You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberi kita kesehatan dan
kesempatan untuk membahas makalah ini. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang semua perkataanya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan,
pengakuan dan sifatnya adalah panutan bagi semua umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hadis di
jurusan

Tafsir

Hadits.

Makalah

ini

membahas

tentang

Hadis

Qudsi,

pengertianya,kedudukannya, pendapat tentang hadits qudsi, dan contoh dan kitab yang
membahas tentang hadits qudsi.
Tentunya dalam makalah ini dengan segala keterbatasan tidak lepas dari kekurangan,
oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pembaca untuk perkembangan
pengetahun pemakalah. Semoga bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan para pembaca
pada umumnya. Amin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara bahasa Hadits Qudsi berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan, artinya suci
atau bersih.
Secara terminology terdapat beberapa defenisi yang berbeda, antara lain:


Artinya :

Sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW. dengan ilham atau

mimpi, kemudian nabi menyampaikan berita itu dengan unkapan-ungkapan sendiri.1[1]


Artinya : Segala hadits Rasul SAW. yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada Allah
Azza wa Jalla2[2]


Artinya : sesuatu yang diberitakan Allah SWT., terkadang melalui wahyu, ilham, atau
mimpi, dengan redaksinya yang diserahkan kepada Nabi SAW.3[3]

Dari semua defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadits Qudsi adalah
segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW. selain al-Quran yang
redaksinya disusun oleh Nabi SAW.

Disebut Hadits karena redaksinya disusun sendiri oleh Nabi SAW. dan disebut
Qudsi karena hadits ini suci dan bersih (ath-Thaharah wa at-Tanzih) dan datangnya dari Dzat
Yang Mahasuci. Hadits Qudsi ini juga sering disebut dengan hadits Ilahiyah atau hadits
Rabbaniah. Disebut Ilahi atau Rabbani karena hadits ini dating dari Allah raab al-alamin.
D. Kedudukan Hadits Qudsi
Kedudukan Hadits Qudsi diantara al-Quran dan Hadits Nabawi, tidaklah sama karena
al-Quran disandarkan kepada Allah Taala baik lafadz dan maknanya. Sedangkan Hadits
Nabawi disandarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam baik lafadz dan mananya.
Dan Hadits Qudsi disandarkan kepada Allah Taala secara mana tidak secara lafadznya dan
karena itu tidak bernilai ibadah di dalam membaca lafadznya dan tidak boleh dibaca didalam
sholat, dan tidak dinukil secara mutawattir (keseluruhannya) sebagaimana penukilan alQuran.
Penamaan hadits ini dengan nama hadits qudsi adalah sebagai penghormatan terhadap
hadis-hadis yang demikian mengingat bahwa sandarannya adalah Allah4[4]. Dengan kata
lain, hadis qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah SWT tetapi redaksinya berasal dari
nabi Muhammad SAW. dengan perantaraan ilham atau mimpi. Maka rasul menjadi rawi
kalam Allah swt ini dari lafadz beliau sendiri.

E. Pendapat Tentang Hadits Qudsi


Sehubungan dengan perbedaan antara Hadits Qudsi dan al-Quran, para ulama
berbeda pendapat. Diantara pendapat yang paling kuat adalah pendapat Abul Baqa al-Akbari
dan al-Thayyibi.
Abul Baqa berkata, Sesungguhnya lafal dan makna al-Quran berasal dari Allah
melalui pewahyuan secara terang-terangan, sedangkan hadits qudsi itu redaksinya dari
Rasulullah dan maknanya dari Allah melalui pengilhaman atau melalui mimpi.
Al-Thayyibi berkata, al-Quran itu diturunkan melalui perantara malikat kepada Nabi
Muhammad saw., sedangkan hadits qudsi itu maknanya berisi pemberitaan Allah melalui
ilham atau mimpi, lalu Nabi saw. memberitakannya kepada umatnya dengan redaksinya
sendiri. Adapun hadits nabawi tidak disandarkannya kepada Allah dan tidak diriwayatkannya
dari Allah.

D. Contoh dan Kitab yang Memuat Hadits Qudsi


Contoh Hadits Qudsi yaitu hadits yang diriwayatkan Abi Hurairah









Artinya : Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan persekutuankan. Maka
barangsiapa melakukan suatu perbuatan disertai dengan mempersekutukan Aku kepada
selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan sekutunya.(HR.Muslim dan Ibnu
Majah)5[7]

Kitab-kitab yang memuat hadits qudsi:


Para ulama menghimpun hadits-hadits qudsi dalam berbagai kitab yang khusus untuk
itu. Di antara yang terpenting adalah kitab Al-Ithaf al-Saniyah fi al-Qudsiyyah karya alMunawi. Kitab ini mencakup dua ratus tujuh puluh dua buah hadits qudsi.6[8]
Adapun pengumpul hadits qudsi yang lain:
1.

Imam Abu 'Abd Allah Muhamad Ibn Ali Ibn al-'Arabi al-Ta'i, dalam kitabnya Misykat
al-Anwar fima Ruwiya 'an Allah Subhanahu min al-Akhbar.

2.

Abu Nasr Ibn Husayn Ibn 'Ali al-Husayni al-Bukhari al-Qanuji, di dalam kitabnya
Hazira al-Taqdis wa Zakhirah al-Ta'nis. Ia mengandungi 14 kitab dan beberapa bab.
beliau menyusun Hadis Qudsi di dalam mukaddimahnya. Beliau mengakhirinya
dengan geografi perawi Hadis Qudsi yang dimuatkan di dalam bukunya.

3.

Al-'Allamah Mula 'Ali al-Qari, kitabnya al-Ahadith al-Qudsiyyah al-'Arba'iniyyah, di


dalamnya terkumpul sebanyak 40 buah Hadis Qudsi.7[9]

PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan tentang Hadits Qudsi diatas dapat disimpulkan bahwa Hadits Qudsi
adalah sesuatu yang dikehendaki Allah SWT untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Melalui ilham atau mimpi. Kemudian nabi menyampaikanya kepada umatnya menurut
susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah SWT, dengan lafal seperti

.
Hadits Qudsi juga mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dengan Hadis
Nabawi dan Al-Quran. Baik itu perbedaan dari segi lafalnya, bahasa dan maknanya,
periwayatanya, kemukjizatanya, nilai membacanya, atau lainnya.

You might also like