You are on page 1of 14

Makalah Ekologi Tumbuhan

Faktor Abiotik, Topografi Dan Pengaruhnya Terhadap Tumbuhan

Disusun oleh :
Sity Maida 3425111412
Lutfi Akhsani 3425110172

PROGRAM STUDI BIOLOGI 2011


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

0 | Page

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Faktor abiotik,
Topografi dan pengaruhnya terhadap tumbuhan. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan Jurusan Biologi Universitas Negeri
Jakarta pada semester 100.
Makalah ini penulis susun untuk membahas tentang hubungan antara tumbuhan
dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya suatu tumbuhan salah satunya adalah topografi sehingga membentuk suatu
kekhasan karakter bagi tumbuhan pada tiap wilayah yang memiliki topografi berbeda.
Selain itu penulis juga berharap dengan pembuatan makalah ini dapat menambah
pengetahuan penulis serta pembaca makalah ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya tim
penyusun yang mampu bekerja sama dengan baik dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk diri penulis sendiri
maupun pembaca makalah ini.

Jakarta, 20 Februari 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
2
PENDAHULUAN......................................................................................................................
3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................
4
A.Tumbuhan ...............................................................................................................................
4
B. Faktor Biotik dan Abiotik .......................................................................................................
5
C. Faktor Abiotik : Topografi dan Tanah ....................................................................................
6
PENUTUP...................................................................................................................................
9
1. Kesimpulan .............................................................................................................................
9
2. Saran .......................................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
9

1 | Page

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang berperan sebagai
produsen dalam suatu tingkatan trofik kehidupan. Kemampuan tumbuhan untuk
mengubah karbon anorganik menjadi sumber karbon adalah alasan mengapa
tumbuhan berperan sebagai produsen. Selain itu, tumbuhan memiliki kebutuhan
nutrisi yang harus tercukupi, kebutuhan nutrisi tersebut berasal dari lingkungan
sekitarnya yang terdiri dari banyak unsur atau faktor faktor yang dibutuhkan oleh
tumbuhan agar tetap hidup. Namun, terdapat beberapa faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi banyak sedikitnya nutrisi yang didapat oleh tumbuhan, salah
satunya adalah topografi. Topografi sangat berpengaruh terhadap habitat suatu
tumbuhan, ketinggian suatu tempat akan mengubah suhu, kelembaban dan lain
sebagainya, begitupun kemiringin suatu dataran, akan berpengaruh terhadap jalan
air yang dapat membawa nutrisi bagi tumbuhan tersebut. Adanya faktor-faktor
tersebut, suatu tumbuhan akan beradaptasi agar dapat bertahan hidup dengan
mengubah morfologi atau fisiologisnya, dan ini yang akan memberikan suatu

2 | Page

kekhasan karakter suatu tumbuhan yang hidup pada topografi yang berbeda-beda
pada beberapa wilayah.

1. 2 Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud dengan topografi dan tanah?

Bagaimanakah zonasi ekosistem dapat terbentuk dari variasi ketinggian


tertentu?

Bagaimanakah

sifat

fisika

dan

kimia

tanah

sehubungan

dengan

hubungannya dengan organisme?

1.3 Tujuan

Memahami definisi topografi, tanah dan biotika

Memahami zonasi ekosistem yang dapat terbentuk dari variasi ketinggian


tertentu

Mengerti sifat fisika dan kimia tanah sehubungan dengan hubungannya


dengan organism

3 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
Tumbuhan disebut dengan autotrof karena nutrien satu-satunya yang
mereka butuhkan ialah karbon dioksida dari udara, dan air serta mineral. Namun,
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nutrien yang dibutuhkan tumbuhan
tersebut, salah satunya adalah topografi. Topografi dapat digunakan untuk
menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). ketinggian
suatu tempat berpengaruh terhadap ketersediaan air. Daerah yang lebih rendah dapat
menerima pasokan air yang relatif cukup, sementara pada saat yang sama, di dataran
tinggi sebagian besar hujan yang diterima akan berjalan turun ke daerah yang lebih
rendah. Akibatnya, daerah yang lebih tinggi kehilangan banyak pasokan air. Menurut
Holridge (1967) suhu menurun dengan bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan
laju penurunan suhu sekitar 6C untuk setiap kenaikan 1000 m.
Arief (2010) membagi macam-macam hutan berdasarkan ketinggian tempatnya
yaitu :
1. Hutan dataran rendah (lowland forest) yakni 0-1000mdpl.
2. Hutan dataran tinggi yakni 1000-1750mdpl
3. Hutan pegunungan tinggi (montane forest) 3000-4000mdpl
4. Hutan sub-alpine yakni 4000-4500mdpl
5. Hutan salju yakni diatas 5000mdpl
Bertambah

tingginya

suatu

tempat

berasosiasi

dengan

meningkatnya

keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan suhu juga
mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tetentu terhadap hujan
orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima hujan
yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara

4 | Page

makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang
biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu.
Van Steenis (1972) mengemukakan adanya tiga zona termo-ekologi, yaitu
megaterm, mesoterm, dan mikroterm. Megaterm merupakan kawasan panas dimana
reaksi tumbuhan terhadap zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan
toleransi ekologi yang berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu
bertahan hidup. Sedangkan kelompok lain lebih menyukai iklim yang sejuk, mesoterm
ekologi, terbatas di garis lintang menengah dan apabila di tropika akan terdapat di
daerah gunung atau montan. Kelompok ketiga adalah mikroterm ekologi, terbatas pada
garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau pada daerah
pegunungan yang tinggi. Van Steenis berdasarkan metodologi dari Sendtner dengan
sekitar 900 jenis tumbuhan pegunungan Malesia berusaha membuat zonasi floristika
dikaitkan dengan zonasi vegetasi. Penamaan zonasi diadaptasikan dengan konsepkonsep yang dipakai di Eropa dengan adanya dua demarkasi iklim yang pasti
didasarkan pda bartas pohon dan batas salju.
Demarkasi pertama antara pedataran rendah (kolin) dengan zona montan (1000
m), mempunyai floristika yang termasuk pada pedataran rendah tropika asli dan
merupakan familia megaterm. Sedangkan di atas 1000 m sering dijumpai tumbuhan
yang senang dingin atau kelompok mikroterm yang termasuk pada familia yang biasa
berada di belahan bumi utara. Demarkasi kedua memisahkan zona montan dengan zona
subalpine pada ketinggian 2400 m, dibedakan atau dikenal dengan perubahan floristika
dan fisiognomi, di bawah ketinggian tersebut mempunyai kanopi yang tinggi dengan
stratifikasi yang lemah, tetapi di atasnya merupakan hutan yang pendek, renggang,
batangnya kecil, dan kanopi agak merata.
Topografi juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Tanah
merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan
dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Pengertian ini ditekankan pada hubungan yang
erat antara tanah dan organisme hidup, yang keduanya dipengaruhi oleh iklim dan
topografi.

Tanah membentuk bagian kompleks dari ekosistem dan ditempati oleh

organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal dengan pedologi.

5 | Page

1) Tanah sebagai medium hidupnya tumbuhan


a. Tempat akar berpegang. Untuk menghadapi gangguan dari hembusan angin,
maka tumbuhan tertancap kuat-kuat dalam tanah.
b. Suplai air. Tumbuhan menghisap air tanah melalui akar.
c. Suplai nutrisi. Tanah mengandung nutrisi organik dan anorganik akibat
penghawaan dan pelapukan.
d. Suplai udara. Tanah harus teraerasi secukupnya untuk memungkinkan
terjadinya respirasi akar dan penguraian oleh organisme.
Faktor edafil penting bagi perkembangan tumbuhan, hal ini tergantung pada
karakteristik fisika dan kimia tanah.

2) Fisika Tanah.

Materi anorganik atau mineral membentuk sekitar dua pertiga dari volume tanah,
dan menentukan karakteristika fisikanya.
a. Partikel Tanah. Jumlah dan ukuran partikel mineral tergantung pada bentuk
batuan asalnya dan intensitas dari proses penghawaan yang terjadi. Partikel
ini memiliki ukuran yang bervariasi.
b. Fraksi Liat. Partikel liat mampu memegang air dan nutrisi dalam tanah.
Beberapa mineral liat dapat menghisap air tiga kali volumenya,
menggembung bila basah dan mengerut pada keadaan kering. Partikel liat
mampu melekat satu sama lain, sehingga pada keadaan basah tanah akan
menjadi plastis dan bila kering sangat keras.
c. Tekstur Tanah. Tekstur menentukan kemudahan penetrasi akar, aerasi dan
drainase, tetapi juga dalam suplai nutrisi dan suhu udara.
d. Pori tanah. Pasir kasar yang lepas akan mempunyai pori yang besar
meskipun secara total hanya sekitar 40% dari volume tanah. Sebaliknya,

6 | Page

tanah liat yang padat mempunyai ruang kecil tetapi membentuk 60% dari
volume tanah.
e. Udara dalam tanah. Tanah-tanah dengan makropori akan teraerasi dengan
baik daripada tanah dengan mikropori.
f. Tekstur tanah dan tumbuhan. (1) Tanah dengan kandungan lumpur dan liat
yang tinggi mengurangi kecepatan pertumbuhan akar, (2) hujan yang turun
pada tanah gembur akan cepat menembus ke dalam tanah, (3) air tanah
merupakan lapisan tipis yang melapisis seluruh permukaan partikel tanah.
Sebenarnya pengaruh tekstur tanah terhadap tumbuhan dan air tanah sangat
kompleks sekali, sebab meskipun tanah bertekstur halus mampu memegang air lebih
banyak, tetapi patut pula diperhatikan hal-hal berikut:
a. Sebagian besar air yang tertahan terletak pada lapisan atas tanah.
b. Menghalangi penghembusan akar sehingga kecambah tidak sanggup
menjangkau sumber air yang lebih dalam sebelum air permukaan mengering.
c. Berkecenderungan mengurangi pengudaraan bagian lapisan bawah tanah,
sehingga tumbuhan berakar dangkal dengan akibat tumbuhan tadi tidak tahan
terhadap kekeringan.
d. Air yang melimpah pada tanah bertekstur halus merupakan habitat yang baik
bagi pertumbuhan jamur.
e. Ion-ion dalam tanah diekstraksi oleh koloid-koloid tanah dan diikatnya
f.

Tanah bertekstur gembur, pengudaraannya cukup baik.

3) Kimia Tanah
a. Keasaman dan kebasaan tanah. Pada tanh di daerah beriklim panas dan kering
biasanya pH berkisar netral hingga basa kuat. Sedangkan tanah di daerah

7 | Page

beriklim sejuk dan basah, pH tanah berkisar sekitar asam lemah hingga asam
kuat.
b. Keasaman tanah dan karakteristik lainnya. (1) Status kalsium pada tanah yang
normal sangat erat kaitannya dengan pH, (2) keasaman tanah untuk
menunjukkan kehadiran bahan-bahan penting selain kalsium, (3) pada pH yang
ekstrim, keseimbangan beberapa bahan makanan menjadi terganggu.
c. Humus. Tanah dengan pengudaraan yang baik akan merangsang terjadinya
penguraian yang cepat dan membentuk humus yang disebut mull. Vegetasi
yang menyerap sedikit nutrisi dari tanah akan menghasilkan materi organik
yang miskin mineral dan mengandung sedikit kalsium untuk mengimbangi
asam organik yag dilepaskan selama penguraian. Dalam situasi ini proses
pelapukan berjalan lambat dan menghasilkan humus yang disebut mor.
d. Kepentingan bahan organik tanah:
1. Bahan organik merupakan koloida tanah yang mempunyai kapasitas
yang tinggi dalam memegang air.
2. Humus juga berguna dalam mengubah struktur tanah dan perubahan
struktur tanah erat kaitannya dengan kesuburan tanah.
3. Bahan organik dalam tanah, seperti tanah liat, mampu mengadsorbsi
sejumlah makanan dalam bentuk ion-ion.
4. Kepentingan humus dari sudut kerusakan mekanis juga perlu
diperhatikan, yaitu (a) melindungi kecambah dari percikan air hujan yang
keras, dan (2) melindungi tanah dari erosi percikan hujan.
e. Garam mineral organik, meliputi:
1. Anion dan kation. Larutan tanah mengandung garam-garam mineral
dalam bentuk ion, mungkin bermuatan positif (kation) dan mungkin
bermuatan negatif (anion)

8 | Page

2. Keasaman dan ketersediaan nutrisi. Keasaman tanah akan mempengaruhi


potensi absorbsi mineral makanan oleh tumbuhan.
3. Garam natrium. Konsentrasi yang tinggi dari garam natrium (NaCl) yang

terakumulasi di tiga daerah utama, pertama di daerah pesisir baik itu


berupa rawa maupun pasir, kedua di daerah sistem drainase pedalaman,
dan ketiga di daerah kering dengan hujan yang tidak mencukupi untuk
pencucian garam natrium.
4) Organisme Hidup Dalam Tanah
Merupakan penyebab utama dalam proses pelapukan bahan organic.
Pengelompokan organisme hidup dalam tanah dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu (1) kelompok tumbuhan, meliputi bacteria, Streptomyces, Algae, Fungi, akar
rimpang, umbi dsb, dan (2) kelompok hewan, meliputi protozoa, nematode, insect,
cacing, dsb.

5) Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang melalui tanah, yang biasanya
setiap tanah mempunyai lapisan stratifikasi atau horison dalam profilnya. Secara
umum minimal terdapat tiga lapisan utama, dan berdasarkan konvensi diberi tanda
dengan huruf besar.
Horison A adalah lapisan yang erat kaitannya dengan penghawaan di permukaan
dan relatif mengandung materi organik yang tinggi.
Horison C adalah lapisan dengan batuan induk yang terhawakan.
Horison B lapisan di antarakedua lapisan/horison tadi dengan karakteristika
gabungan dari A dan C.
Di samping ketiga pelapisan tersebut, ada juga lapisan/horison O (organik) pada
permukaan tanah, dan horison E (eluviasi) di bawah lapisan A.

9 | Page

Gambaran bahwa setiap tanah berbeda mempunyai perkembangan yang berbeda


pula dari horisonnya, dapat dijadikan sebagai dasar klasifikasi tanah.

No

Kelompok

Karakteristik

Entisol

Tanah mineral embrio (dalam perkembangan)

Vertisol

Tanah liat terganggu dan terbalikar

Inceotisol

Aridisol

Mollisol

Spodosol

Alfisol

Ultisol

Oxisol

10

Histosol

Tanah muda dengan perkembangan horison


yang lemah
Tanah padang pasir dengan salinitas dan
alkalinitas yang tinggi
Tanah lunak dengan lapisan permukaan yang
kaya bahan organik dal tebal
Tanah asam tercuci dengan horison B bersifat
abu
Tanah basa atau asam lemah tercuci dengan
horison B kaya dengan liat
Tanah asam yang terbawakan dan tercuci kuat
dan dalam
Tanah yang terhawakan dan tercuci kuat dan
dalam
Tanah organik

Departemen Pertanian Amerika Serikat mengembangkan cara penamaan (sistem


USDA) berdasarkan nomenklatur baru, yaitu pada karakteristika tanah yang dapat
diobservasi. Secara garis besar, dalam sistem USDA, tanah di muka bumi ini secara
taksonominya dikelompokkan ke dalam 10 kelompok utama dengan karakteristika:

KELOMPOK UTAMA DARI TAKSONOMI TANAH SISTEM USDA

10 | P a g e

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban
serta curah hujan (iklim). ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap
ketersediaan air.
B. SARAN
Kajian ekologi sangatlah luas, begitu halnya dengan faktor topografi yang
berpengaruh terhadap tumbuhan. Perlu adanya referensi yang lebih banyak lagi
untuk mengetahui aspek apa saja pada topografi yang dapat memberikan faktor
penting bagi keberadaannya suatu tumbuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Plants in the Deserts of the Middle East
Oleh K. H. Batanouny
Geology and Plant Life: The Effects of Landforms and Rock Types on Plants
Oleh Arthur R. Kruckeberg
Plant Litter: Decomposition, Humus Formation, Carbon Sequestration
Oleh Bjrn Berg,Charles McClaugherty
Hutan & kehutanan
Oleh Arifin Arief

You might also like