You are on page 1of 22

SEPSIS

( Tugas Keperawatan Dewasa 2 )

Di susun oleh:
Kelompok 4
Nurtasiyah
Ulfiaturrohmah
Wulan Purnama Sari
Alfi Ariyanti
Ihya Ulumudin
Aiman
Lestari Putri

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG


PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2012-2013

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Allah SWT, serta atas izin dan ridonya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil

menyelesaikan

penyusunan makalah dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Diharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Serang, 24 November 2013

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI

............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi ........................................................................................... 3
2.2 Etiologi ........................................................................................... 3
2.3 Faktor Resiko ................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ................................................................................... 4
2.5 Tanda Dan Gejala ........................................................................... 5
2.6 Jenis-Jenis ...................................................................................... 7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................. 8
2.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 8
2.9 Komplikasi ..................................................................................... 9
2.10 Penatalaksanaan ........................................................................... 10
2.11 Pencegahan ................................................................................... 13

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengkajian ...................................................................................... 15
3.2 Patoflow ......................................................................................... 16
3.3 Asuhan Keperawatan ..................................................................... 16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepsis adalah sindrom klinis yang dicetuskan oleh infeksi, ditandai dengan
sejumlah gejala klinis meliputi demam atau hipotermia, leukositosis atau
lekopenia, takikardi, dan takipnea. Sepsis sampai saat ini menjadi masalah
baik di negara berkembang maupun negara maju, baik dari segi mordibitas,
mortalitas, maupun ekonomi.
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau
toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas
proses inflamasi. Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada
penderita trauma dan perawatan klinis pada semuausia dan jenis kelamin.

Infeksi pasca trauma sangat bergantung pada usia penderita, waktu antara
trauma dan penanggulangannya, kontaminasi luka, jenis dan sifat luka,
kerusakan jaringan, syok, jenis tindakan, dan pemberian antibiotik. Makin
lama tertunda penanggulangannya, makin besar kemungkinan infeksi.

Meskipun

telah

mengalami

kemajuan

teknologi

penanganan

dalam

neonatologi dan perawatan kritis pediatrik dan meluasnya penggunaan


spektrum luas agen antimikroba, infeksi masih menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba biasanya
terjadi akibat kegagalan mekanisme pertahanan tubuh yang intrinsik untuk
memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

Bayi dan anak-anak immunocompromised, bersama dengan bayi prematur dan


bayi lahir lebih bulan, yang memiliki gangguan dalam sistem pertahanan
tubuh mereka, yang rentan terhadap infeksi bakteri. Infeksi tersebut awalnya
mendapatkan respon inflamasi lokal yang bertujuan untuk menghancurkan
bakteri. Kegagalan untuk mengendalikan baik infeksi itu sendiri atau respon

inflamasi terhadap infeksi dapat membangkitkan gejala klinis yang bervariasi


didefinisikan sebagai sindrom sepsis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sepsis ?
2. Apa saja etiologi dari sepsis ?
3. Sebutkan faktor resiko dari sepsis ?
4. Patoflow sepsis ?
5. Sebutkan tanda dan gejala sepsis ?
6. Sebutkan jenis-jenis sepsis ?
7. Pemeriksaan diagnostik sepsis ?
8. Pemeriksaan penunjang sepsis ?
9. Apa komplikasi dari sepsis ?
10. Penatalaksanaan sepsis yaitu ?
11. Apa saja pencegahan sepsis ?
12. Sebutkan pengkajian dari sepsis ?
13. Asuhan keperawatan sepsis ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui tentang sepsis yang perkembangan infeksinya sangat luas
dan bagaimana cara penanggulanganya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi karena adanya respon tubuh
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme (Guntur, 2008).
Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ
berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.

Sepsis adalah keadaan dimana terdapat banyak bakteri yang menginfeksi


pembuluhdarah dan dapat menginfeksi seluruh tubuh ditambah dengan kriteria
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome).

Tempat-tempat yang paling sering diinfeksi adalah salurah pencernaan yang


ditandaidengan peritonitis, ginjal yang ditandai dengan infeksi saluran kemih,
hepar dan empedu, paru-paru yang biasanya karen infeksi bakteri pneumonia,
dan kulit yang ditandai denganselulitis.

2.2 Etiologi
Sepsis merupakan akibat dari suatu infeksi bakteri di bagian tubuh manusia.
Yang sering menjadi sumber terjadinya sepsis adalah infeksi ginjal, hati atau
kandung empedu, usus, kulit (selulitis) dan paru-paru (pneumonia karena
bakteri).

Sepsis sampai syok septik secara klasik telah diakui penyebabnya adalah
bakteri gram negatif, tetapi mungkin juga disebabkan oleh mikroorganisme
lain, gram positif, jamur, virus bahkan parasit.

Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri


gram negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh
infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab-penyebab
lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS.

Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir


segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran
pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.).
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi
bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda
D.U, 2006)
a. Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli,
Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri
gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut
endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,
endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang
merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang
menunjang timbulnya shock sepsis.
b. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif
melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator
imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.

2.3 Faktor Resiko


1) Usia tua > 65 tahun
2) Cacat Imun Didapat Atau Kongenital Galaktosemia (Escherichia Coli),
3) Pemberian Besi Intramuskular (Escherichia Coli),
4) Anomali Kongenital (Saluran Kencing Asplenia, Myelomeningokel,
Saluran Sinus),
5) Amfalitis Dan Kembar (Terutama Kembar Dua Dari Janin Yang
Terinfeksi)
6) Prematuritas

2.4 Patofisiologi
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai dengan
rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi
aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi komplemen

dan netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel, aktivasi sistem
koagulasi dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai
jaringan dan disfungsi/kegagalan organ multipel.

Mediator inflamasi merupakan mekanisme pertahanan pejamu terhadap


infeksi daninvasi mikroorganisme. Pada sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi
mediator inflamasiyang berlebih, yang mencakup sitokin yang bekerja lokal
maupun sistemik, aktivasinetrofil, monosit, makrofag, sel endotel, trombosit
dan sel lainnya, aktivasi kaskade protein plasma seperti komplemen,
pelepasan proteinase dan mediator lipid, oksigen dannitrogen radikal. Selain
mediator proinflamasi, dilepaskan juga mediator antiinflamasiseperti sitokin
antiinflamasi, reseptor sitokin terlarut, protein fase akut, inhibitor proteinase
dan berbagai hormon.

Patofisiologi sepsis sangat kompleks karena melibatkan interaksi antara proses


infeksi kuman patogen, inflamasi dan jalur koagulasi (Kristine et al., 2007)
yang

dikarakteristikkan

sebagai

ketidakseimbangan

antara

sitokin

proinflamasi seperti tumor nekrosis factor-a (TNF-), interleukin-1 (IL-1),


IL-6 dan interferon- (IFN) dengan sitokin antiinflamasi seperti IL-1 reseptor
antagonis (IL-1), IL-4 dan IL-10 (Elena et al., 2006). Overproduksi sitokin
inflamasi sebagai hasil dari aktivasi nuklear faktor B(NF-B) akan
menyebabkan aktivasi respon sistemik berupa SIRS terutama pada paru-paru,
hati, ginjal usus dan organ lainnya (Arul et a.l, 2001) yang mempengaruhi
permeabilitas vaskuler, fungsi jantung dan menginduksi perubahan metabolik
sehingga terjadi apoptosis maupun nekrosis jaringan, Multiple Organ Failure
(MOF), syok septik serta kematian (Arul, 2001; Elena et al., 2006).

2.5 Tanda dan Gejala


Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda
tanda sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif
seperti lelah, malaise, gelisah, atau kebingungan.
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:

Perubahan sirkulasi

Penurunan perfusi perifer

Tachycardia

Tachypnea

Pyresia atau temperature <36oC

Hypotensi

Menurut Mansjoer (2000 : 509) manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut :


a. Umum: panas, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema.
b. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatogemali
c. Saluran napas: apnu, dispnu, takipnu,retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis
d. Sistem kardiovaskular: pucat, sianosis, kutis marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardia, bradikardia
e. System saraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol, high pitched cry
f. Hematology: ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan

Gejala khas sepsis dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih gejala di
bawah ini:
-

Suhu badan> 380 C atau <360 C

Heart Rate >9O;/menit

RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Tanda Klinis Syok Septik


1. Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan
kering.
2. Post resusitasi cairan: gambaran klinis syok hiperdinamik: takikardia, nadi
keras dengan tekanan nadi melebar, precordium hiperdinamik pada
palpasi, dan ekstremitas hangat.

3. Disertai tanda-tanda sepsis.


4. Tanda hipoperfusi: takipnea, oliguria, sianosis, mottling, iskemia jari,
perubahan status mental.
Tanda tanda Syok Spesis ( Linda D.U, 2006) :
1) Peningkatan HR
2) Penurunan TD
3) Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
-

Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan RR

Crakles

Perubahan sensori

Penurunan urine output

Peningkatan temperature

Peningkatan cardiac output dan cardiac index

Penurunan SVR

Penurunan tekanan atrium kanan

Penurunan tekanan arteri pulmonalis

Penurunan curah ventrikel kiri

Penurunan PaO2

Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah menjadi


peningkatan PaCO2

Penurunan HCO3

2.6 Jenis Jenis


Klasifikasi Berdasarkan Sumber Infeksi

Jenis Sepsis

Sumber Infeksi

MRSA Sepsis

Sepsis yang disebabkan oleh bakteri


Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap methicillin

VRE Sepsis

Sepsis yang disebabkan oleh jenis

bakteri Enterococcus yang resisten


terhadap vancomycin

Urosepsis

Sepsis yang berasal dari infeksi saluran


kencing

Wound Sepsis

Sepsis yang berasal dari infeksi luka

Neonatal Sepsis

Sepsis yang terjadi pada bayi baru lahir


(biasanya 4 minggu setelah kelahiran)

Sepsis Abortion

Aborsi yang disebabkan oleh infeksi


dengan sepsis pada ibu

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1) Kultur (luka, sputum, urine, darah) : mengidentifikasi organisme penyebab
sepsis.
2) SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi, leukositosis, dam trombositopenia.
3) Elektrolit serum : Asidosis, perindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4) Glukosa serum : Hiperglikemia.
5) GDA : Alkalosis respiratory dan hipoksemia.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Kultur darah, ditemukan adanya bakteri penyebab :
1. Pemeriksaan gas darah
2. Tes fungsi ginjal
3. Hitung trombosit (trombositopenia) dan leukosit (leukositosis atau
leukopenia) Penatalaksanaan
4. Perawatan di ICU

5. Resusitasi, mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation(C)


dengan oksigenasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau koloid yaitu NaCl
fisiologis), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
6. Terapi antimikroba spektrum luas, merupakan modalitas yang sangat
pentingdalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik intravena sebaiknya
dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur
diambil.
7. Pengobatan fokus infeks

2.9 Komplikasi
Komplikasi sepsis yaitu :
-

ARDS

Koagulasi intravaskular diseminata

Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)

Perdarahan usus

Gagal hati

Disfungsi sistem saraf pusat

Gagal jantung

Kematian

Komplikasi yang akan terjadi pada penderita septik bila tidak segera ditangani
sebagaiberikut:
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia
jaringan yangberkepanjangan
2. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapilerkarena hipoksiaInsiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi,melakukan teknik aseptik yang
cermat, melakukan debridemen luka untuk membuang jaringannekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
dengan benar.

2.10 Penatalaksaan
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab
infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan
organ atau renjatan. Vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadap
kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi
respons imun maladaptif host terhadap infeksi.
1. Resusitasi
Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan
oksigenasi,

terapi

cairan

(kristaloid

dan/atau

koloid),

vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Tujuan resusitasi


pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam
pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP >65 mmHg, urine >0.5
ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam resusitasi,
saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan dengan
CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai
hematokrit >30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20
g/kg/menit).
a. Eliminasi sumber infeksi
Tujuan: menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik
pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus
yang mengalami obstruksi dan implan prostesis yang terinfeksi.
Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang
adekuat.
b. Terapi antimikroba
Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis.
Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama
sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial
berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan patogen
bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber
sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram
negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah pelepasan

10

endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada


keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan
endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ.
Pemberian antimikrobial

dinilai kembali

setelah 48-72

jam

berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab


teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik
daripada monoterapi.
c. Terapi suportif
1) Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai
dengan penurunan kesadaran atau kerja ventilasi yang berat,
ventilasi mekanik segera dilakukan.

2) Terapi cairan
-

Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid


(NaCl 0.9% atau ringer laktat) maupun koloid.

Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan


hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin
perlu diberikan.

Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau


bila kadar Hb rendah pada kondisi tertentu, seperti pada
iskemia miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan
dicapai pada sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.

3) Vasopresor dan inotropik


Sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi
dengan pemberian cairan adekuat, akan tetapi pasien masih
hipotensi. Vasopresor diberikan mulai dosis rendah dan
dinaikkan (titrasi) untuk mencapai MAP 60 mmHg atau
tekanan darah sistolik 90mmHg. Dapat dipakai dopamin
>8g/kg.menit,norepinefrin
phenylepherine

0.5-8g/kg/menit

0.03-1.5g/kg.menit,
atau

epinefrin

0.1-

0.5g/kg/menit. Inotropik dapat digunakan: dobutamine 2-28

11

g/kg/menit, dopamine 3-8 g/kg/menit, epinefrin 0.1-0.5


g/kg/menit atau fosfodiesterase inhibitor (amrinone dan
milrinone).
4) Bikarbonat
Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.2 atau serum
bikarbonat

<9

mEq/L

dengan

disertai

upaya

untuk

Bila

pasien

memperbaiki keadaan hemodinamik.


5) Disfungsi renal
Akibat

gangguan

perfusi

organ.

hipovolemik/hipotensi, segera diperbaiki dengan pemberian


cairan adekuat, vasopresor dan inotropik bila diperlukan.
Dopamin dosis renal (1-3 g/kg/menit) seringkali diberikan
untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal pada sepsis, namun
secara evidence based belum terbukti. Sebagai terapi
pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis
maupun hemofiltrasi kontinu.
6) Nutrisi
Pada metabolisme glukosa terjadi peningkatan produksi
(glikolisis, glukoneogenesis), ambilan dan oksidasinya pada
sel, peningkatan produksi dan penumpukan laktat dan
kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi insulin. Selain
itu terjadi lipolisis, hipertrigliseridemia dan proses katabolisme
protein. Pada sepsis, kecukupan nutrisi: kalori (asam amino),
asam lemak, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini
mungkin
7) Kontrol gula darah
Terdapat penelitian pada pasien ICU, menunjukkan terdapat
penurunan mortalitas sebesar 10.6-20.2% pada kelompok
pasien yang diberikan insulin untuk mencapai kadar gula darah
antara 80-110 mg/dL dibandingkan pada kelompok dimana
insulin baru diberikan bila kadar gula darah >115 mg/dL.
Namun apakah pengontrolan gula darah tersebut dapat

12

diaplikasikan dalam praktek ICU, masih perlu dievaluasi,


karena ada risiko hipoglikemia.
8) Gangguan koagulasi
Proses

inflamasi

pada

sepsis

menyebabkan

terjadinya

gangguan koagulasi dan DIC (konsumsi faktor pembekuan dan


pembentukan mikrotrombus di sirkulasi). Pada sepsis berat
dan renjatan, terjadi penurunan aktivitas antikoagulan dan
supresi proses fibrinolisis sehingga mikrotrombus menumpuk
di

sirkulasi

mengakibatkan

kegagalan

organ.

Terapi

antikoagulan, berupa heparin, antitrombin dan substitusi faktor


pembekuan bila diperlukan dapat diberikan, tetapi tidak
terbukti menurunkan mortalitas.

9) Kortikosteroid
Hanya

diberikan

dengan

indikasi

insufisiensi

adrenal.

Hidrokortison dengan dosis 50 mg bolus IV 4x/hari selama 7


hari pada pasien dengan renjatan septik menunjukkan
penurunan mortalitas dibandingkan kontrol. Keadaan tanpa
syok, kortikosteroid sebaiknya tidak diberikan dalam terapi
sepsis.

2.11Pencegahan
Langkah-langkah awal penanganan sepsis :
-

Periksa hemoglobin dan asam laktat

Pantau produksi urin setiap jam

Berikan oksigen dengan aliran tinggi (NRM)

Periksa kuman dalam darah

Berikan antibiotika intervena

Mulai resusitasi cairan

Metode-metode pencegahan sepsis yaitu :


1. imunisasi

13

2. menjaga kebersihan tangan


3. persalinan yang bersih
4. sanitasi

Dampak jangka panjang sepsis:


1. Kelemahan otot dan saraf
2. Nyeri kronik
3. Gangguan stres pasca trauma
4. Gangguan fungsi kognitif
5. Depresi

14

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umumnya nampak tidak sehat.
2. Buruknya kontrol suhu : hypothermi, hyperthermi
b. Sistem sirkulasi
Pucat, cyanosis, kulit dingin, hipotensi, edema, denyut jantung abnormal
(bradikardi, takikardi, aritmia).
c. Sistem pernapasan
Pernapasan irreguler, apneu/tachipneu, retraksi
d. Sistem syaraf
1) Kurangnya aktivitas : lethargi, hiporefleksia, koma, sakit kepala,
pusing, pingsan.
2) Peningkatan aktivitas : iritabilitas, tremor, kejang.
3) Gerakan bola mata tidak normal
4) Tonus otot menigkat/berkurang.
e. Sistem Pencernaan
Tidak mau minum, muntah, diare, adanya darah dalam feses, distensi
abdomen.

15

3.2 Patoflow

Infeksi setempat
(infeksi di paru-paru)

Kuman dan racun masuk kesirkulasi darah

Fungsi beberapa organ mulai terganggu

Beberapa organ tidak berfungsi

penurunan sirkulasi

Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer

Syok sepsis

3.3 Asuhan Keperawatan

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

(NOC)

(NIC)

Aktivitas

Ketidakefektifan Circulation

Peripheral

perfusi jaringan status

sensation

atau

perifer

management

menggunakan

b.d

Instruksikan

pasien
keluarga

penurunan

termometer untuk tes

sirkulasi

suhu air

Ds :

Do : perubahan

suhu yang ekstrim

karakteristik
kulit

Lindungi tubuh dari

(warana,

Diskusikan

atau

identifikasi penyebab

kelembapan)

pada

keabnormalan

sensasi
perubahan sensasi

16

atau

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi karena adanya respon tubuh
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme (Guntur, 2008).
Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ
berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah. Sepsis biasanya terjadi pada
usia tua serta pada orang yang terkena diabetes melitus dan hipertensi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8. Jakarta
: EGC.

Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta :


EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta
: Media Aesculapius FK UI.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Info Medika Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/112444121/kasus-sepsis
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

http://www.academia.edu/2149974/REFERAT_SEPSIS_BEDAH_
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

http://asuhankeperawatanbebas.blogspot.com/2012/11/sepsis.html
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

http://www.scribd.com/doc/61783900/Laporan-Asuhan-Keperawatan-Sepsis
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

http://duniaaskep.wordpress.com/
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

http://suka2-bayu.blogspot.com/2012/01/askep-sepsis.html
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

18

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=r
ja&ved=0CHkQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fcore.kmi.open.ac.uk%2Fdownload
%2Fpdf%2F12345182.pdf&ei=L1mTUtzJG8KWrgfcloDIAg&usg=AFQjCNHkir
z2Vp23r60OhcYSdy0swkp6DQ&bvm=bv.56988011,d.bmk
Di akses: Senin, 25 November 2013 jam: 21.00

19

You might also like