Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Oleh :
Aulia Luthfi
Kusuma, S. Ked (J
500 100059)
KEPANITRAAN
KLINIK BAGIAN
ILMU KESEHATAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
CASE REPORT
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Pada hari : Senin, 11 November 2014
Pembimbing
KRH. DR. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,
Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist
(...........................)
(...........................)
(...........................)
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. Y
Umur
: 15 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Ngelo,ngadirejo,Mojo gedang
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS
: 26 Oktober 2014
No. RM
: 3175xx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Rasa mengganjal pada tenggorok
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorokan.
Benjolan dirasakan makin lama makin membesar. Keluhan ini dirasakan
sejak pasien duduk di bangku SD, jika tidur terdapat keluhan
mengorok. Keluhan ini dirasakan pasien sudah lama tetapi memberat
6 bulan terakhir. Nyeri menelan (-), berbicara serak (-), keluar ludah banyak
(-), bau mulut (-), sulit menelan (+), seperti terasa mengganjal ditenggorokan (+).
Pasien juga mengeluh sering demam tinggi, batuk dan pilek saat
beraktifitas terlalu berat. Pasien menceritakan kebiasaan sehariharinya membeli makanan yang mengandung msg (micin) dan
kebiasaan minum es.
Keluhan pada hidung : pilek (-), bersin-bersin (-), hidung tersumbat (-),
perdarahan hidung (-), suara sengau (-), hidung gatal (-), nyeri (-).
Keluhan pada telinga : gangguan pendengaran (-), suara berdengung (-),
rasa pusing yang berputar (-), rasa nyeri di dalam telinga (-), keluar cairan dari
telinga (-), sering dikorek-korek dengan cotton bud (-).
Keluhan sistemik : demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), penglihatan
menurun (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), batuk (-), mual dan muntah (-), nyeri
tekan perut (-), gatal-gatal (-), BAB dan BAK lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat mondok di RS
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
:' disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Neuro
Cardio
Pulmo
Abdomen
Urologi
Musculoskeletal
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien sering membeli makanan yang mengandung MSG ( Monosodium
glutamat) dan minum es.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik (Compos Mentis)
Vital Sign:
Nadi 80x/Menit
RR 20x/Menit
Suhu 36,4C
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Gigi geligi
: Normal
Arkus faring
Palatum
:
Dextra
Ukuran
Kripte
Permukaan
Warna
Detritus
Pilar anterior
Peritonsil
T3
Melebar
Tidak rata
Hiperemis (-)
(-)
Kemerahan
Abses (-)
Sinistra
T4
Melebar
Tidak rata
Hiperemis (-)
(-)
Kemerahan
Abses (-)
b. Hidung
Inspeksi : Deformitas (-), bekas luka (-), sekret (-), udem (-)
Palpasi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Rinoskopi anterior :
Rinoskopi posterior
Dinding belakang
Tonil Adenoid
: tidak ada
c. Telinga
Inspeksi :
Auris Dextra : Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-),
udem (-), hiperemis (-), sekret(-).
Auris Sinistra : Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-),
udem (-), hiperemis (-), sekret(-).
Palpasi :
Auris Dextra : Tragus pain (-), Nyeri tarik aurikula (-).
Auris Sinistra : Tragus pain (-), Nyeri tarik aurikula (-).
Tes Pendengaran
Auris Dextra dan Auris Sinistra :
Kesimpulan : normal
Otoskopi :
Auris Dextra : CAE udem (-), hiperemis (-), serumen (-), membran
timpani utuh, discharge (-)
Auris Sinistra : CAE udem (-), hiperemis (-), serumen (-), membran
Hasil
13,2
39,4
10,95 (H)
400 (H)
5,02 (H)
40,2 (H)
400
130
33
0,77
Satuan
g/DL
%
10/l
10/l
10/l
%
2-8
1-3
Mg/dl
Mg/dl
Nilai rujukan
12,00-16,00
37,00-47,00
5-10
150-300
4,00-5,00
20-40%
Menit
Menit
10-50
0,5-0,9
E. DIAGNOSIS BANDING
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Difteri
Tonsilitis Hipertrofi
F. DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronis
G. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa :
a
Pre Operasi :
1. Kurangi minuman dingin terlebih dahulu
2. Tidak makan olahan pabrik
Post Operasi
1. Kompres leher dengan es batu
2. Makan makanan yang lembut, tidak hangat ataupun panas
Medikamentosa
a
Pre Operasi :
1. Infus RL 18 tpm
2. Inj. Amoksicilin 1gr/8jam
Post Operasi
1. Injeksi Amoxicilin 1gr/ 8jam
2. Injeksi Ranitidun 1amp/12jam
3. Injeksi Ketorolac 1amp/12jam
H. EDUKASI
Pre OP
a.
b.
Jangan minum es
Post OP
a.
Tidur miring
b.
c.
Banyak minum es
d.
I. Follow up pasien
S/
26 oktober 2014
27 oktober 2014
28 oktober 2014
Mengeluh rasa
Mengeluh rasa
mengganjal di
mengganjal di
tengorokan,
tengorokan,
menelan berkurang,
demam(-), nyeri
mengorok (+),
pusing (-)
O/
KU
CM,
TD
KU
CM,
TD
KU
CM,
TD
Status lokalis :
Status lokalis :
Tenggorok : tonsil
hiperemis T0
20 x/m,Suhu : 36 C
Hiding, telingan:dbn
Hiding,
telingan:dbn
telingan:dbn
A/
Tonsilitis kronis
Tonsilitis Kronis
Post OP tonsilektomi
P/
Inf. Rl 20 tpm
Inf. Rl 20 tpm
Inf. RL 20 tpm
Inj. Amoxicilin
Inj. Amoxicilin
1g/8jam
1g/8jam
Persiapan OP TE
OP TE
Inj. Ketorolac 1
gr/12jam
Inj. Ranitidin 1amp/12
jam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
13
Keterangan :
A. T0 (tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat)
B. T1 (<25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior- uvula)
C. T2 (25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar
anterior-uvula)
D. T3 (50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar
anterior-uvula)
E. T4 (>75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas
medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih)
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena hampir 50 % diagnosa
dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa
sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk,
malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
14
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian kripta
mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta
tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul
amat banyak terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari
tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai
kuburan dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis
terlihat pada kripta.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil. Biakan swab
sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah,
seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, Pneumokokus.
I.
TERAPI
Apabila dengan terapi obat tidak membaik maka dilakukan tonsilektomi (TE).
Menurut Health Technology Assessment, Kemenkes tahun 2004, indikasi TE yaitu :
1. Indikasi absolut :
a)
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik
adekuat.
b.
15
c.
Berhenti merokok.
J.
e)
f)
PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya bonam jika pengobatan adekuat dan kebersihan
mulut baik.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke
daerah sekitar atau secara hematogen/limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi
berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
16
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus
paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus.
d. Abses retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada
anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi
kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa
dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih/berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil
membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi ke organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
17
BAB III
ANALISIS KASUS
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain: fosa tonsil, kapsul tonsil, plika
triangularis.
Pada kasus ini pasien mengalami nyeri tenggorok, hal ini dikarenakan terdapat
pembesaran tonsil dikedua tonsil palatina pasien dengan ukuran T3 pada tonsil
palatina kanan dan T4 pada tonsil palatina kiri. Terdapat kesesuaian faktor risiko yang
ada pada teori dan pasien. Dimana tonsilitis sering terjadi pada masa anak dan remaja,
serta terdapat kebiasaan makan makanan yeng mengiritasi seperti msg dan minum es.
Pembesaran tonsil yang terjadi pada pasien sudah berlangsung lama serta diakui
terdapat keluhan mengorok pada saat tidur. Pada saat dilakukan pemeriksaan status
lokalis tenggorok, tonsil tidak hiperemis, juga tidak terlihat detritus, dan uvula berada
ditengah. Tetapi saluran nasopharing sedikit sempit akibat pembesaran kedua tonsil
tersebut. Apabila dibiarkan, hal ini akan menyebabkan obstruksi saluran nafas
sehingga pasien ini diindikasikan untuk tonsilektomi.
DAFTAR PUSTAKA
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta.
Putz R. & Pabst R. 2007. ATLAS ANATOMI MANUSIA SOBOTTA jilid 1. Edisi 22. Jakarta:
EGC.
18
Soepardi E.A, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi keenam. Jakarta: FK UI.
Brodsky, L & Poje, C .2001. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. Dalam : Bailey,
BJ. Head & Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1, third ed. Lippincott Milliams &
Wilkins.
Pracy, R. et al (1974) Pelajaran Ringkas THT, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
19