004).

c. Jenis-Jenis Koping
Ada dua tipe coping utama yang biasanya
dapat menurunkan stres seperti yang diungkapkan
oleh Lazarus & Folkman (Neale, Davidson & Haaga,
1996) yaitu : (1) Problem-focused coping, Individu
yang menggunakan problem-focused coping
biasanya langsung mengambil tindakan untuk
memecahkan masalah atau mencari informasi yang
berguna untuk membantu pemecahan masalah. (2)
Emotion-focused
coping,
Individu
yamg
menggunakan emotion-focused coping lebih
menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi
negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah
atau tekanan (Fitri, 2008).
d. Strategi Koping Keluarga
Menurut friedman (1998), Dalam strategi
coping keluarga intemal, terdapat tujuh strategi
tersebut adalah : (1) mengandalkan kelompok
keluarga, (2) penggunaan humor, (3) lebih banyak
melakukan pengungkapan bersama, (4) mengontrol
makna dari masalah dan penyusunan kembali
kognitif, (5) pemecahan masalah secara bersamasama, (6) fleksibilitas peran, (7) menormalkan.
Dalam strategi koping keluarga ekstemal, terdapat
empat strategi tersebut adalah: (1) Mencari
informasi, (2) memelihara hubungan aktif dengan
komunitas, (3) mencari dukungan sosial, (4)
mencari dukungan spiritual.

2.3. Koping Pasien


a. Defenisi Koping Pasien
Menurut
Friedman
(1998)
coping
didefinisikan sebagai respons yang positif, sesuai
dengan masalah, afektif, persepsi. dan respon
prilaku yang digunakan keluarga dan subsistemnya
untuk
memecahkan
suatu
masalah
atau
mengurangi stres yang diakibatkan oleh masalah
atau peristiwa. Sedangkan Menurut Hafsari (2002)
Coping pasien adalah reaksi terhadap tekanan yang
berfungsi
memecahkan,
mengurangi
dan
menggantikan kondisi yang penuh tekanan.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa coping merupakan suatu reaksi
atau respons dari individu dalam memecahkan

2.4. Masalah Psikologi Pada Pasien Kanker


Reaksi Psikis normal, Selain gangguan
jasmaniah dan ketidaknyamanan yang diungkapkan
dalam keluhan, pada pasien kanker juga ada
gangguan emosi. Kanker sering dirasakan sebagai

penyakit yang tiada akhimya. Pengobatan holistic


atau holistic medicine didasarkan atas dua hal yaitu
pengobatan fisik dan pengobatan psikis dan
keduanya sangat erat hubungannya. Seperti yang
pemah dikatakan oleh ahli filosofi Plato, "Tidak ada
gunanya mengobati badan tanpa mengobati
fikirannya". Pemil.iran ini sangat mengena terutama
pada para penderita penyakit berat, termasuk
didalamnya penderita kanker. Badan yang sakit
akan mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga
demikian. 13adan yang schat juga akan
bcrpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian
juga sebaliknya.
Ilmu pengetahuan juga membuktikan
bahwa kondisi
emosional
seseorang
akan
mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia.
Orang yang berada pada tingkat emosional yang
rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit, karena
tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi
emosi yang buruk tadi. Kondisi emosi yang positif,
penuh pengharapan, akan menin.gkatkan daya
tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut,
dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan
tubuh.
Perubahan kondisi emosi ini akan
diteruskan didalam rangkaian proses biokimia
didalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga
terjadi, dimana perbaikan selsel ditubuh kita alum
juga dapat meinperbaiki tingkat emosional dan
fikiran
kita.
Dengan
pemahaman
diatas,
pengobatan yang menyeluruh (holistic) adalah
merupakan cara penyembuhan yang perlu
diupayakan. dimana keduanya diperbaiki dalam
waktu yang bersamaan.
Banyak
diantara
penderita
kanker
mengalami depresi mental sehingga cenderung
untuk melakukan bunuh diri. Beberapa hal berikut
ini yang memperbesar resiko penderita kanker
melakukan tindak bunuh diri, antara lain : (1)
Depresi dan rasa putus asa (2) Tidak mampu
menahan rasa sakit (3) Menurunnya kesadaran
(delirium) (4) Perasaan lepas kendali (5) Kelelahan
(6) Kecemasan (7) Adanya gangguan psikopatologi
sebelumnya,seperti penyalahgunaan NAZA (
Narkotika, Alkohol & Zit Adiktif ), kelainan karakter
dan ganguan jiwa berat (psikois) (8) Problem
keluarga akut (9)Adanya riwayat percobaan bunuh
diri sebelumnya (10) Rwwayat keluarga, ada yang
bunuh diri.

diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemoterapi


adalah pengobatan kanker dengan menggunakan
obat-obatan atau hormon untuk membunuh sel- sel
tumor.
Berdasarkan alasan utama dilakukan,
kemoterapi dibedakan atas tiga yaitu : (1).
Kemoterapi paliatif, jenis kemoterapi yang
dilakukan dengan alasan untuk mengendalikan atau
melenyapkan tumor untuk meringankan gejala
kanker seperti rasa sakit.(2). Kemoterapi adjuvant,
jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan
untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel
kanker setelah pembedahan atau terapi radiasi
untuk mengontrol tumor. Cara kerja kemoterapi ini
adalah dengan membidik dan melenyapkan sel
kanker yang berkembang dengan sangat cepat di
dalam
tubuh.(3). Kemorerpai
Neo-adjuvant,
kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk
mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi yang
diberikan sebelum operasi.
Ada beberapa cara pemberian kemoterapi
(1) Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus
diminum beberapa kali sehari. Keuntungan
kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan
di rumah. (2) Dalam bentuk suntikan atau injeksi.
Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah
sakit, klinik, bahkan di rumah. (3) Dalam bentuk
infus, Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di
rumah (oleh paramedis yang terlatih).Tergantung
jenisnya, kemoterapi ada yang diberikan setiap
hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan
sebulan sekali. Berapa sering penderita harus
menjalani kemoterapi, juga tergantung pada jenis
kanker penderita
Manfaat kemoterapi ada tiga yaitu, (1)
Pengobatan, beberapa jenis kanker dapat
disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi (2)
Kontrol, kemoterapi ada yang bertujuan untuk
menghambat perkembangan kanker agar tidak
bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain
(3) Mengurangi gejala, bila kemoterapi tidak dapat
menghilangkan kanker, maka kcinotcrapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang
timbul pada pasien, seperti meringankan rasa sakit
dan memberi perasaan lebih baik serta
memperkecil ukuian pada daerah yang diserang.
Kamarullah (2005), menyebutkan obat-obat
kemoterapi dapat digolongkan sesuai dengan
mekanisme kerjanya yaitu: (1) Obat Golongan
Alkalating Agent, platinum compouns dan antibiotik
antarisklin. Obat ini bekerja dengan mengikat DNA
di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa
melakukan replikasi. (2) Obat Golongan Anti
Metabolit, obat ini bekerja secara langsung pada
molekul basa inti sel yang berakibat menghambat
sintesis DNA. (3) Obat Golongan Topoisomerase,
inhibitor, vica Alkaloid dan Taxanes bekerja pada

2.5. Kemoterapi
Menurut Brunner (2002), Kemoterapi
adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai
upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan
mengganggu fungsi dan reproduksi selular.
Sedangkan menurut Sarwono (2006), Kemoterapi
adalah pengobatan kanker dengan menggunakan
obat-obatan atau hormon. Dan uraian tersebut

gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjad.i


hambatan mitosis sel. (4) Obat Golongan Enzim
seperti Asparaginase, bekerja dengan menghambat
sintesis DNA dan MA dari sel sel kanker tersebut.
Pengobatan secara kemoterapi memiliki
efek samping, dimana efeknya tergantung jenisnya,
Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari,
seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan
sebulan sekali. Berapa serf penderita harus
menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis
kanker penderita. Yang paling ditakuti dari
kemoterapi adalah elek sampingnya. Ada-tidak atau
berat-ringannya kondisi akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim
bisa mengurangi efek samping kemoterapi
sekaligus membangun kembali kondisi tubuh. Bisa
menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan
ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter juga. Saat
ini, dengan semakin maraknya penggunaan obatobatan herbal (yang semakin diterima kalangan
kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa
memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek
samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya,
pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut
adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda
hares berkonsultasi dengan dokter yang merawat
Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium
secara teratur untuk memantau hasilnya.
Pola pengobatan kanker dengan sistem
kemoterapi yang dikembangkan pada 1980-an saat
ini mulai mendapat tempat di kalangan pasien
kanker karma memberikan harapan terhadap
peningka.tan kualitas hidup terhadap penderita
kanker kategori stadium tingkat tinggi. Dr Noorwati
S., Subag Hematologi Onkologi FKUI/RSCMIRS
Kanker
Dharmais
menjelaskan,
kemoterapi
merupakan jawaban untuk pengobatan kanker jenis
tertentu yang bersilat menyeluruh di tubuh
penderita, seperti kanker darah (leukimia) yang
tidak mungkin diatasi dengan sistem pengobatan
yang ada sebelumnya.
Selain efek samping, kesiapan kantong juga
perlu dilakukan agar pengobatan kemoterapi tidak
terputus. Sebab kemoterapi juga perlu dilakukan
sebanyak enam kali, dengan interval tiga inggu
sekali. Dengan ancar-ancar sekali kemoterapi Rp. l,l
juta hingga Rp. 4,5 juta, maka dibutuhkan biaya
sedikitnya Rp. 6,6 juta hingga Rp. 27 juta.Itu
belum termasuk biaya pengelolaan efek samping
yang juga tidak kalah mahalnya antara Rpl juta
sampai Rp. 3 juta untuk sekali terapi. Jadi total
untuk pengobatan kemoterapi dan pengelolaan
efek sampingnya, yang standar tidak cukup Rp50
juta. Penyakit kanker bisa membuat orang yang
mampu
pun
menjadi
miskin.
Karena
Pengobatannya mahal, bisa mencapai Rp 200-300
juta. Bahkan ada juga yang klaimnya mencapai Rp
700 juta.

3. Pembahasan
3.1. Dukungan
Keluarga
Berdasarkan
Emosional
Penderita
kanker
yang
menjalani
kemoterapi akan mengalami kendala terhadap
dirinya sendiri yang setiap Saat akan merasa putus
asa dan takut karena penyakit tidak dapat
disembuhkan, sehingga dalam hal ini diperlukan
peran keluarga yang memberikan dukungan
emosoinal sebagai tempat pasien mengatakan isi
hatinya, apa yang dia rasakan dan keluarga
memberikan dukungan bahwa pasien harus
percaya akan dapat sembuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan emosional dalam kategori baik
sebanyak 12 orang (52%), scdangkan kategori
kurang baik sebanyak 11 orang (44%) dan tidak
baik sebanyak I orang (4 %) yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan pada keluarga. Hal ini
didapat berdasarkan hasil observasi penelitian yang
dilakukan terlihat dukungan keluarga dalam
memberikan dukungan emosional baik yang berarti
bahwa keluarga menipakan tempat pasien untuk
mencurahkan isi hati yang paling efektif dalam
membantu pasien terhadap penguasaan emosi
yang dapat timbul saat menjalani kemoterapi.
Selaras dengan pendapat Cohen (1984),
dengan tipe mekanisme dukungan emosionalnya
dimana dengan memberikan dukungan emosional
dapat memberikan parasaan bahwa kita dicintai
oleh orang lain sehingga tidak ada merasa rendah
diri maupun stress sehingga dukungan tersebut
dapat mengembangkan hubungan personal yang
relatif. Sedangkan menurut pendapat Friedman
(1998) dukungan emosional adalah keluarga
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa
dukungan emosional terhadap pasien yang sedang
menjalani pengobatan kemoterapi sangatlah
diperlukan, karena dengan adanya keberadaan dari
dukungan emosional dari partisipasi keluarga ini
maka pasien tidak akan marasa sendiri dan akan
merasa berkurang bebannya karena dapat
mencurahkan segala yang dirasakannya.
3.2. Dukungan
Keluarga
Berdasarkan
Finansial
Hasil penclitian menunjukkan bahwa
berdasarkan finansial dalam kategori baik sebanyak
19 orang (76%), sedangkan dalam kategori kurang
baik sebanyak 5 responden (20%) Jan tidak baik
sebanyak 1 orang (4%) yang disebabkan karena
keluarga berasal dari keluarga yang status
perekonomian rendah. Hal ini didukung dari
observasi dan basil penclitian dengan nicnggunakan

dengan mendekatkan diri dengan Tuhan Yang


Maha Esa. Hal ini didapat dari observasi penelitian
dengan mengggunakan keusioner.
Sejalan dengan pendapat Koening (1998)
yang membuat mekanisme koping religius dimana
koping
dengan
keyakinan
religius
dapat
mengurangi status emosional terhadap suatu
stressor dan klien melakukan strategi religius
dengan sholat, berdoa dan membaca alkitab
maupun al qur'an. Dengan melakukan strategi
tersebut klien dapat mengontrol rasa nyeri, status
mental dan persepsi seseorang terhadap apa yang
terjadi pada dirinya baik sehat maupun sakit.
Sedangkan menurut Mc. Cubin (1979) mencari
dukungan spiritual adalah dengan cara berdoa,
menemui pemuka agama atau aktif dalam
pertemuan ibadah.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa
dukungan spiritual yang diberikan keluarga
membuat klien mempunyai semangat dan yakin
bahwa tidak ada yang mustahil bila klien percaya is
dapat sembuh maka itulah yang terjadi. Dengan
strategi spiritual dan rcligius mcrupakan salah satu
aktivitas dalam managemant stress emosional atau
kctidaknyamanan fisik dapat diatasi tergantung dari
kekuatari religius (keyakinan).

kuesioner dan didapat sumber finansial yang dapat


keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien dan
pengobatan dalam kategori baik dikarenakan
responden mendapatkan sumber finansial dari
bantuan keluarga lain, pemerintah berupa
Jamkesmas
maupun
Askes
sehingga keluarga mampu mengatasi pengobatan
selama klien menjalani kemoterapi.
Menurut pendapat Mil.lingtonm (1996)
dukungan finansial, stress finansial biasanya
mempengaruhi sistem keluarga dan mengakibatkan
hancumya
keluarga.
Tagihan-tagihan medis
mengharuskan ibu untuk bekerja dan ayah
melakukan pekerjaan sambilan sehingga liburan da
aktivitas-aktivitas
waktu
Luang
hilang,
ketegangan perkawinan memuncak sehingga
mengancam hubungan keluarga.
Perceraian, pisah anak-anak yang berandal,
masalah psikosomatis, penyalahgunaan obatobatan merupakan gejala dari efek kacau balau
jangka panjang yang ditimbulkan oleh stress
finansial. Sumber finansial keluarga tidak terlepas
dari sumber pendapatan dari pekerjaaan maupun
status sosial ekonomi yang diperoleh keluarga
dimana responden terbanyak yaitu IRT sebanyak
11 responden (44%), yang wiraswasta sebanyak 7
orang (28%), dimana responden mendapatkan
dukungan finansial dari pemerintah berupa
jamkesmas dikarenakan keluarga berasal dari
status yang perekonomian rendah sehingga
keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan klien
dari sumber pendapatan yang minim dengan
adanya bantuan pemerintah untuk warga miskin
sehingga anggota keluarga yang manjalani
kemoterapi mendapatkan pengobatan di rumah
sakit pemerintah dari hal ini menjadi sumber
finansial yang membantu keluarga.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa
dukungan finansial dari dukungan keluarga
sangatlah penting bagi para penderita yang sedang
menjalani
pengobatan
kemoterapi
karena
pendapatan keluarga yang kurang menyebabkan
pemberian pengobatan kemoterapi yang tidak
optimal, pemberian pengobatan terlambat ditangani
karena minimnya dukungan finansial. Bila
dukungan fiansial memadai dapat mencegah stress
finansial.

3.4. Koping Pasien Berdasarkan Supresi


Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koping pasien berdasarkan supresi dalam kategori
kurang baik sebanyak 13 responden (52%),
sedangkan kategori baik sebanyak 11 responden
(44%) dan tidak baik sebanyak 1 responden (4%)
yang disebabkan kareaa klien merasa terpaksa
menjalani kemoterapi. Hal ini dilihat dari hasil
penelitian dengan menggunakan kuesioner. Hal ini
dikarenakan klien merasa terpaksa menjalani
kemoterapi dan merasa kemoterapi tidak ada
gunanya hanya membuat klien tambah merasa
sakit.
Sejalan dengan pendapat R.asmun (2001)
yaitu berdasarkan macam reaksi yang berorientasi
Dada pertahanan ego yaitu supresi dimana klien
menekan perasaan atau pengalaman yang
menyakitkan is ingkari sebagaimana seperti yang
dikomunikasikan sebelumnya. Menurut peneliti
dapat disimpulkan bahwa klien selalu merasa
bahwa kemoterapi yang dijalaninya secara terpaksa
sehingga apapun yang dirasakan klien selalu tidak
sesuai
dengan
perasaannya
(mengingkari),
sehingga klien lebih memilih mempertahankan ego
dengan reaksi supresi dan represi yang tetap
menekan perasaannya atau pengalaman yang
menyakitkan dari kesadarannya yang cendrung
memperkuat mekanisme ego lainnya.

3.3. Dukungan
Keluarga
Berdasarkan
Spiritual
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan dukungan spiritual dalam kategori baik
sebanyak 22 responden (88%), kurang baik 3
responden (12%) dikarenakan oleh keluarga
mempunyai semangat dan yakin terhadap Tuhan
mereka sehingga pasien mampu mengontrol rasa
nyeri, status mental dan persepsi terhadap yang
terjadi pada dirinya adalah yang terbaik untuknya

3.5. Koping
Pasien
Berdasarkan
Mengalihkan Rasa Sakit

Cara

pengobatan
kemoteapi
bukanlah
menjalani
pengobatan satu atau dua minggu tetapi
kemoterapi dapat berlangsung selama sel kanker
masih ada dan membahaya.kan klien. Pengobatan
kemoterapi termasuk pengobatan yang dapat
membuat klien merasa jenuh sehingga dibutuhkan
perm keluarga dalam mendampingi klien selama
menjalani kemoterapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


koping pasien berdasarkan cara mengalihkan rasa
sakit dalam kategori tidak baik sebanyak 11 orang
(44%), sedangkan dalam kategori kurang baik 9
orang (36%), dan kategori baik sebanyak 5
responden (20%) yang disebabkan klien tidak
pemah merasa nyaman saat melakukan kemoterapi
bahkan selalu merasakan sakit. Hal ini didapat dari
hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner
dan hal ini dikarenakan klien kurang dapat
mengalihkan rasa sakit dimana klien hanya
mengingkari apa yang dia rasakan (supresi) juga
klien tidak mendapatkan perasaan nyaman setelah
menjalani kemoterapi seperti merasa mual, demam
juga tidak mendapatkan rekreasi keluarga untuk
mendapatkan suasana atau udara yang sejuk,
segar dan nyaman.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa
klien selalu merasakan dampak yang sangat
membuat klien semakkin merasakan sakit setelah
kemoterapi yang membuat klien merasakan mual,
muntah, lemas, rambut rontok, sariawan dan ainlain sebagainya. Hal tersebut membuat klien tidak
dapat lagi menghindari kemoterapi yang wajib
dijalaninya dengan kata lain klien juga nrer.galami
gangguan pisikologis sehingga untuk menahan rasa
sakit kadang pasien hanya bisa diam oleh karena
merasa ada perasaari tertekan dalam menjalani
kemoterapi.

3.7. Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien


Dengan Penyakit Kanker Terhadap
Pengobatan Kemoterapi
Hasil penelitian menunujkkan bahwa
responden terhadap partisipasi keluarga dan koping
pasien terhadap tindakan kemoterapi dalam
kategori baik sebanyak 18 orang (72%) dan kurang
baik sebanyak 7 orang (28%). Hal ini didapat dari
observasi
dari
basil
penelitian
dengan
menggunakan kuesioner dikarenakan hubungan
keluarga dan pasien terjalin dengan baik.
Menurut Mckkay (1984) dukungan keluarga
meliputi mekanisme dukungan nyata berupa
finansial,emosional dan pengalihan rasa sakit
dimana bentuk partisipasi berupa memberikan
spiritual, memberikan rasa humor agar klien
merasa rileks dan tidak tertekan. Dukungan
keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar
demi berjalannya pengobatan kemoterapi dengan
adanya paartisipasi keluarga yang timbul secara
spontan maka klien dapat dengan mudah tanpa
beban untuk menjalani kemoterapi.
Sejalan dengan dukungan keluarga yang
terjalin baik maka koping pasien terhadap tindakan
juga dalam kategori baik dimana koping menurut
Hafsari (2002) merupakan reaksi terhadap tekanan
yang
berfungsi
memecahkan,
mengurangi,
menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Dimana
koping pasien merupakan koping dalam jangka
panjang dimana klien selama menjalani kemoterapi
pasti meriliki perasaan terkadang putus asa,
sehingga klien memerlukan lawan bicara untuk
mengungkapkan perasaannya, dan menangis untuk
nnengalihkan rasa
sakit
scrta
herganlung
pangharapan pada kcpercayaaannya yang menurut
klien hal yang paling efektif dalam mengalihkan
stress dan emosional dengan koping religius yang
dilak ukan oleh klien.

3.6. Koping Pasien terhadap Pengobatan


Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa
responden yang menjalani kemoterapi dalam
kategori baik sebanyak 12 orang (48%), kurang
baik scbanyak 8 orang (32%), dan tidak baik
sebanyak 5 orang (20%) dikarenakan walaupun
merasa terpakasa dalam menjalani kemoterapi
namun klien berharap dengan dilakukan kemoterapi
i.ni setidaknya pertumbuhan kanker dapat
diperlambat. Hal ini didapat dari basil penelitian
dengan menggunakan kuesioner dikarenakan klien
tetap menjalani kemoterapi walaupun terpaksa,
tertekan tetapi klien tetep mejalani kemoterapi
demi mengharapkan rasa nyaman yang lebih baik.
Menurul Sarwono (2006), K.emoterapi
merupakan
pengobatan
kanker
dengan
menggunakan obat-obatan atau hormon untuk
membunuh sel tumor. Klien yang menjalani
kemoterapi berharap dapat sembuh dari penyakit
kanker yang dialami.nya sehingga klien tetap
menjalani kemoterapi walaupun tidak dapat
sembuh tetapi setidaknya dapat memperlambat
pertumbuhan kanker dan gejala, walaupun klien
mengetahui dan mengalami dampak dan efek
camping yang timbul karena kemoterapi tetapi
khan tetap menjalani kemoterapi secara berkala.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa

4. Kesimpulan
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan
penelitian
tentang Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien
dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan
Kemoterapi Di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan
Tabun 2010, maka dapat disimpulkan :
1. Dukungan Keluarga Berdasarkan Emosional
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
berdasarkan emosional dalam kategori baik
sebanyak 13 orang (52%), sedangkan kategori

2.

3.

5.

6.

kurang baik sebnyak 11 orang (44%) dan tidak


baik sebanyak 1 orang (4 %).
Dukungan Keluarga Berdasarkan Finansial
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
berdasarkan finansial dalam kategori baik
sebanyak 19 orang (76%), sedangkan dalam
kategori kurang baik sebanyak 5 responden
(20%) dan tidak baik sebanyak 1 orang (4%).
Dukungan Keluarga Berdasarkan Spiritual.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
berdasarkan dukungan spiritual dalam kategori
baik sebanyak 22 responden (8S%), kurang
baik 3 responden (12%). 5.1.4 Koping Pasien
Berdasarkan
Supresi.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
coping
pasien
berdasarkan supresi dalam kategori kurang baik
sebanyak 13 responden (52%), sedangkan
kategori baik sebanyak 11 responden (44%)
dan tidak baik sebanyak 1 responden (4%).
Koping Pasien Berdasarkan Cara Mengalihkan
Rasa Sakit
Hasil penelit an menunjukkan bahwa coping
pasien berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit
dalam kategori tidak baik sebanyak 11 orang
(44%), sedangkan dalam kategori kurang baik
9 orang (36%), dan kategori baik sebanyak 5
responden (20%).
Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien Dengan
Penyakit
Kanker
Terhadap
Pengobatan
Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
yang menjalani kemoterapi dalam kategori baik
sebanyak 12 orang (48%), kurang baik
sebanyak 8 orang (32%), dan tidak baik
sebanyak 5 orang (20%).

Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medica.
Aziz, Farid dkk. 2006. Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi Edisi pertama Cetakan
Pertama. Jakarta : Pustaka sarwono
prawirohardjo.
Baradero, Merry dkk. 2007. Seri
Keperawatan
Klien
Kanker
Pertama. Jakarta : EGC.

Asuhan
Cetakan

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Edisi Delapan Vol Pertama
dun Kedua Cetakan pertama. Jakarta :
EGC.
Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk
Kanker. Yogyakarta : Kata hati.
Fausiah, Fitri dkk. 2008. Psikologi Abnormal Klinis
Dewasa. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hawaii, Dadang. 2004. Kanker Payudara
Dimensi Psikoreligi. Jakarta : FKUI.
Hidayat, Azis Alimul. 2007. Riset Keperawatan Dan
Tehnik Penulisan Ilmiah Edisi Kedua.
Jakarta : Salemba Medica.
http://www.infosehat_co.id12009, Kanker di dunia.
Jong,

4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa
saran disimpulkan sebagai berikut :
1. Kepada penderita yang sedang menjalani
pengobatan kemoterapi di RSUP Haji Adam
Malik Medan, agar selalu semangat dalam
menjalani pengobatan kemoterapi dan tidak
merasa
terpaksa
agar
pengobatan
kemoterapinya dapat berjalan dengan lancar
dan dapat menghasilkan hasil yang baik
terhadap kesehatannya.
2. Untuk Tenaga Kesehatan, diharapkan dapat
memberikan penyuluhan tentang bentuk
dukungan keluarga yang baik pada setiap
keluarga, terutama pada keluarga yang salah
satu anggota keluarganya mendapatkan
pengobatan kemoterapi dan juga kepada
pesien yang menjalani pengobatan kemoterapi.

De Wim. 2005. Kanker apakah itu?


Pengobatan, Harapan Hidup Dan Dukungan
keluarga, Cetakan pertama. Jakarta :
Arcan.

Neil, Niven. 2002. Psikologi Kesehatan Edisi Kedua.


Jakarta : EGC.
Notoatmodjo.
2005.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan Cetakan Ketiga Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental
Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga Edisi
Pertama. Jakarta : Fajar Interpratama.
Setiadi.

2007. Konsep Dan Penulisan Riset


Keperawatan Edisi Pertama. Graha Ilmu :
Yogyakarta.

Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan


Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Daftar Pustaka

Sukardja, Gede Dewa I. 2000. Onkologi Klinik


Cetakan Pertama Edisi Kedua. Surabaya :
Airlangga University Press.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan

10

You might also like