You are on page 1of 26

BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 17 tahun

Alamat

: Tanah Tinggi, Jakarta Baru

Status

: Belum menikah

Agama

: Pelajar

Tanggal Pemeriksaan

: 14 Oktober 2014

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih pada
tanggal 14 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB.

Keluhan Utama :
Bercak kemerahan disertai sisik kasar yang terasa gatal pada daerah lengan kiri atas sejak
1 minggu yang lalu.

Keluhan Tambahan
Bercak bertambah banyak secara cepat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki usia 17 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bercak kemerahan
disertai sisik kasar pada daerah lengan kiri bagian atas sejak 1 minggu yang lalu.. Awalnya
bercak kemerahan disertai sisik kasar sebesar biji jagung pada lengan kiri bagian atas saja
Kemudian bercak kemerahan ini bertambah banyak secara cepat hingga ke wajah, daerah
badan, punggung dan tungkai.Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu.Keluhan seperti ini
dirasakan timbul saat pasien sedang banyak pikiran. Gatal yang hilang timbul
dirasakan.Waktu timbulnya gatal tidak tentu.Rasa panas dan nyeri pada lokasi timbulnya

bercak kemerahan disertai sisik kasar tidak dirasakan oleh pasien. Tidak ada cairan yang
keluar dari bercak kemerahan.
Pasien mengaku pernah mengalami gigi berlubang sejak 1 tahun yang lalu dan belum
pernah diobati.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang mempunyai keluhan bercak kemerahan disertai sisik kasar yang terasa
gatal di kulit pada anggota keluarga pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: Tampak sakit Ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

o TD

: 120/80 mmHg

o Nadi

: 84x/menit

o Pernapasan

: 20 x/menit

o Suhu

: 36.5oC

Status Generalisata:
o Kepala

: Normochepal

o Mata

: Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), reflex

pupil(+/+)
o Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-/-)

o Mulut

: Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)

o Leher

: Pembesaran KGB (-)

o Thorax

: Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (+/+)

o Jantung

: Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II normal

o Abdomen

: Tampak cembung, supel, bising usus (+) normal,

organomegali (-)
o Ekstremitas

: Deformitas (-/-), akral hangat (+/+), edema (-/-)

Status Dermatologikus:

Pada region bucalis dextra dan sinistra terdapat papul hingga plak eritema multiple, ukuran
lenticular ,berkelompok, simetris, sirkumskrip, ditutupi oleh skuama, berkelompok, berskuama
halus.

Regio brachium :

Pada region brachium bawah tampak papul eritema dan skuama halus yang berlapis-lapis
berwarna putih dengan ukuran dari lenticular sampai plakat, bentuk tidak teratur,
sirkumskrip.

Pada regio antebrachium tampak papul eritema dan skuama halus yang berlapis-lapis
berwarna putih dengan ukuran dari lenticular sampai plakat, bentuk tidak teratur,
sirkumskrip.

Pada regio truncus dan truncus dorsum punngung tampak papul eritema dan skuama
halus yang berlapis-lapis berwarna putih dengan ukuran dari lenticular sampai plakat,
bentuk tidak teratur, sirkumskrip.

Pada region ante brachium dan dorsum manus punngung bawah tampak papul eritema
dan skuama halus yang berlapis-lapis berwarna putih dengan ukuran dari lenticular
sampai plakat, bentuk tidak teratur, sirkumskrip.

Pada regio cruris anterior dan region doralis pedis tampak papul eritema dan skuama
halus yang berlapis-lapis berwarna putih dengan ukuran dari lenticular sampai plakat,
bentuk tidak teratur, sirkumskrip.
o Tes manipulasi

Auspitz

: (tidak dilakukan)

Kbner

: (tidak dilakukan)

D. RESUME

Seorang laki-laki usia 17 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bercak kemerahan
disertai sisik kasar yang terasa gatal pada daerah lengan kiri atas sejak 1 minggu yang
lalu.Bercak kemerahan disertai sisik kasar pada daerah lengan kiri bagian atas sejak 1
minggu yang lalu.. Awalnya bercak kemerahan disertai sisik kasar sebesar biji jagung pada
lengan kiri bagian atas saja Kemudian bercak kemerahan ini bertambah banyak secara cepat
hingga ke wajah, daerah badan, punggung dan tungkai.Keluhan ini dirasakan sejak 1
minggu.Keluhan seperti ini dirasakan timbul saat pasien sedang banyak pikiran. Gatal yang
hilang timbul dirasakan.Waktu timbulnya gatal tidak tentu. Pasien mengaku pernah
mengalami gigi berlubang sejak 1 tahun yang lalu dan belum pernah diobati.

Status Dermatologis :
Distribusi

: Generalis

Ad Regio

: bucalis dextra dan sinistra, brachium, antebrachium, dorsum


manus,truncus,

cruris anterior dan dorsalis pedis

Efloresensi

: papul, eritema, skuama halus

Bentuk

: Berkelompok

Penyebaran dan lokalisasi : konfluens


Batas

: Tegas

Ukuran

: lenticular, numular dan plakat.

E. DIAGNOSIS KERJA

Psoriasis Gutata

F. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan histopatologi

G. PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang dialami,
penyebab, perjalanan penyakit dan prognosis penyakit.
2. Menghindari faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan faktor-faktor yang
dapat memperberat penyakit (stress psikis, infeksi lokal, gangguan metabolik, trauma
(fenomena Kbner)).

Medikamentosa:
Topikal

: Clobetasol propionate 0,05% 2 kali sehari selama 2-4 minggu

Analog vitamin D : Calcipotriene 0.005% krim 2x sehari

H. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam

: Ad Bonam

b. Quo Ad Functionam

: Ad Bonam

c. Quo Ad Sanationam

: Dubia Ad Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.

DEFINISI
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz, dan Kbner. (7)
Psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis
yang lain contohnya psoriasis pustulosa. Bagi para klinisi, psoriasis sangat
penting untuk diketahui karena cukup sering ditemukan dan mempunyai
penatalaksanaan yang merawat lesi di kulit.(7,11)

II. EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak
menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebihlebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif. Insidens pada
kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa
dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang
0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan,
demikian pula bangsa Indian di Afrika. Insidensi pada pria sedikit lebih
banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya
pada orang dewasa.(7)

III. ETIOLOGI
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan
dalam penyakit ini. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko
mendapatkan psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita
psoriasis maka resikonya mencapai 34-39%. Faktor imunologik juga berperan,
defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari 3 sel,
yakni limfosit T, sel penyaji antigen(dermal), atau keratinosit. Berbagai faktor
pencetus juga terdapat pada psoriasis, diantaranya adalah faktor genetik,
obesitas, konsumsi alkohol, merokok, stress psikis, infeksi, trauma, endokrin,
gangguan metabolik, obat (glukokortikoid sistemik, lithium, obat anti malaria,
interferon, dan beta adrenergik blocker). Stres psikis juga merupakan faktor
pencetus

utama,

dan

faktor

endokrin

rupanya

memiliki

peranan

mempengaruhi perjalanan penyakit.(7)

IV. PATOGENESIS
Psoriasis adalah penyakit kulit inflamasi kronik, dengan dasar genetik
yang kuat, terkarakterisasi oleh alterasi kompleks dalam pertumbuhan
epidermal dan diferensiasi dan berbagai biokimia, sistem imun, dan kelainan
vaskuler, dan hubungannya dengan fungsi sistem saraf yang sayangnya
kurang dimengerti. Asal penyebabnya masih belum diketahui. Berdasarkan
sejarah, psoriasis diakui secara luas merupakan gangguan primer dari
keratinosit. Semenjak adanya penemuan bahwa imunosupresan cyclosporine
A (CsA) sel T spesifik sangatlah aktif terhadap psoriasis, penelitian mulai
terfokus kepada sel T dan system imun. Tidak hanya itu, jumlah bukti
menunjukkan bahwa keratinosit adalah bagian integral dari respon imun
kutaneus di psoriasis.(1)

Kelainan pada psoriasis adalah perubahan kinetik sel keratinosit


dengan pemendekan siklus sel menjadi 31-36 jam, sedangkan normalnya 28
hari untuk memproduksi sel-sel epidermis. Epidermis dan dermis berperan
sebagai suatu sistem yang terintegrasi, perubahan yang jelas pada lapisan
germinativum epidermis dan perubahan inflamasi dalam dermis, memicu
perubahan pada epidermis. Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit
kelainan sel imun dimana sel T menjadi aktif. Ada banyak CD8+ sel T pada
lesi psoriasis di sekitar pembuluh darah dermal atas dan spektrum sitokin
merupakan

respon

TH1.

Lesi

psoriasis

dianggap

sebagai

respon

imunautoreaktif berkelanjutan.(2)
Faktor imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji
antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli
untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan
limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan
sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru
umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis
terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga
berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis
diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen
oleh sel Langerhans.(7)

IV. DIAGNOSIS
Terdapat 2 tipe, yang pertama yaitu; eruptif, tipe berinflamasi dengan
berbagai lesi kulit yang kecil (gutata atau nummular) dan tendensi yang lebih
besar terhadap resolusi spontan, secara relatif memang jarang ditemukan
(<2.0% dari semua psoriasis).Papul berwarna salmon pink ukuran 2,0mm

sampai 1.cm dengan atau tanpa sisik.Lesi pada kepala, wajah,telapak tangan
dan kaki.Sembuh sempurna setelah beberapa minggu.(2)

Gambar 1. Psoriasis vulgaris; lesi primer berbatas tegas, kemerahan atau


papula merah muda-salmon berdinding kendur berbentuk lamellar. (2)

Kedua yaitu psoriasis stabil kronik (plak). Kebanyakan dari pasien


dengan lesi indolen kronik muncul dalam berbulan-bulan bahkan tahunan, dan
berubah secara lambat.(2)

Gambar 2. Tampak plak eritematous psoriasis dengan skuama tebal berlapislapis berwarna putih seperti mika.(2)

Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya
mendadak dan diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran
napas bagian atas sehabis influenza atau morbili terutama pada anak dan
dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain baik
bacterial maupun viral.
Pruritus dapat muncul dalam banyak kasus psoriasis, terutama pada
kulit kepala dan area kelamin. Lesi yang sering ditemukan pada psoriasis
yang klasik adalah papul eritema bebatas tegas dengan dinding perakkeputihan. Memiliki bentuk lamellar, kendur dan mudah diangkat dengan
menggaruknya.

Apabila

dindingnya

diangkat

maka

akan

terlihat

penampakan dari Auspitz sign.(2)


Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan
lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan
berubah warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks
bias. Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul
bintik-bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis
yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak
pendarahan yang merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis
terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis.(7)

Gambar 3. Auspitz sign. Sebelum dinding diangkat(A) dan sesudah dinding


diangkat(B)

Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris,


kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal
berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Keluhan yang
dirasakan adalah gatal ringan. Bentuk kelainan dapat bervariasi: lentikuler,
numular atau plakat dapat berkonfluensi.(7)

Psoriasis dapat terbentuk di lokasi trauma fisik (garukan, terbakar


sinar matahari, atau operasi) yang disebut isomorfik atau fenomena Kbner.
Terjadinya pruritus sangat bervariasi, meskipun psoriasis dapat mempengaruhi
semua permukaan kulit tetapi tetap terdapat predileksi pada area tertentu dan
harus diperiksa pada semua pasien yang dicurigai mengalami psoriasis.
Daerah tersebut diantaranya siku, lutut, kulit kepala, gluteal dan kuku.
Penyakit ini biasanya lebih banyak pada bagian ekstensor daripada permukaan
fleksor yang mengenai telapak tangan, telapak kaki, dan wajah.(1,2,7)

Gambar 4. Predileksi lokasi psoriasis.(5)

Gambar 5. Fenomena Kbner.

Gambar 4. Gambaran histopatologi Psoriasis vulgaris.(11)

Tingkat mitosis dari keratinosit basal meningkat bila dibandingkan


dengan kulit normal. Hasil yang Nampak, terlihat penebalan epidermis
(akantosis), dengan rete ridge memanjang; dalam kombinasi dengan infiltrate
radang dermis, berperan dalam ketebalan tesi,yang menghasilkan tebal atau
tipisnya plak psoriasis. Infiltrat radang kebanyakan terdiri atas sel dendritik,
makrofag, dan sel T di dalam dermis dan neutrofil dengan beberapa sel T di
epidermis. Warna kemerahan dari lesi merupakan pengaruh dari peningkatan
jumlah kapiler melengkung yang mencapai permukaan kulit melewati
epitelium yang tipis. Terdapat pula peningkatan mitosis fibroblast, dan sel
endotel.(2,11)
Pada tes serologi terlihat peningkatan titer antistreptolisin di psoriasis
gutata akut dengan infeksi streptococcus. Peningkatan psoriasis dapat
dikaitkan dengan infeksi HIV. Serum asam urat meningkat pada 50% pasien,
biasanya berhubungan dengan perkembangan penyakit; terdapat peningkatan

resiko pada artritis gout. Tingkat asam urat menurun bila terapi efektif. Pada
tes kultur tenggorokan dilakukan pada infeksi streptokokus grup A Bethahemolitik.(2)
Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni
parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok
leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan
vasodilatasi di subepidermis.(7)

V. DIAGNOSIS BANDING
Karakteristik

yang

sudah

ditentukan

biasanya

cukup

untuk

memungkinkan diagnosis yang akan dibuat, tetapi tak diragukan mungkin


timbul dalam kasus atipikal di lokasi tertentu dimana psoriasis sulit untuk
didiagnosis karena berdampingan dengan penyakit lain.(7)

Jika gambaran klnisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis.Kalau


tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang
tergolong dermatosis eritroskuamosa.

Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa psoriasis


terdapat tanda-tanda khas yakni skuama kasar, transparan, serta belapis-lapis,
fenomena tetesan lilin dan fenomena auspitz.
Pada awal stadium penyembuhan telah dijelaskan, bahwa awal eritema
dapat

terjadi

hanya

di

pinggir

hingga

menyerupai

dermatofitosis.Perbedaannya adalah keluhan pada dermatofitosis gatal sekali


dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.

Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis


psoriasiformis.Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat, perbedaannya pada
sifilis terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran kelenjar
getah bening menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis (T.S.S) positif.

Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya


berminyak dan kekuning-kuningan dan tempat predileksi pada tempat yang
seboroik. (7)

Dermatitis seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan atau macula kering berwarna putih,

papula

denganukuran yang bervariasi (5-20mm) dan berlokasi di tempat-tempat yang


seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat
skuama yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda tetesan
lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik
biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor.
Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku,
lutut dan scalp.(7)

Gambar 9. Dermatitis seboroik, eritema dan kuning-oranye scaling anular di


dahi, pipi, lipatan nasolabial.(6)

VI. PENATALAKSANAAN
Topikal
Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis
meliputi preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivat
vitamin D topikal dan analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus
dan pimekrolimus), dan keratolitik (seperti asam salisilat). Terapi-terapi
tersebut merupakan pilihan untuk penderita-penderita dengan psoriasis plak
yang terbatas atau menyerang kurang dari 20% luas permukaan tubuh.Terapi
topikal digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya
atau dengan fototerapi.(7)
a. Preparat ter
Obat topical yang biasa digunakan adalah preparat ter, memiliki efek
sebagai antiradang. Preparat ter dibagi menjadi 3 yaitui; fosil (misalnya

iktiol), kayu (misalnya oleum kadini dan oleum ruski), dan batubara
(misalnya liantral dan likuor karbonis detergens). Preparat fosil dinilai
kurang efektif dan yang dinilai efektif adalah preparat ter dari kayu dan
batubara. Ter dari batubara lebih efektif dibandingkan ter dari kayu dengan
kemungkinan memberikan iritasi yang lebih besar. Pada psoriasis yang
menahun digunakan ter dari batubara karena lebih kuat dan memberikan
iritasi sedikit. Ter dari kayu digunakan pada psoriasis akut dan tidak
diberikan ter dari batubara karena di khawatirkan akan menjadi iritasi dan
eritriderma.(7)
b. Kortikosteroid topical
Kortikosteroid topikal memberikan hasil yang baik. Potensi dan
vehikulum bergantung pada lokasinya. Pada scalp, muka dan daerah lipatan
digunakan krim, di tempat lain digunakan salep kortikosteroid potensi
kuat. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia eksterna dipilih potensi
sedang. Bila diberikan potensi kuat pada muka dapat member efek
samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan dilipatan berupa striae
atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan
potensi kuat atau sangat kuat bergantung lama penyakit. Jika telah terjadi
perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.(7)
Steroid topical sangat efektif sebagai pengobatan jangka pendek.
Steroid potensi ringgi di gunakan pada daerah yang terkena dua kali sehari
selama 2-4 minggu.(1)
c. Antralin
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta,
salap, atau krim. Lama pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk
mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.(7)

d. Kalsipotriol
Kalsipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, berupa salap atau
krim 50mg/g yang mempengaruhi proses diffensiasi keratinosit pada saat
regulasi epidermal beresponsif terhadap kalsium. Preparatnya berupa salep
atau krim. Sangat efektif pada penanganan tipe plak dan skalp psosiaris.
Efek sampingnya pada 4-20% penderita berupa iritasi yakni rasa terbakar
dan tersangat, dapat terlihat eritema dan skuamasi, dan akan menghilang
setelah beberapa hari sesudah pengobatan dihentikan. Sedangkan
kombinasi terapi dengan steroid potensi tinggi dapat menghasilkan hasil
yang lebih baik dan lebih sedikit efek samping.(2,7)
e. Tazaroten
Tazaroten merupakan molekul retinoid asetelinik topical generasi
ketiga, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi dari differensiasi
keratinosit dan menghambat inflamasi. Indikasinya diberikan pada
psoriasis sedang sampai berat, dan terutama diberikan pada daerah badan.
Pemikiran yang diketahui adalah untuk mengikatkan asam retinoic ke
target molekul yang sebenarnya tidak diketahui. Tersedia gel 0,05% dan
0,1% juga krim. Bila digunakan secara monoterapi akan muncul iritasi
local. Pengobatan lebih baik bila menyertakan pengobatan dengan
glukokortikoid atau fototerapi UVB. (1,7)

Sistemik
a. Metotreksat
Metotreksat

adalah

antagonis

asam folat

yang

menghambat

dihydrofolat reductase. Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian


metotreksat akibat penurunan tiamin dan purin. Metotreksat menekan

reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan immunosupresif


sehingga kontraindikasi pada pasien dengan infeksi sistemik. Metrotreksat
sangat efektif untuk pengobatan penyakit psoriasis plak kronik dan juga
mengindikasikan untuk penatalaksanaan jangka panjang dari keadaan
psoriasis yang berat, termasuk psoriasis eritroderma dan pustular
psoiriasis. Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan
fototerapi tidak berhasil. Dosisnya 3x2,5mg, dengan interval 12 jam dalam
seminggu dengan dosis total 7,5mg. Jika tidak tampak perbaikan, dosis
dinaikkan 2,5mg-5mg per minggu. Cara lain dengan pemberian i.m.
7,5mg-25mg dosis tunggal setiap minggu.(1,7)
b. Etretinat dan Asitretin
Etrinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.
Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum
terjadi perbaikan dosisnya dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgBB. Efek
sampingnya sangat banyak diantaranya pada kulit; selaput lendir pada
mulut, mata, hidung kering: peninggian lipid darah; gangguan fungsi
hepar; hyperostosis; dan terotogenik. Asitretin merupakan metabolit aktif
etretinat utama. Efek samping dan manfaatnya serupa dengan etretinat.
Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan
dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. Dosis penggunaan dilaporkan
25mg perhari dengan dosis penggunaan rata-rata 20-50mg perhari.(1)
c. Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosis umumnya adalah 6 mg/kg/hari
untuk pasien dengan keadaan stabil tanpa faktor komorbid. Bersifat

nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik,


hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.(1)

Fototerapi
Seperti diketahui bahwa sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat
mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang
terbaik untuk mengobati psoriasis ialah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah akan memperparah
psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A
yang disebut UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri maupun
dikombinasikan dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersamaan dengan preparat ter yang dikenal dengan pengobatan
cara Goeckerman. Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan
terjadi efek yang sinergik. Mula-mula 10-20mg psoralen diberikan per os, 2
jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan,
diantaranya 4x seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 34 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan (maintenance) seminggu
sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan
untuk eritroderma psoriatic dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik
mengatakan pada pemakaian yang lama kemungkinan terjadi kanker kulit.
Terdapat juga penggunaan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata,
pustular, dan eritroderma. Pada tipe plak dan gutata dikombinasi dengan salep
likuor karbonis detergens 5-7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum
disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12-23m J menurut tipe kulit,
kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari
dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan adalah

pengurangan 75% skor PASI (psoriasis area and severity index). Hasil baik
yang dicapai pada 73,3% kasus, terutama tipe plak.(1)
Pengobatan cara Goeckerman awalnya pada tahun 1925 menggunakan
kombinasi ter berasal dari batu bara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat
banyak modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan
adalah crude coal tar yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4-6 minggu,
penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata ditemukan bahwa UVB lebih
efektif daripada UVA.(1,7)

VII. PROGNOSIS
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka
kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang
dilaporkan kematian pada kasus ini. Meskipun tidak menyebabkan kematian,
psoriasis bersifat kronis dan residif. Merokok (lebih dari 20 batang sehari)
juga dihubungkan dapat meningkatkan lebih dari 2 kali lipat risiko terjadinya
psoriasis yang berat. (1,7)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K editors. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. 8th ed. New York. McGrawHill;2012.p.197-231
2. Wolff K and Johnson RA. Psoriasis. In: Fitzpatrick's Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology.6th ed. New York. McGrawHill: 2009. p.
53-71.
3. Djuanda A. Dermatosis Eritoskuamosa. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2012.p.189-95.
4. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 8th ed. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 2012.p.94-5.
5. Natahusada EC. Pitiriasis Rubra Pilaris. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 8th ed. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2012.p.281.
6. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 8th ed. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2012.p.148-50.
7. Wardhana M. Stres Psikologis pada Pasien Psoriasis:Suatu Kajian
Psikoneuroimunologi. Bali. SMF Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana: 2012; Vol.39:10-4

You might also like