You are on page 1of 25

PENDAHULUAN

Impending eklamsi dikenal juga sebagai eklamsi imminens adalah suatu kondisi
dimana seorang wanita hamil dengan preeklamsi yang disertai gejala nyeri kepala hebat,
pandangan kabur, dan nyeri ulu hati. 1
Stroke merupakan penyebab utama dari penyakit serebrovaskuler dan
merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar pada masyarakat. Hasil
penelitian di Amerika Serikat, insidensi stroke 400.000 setiap tahun dan menjadi
penyebab kematian nomor tiga. 2
Stroke pada kehamilan terutama disebabkan karena serebral iskemi. Insidensi stroke
yang berhubungan dengan kehamilan sekitar 3-4 kasus/100.000 per tahun. 3
Berikut akan dibahas suatu kasus pada seorang ibu dengan stoke, sindroma
HELLP, bekas seksio sesarea yang menjalani seksio sesarea atas indikasi impending
eklamsi.
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. N

Umur

: 40 tahun

Alamat

: Rancasari, Bandung

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Medrek

: 0504 xxxx

MRS

: 11 Juni 2005 Jam 09.50

ANAMNESIS
Dikirim oleh

: RS Ujung Berung

Dengan Keterangan

: G4P3A0 gravida 29-30 minggu + hipertensi kronis yang


diperberat preeklamsi + impending eklamsi + bekas SC

Keluhan Utama

: Tekanan darah tinggi

Anamnesa Khusus:
G4P3A0 merasa hamil 7 bulan, mengeluh tekanan darah tinggi (200/140 mmHg)
saat kontrol kehamilan usia 7 bulan di SpOG. Nyeri kepala hebat dirasakan ibu + 12
jam SMRS, nyeri ulu hati dan pandangan kabur tidak dirasakan ibu. Riwayat tekanan
darah tinggi dirasakan ibu sejak + 1,5 tahun SMRS (170/...). Berobat tidak teratur.
Mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan ibu. Keluar
cairan banyak dari jalan ahir belum dirasakan ibu. Gerak anak masih dirasakan ibu.
Riwayat kejang saat kehamilan dialami ibu
RIWAYAT OBSTETRI
1. RSHS, preterm (7 bulan), 1800 gr, SC ai eklamsi, , 22 tahun, hidup
2. Bidan, aterm, 3200 gram, spontan, , 19 tahun, hidup
3. Paraji, aterm, tidak ditimbang, spontan, , 9 tahun
4.

Hamil ini

Keterangan Tambahan
Menikah : , 17 tahun, SD, IRT
, 23 tahun, SD, swasta
Kontrasepsi

:-

Haid terakhir

: 20 Oktober 2004, siklus 28 hari

TP

: 27 Agustus 2005

PNC

: Puskesmas 1x, SpOG 3x, Bidan 2x.

Ibu memeriksakan kehamilannnya pertama pada usia kehamilan 5 bulan 1x sampai


usia 6 bulan lalu 1x /minggu sampai kehamilan 7 bulan.

STATUS PRAESENS
Keadaan Umum

: CM

Tensi

: 180/120 mmHg

Nadi

: 96 x/mnt

Pernafasan

: 24 x/mnt

Suhu

: 36,50C

Jantung

: BJ murni reguler

Paru

: Sonor, VBS kiri = kanan

Refleks

: Fisiologis (+)

Berat badan

: tidak ditimbang

Tinggi badan

: tidak ditimbang

Edema/varices

: -/-

Hati dan Limpa

: tak teraba

LABORATORIUM
Hb

: 13,5 gr %

SGOT/SGPT

: 162/58 U/L

Leko

: 14.500/mm3

Ur/Kr

: 39/1.19 mg/dl

Ht

: 39 %

Na/K

: 131/3.6 mEq/L

Trombosit

: 76.000/mm3

Urine

: protein +++

PEMERIKSAAN LUAR
Fundus Uteri
Lingkaran Perut
Letak Anak
Bunyi Jantung Anak
His
TBBA

:
:
:
:
:
:

26 cm as
100 cm
Kep U puka puki
144-148 x/mnt
(-)
1400 gram

PEMERIKSAAN DALAM

v/v
P

: T.a.k
: Tebal lunak
: tertutup

DIAGNOSIS
G4P3A0 gravida 29-30 minggu + impending eklamsi + bekas seksio sesarea +
sindroma HELLP

RENCANA PENGELOLAAN
Infus KaEN 2 B, 2 3-4 lt/mnt
Crost match, sedia darah, lab lengkap, thorax foto, EKG
MgSO4 20 % 4 gr iv dan MgSO4 40 % 8 gr im di RS Ujung Berung
Konsul IPD, neurologi

Jawaban konsul IPD


Dk/ - G4P3A0 gravida 29 minggu
- Preeklamsi berat
- Trombositopeni ec DD/ - DIC
- Sindroma HELLP
- Hipertensi kronis diperberat preeklamsi
Saran :

Bed rest

Diet rendah garam

Oksigenasi adekuat

Turunkan tekanan darah dengan metildopa 3x250 mg (dosis titrasi)

Jawaban Konsul Neurologi


Dk/ Stroke ec PIS sistem kordis kanan Fr HT
DD/ Stroke ec infark tromboli sistem karotis kanan Fr. HT
Saran:

CT scan kepala. Hasil : Perdarahan (-)


Dk/ Stroke ec infark tromboli sistem karotis kanan Fr. HT

Proses persalinan tidak menyebabkan peningkatan TTIK (mengedan atau obatobatan aterotonik)

Bila rencana SC prinsip setuju

Tidak ada KI pada penggunaan epidural anestesi

Hati-hati kejang pada saat persalinan

Mohon pemberitahuan bila terjadi perburukan

Observasi
Jam
09.50-10.50
10.50-11.50
11.50-12.50
12.50-13.50
13.50-14.50
14.50-15.50
15.50-16.50
16.50-17.50
17.50-18.50

BJA
T
N (x/mnt) R (x/mnt)
(x/mnt) (mmHg)
40-148
180/120
96
24
132-136 180/120
96
24
144-148 170/120
92
28
132-136 170/110
90
24
128-132 180/100
88
20
148-152 170/100
88
20
152-156 160/100
88
24
144-148
150/90
84
24
156-160
150/90
84
28

Jam 18.50

Ibu dibawa ke OK EMG

Jam 19.00

Ibu tiba di OK EMG


Dilakukan PL : His

Ket

Admission test
Baseline 140-150 bpm
Variabilitas < 5 bpm
Akselerasi (-)
Deselerasi (-)
Stabilisasi KU
Persiapan Operasi
Konsul IPD-neurologi

: (-)

BJA : 100-144 x/bpm


Jam 19.05

Operasi dimulai

Jam 19.15

Lahir bayi dengan meluksir kepala


BB= 1560 gram, PB = 41,7 cm, NBS ~ 28-30 minggu
APGAR 1= 1, 5= 7, 10= 8, 15 = 9
Disuntikkan oksitosin 10 IU intra mural, kontraksi baik

Jam 19.18

Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat

Jam 20.05

Operasi selesai

D/ prabedah

Perdarahan selama operasi

+ 400 cc

Diuresis selama operasi

+ 200 cc

: G4P3A0 gravida 29-30 minggu + impending eklamsi + bekas seksio


sesarea + Hellp syndrom + stroke ec infark tromboemboli sistem
karotis kanan

D/ pasca bedah : P4A0 partus prematurus dengan seksio sesarea ai impending eklamsi
+ bekas seksio sesarea + Hellp syndrome + stroke ec infark
tromboemboli sistem karotis kanan
Jenis operasi

: SCTP + Sterilisasi Pomeroy

LAPORAN OPERASI

Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya

Dilakukan insisi secara pfannensteal sepanjang + 10 cm

Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus

Plika vesicouterina diidentifikasi, disayat konkaf, diperluas ke arah pangkal


ligamentum rotundum kiri dan kanan, kandung kencing disishkan ke bawah dan
ditahan dengan retraktor abdomen

Segmen bawah rahim disayat melintang, bagian tengah ditembus jari penolong,
diperluas ke kiri dan kanan secara tumpul

Ketuban dipecahkan, keluar amnion + 200 cc, jernih

Jam 19.15

Lahir bayi dengan meluksir kepala


BB= 1560 gram, PB = 41,7 cm, APGAR 1= 1, 5= 7, 10= 8, 15 = 9
Dilakukan injeksi oksitosin 10 IU intra mural, kontraksi uterus baik

Jam 19.18

Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat


Berat : 250 gram, ukuran : 11x11x2 cm

Segmen bawah rahim dijahit lapis-demi lapis. Lapis I dijahit secara jelujur
interlocking, lapis II dijahit jelujur kontinyu

Dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kencing

Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

Fascia dijahit dengan dexon no.1

Kulit dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 1

FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Jam
11/6/05

CATATAN

INSTRUKSI

Post Operasi (ICU)

Amoxicilin 3x1 gr iv

KU : CM

Metronidazole 2x500 mg

: 199/133 mmHg

N : 92 x/menit

: 28 x/mnt

Puasa s/d BU (+) normal

: Afebris

Cek Hb, L, T, PCV post operasi

Abdomen : Datar, lembut, DM (-), PS (-)

bila < 8 gr % tranfusi

NT (-)

Observasi ketat

Luka operasi tertutup verban

FU IPD

Perdarahan (-)
Follow UP IPD (ICU)

Status UGD (-)

KU : Sakit sedang, CM

Hasil lab (-)

Lembar

FU : 2 jbpst, kontraksi baik


11/6/05
23.00

: 157/107 mmHg

HR : 106 x/mnt
12/6/05

: 20x/mnt

: Afebris

konsul

jawaban

sebelumnya (-)

Sat 97 %
Follow Up jaga (ICU)

Metil dopa 3x500 mg


Amoxicilin 3x1 gr iv

KU : CM

Metildopa 3x500 mg

B : +138 cc
Follow Up jaga(ICU)

Dopamet 3x500 mg

KU : CM

Follow Up IPD

: 189/112 mmHg

N : 105 x/mnt

: 15 x/mnt

: Afebris

IPD

Abdomen : Datar, lembut,


DM (-), PS/PP -/FU 2 jbpst, kontraksi baik
I

: 600 cc

O : 462 cc
07.00

: 171/114 mmHg

: 18 x/mnt

Observasi

: Afebris

Lain-lain sesuai TS ICU

FU 2 jbpst, kontraksi baik


Follow Up IPD (ICU)

Ganti infus NaCL 0,9% dengan

N : 96 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,


DM (-), PS/PP -/12/6/05

Tanggal/
Jam
09.03

CATATAN

INSTRUKSI

Terpasang infus NaCL 0,9%

D5%

KU : sakit sedang, CM

Metildopa 3x500 mg

Lain-lain tetap

Terapi lanjutkan

Follow Up IPD (ICU)

Diet rendah garam

Kel : (-)

Metildopa 3x500 mg

KU : sakit sedang, CM

Captopril 3x12,5 mg bila tidak

: 176/116 mmHg

HR : 91 x/mnt
12/6/05

: 20 x/mnt

: 36,90C

Ronchi -/-, wheezing -/Follow Up neurologi


RM: (-)
SO : pupil bulat isokor ODS 2 mm, RC +/+,
GBM : baik

12/6/05
17.00

: 197/125 mmHg

HR : 94 x/mnt
13/6/05
04.00

: 20 x/mnt

: Afebris

HCT 1x12,5 mg

Ronchi -/-, wheezing -/Follow Up IPD di ICU

Monitor kentat TNRS, I-O


Diet 1650 kal, prot 75 gr/hari

KU : sakit sedang, CM

Captopril 3x12,5 mg

: 174/117 mmHg

: 17 x/mnt

Periksa sysmex ulang

: Afebris

Lain-lain lanjutkan

Bila setuju bisa pindah ruangan

Ronchi -/-, wheezing -/-, oedem +/+


Follow Up Obgyn ((ICU)

di bagian obgyn
Kalmox 3x1 gr

Kes: CM

Metronidazole 2x500 mg

Metildopa 2x250 mg

N : 88 x/mnt

Captopril 2x25 mg

Sat O2 : 98%

HCT 1x12,5 mg

Abdomen : Datar, lembut,

Lain-lain sesuai TS IPD dan ICU

ACC alih rawat ke ruang 17

Lochia (+)
Follow Up IPD (ICU)

Diet rendah garam

Kel : (-)

Captopril 3x25 mg

KU : CM

Metildopa 2x250 mg

HR : 82 x/mnt
Sat 98%
13/6/05
POD II

menyusui

: 161/117 mmHg

: 15 x/mnt

DM (-), PS/PP -/FU 2jbpst, kontraksi baik

13/6/05
10.00

Tanggal/
Jam

CATATAN
T

: 172/109 mmHg

N : 84 x/mnt
I

INSTRUKSI

: 20 x/mnt

: Afebris

Balance cairan -500 cc/24 jam

Amoxicilin 3x500 gr iv

: 2560

O : 3110
B : -530 cc
14/6/05
07.00

KU : baik, CM

POD III

N : 88 x/mnt

: 160/100 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

DM (-), PS/PP -/-

HCT 1x12,5 mg

TFU : 2 jbpst, kontraksi baik

Captopril 3x25 mg

Luka operasi kering, pus (-)

Mobilisasi

Lochia rubra (+), bau (-)

Ganti verban

Follow UP Jaga

Amoxicilin 3x500 gr iv

KU : baik, CM

Asam mefenamat 3x500 mg

Abdomen : Datar, lembut,

14/6/05
14.00

: 170/90 mmHg

: 20 x/mnt

Roboransia 1x1

: Afebris

Metildopa 3x250 mg

HCT 1x12,5 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

Captopril 3x25 mg

TFU : 2 jbpst, kontraksi baik

Mobilisasi

Luka operasi kering, pus (-)

Ganti verban

Amoxicilin 3x500 gr iv

N : 88 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,

Lochia rubra (+)


15/6/05

KU : CM
T

: 160/90 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

HCT 1x12,5 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

Captopril 3x25 mg

TFU : 2 jbpst, kontraksi baik

Mobilisasi

Luka operasi kering, pus (-)

Ganti verban

N : 84 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,

Lochia rubra (+)

10

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

ASI : +/+
15/6/05

BAB/BAK +/+
Follow UP Jaga

Amoxicilin 3x500 gr iv

KU : CM

Asam mefenamat 3x500 mg

: 150/90 mmHg

N : 88 x/mnt

: 20 x/mnt

Roboransia 1x1

: Afebris

Metildopa 3x250 mg

HCT 1x12,5 mg

Captopril 3x25 mg

Amoxicilin 3x500 gr iv

Abdomen : Datar, lembut,


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU : 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering
16/6/05

Lochia rubra (+)


KU : baik, CM
T

: 150/90 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

HCT 1x12,5 mg

TFU : 3 jbpst, kontraksi baik

Captopril 3x25 mg

Amoxicilin 3x500 gr iv

N : 88 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,

Luka operasi kering, pus (-)


Lochia serosa (+)
16/6/05

BAB/BAK : -/+
Follow UP Jaga
T

: 140/90 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: 36,50C

Roboransia 1x1

ASI : +/+

Metildopa 3x250 mg

Abdomen : Datar, lembut,

HCT 1x12,5 mg

Amoxicilin 3x500 gr iv

N : 88 x/mnt

TFU : 2 jbpst, kontraksi baik


Luka operasi kering
17/6/05
06.00

BAB/BAK -/+
KU : baik, CM
T

: 130/90 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

HCT 1x12,5 mg

TFU : 2jbpst, kontraksi baik

Cek protein urine

N : 80x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,

Luka operasi kering, pus (-)

11

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

Lochia serosa (+)


ASI : +/+
17/6/05

BAB/BAK : -/+
Follow Up Jaga

Amoxicilin 3x500 gr iv

KU : baik, CM

Asam mefenamat 3x500 mg

: 140/90 mmHg

N : 84 x/mnt

: 20 x/mnt

Roboransia 1x1

: Afebris

Metildopa 3x250 mg

HCT 1x12,5 mg

Cek protein urine

Amoxicilin 3x500 gr iv

Abdomen : Datar, lembut,


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU : 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering, pus (-)
Lochia serosa (+)
ASI : +/+
18/6/05

BAB/BAK : +/+
KU : baik, CM
T

: 140/90 mmHg

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

HCT 1x12,5 mg

TFU : 3 jbpst, kontraksi baik

Captopril 3x25 mg

Amoxicilin 3x500 gr iv

N : 84 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut,

Luka operasi kering, pus (-)


Lochia serosa (+)
19/6/05

BAB/BAK : +/+
KU : CM
T

: 140/90 mmHg

N : 88 x/mnt

: 24 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

Amoxicilin 3x500 gr iv

Abdomen : Datar, lembut,


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
Luka operasi kering
ASI : +/+
20/6/05
06.00

BAB/BAK : +/+
KU : CM
T

: 140/90 mmHg

N : 88 x/mnt

: 20 x/mnt

Asam mefenamat 3x500 mg

: Afebris

Roboransia 1x1

Metildopa 3x250 mg

Abdomen : Datar, lembut,

12

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

Cek protein urine

Pasien boleh pulang

Tromboaspilet 2x80 bila tidak ada

Luka operasi kering, pus (-)


ASI : +/+
20/6/05

BAB/BAK : +/+
Folow Up Neurologi
T

: 140/90 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: 360C

kontra indikasi

Status Neurologi

Diet RG 1500 kal

RM : KK (-), L/K tt, B2 I/II/III (-)

Regulasi TD sesuai TS IPD

SO : pupil bulat isokor ODS 3 mm, RC +/+, GBM : baik


Wajah simetris
Lidah : ditengah
Motorik : 5 4
5 5
Sens/veg/FC : baik
RF : BTR, KPR, APR /
RP : -/-

13

Kontrol poli syaraf

LABORATORIUM

Fibrinogen
PT
APTT
Hb
Leuko
Ht
Trombo
D-Dimer
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
GDS
LDH
Klorida
Calsium
Magnesium
Natrium
Kalium
Urine
BJ
PH
Protein
Bilirubin
Urobilinogen
Keton
Nitrit
Eri
Leko
Epitel
Granulara cast

11/6/05
10.38
464.2
13.5
18.3
13.5
14900
39
76000
+1000
162
58
39
1.19
150
1137.2

131
3.6

12/6/05
05.21

12/6/05
13.27
425.1
13.8

13/6/05
04.57

2.4
11.8
23200
35
147000

15/6/05
11.08

17/6/05
09.17

20/6/05
09.38

10.8
11500
31
346000
+1000
81
39
58
0.91

116

69

114
4.2
4.08
134
4.1

112
4.4
2.33
132
3.7

1.020
6.0
+++
<1
Banyak

++

14

1.010
7
+++
4
8-10
6-8
0-2

++

P4A0 partus prematurus dengan seksio sesarea ai impending eklamsi + bekas seksio
sesarea + Hellp syndrome + stroke ec infark tromboemboli sistem karotis kanan
PERMASALAHAN
1. Bagaimana pengelolaan pasien ini ?
2. Apa faktor predisposisi yang mendasari terjadinya stroke pada pasien ini ?
PEMBAHASAN
1. Bagaimana pengelolaan pasien ini ?
Menurut protap bagian Obstetri dan Ginekologi RSHS prinsip dasar pengelolaan
impending eklamsi sama seperti pasien dengan preeklamsi. 4
Cara persalinan pasien dengan preeklamsi berat:
1. Bila pasien masih gravida:

lakukan induksi persalinan bila cervix memungkinkan

dari saat induksi sampai pada saat akan melahirkan adalah 24 jam

Seksio sesarea diindikasikan bila ibu dan janin mengalami


perburukan dan gagal induksi

2. Bila pasien telah parturien

Dilakukan observasi dengan kurva friedman

Kala II dipersingkat

Seksio sesarea diindikasikan bila ibu dan janin mengalami


perburukan

3.

Primigravida dianjurkan untuk dilakukan seksiosesarea

4.

Anestesi yang dianjurkan adalah regional, narkose umum tidak dianjurkan karena

stimulasi intubasi endotracheal tube akan menyebabkan kenaikan tensi mendadak yang
dapat menyebabkan edema paru, edema cerebral, dan perdarahan intrakranial. Selain itu
berbahaya edema pada jalan nafas.

15

Prinsipnya dasarnya adalah mengakhiri kehamilan tanpa memandang umur


kehamilan dan keadaan janin dilakukan dengan seksio sesarea atau dengan pervaginam
dengan pertimbangan:
- pasien inpartu, kala II
- pasien telah sangat gawat (terminal state) yaitu kriteria Eden yang berat
- sindroma HELLP dan DIC
- komplikasi serebral (CVA, stroke,dsb)
- ASA IV
Sindrom HELLP merupakan suatu penyakit multisistem, dengan karakteristik
pemeriksaan laboratorium didapatkan kumpulan gejala berupa hemolisis (H), elevated
liver enzym (EL), dan low platelet count (LP). Sindroma HELLP dapat disebut sebagai
suatu komplikasi dari preeklamsi berat-eklamsi. Keadaan ini menggambarkan bahwa
telah terjadi perkembangan dari preeklamsi berat ke arah gangguan multiple organ.
Sindroma HELLP terjadi pada 9,7% dari 1153 wanita dengan preeklamsi atau
eklamsi. Pada umumnya terjadi pada usia kehamilan 27-36 minggu, timbul pada saat
antepartum (69%) sedangkan post partum (31%) biasanya terjadi dalam 48 jam setelah
persalinan.
Tidak seperti gambaran klinis dari kebanyakan kasus preeklamsi, sindroma
HELLP bukan merupakan penyakit primer yang terjadi pada seorang primigravida.
Sebagai contoh, beberapa penelitian menemukan bahwa hampir 50% kasus sindroma
HELLP terjadi pada multigravida, insidensinya hampir mencapai dua kali lipat dari
pasien-pasien primigravida.
Gejala klinik yang muncul pada pasien-pasien dengan sindroma HELLP
biasanya berkaitan dengan dampak dari adanya vasospasme pembuluh darah hepar ibu,
sehingga kebanyakan pasien menunjukkan gejala-gejala gangguan hepar. Gejala-gejala
ini meliputi malaise, mual (dengan atau tanpa muntah), dan nyeri epigastrium.
Diferensial diagnosis dari sindroma HELLP diantaranya acute fatty liver,
thrombotic thrombocytopenic purpura dan hemolityc uremic syndrome, kadang-kadang
salah diagnosis dengan kolesistitis, esofagitis, gastritis, hepatitis atau trombositopenia
idiopatik.

16

Adapun kriteria diagnosis dari sindroma HELLP adalah:


a. Hemolisis, ditegakkan dengan ditemukan kelainan yang menunjang
hemolisis pada pemeriksaan apus darah tepi, bilirubin indirek meningkat
1,2 mg/dl dan laktat dehidrogenase 600 UL
b. Serum aspartat aminotransferase 70 IU/L
c. Jumlah trombosit menurun < 100.000 /mm3
Ada 2 sistem klasifikasi yang juga sering digunakan untuk sindroma HELLP, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah abnormalitas yang ada, dalam sistem ini penderita
diklasifikasikan menjadi :
Partial HELLP syndrome, bila memiliki 1 atau 2 abnormalitas
Full HELLP syndrome atau complete HELLP syndrome, bila seluruhnya
ada 3 abnormalitas (kelainan laboratorium)
Wanita dengan full HELLP syndrome merupakan risiko tinggi untuk
terjadi DIC dibandingkan dengan partial HELLP syndrome.
Konsekuensinya pasien dengan full HELLP syndrome harus segera
diakhiri kehamilannya dalam 48 jam, sedangkan partial HELLP
syndrome masih dimungkinkan untuk terapi konservatif.
2. Didasarkan atas jumlah platelet, yaitu :
Kelas I, jumlah platelet < 50.000 /mm3
Kelas II, jumlah platelet 50.000/mm3 100.000/mm3
Kelas III, jumlah platelet 100.000/mm3 150.000/mm3
Pasien dengan sindroma HELLP kelas I memiliki angka morbiditas dan
mortalitas maternal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas II/III.
Pada kasus ini, temuan laboratorium yang mendukung diagnosis sindroma
HELLP adalah adanya peningkatan enzim hati (SGOT 162 U/L dan SGPT 58 U/L) dan
trombositopeni (76.000/mm3). Seharusnya pada pasien ini dilakukan pemeriksaan apus
darah tepi, serum laktat dehidrogenase dan bilirubin total untuk mengetahui adanya
hemolisis, karena apabila diagnosis HELLP sindrom telah ditegakkan maka cara yang
terbaik adalah dengan pemantauan serum laktat dehidrogenase dan jumlah platelet.
Pemeriksaan laboratorium biasanya akan menjadi jelek setelah 24 s/d 48 jam

17

postpartum dan jumlah platelet yang terus berkurang hingga dibawah 40.000/mm3
mesti dicurigai adanya perdarahan

Tindakan seksio sesarea merupakan tindakan kurang tepat mengingat pasien


dengan komplikasi serebral (stroke). Persalinan pervaginam dapat dicoba bila dapat
dil;akukan pemantauan ketat bunyi jantung anak dan kontraksi uterus dengan
kardiotokografi. Keadaan sindroma HELLP pada pasien ini bukan merupakan kontra
indikasi pada pasien ini.
Menurut protap bagian Obstetri dan Ginekologi RSHS persalinan pada ibu
hamil dengan riwayat seksio sesarea (SS) tidak selalu harus dilakukan SS lagi. Apabila
indikasi seksio sebelumnya bukan merupakan indikasi yang menetap, maka dapat
dicoba persalinan pervaginam. Pada pasien ini riwayat seksio sebelumnya karena
eklamsi dan persalinan selanjutnya spontan 3200 gram. Keberhasilan persalinan
pervaginam pada ibu dengan riwayat SS sangat tergantung pada motivasi ibu dan
penolong persalinannya. Angka kejadian komplikasi seperti dehisensi atau uterus ruptur
pada kelompok seksio elektif dan partus pervaginam ternyata tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Tetapi harus adanya informed consent yang jelas mengenai
keuntungan dan kerugian dicoba persalinan pervaginam. 4
2. Apa faktor predisposisi yang mendasari terjadinya stroke pada pasien ini ?
Stroke merupakan penyebab utama dari penyakit serebrovaskuler dan
merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar pada masyarakat. Hasil
penelitian di Amerika Serikat, insidensi stoke 400.000 setiap tahun dan menjadi
penyebab kematian. Stroke infark merupakan penyebab stroke tersering. 3
Hampir 80% stroke adalah iskemik, baik uang disebabkan oleh trombosis atau
emboli; 10-15% adalah perdarahan intraserebral; 5% disebabkan oleh perdarahan
subaragnoid dan 5-15% tidak diketahui penyebabnya. 7
Peningkatan jumlah arterosklerosis hampir 25% dari stroke infark pada wanita
hamil. Faktor predisposisi untuk terjadinya stroke adalah hipertensi, diabetes melitus,
perokok, hiperlipidemia dan riwayat keluarga. 3

18

Mekanisme mengapa hipertensi dapat merangsang aterogenesis tidak diketahui


dengan pasti, namun diketahui bahwa penurunan tekanan darah secara nyata
menurunkan terjadinya stroke. Di duga tekanan darah yang tinggi merusak endotel dan
menaikkan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap lipoprotein.
Selain itu juga diduga beberapa jenis zat yang dikeluarkan oleh tubuh seperti renin,
angiotensin dan lain-lain dapat menginduksi perubahan seluler yang menyebabkan
aterogenesis. 8,9,10
Terdapat banyak bukti yang menyokong pendapat bahwa hiperlipidemi
berhubungan dengan aterogenesis. Kolesterol merupakan komponen utama dalam plak
aterosklerotik. Jenis kolesterol yang paling berhubungan dengan aterogenesis adalah
LDL, sedangkan HDL dikatakan bersifat protektif terhadap penyakit jantung
aterosklerosis karena berfungsi memfasilitasi pembuangan kolesterol. 8,9,10
LDL yang bersifat aterogenik adalah LDL yang teroksidasi (ox-LDL). Fungsi
utama LDL adalah mengangkut asam lemak tidak jenuh, vitamin- vitamin yang larut
dalam lemak dan kolesterol dengan hasil metabolit yang bermacam-macam. Jika LDL
ada dalam jumlah yang banyak dalam pembuluh darah, ox-LDL akan dijumpai pula
dalam darah. Ox-LDL berbahaya bagi endotek sel otot polos. Terhadap endotel ox-LDL
merangsang pengeluaran molekul adhesi dan zat kemotraktan sehingga menyebabkan
disfungsi endotel.
Pada pasien ini riwayat hipertensi dirasakan ibu sejak 1,5 tahun yang lalu.
Berobat tidak teratur. Tekanan darah berkisar 140-160 mmhg. Pemeriksaan lain untuk
mencari faktor predisposisi tidak dilakukan sehingga tidak dapat diketahui faktor
predisposisi lain. Ibu melakukan PNC mulai pada saat kehamilan 5 bulan karena sering
merasa pusing. Sebelumnya tidak memeriksakan kehamilannya karena tidak merasakan
adanya keluhan. Hanya tekanan darah tinggi yang diketahui menjadi faktor risiko untuk
terjadinya stroke pada pasien ini.

KESIMPULAN

19

1. Pengelolaan persalinan dengan seksio sesarea kurang tepat. Mengingat sudah


adanya kelainan pada cerebrovaskular.
2. Faktor predisposisi untuk terjadinya stroke pada pasien ini adalah hipertensi.
Pemeriksaan kehamilan secara rutin tidak dilakukan sehingga penyulit yang
terjadi sudah berat.

SARAN
1. Penentuan cara persalinan dengan mempertimbangkan indikasi obstetri. Bila
persalinan pervaginam dipertimbangkan, pengawasan yang ketat dengan
kardiotokografi (pemantauan DJJ kontinyu dan kontraksi rahim).
2. Untuk menghindari terjadinya penyulit dalam kehamilan sebaiknya ibu hamil
rutin memeriksakan kehamilannya sehingga bila ada penyulit dapat diketahui
dini dan dapat dilakukan tindakan yang seharusnya.

20

1. DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom
KD editors. Willians Obstetrics. 21th ed. New York. 2001.Mc Graw Hill; 4-11
2. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 7th ed. New York.
2001 Mc Graw-Hill; 851-55
3. Carhuapoma JR, Tomlinson MW, Levine SR. Neurological diseases. In: David
KJ, Philip J, Carl P, Benard G editors. High Risk Pregnancy. 2

nd

ed. London.

2001. WB Saunders Company: 803-30


4. Protap Obstetri dan Ginekologi
5. The American College of Obstetricians and Gynecologist, ACOG Vaginal Birth
After Cesarean Section, Clinical Guidelines 1996.
6. Society of Obstetricians and Gynaegologist of Canada (SOGC) 1997. Vaginal
Birth After Previous Cesarean Birth. Clinical Practice Guidelines Policy
Statement No. 68.
7. Kaplan M, Norman MD. Primary hypertension : pathogeesis. In : Kaplans
Clinical Hypertension. 8th ed. New York. Lippincott Willians & Wilkins; 94-6,
152
8. Warlow CP. Stroke a practical guide to management. 2nd ed. 1997; 190-203
9. Gilroy J, Basic Neurology. 3rd ed. New York. 2000. Mc-Graw Hill; 232-34
10. Fisher M. Aterosklerosis. In: Stroke therapy. Boston. 1995. ButterworthHeinemann; 6-15, 172-83.

21

Presentasi kasus
Kamis, 7 Juli 2005

PENGELOLAAN P4A0 PARTUS MATURUS DENGAN


SEKSIO SESAREA a.i IMPENDING EKLAMSI,
SINDROMA HELLP, STROKE

Oleh :
dr. Annealya P. Wahyudi

Moderator :
dr. Anita R., SpOG

Narasumber :
dr. Supriadi G. , SpOG ( K )
dr. Dodi S., SpOG ( K )

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG

22

Penilaian residen
Kegiatan : Presentasi Kasus
Nama
Semester
Presentasi ke
Tgl presentasi

Annealya P Wahyudi
Empat (IV)
V (lima)
7 Juli 2005

Moderator
Penilai
Tanda Tangan

dr. Anita R., SpOG

PENGELOLAAN P4A0 PARTUS MATURUS DENGAN


SEKSIO SESAREA a.i IMPENDING EKLAMSI,
SINDROMA HELLP, STROKE
No Variabel yang dinilai
1. Ketepatan penentuan masalah dan judul, data,
kepustakaan, diskusi
2. Kelengkapan data
- Laporan kasus, Informasi tambahan
- Kunjungan rumah
- Kepustakaan
3. Analisa data
- Logika kejadian
- Hubungan kejadian dengan teori
4. Penyampaian data
- Cara penulisan
- Cara bicara dan audio visual
5. Cara diskusi
Aktif / mampu menjawab pertanyaan secara ligis
6. Kesimpulan
7. Daftar pustaka
TOTAL ANGKA
RATA-RATA

Catatan usul untuk perbaikan dilihat dari segi


Pengetahuan
Ketrampilan
Sikap

23

Nilai Dalam SKS

Kepad Yth :

dr. Supriadi G., SpoG ( K )


Mohon koreksi draf untuk presentasi kasus, hari Kamis, 7 Juli 2005
Judul :
PENGELOLAAN P4A0 PARTUS MATURUS DENGAN SEKSIO
SESAREA a.i IMPENDING EKLAMSI, SINDROMA HELLP, STROKE
Atas koreksi dan waktunya, saya ucapkan terima kasih
Wass

Annealya P. Wahyudi

Kepad Yth :

drDodi S., SpoG.


Mohon koreksi draf untuk presentasi kasus, hari Kamis, 7 Juli 2005
Judul :
PENGELOLAAN P4A0 PARTUS MATURUS DENGAN SEKSIO
SESAREA a.i IMPENDING EKLAMSI, SINDROMA HELLP, STROKE
Atas koreksi dan waktunya, saya ucapkan terima kasih
Wass

Annealya P. Wahyudi

24

25

You might also like