Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberi kita kesehatan dan
kesempatan untuk membahas makalah ini. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang semua perkataanya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan,
pengakuan dan sifatnya adalah panutan bagi semua umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hadis di
jurusan
Tafsir
Hadits.
Makalah
ini
membahas
tentang
Hadis
Qudsi,
pengertianya,kedudukannya, pendapat tentang hadits qudsi, dan contoh dan kitab yang
membahas tentang hadits qudsi.
Tentunya dalam makalah ini dengan segala keterbatasan tidak lepas dari kekurangan,
oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pembaca untuk perkembangan
pengetahun pemakalah. Semoga bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan para pembaca
pada umumnya. Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara bahasa Hadits Qudsi berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan, artinya suci
atau bersih.
Secara terminology terdapat beberapa defenisi yang berbeda, antara lain:
Artinya :
Sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW. dengan ilham atau
Artinya : Segala hadits Rasul SAW. yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada Allah
Azza wa Jalla2[2]
Artinya : sesuatu yang diberitakan Allah SWT., terkadang melalui wahyu, ilham, atau
mimpi, dengan redaksinya yang diserahkan kepada Nabi SAW.3[3]
Dari semua defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadits Qudsi adalah
segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW. selain al-Quran yang
redaksinya disusun oleh Nabi SAW.
Disebut Hadits karena redaksinya disusun sendiri oleh Nabi SAW. dan disebut
Qudsi karena hadits ini suci dan bersih (ath-Thaharah wa at-Tanzih) dan datangnya dari Dzat
Yang Mahasuci. Hadits Qudsi ini juga sering disebut dengan hadits Ilahiyah atau hadits
Rabbaniah. Disebut Ilahi atau Rabbani karena hadits ini dating dari Allah raab al-alamin.
D. Kedudukan Hadits Qudsi
Kedudukan Hadits Qudsi diantara al-Quran dan Hadits Nabawi, tidaklah sama karena
al-Quran disandarkan kepada Allah Taala baik lafadz dan maknanya. Sedangkan Hadits
Nabawi disandarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam baik lafadz dan mananya.
Dan Hadits Qudsi disandarkan kepada Allah Taala secara mana tidak secara lafadznya dan
karena itu tidak bernilai ibadah di dalam membaca lafadznya dan tidak boleh dibaca didalam
sholat, dan tidak dinukil secara mutawattir (keseluruhannya) sebagaimana penukilan alQuran.
Penamaan hadits ini dengan nama hadits qudsi adalah sebagai penghormatan terhadap
hadis-hadis yang demikian mengingat bahwa sandarannya adalah Allah4[4]. Dengan kata
lain, hadis qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah SWT tetapi redaksinya berasal dari
nabi Muhammad SAW. dengan perantaraan ilham atau mimpi. Maka rasul menjadi rawi
kalam Allah swt ini dari lafadz beliau sendiri.
Artinya : Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan persekutuankan. Maka
barangsiapa melakukan suatu perbuatan disertai dengan mempersekutukan Aku kepada
selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan sekutunya.(HR.Muslim dan Ibnu
Majah)5[7]
Imam Abu 'Abd Allah Muhamad Ibn Ali Ibn al-'Arabi al-Ta'i, dalam kitabnya Misykat
al-Anwar fima Ruwiya 'an Allah Subhanahu min al-Akhbar.
2.
Abu Nasr Ibn Husayn Ibn 'Ali al-Husayni al-Bukhari al-Qanuji, di dalam kitabnya
Hazira al-Taqdis wa Zakhirah al-Ta'nis. Ia mengandungi 14 kitab dan beberapa bab.
beliau menyusun Hadis Qudsi di dalam mukaddimahnya. Beliau mengakhirinya
dengan geografi perawi Hadis Qudsi yang dimuatkan di dalam bukunya.
3.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan tentang Hadits Qudsi diatas dapat disimpulkan bahwa Hadits Qudsi
adalah sesuatu yang dikehendaki Allah SWT untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Melalui ilham atau mimpi. Kemudian nabi menyampaikanya kepada umatnya menurut
susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah SWT, dengan lafal seperti
.
Hadits Qudsi juga mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dengan Hadis
Nabawi dan Al-Quran. Baik itu perbedaan dari segi lafalnya, bahasa dan maknanya,
periwayatanya, kemukjizatanya, nilai membacanya, atau lainnya.