You are on page 1of 2

Syarat penelitian kausal berdasarkan Kriteria Kausalitas Hill :

1.

Hubungan waktu (temporal relationship)

Hubungan antara variable hanya mungkin merupakan hubungan sebab akibat bila telah dinyatakan
bahwa sebab (variable independent) mendahului akibat (variable bebas). Dalam konteks penelitian
maka variable bebas(faktor resiko, penyebab, kausa) harus mendahului variable tergantung (efek,
penyakit, event , outcome). Hal ini dapat dipenuhi oleh desain uji klinis, kohot dan kasus kontrol
pada studi cross sectional tidak tergambar hubungan waktu, namun dapat disimpulkan dengan teori
atau logika. Bila variable tergantung merupakan variable atribut yang konstan hal ini tidak
merupakan masalah.
2.

Kuatnya assosiasi (strength of assosiation) :

Bukti adanya hubungan yang kuat antara dua varible akan lebih menyokong terdapatnya hubungan
sebab akibat. Bila digunakan statistik maka nilai p yang kecl akan lebih kuat daripada nilai p yang
besar. Bila yang dihitung adalah rasio, misalnya risiko relatif , rsio odds atau rasio prevalens maka
nilai rasio yang menjauhi angka 1 akan menunjukkan hubungan yang kuat . Hasil uji hubungan atau
pengaruh yang kuat akan lebih mendukung kausalitas jika dibandingkan dengan hasil yang sedang
atau bahkan lemah.
3.

Hubungan yang tergantung dosis (dose dependent)

Bila besar assosiasi berubah dengan beruahnya dosis atau faktor risiko, maka assosiasi kausal
menjadi lebih mungkin. Bila peminum kopi sedang mempunyai rasio odds dalam terjadinya penyakit
jantun koroner sebesar 1.8 sedangkan peminum kopi berat rasionya 3.0 maka assosiasi sebab akibat
antara kebiasaan minum kopi dan penyakit jantung koroner menjadi lebih mungkin. Keadaan ini
disebut sebagai dose dependent atau biological gradient.
4.

Konsistensi (consistency)

Apabila terdapat hasil yang konsisten antara satu penelitian dengan penelitian yang lain attau
subyek pada suatu penelitian, maka asossiasi sebab akibat menjadi lebih mungkin. Sebagai contoh
sederhana adalah efek parasetamol dalam menurunkan panas. Apabila parasetamol dapat
menurunkan demam pada manula pada orang dewasa, dan anak-anak maupun bayi maka asossiasi
kausal antara pemberian parasetamol dan menurunnya demam menjadi lebih mungkin.
5.

Koherensi

Kriteria koherensi menekankan bahwa berbagai bukti yang tersedia tentang riwayat alamiah, biologi
dan epidemiologi penyakit harus koheren satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan
pemahaman (to form one unility of understanding). Dengan kata lain, hubungan kausal yang
dihipotesiskan hendaknya tidak menunjukkan kontradiksi dengan informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber pengetahuan lainnya, baik eksperimen (manusia dan hewan), laboratorium (in vivo
dan in vitro), hasil studi klinis, patologis, dan epidemiologis (baik deskriptif maupun analitik).
6.

Biological plausibility

Agar dapat disebut hubungan kausal, hubunganantara variable bebas dan tergantung harus dapat
diterangkan dengan teori yang ada. Apabila ditemukan hubungan antara AIDS pada bayi dengan
pekerjaan orang tua mka harus ditemukan teori yang dapat menerangkan hubungan tersebut. Bila
teori tersebut ada assosiasi kausal menjadi lebih mungkin. Sebaliknya bila data menunjukkan adanya
hubungan antara miokarditis difterika dengan warna baju yang dipakai pasien hubungan kausal tidak
dapat disimpulkan sebab tidak ada teori yang dapat menerangkan assosiasi tersebut.
7.

Experiment

Eksperiment terandomisasi dengan double blinding,(pembutaan pada subyek penelitian dan


pemberi perlakuan agar tidak mengetahui status perlakuan) memberikan bukti kuat hubungan
kausa. Jika suatu hasil penelitian yang ditengarai berasal dari desain yang sifatnya experiment dan
meminimalisir confounding factor yang ada seperti Lab. experiment, Randomized Controlled trial;
kemungkinan kausalitas akan menjadi lebih besar
8.

Specificity

Suatu variabel jika secara terbatas pada pekerja tertentu, pada lingkungan tertentu dan
menyebabkan suatu penyakit tertentu serta tidak ada variabel lain yang ditengarai menyebabkan
penyakit itu maka variabel tersebut bisa dikatan memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi dan
kausalitas sangat mungkin disepakati.
9.

Kesamaan dengan hasil penelitian

Bila hasil penelitian menyokong hal-hal yang ditemukan dalam penelitian lain maka hubungan kausal
menjadi lebih besar. Hal ini terutama bila desain yang digunakan tidak sama. Bila assosiasi antara
peminum kopi dan penyakit jantung koroner ditemukan pada studi cross-sectional, kasus kontrol
dan studi kohort, maka asossiasi kausal menjadi lebih mungkin. Hal ini merupakan salah satu bagian
yang harus dikupas dalam pembahasan tiap laporan penelitian yakni apabila hasil yang ditemukan
sekarang menyokog atau menolak hasil penelitian yang pernah dilaporkan sebelumnya.

You might also like