You are on page 1of 11

MENGELOLA RISIKO ETIKA DAN PELUANG

1. Tujuan:
Mengembangkan Pemahaman tentang bagaimana mengidentifikasi, menilai, dan mengelola
risiko etika dan peluang secara efektif.

2. Identifikasi Penilaian Risiko Etika dan Peluang


A. Risiko Etika dan Peluang dalam Penilaian perusahaan
Risiko Etika dan Peluang
Didasari oleh adanya pengakuan atas kebutuhan akuntabilitas korporat kepada pemangku
kepentingan telah menjadikan suatu kebutuhan tata kelola modern yang merefleksikan
pentingnya memenuhi kepentingan pemangku kepentingan.
Dalam konteks ini perhatian risiko etika dan peluang yaitu jika risiko tidak memenuhi harapan
pemangku kepentingan menyebabkan potensi kertugian dukungan untuk tujuan perusahaan,
dan ketika kenyataan melebihi harapan maka memberikan peluang untuk menggalang
dukungan. Peluang dan ancaman ini berdasarkan pada keunggulan kompetitif atau perhatian
kepetingan pemangku kepentingan.
Keterbatasan dari Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) Tradisional
Merupakan bentuk penerapan manajemen risiko. Kerangka ERM ini dikembangkan oleh
Committee of Sponsoring Organization (COSO) yang menilai bagaimana mencapai tujuan
suatu entitas pada 4 dimensi, masing-masing dimensi melibatkan 8 kelompok yang saling
terkait. Kajian COSO ERM ini akan memeriksa kode etik, kesadaran karyawan, tekanan
memenuhi tujuan tidak realistis, kesediaan manajemen untuk menggantikan kontrol yang sudah
ada, kepatuhan kode dalam bekerja, pemantauan efektivitas sistem pengendali internal,
program whiste blowing dan tindakan perbaikan sebagai respon pelanggaran kode etik.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada masalah-masalah dari perspektif dampak keuangan
mereka pada pemegang saham, dan bukan pada dampak non finansial pada pemangku
kepentingan. Dampak lainnya terjadi ketergantungan keliru pada auditor eksternal yang
menduga bahwa audit ekternal yang melakukan tinjauan atas risiko, membawa risiko menjadi
perhatian manajeman dan direksi. Auditor luar meninjau pengendalian internal perusahaan da
kadang risiko bisnis mereka, mandat audit normal eksternal memerlukan perhatian jika risiko
akan menjadi materi yang akan menghasilkan posisi keuangan perusahaan. Tanggungjawab
tinjauan risko ini seharusnya dilakukan oleh direksi dan eksekutif.

Tabel Kerangka Keja COSO


Dimensi
Komponen

Strategis

Operasi

Pelaporan

Kepatuhan

Lingkungan Eksternal
Menetapkan Tujuan
Identifikasi Kejadian
Penilaian Risiko
Aktivitas penengendalian
Informasi dan komunikasi
Pengawasan

Identifikasi Serta Penilaian Risiko Etika dan Peluang


Tahapan identifikasi risiko etika adalah:
1. Identifikasi pemangku utama perusahaan menggunakan teknik pemberian peringkat
kepentingan pemangku.
Pada tahap ini menggunakan kerangka kerja urgensi, legitimasi, dan kekuasaan serta
pengaruh dinamis. Selain itu juga mengkonfirmasi proyeksi interaksi pemangku kepentingan
representatif dengan pemangku kepentingan yang punya kepentingan dengan menunjukkan
kepedulian dan membuka dialog untuk membangun kepercayaan.
2. Mempertimbangkan kegiatan koorporasi dan menilai risiko dari tidak memnuhi atau peluang
yang melebihi harapan.
Pertimbangan ini memperhitungkan input yang relevan, output, kualitas dan variabel kinerja
lainnya. Menggunakan enam nilai hypernom: kejujuran, keadilan, belaskasihan, integritas,
prediktibilitas, dan tanggungjawab.
3. Melibatkan penyusunan laporan yang dihasilkan oleh proses diatas.
Laporan menyajikan mempertimbangkan risiko dan peluang didasarkan kepada: kelompok
pemangku kepentingan, produk atau jasa, tujuan perusahaan, nilai hypernom, dan pemicu
reputasi

Manajemen Risiko Etika dan Peluang


Hubungan Pemangku Kepentingan Efektif
Untuk menentukan hubungan ini dikembangkan model oleh Savage (1991) yang berfokus pada
hubungan potensi pemangku kepentingan menimbulkan ancaman bagi organisasi atau untuk
bekerja sama dengannnya.

Potensi ancaman pemangku kepentingan

pemangku kepentingan

Potensi

koorporasi

Tinggi
Tinggi

Rendah

Tipe 4 berkah campuran

Tipe 1 Mendukung

Strategi: Kolaborasi

Strategi: Melibatkan

Tipe 3 Tidak mendukung

Tipe 2 Marginal

Strategi: Membela diri

Strategi: Mengawasi

Rendah

Tipe 1: Kemungkinan Pemangku kepentingan menjadi ancaman rendah, dan tingkat kerjasama
dengan mereka tinggi sehingga keterlibatan pemangku kepentingan dalam keputusan
diharapkan menjadi lebih tinggi.
Tipe 2: Kemungkinan Pemangku kepentingan menjadi ancaman rendah, dan tingkat kerjasama
dengan mereka rendah. Sehingga pilihan strateginya adalah mengawasi harapan mereka jika
kondisi berubah.
Tipe 3: Ancaman tinggi dan kerjasama rendah maka akan terjadi kondisi yang sangat tidak
mendukung dan memungkinan terjadi perang
Tipe 4: Ancaman yang tinggi dengan kerjasama yang tinggi maka lebih baik pemangku
kepentingan diajak berkolaborasi agar mereka tetap menjadi pendukung.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan Kewarganegaraan Koorporat
Koorporasi secara hukum bertanggungjawab kepada pemegang saham, nanun pada kenyataan
mereka juga bertanggungjawab pada berbagai pemangku kepantingan untuk menggalang
dukungan untuk mencapai tujuan strategis. Diwujudkan dalam bentuk CSR (Coorporat Social
Responsibility) dengan elemen penting yaitu:
a. Tujuan organisasi untuk CSR
Organisasi mempertimbangkan tujuan strategis baik sebagai operasi maupun warga
koorporasi. Pertimbangan ini dengan memahami langkah-langkah yang tersedia pada CSR,
sehingga perancang sistem akan menyesuaikan aspirasi dengan langkah-langkah yang
akan memungkinkan pengawasan dan penguatan sehingga dicapai tujuan strategis yang
etis dan menghormati kepentingan para pemangku kepentingan.
b. Membangun Kerangka Tanggungjawab Sosial Perusahaaan

Untuk membantu keterlibatan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan keputusan


perusahaan, mengatur kegiatan dan pelaporan, dan audit aktivitas dan laporan.
c. Mengukur Kinerja CSR
Melalui peninjauan kerangaka CSR yang menyaring kegiatan untuk investor etika baik
investor individu maupun institusi dengan tujuan sosial. Ukuran kinerja ini dikelompokkan
dalam kategori:

kode atau pernyataan bimbingan, tingkat kemutakhiran, dan penegakkan

Penciptaan pekerjaan: keseluruhan dan dalam kaitan dengan kelompok minoritas

Hubungan masyarakat dan pemangku kepentingan lokal

Pengobatan karyawan

Program manajemen lingkungan

kinerja lingkungan

Etika pemanfaatan sumber dan perdagangan

d. Monitoring CSR
Memantau bagaimana korporasi berbuat secara selktif dengan mengacu pada studi
eksternal. Pemantauan ini melalui perbandingan yang dapat membantu:

Tujuan Strategis faktor kunci keberhasilan

Organisasi serupa

Alternatif praktik terbaik untuk perbandingan

Standar terpublikasi

Statistik dan rata-rata industri

Manajemen dengan target tujuan

hasil yang diperoleh pada periode sebelumnya

e. Pelaporan CSR
Laporan ini merupakan hasil dari pengukuran kinerja CSR, dan akan melaporkan kinerja
yang akan dibuat secara internal saja atau secara umum tetapi laporan harus terfokus pada
tujuan kinerja program.

Laporan publik menajdi lebih umum memberikan manfaat:

Meningkatkan kesadaran akan isu-isu etis dalam organisasi

Memberikan dorongan bagi karyawan untuk mematuhi tujuan etis

Menginformasikan pemangku kepentingan eksternal

Meningkatkan citra perusahaaan

f.

Assurance Audit Laporan CSR


Merupakan bentuk audit dari hasil laporan CSR, melalui cara ini penyusunan laporan bisa
dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri, namun hasil laporan harus dapat dibuktikan
kebenarannya dan mewajibkan pengungkapan publik atas hasil kinerja lingkungan.

g. Pikiran Penutup
Akuntabilitas strategi perusahaan untuk pemangku kepentingan, manajer, dan akuntan
profesional

telah

jelas

sehingga

mendorong

organisasi

atau

perusahaan

untuk

mengembangkan konsep yang efektif tentang kewarganegaraan koorporat dan program


yang efektif dari tanggungjawab sosial.

Etika Di Tempat Kerja


Munculnya etika ini didasari oleh semakin tingginya kesadaran sosial dan tekanan dari
kelompok-kelompok aktivis yang telah didokumentasikan memiliki dampak yang signifikan pada
operasi internal dan eksternal organisasi. Tinjauan langsung berbagai komponen di lingkungan
tempat kerja.
a. Hak Karyawan
Perkembangan kesadaran akan hak-hak karyawan harus dihormati relatif dibandingkan
dengan hak-hak majikan. seperti majikan tidak lagi bisa memerintah karyawan untuk
membuat pencemaran, mengambil risiko kesehatan dan keselamatan orang lain. Beberapa
hak telah menajdi dilindungi oleh undang-undang baru, sehingga praktek perusahaan harus
lebih sensitif terhadap tekanan pemangku kepentingan. Beberapa hal yang menjadikan
harapan baru atas hak karyawan:

Hak privasi dan martabat


Berdampak pada adanya batasan yang jelas antara hak pribadi, atasan dan publik,
adanya prosedur yang sesuai melalui pemberitahuan atau persetujuan karyawan, tidak
adanya pelecehan dan seksual

Perlakuan yang Adil


Diskriminasi menjadi tidak etis dan dianggap ilegal, sehingga karyawan merasa
mempunyai hak atas kebijakan yang adil.

Lingkungan yang Sehat dan Aman


Hilangnya budaya memaksa karyawan bekerja melebihi jam kerja atau menghukum
karyawan melalui evaluasi kinerja.

Kemampuan untuk menjalankan suara nurani seseorang

Sebagai bentuk perlawanan adanya konsep loyalitas buta yang telah membuat
karyawan merasa kehilangan hak untuk menjalakan suara nuraninya. Munculnya
dorongan perubahan witle blowing menjadi untuk lebih berani berbicara dalam
organisasi.
b. Kepercayaan dan Maknanya
Tidak mungkin manajer dan karyawan bersedia mengikuti pemimpin yang tidak bisa
dipercaya atau tidak etis. Jika karyawan memiliki kepercayaan maka meraka akan
berpartisipasi sepenuh hati dalam melakukan restrukturisasi bahkan yang melibatkan
perampingan. Untuk menjaga kepercayaan diperlukan langkah organisasi membuat
komitmen yang terjamin untuk memberi karyawan status secara penuh, memberikan
pengaturan kontrak yang adil. Kelanjutan manfaat bisa menjadi cara menjaga kepercayaan
tenaga kerja kontingen atau paruh waktu dengan dengan pemahaman besar.
c. Keseluruhan Manfaat
Terdapat pandangan tentang "cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap
mereka menentukan apa yang mereka pikirkan tentang program etika perusahaan".
Memperlakukan karyawan dengan tepat tidak hanya etis, tetapi penting untuk menjalankan
program etika organisasi dalam mencapai tujuan strategis.
d. Kecurangan Kejahatan Kerah Putih
Salah satu tantangan yang dihadapi semua organisasi adalah prospek tindakan kecurangan
dan kejahatan kerah putih. Eksekutif diharapkan dapat memastikan bahwa mereka akan
melakukan semua langkah untuk membimbing, mempengaruhi, dan mengendalikan
karywan yang mungkin cenderung terlibat dan auditor eksternal harus mewaspadai potensi
potensi masalah yang akan terjadi.
e. Memahami Motivasi Penipu (hirearki Kebutuhan Maslow)
Hierarki kebutuhan maslow yang menyatakan kebutuhan individu dapat dikategorikan dan
akan ditanggapi berdasarkan piramida hubungan Rasionalisasi, Motif dan peluang.
f.

Memahami Rasionalisasi Kecurangan (Tujuh Rasionalisasi)


Tujuh rasionalisasi tindakan tidak etis
1) Menolak tanggungjawab
2) Menolak dari cedera
3) Penolakan menjadi korban
4) Kencaman menjadi pengecam
5) Banding ke loyalitas yang lebih tinggi
6) Semua orang melakuka,

7) Mendapatkan hak pribadi


8) Peluang melakukan Kecurangan
g. Peluang melakukan kecurangan
Adanya peluang untuk melakukan kecurangan dengan tingkat rasio yang dapat diterima
untuk ditangkap dan mendapat hukuman yang berat.
h. Pembelajaran
Kerangka kerja diperlukan ketiga perusahaan merencanakan untuk melembagakan insentif
baru, sistem penghargaan. Kerangka kerja ini akan menilai apakah metode motivasi yang
digunakan. Sehingga dalam rangka untuk memastikan adanya kesadaran dan pengetahuan
yang memadai tentang kerangka kerja, penggunaan mereka harus dibahas dalam sesi
pengawasan supervisor yang sensitif/ peka.
Operasi Internasional
Perusahaan menempatkan operasi di suatu negara denga tujuan akses ke tenaga kerja murah,
biaya perlindungan lingkungan lebih rendah, kurangnya birokrasi, dan diundang politisi daerah.
Ketika perusahaan beroperasi di pasar luar negeri, maka harus mempertimbangkan berikut:
a. Dampak terhadap ekonomi lokal dan budaya mereka
Perusahaan

multinasional

harus

berhati-hati

untuk

tidak

memiliki

dampak

tidak

menguntungkan dari aspek lokal dari:

Pasar tenaga kerja: tingkat upah, ketersediaan pasokan

Bahan baku dan pasar input lainnya

Politik dan proses hukum

Adat dan sosial keagamaan

Jika perusahaan mengabaikan kebiasaan sosial setempat maka perusahaan akan


mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan kerjasama untuk kegiatan mendatang,
perusahaan sesuai ukurannya dapat mendominasi daerah lokal yang mungkin bertentangan
dengan pemerintah daerah, pengadilan atau pemilihan umum yang akan mendatangkan
kerugian di titik tertentu.
b. konflik antara budaya domestik dan budaya asing
Mungkin masalah yang paling sulit jika para pemangku kepentingan utama perusahaan
berbeda dengan yang ada di daerah lokal tersebut, perbedaan tersebut diantaranya:

Persetujuan penyuapan (asia tenggara)

Penggunaan pekerja anak (Republik dominika, asia tenggara)

Penggunaan tenaga kerja budak

kondisi tenaga kerja yang tidak sehat

Perlakuan terhadap perempuan

Dukungan dari rezim represif melalui operasi lokal (aparteid, Cile, sudan)

kurangnya kebebasan berserikat

Menghormati lingkungan

Berurusan dengan anggota keluarga adalah sesuatu yang diharapkan, tidak dihindari

Berbagai contoh konflik yang terjadi jika para pemangku kepentingan utama perusahaan
tertangkap telah menyinggung nilai-nilai lokal dunia:

Boikot pakaian yang dibuat dalam situasi kerja ofensif seperti Kathy lee, nike, reebok

Frustasi akibat bencana penyimpangan kapal minya Brent Spar Shell di Laut Utara

Boikot produk Nestle karena mendistribusikan produk makanan bayi dengan air
tercemar di Afrika selatan

Aktivis investor Amerika utara mengerjar banyak perusahaan tambang karena praktik
perlindungan lingkungan yang rendah

Boikot daging sapi karena di produksi di wilayah hutan amazon

Konflik-konflik ini sangat merugikan perusahaan berupa waktu produktif yag hilang, biaya
persidangan, dan yang paling besar dampaknya pada kerusakan reputasi perusahaan.
c. Penyuapan dan pembayaran untuk memfasilitasi
Praktik ini biasanya digunakan untuk mempercepat hasil. Uang pelicin atau suap
merupakan sesuatu yang bermasalah yang melawan hukum dan juga:
Menambah biaya operasi
Meruntuhkan praktik pembelian berdasarkan prestasi
Ketidakmungkinan menegakkan kinerja (mendapatkan kontrak) setelah suap dibayar
Menunjukkan karyawan bahwa suap bisa diterima meski melanggar kode etik
Menunjukkan para pencari uang suap untuk meminta
Akibatnya banyak perusahaan multinasional melarang uang suap melalui penetapan
kebijakan. Konflik budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap atau
pembayaran memfasiltasi.
Langkah untuk menghidari konflik internasional:
1. Imaginasi moral
Pra manajer mengunakan imajinasi moral untuk merancang alternatif dalam
menjawab kebutuhan lokal, tetapi sesuai dengan norma perilaku yang diteima.
misalkan menolak menyuap dengan alasan kebijakan perusahaan, Melakukan
pembayaran suap di depan umum atau bukan secara rahasia

2. Konsultasi sebelum tindakan


Menurut Dunn(2006) Perbedaaan budaya berkontrbusi terhadap perbedaan sikap.
Membiarkan karyawan untuk mengetahui bagaimana berurusan dengan berbagai
budaya yang dihadapi dalam oprasi internasional adalah strategi yang berisiko
tinggi. Organisasi harus meningkatkan kepekaan karyawan mereka tentang adanya
perbedaan budaya dan melengkapi dengan pemahaman bagaimana organisasi
mengatur mereka berurusan dengan isu utama yang kemungkinan muncul.

Manajemen Krisis
Suatu krisi memiliki potensi untuk memiliki dampak signifikan terhadap reputasi perusahaan.
Menurut Lerbinger: "suatu peristwa yang membawa atau memiliki potensi untuk membawa
keburukan dan membahayakan profitabilitas masa depan, pertumbuhan, dan mungkin
keberlanjutan organisasi". Manajemen yang efektif akan meminimalkan dampak dari peristiwa
tersebut.
Pengelolaan krisis yang baik adalah pemahaman dari empat fase krisis yaitu: Pra Krisis, Tidak
terkontrol, Terkontrol, Pemulihan reputasi. Tujuan utama manajemen krisis haruslah untuk
menghindari krisis. Permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi menimbulkan krisis
menurut Lerbinger:

Bencana alam

Bencana teknologi

Perbedaan harapan antara individu, kelompok, dan perusahaan sehingga ada


konfrontasi

Tindakan jahat oleh teroris, ekstrimis, pemerintah, dan individu

Nilai-nilai manajemen yang tidak mengikuti persyaratan lingkungan dan sosial

Kecurangan manajemen

Kesalahan manajemen

Identifikasi dan penilaian cepat dari suatu krisis berperan dalam mempengaruhi hasil secara
efektif dan efisien. salah satu karekteristik krisis yaitu akaan berkembang jika tidak ada tindakan
yang diambil. Sehingga salah satu yang penting dalam penilaian krisis adalah menghindari atau
meminimalkan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cara memasukkan Etika dalam Manajemen Krisis:
1) Pencegahan dan Peringatan

Kode etik: Menidentifikasi nilai-nilai, menekankan, dan mengefektifkan

Menidentifikasikan potensi masalah etika dan indikator peringatan

Mendorong dengan melakukan publikasi yang baik

2) Pendekatan Analitis

Menerapkan analisis kerangka pemangku kepentingan

Daftar periksa atau waktu khusus untuk mempertimbangkan isu-isu etika, alternatif
dan peluang

3) Keputusan itu sendiri


Nilai etika diintegrasikan dalam pengambilan keputusan
4) Keputusan atas niat etis kepada
Media, karyawan, pelanggan, pemerintah, publik dan pemangku kepantingan

You might also like