You are on page 1of 5

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Indonesia.

ESSAY ORGANISASI INTERNASIONAL—Pandangan Negara Terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa


Nama : Erika
NPM : 0706291243
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

PBB dan Reformasinya Menurut Kacamata Slovenia


Sebuah Tinjauan mengenai Pandangan Slovenia terhadap PBB dan terhadap
Reformasi PBB yang Diinginkannya

Republik Slovenia terletak di kawasan Eropa, khususnya Eropa Timur, pada


persimpangan antara Eropa tengah, Mediterranean, dan negara-negara Balkan. Slovenia
berbatasan dengan Austria di sebelah Utara, Hungaria di sebelah Timur, Italia di bagian Barat,
dan Kroasia di bagian selatan. Slovenia memiliki luas wilayah sebesar 20.273 km2,
beribukota di Ljubljana dan dipimpin oleh Danilo Turk sebagai Presiden dan Janez Jansa
sebagai Perdana Menteri. Sejak berdirinya Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991, hingga kini
Slovenia telah menunjukkan eksistensinya di dunia internasional melalui terbangunnya
hubungan bilateral Slovenia dengan berbagai negara dunia, serta keaktifan Slovenia dalam
berbagai organisasi regional dan internasional. Organisasi regional tempat Republik Slovenia
bernaung adalah North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan European Union (EU).
Mengenai keanggotaanya dalam European Union, dapat dikatakan Slovenia merupakan
anggota yang aktif. Hal ini terbukti dengan dipilihnya Slovenia menjadi Chairman-in-Office
untuk Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) pada tahun 2005,
chairman untuk International Atomic Energy Agency Board of Governors pada tahun
2006-2007, dan dipilihnya Slovenia sebagai negara pertama yang memegang jabatan
kepresidenan dalam Uni Eropa di antara sepuluh negara baru anggota EU tahun 2004 lalu.
Sementara dalam lingkup internasional, Slovenia tergabung dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa sejak 22 Mei 1992. Tidak hanya itu, Slovenia juga merupakan anggota World
Trade Organization (WTO). Berbagai keanggotaan dan peran aktif Slovenia dalam organisasi
regional dan internasional tersebut menunjukkan bahwa Slovenia merupakan salah satu
negara Eropa yang cukup berpengaruh dalam dunia internasional.
Dalam mengeluarkan berbagai kebijakan internasional, setiap negara pasti
berpedoman pada politik luar negerinya. Begitu pula dengan Slovenia. Secara umum politik
luar negeri Slovenia harus mencakup dua nilai fundamental:1 keamanan dan kesejahteraan
bagi negara dan rakyat Slovenia. Dua nilai fundamental itulah yang kemudian mendasari
berbagai kebijakan luar negeri Slovenia, yang berpusat pada keinginan menjaga identitas
nasional Slovenia serta di saat yang bersamaan mewujudkan suatu keterbukaan pada dunia.
Kebijakan luar negeri Slovenia akan berpusat pada usaha menjamin kemerdekaan nasional,
identitas dan keamanan nasional, serta proteksi kepentingan negara dan masyarakatnya, baik

1
Ministry of Foreign Affairs, Government of the Republic of Slovenia. Foreign Policy. http://www.mzz.gov.si
/en/foreign_policy/, diakses pada 24 November 2008, pukul 16.30.
Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

yang berada di dalam maupun di luar. Dalam melakukan hubungan dengan dunia
internasional, Republik Slovenia senantiasa menolak penggunaan kekerasan. Slovenia juga
senantiasa mengusahakan adanya suatu penyelesaian damai untuk mengatasi konflik yang
terjadi dengan negara lain. Karena prinsipnya untuk selalu menyelesaikan pertikaian dengan
jalan damai itulah, Slovenia mendukung kontrol angkatan bersenjata serta larangan
penggunaan senjata destruktif masal (WMDs), seperti yang diungkapkan Pemerintah
Slovenia dalam pernyataannya sebagai berikut, “Slovenia has never, and shall never
manufacture, develop or in any other way acquire weapons of mass destruction (nuclear,
biological or chemical) and it will therefore never act as broker to non-state actors, such as
unrecognized political entities, or extremist, terrorist, criminal and similar groups 2 ”.
Sehubungan dengan pernyataannya tersebut, Republik Slovenia juga menegaskan bahwa
dirinya mendukung perlawanan terhadap aksi-aksi terorisme, penyelundupan obat-obatan,
serta berbagai bentuk kejahatan internasional lainnya seperti yang diatur dalam konstitusi dan
hukum internasional.
Republik Slovenia juga senantiasa berperan aktif dalam berbagai isu-isu mengenai
hak asasi manusia. Slovenia mengambil perhatian khusus dalam mengontrol penerapan hak
asasi manusia yang ada di Eropa khususnya dan dunia umumnya, yang kemudian tercermin
dari bergabungnya Slovenia sebagai anggota United Nations Human Rights Council—Komisi
Hak Asasi Manusia PBB pada 2007 lalu3.Selain berperan aktif sebagai anggota Komisi Hak
Asasi Manusia PBB, Slovenia juga merupakan negara yang aktif dalam menyuarakan
masalah perlindungan anak, penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara
berkembang, kemajuan dalam pembangunan dunia yang stabil, perlindungan terhadap
lingkungan, serta penguatan hukum internasional4. Republik Slovenia juga merupakan negara
yang aktif dalam berbagai usaha peacekeeping di bawah bendera PBB. Karena berbagai
sumbangan yang berarti dalam usaha penciptaan perdamaian dunianya itulah, Republik
Slovenia mendapat kesempatan untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
pada periode 1997/1998, sebuah prestasi yang mencengangkan mengingat Slovenia baru
menjadi anggota PBB selama lima tahun kala itu.
Secara umum, menurut penulis, Slovenia merupakan negara yang menganggap PBB
adalah organisasi multilateral yang penting dan sejalan dengan politik luar negeri Slovenia
yang mengedepankan masalah keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat Slovenia. Dengan
mengedepankan masalah keamanan itulah, Slovenia, seperti halnya PBB, dengan tegas
menyuarakan penolakannya terhadap terorisme. Masalah penolakan terhadap terorisme inilah
yang membuat Slovenia memandang PBB merupakan organisasi yang krusial, karena PBB
dipandang merupakan organisasi yang memainkan peranan penting dalam membangun

2
“ ”. Slovenia. http://www.interpol.int/Public/BioTerrorism/UnRes1540Laws/Slovenia.pdf, diakses pada
24 November 2008, pukul 07.21
3
Sean McCormack. Slovenia and Bosnia Elected to the UN Human Rights Council. www.state.gov/r/pa/prs/ps
/2007/may/85141.htm, diakses pada 23 November 2008, pukul 21.36.
4
Permanent Representation of the Republic of Slovenia to the United Nations. Slovenia at the UN.
http://newyork.predstavnistvo.si/index.php?id=157&L=1, diakses pada 24 November 2008, pukul 15.42
Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

koalisi internasional melawan terorisme5. Terorisme merupakan masalah bersama yang sudah
mengglobal, dan untuk mengatasinya, diperlukan kerja sama dari negara dunia, di sinilah
PBB sangat berperan, untuk menggalang kerja sama melawan terorisme.
Lebih lanjut lagi, Slovenia melalui pernyataan Mantan Presidennya Janez Drnovšek
mengatakan bahwa keberadaan PBB merupakan ide yang brilian, mengingat semakin
pentingnya kerja sama multilateral di era globalisasi seperti sekarang. PBB hingga kini,
lanjutnya, telah berhasil menyelesaikan berbagai konflik internasional yang menyerang
masyarakat internasional yang tidak dapat diselesaikan secara unilateral ataupun secara
bilateral. PBB juga diakui Slovenia telah memberikan sumbangan besar dalam masalah
peacekeeping, bantuan kemanusiaan, dan perwujudan hukum internasional dan nilai universal,
yang merupakan tiga hal yang dipandang krusial dalam politik luar negeri Slovenia. Namun,
tidak bisa dipungkiri, perkembangan dunia yang semakin cepat tentunya menuntut PBB
untuk berbenah diri. PBB butuh reformasi agar bisa sesuai dan sejalan dengan perkembangan
dunia yang semakin pesat.
Sama seperti mayoritas negara anggota PBB, Slovenia merupakan salah satu negara
yang sangat mendukung diadakannya Reformasi PBB (UN Reform). Reformasi PBB yang
diinginkan Slovenia mencerminkan kepentingan politik luar negeri Slovenia. Seperti yang
telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, Slovenia merupakan negara yang sangat aktif
dalam menyuarakan masalah-masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia. Kepedulian
Slovenia yang besar pada masalah pemenuhan hak asasi manusia inilah yang kemudian
mendasari pendapat Slovenia mengenai perlunya diadakan reformasi pada badan Komisi Hak
Asasi Manusia PBB (United Nations Human Rights Council, UNHRC). Slovenia
menginginkan, UNHRC dapat menjadi sebuah badan yang independen dan berdiri sendiri,
atau meminjam istilah Perdana Menteri Slovenia Dimitrij Rupel, “a Standing Council”,
semacam badan PBB yang independen dan bertugas mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
hak asasi manusia di seluruh negara6. Hal ini sangat penting, mengingat selama ini Slovenia
memandang keberadaan UNHRC seperti kurang mendapat perhatian dan tidak memiliki visi
yang jelas. Slovenia, sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan
kepatuhan pada hukum, menegaskan pentingnya reformasi pada badan UNHRC agar
berbagai tragedi kemanusiaan seperti yang terjadi di Srebrenica, Rwanda, atau Darfur dapat
dicegah.
Selain menginginkan adanya reformasi PBB di bidang UNHRC, agar UNHRC dapat
lebih mendapat perhatian dan menjadi badan yang independen, Slovenia juga menginginkan
dilakukannya reformasi di bidang Dewan Keamanan, bagian PBB yang diakui Slovenia
merupakan bagian paling krusial dalam menentukan langkah PBB. Melalui pernyataan Duta
Besar Slovenia untuk PBB, Duta Besar Kirn, Slovenia menegaskan bahwa tidak lengkap
rasanya bila PBB direformasi sementara tidak ada perubahan dalam sisi Dewan
Keamanannya. Lebih lanjut lagi, Duta Besar Kirn menegaskan perlunya ada penambahan

5
Dr. Janez Drnovšek, President of the Republic of Slovenia. The UN Played A Central Role in Building An
International Coalition Against Terrorism. http://www2.gov.si/up-rs/2002-2007/jd-ang.nsf/dokumentiweb
/E8F2AF5B79579A2BC1256F940039E056?OpenDocument, diakses pada 24 November 2008, pukul 17.37.
6
“ ”. Rupel Outlines Slovenia’s Positions on UN Reform. http://www.ukom.gov.si/eng/slovenia
/publications/slovenia-news/2394/2396/index.text.html, diakses pada 12 November 2008, pukul 08.27
Page | 3
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

jumlah anggota Dewan Keamanan, baik untuk anggota tetap yang memiliki hak veto maupun
untuk anggota tidak tetap. Sehubungan dengan penambahan anggota tidak tetap Dewan
Keamanan, Duta Besar Kirn mengatakan perlunya diberikan kursi tambahan bagi perwakilan
Eropa Timur, mengingat semakin bertambah banyaknya negara Eropa Timur yang
memerdekakan diri belakangan ini. Mengakhiri pernyataannya mengenai reformasi di bidang
Dewan Keamanan, Duta Besar Kirn juga mengatakan anggota Dewan Keamanan, baik yang
tetap maupun tidak tetap, haruslah merupakan cerminan dari realita kekuatan geopolitik dunia
di abad 217. Senada dengan apa yang disampaikan Duta Besar Kirn, Presiden Slovenia
Danilo Turk juga mengatakan pentingnya diadakan reformasi di dalam tubuh Dewan
Keamanan PBB. Presiden Danilo Turk kemudian menjelaskan, keanggotaan Dewan
Keamanan seharusnya diperluas dalam tiga arah8. Arah pertama adalah perlu adanya enam
anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang mewakili seluruh wilayah dunia. Arah kedua
adalah perlu adanya enam anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang dipilih oleh
Majelis Umum dan dengan pertimbangan negara-negara di Majelis Umum, untuk masa
kepemimpinan dua tahun. Dan arah ketiga adalah perlu adanya delapan anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB yang dipilih berdasarkan prinsip pemerataan distribusi secara
geografis. Sehingga menurut Presiden Danilo Turk, perlu adanya perluasan anggota Dewan
Keamanan PBB menjadi 20 anggota, dengan 6 negara sebagai anggota tetap.
Slovenia juga mengatakan, perlu adanya reformasi untuk mewujudkan Dewan
Keamanan yang lebih transparan, terutama dalam hal penggunaan veto anggota tetap Dewan
Keamanan PBB. Tidak seperti banyak negara yang menegasikan pentingnya keberadaan hak
veto di Dewan Keamanan PBB, Slovenia menyadari hak veto merupakan hal yang krusial
dan mendasar dalam Dewan Keamanan PBB. Hanya saja penggunaan veto itu, menurut
Slovenia, haruslah transaparan dan dibatasi9. Lebih lanjut lagi, Slovenia juga menekankan
perlunya rasionalisasi dan improvisasi di berbagai organ PBB lainnya selain Dewan
Keamanan PBB, salah satunya di Majelis Umum, agar kepentingan negara-negara minoritas
dapat tetap terwakili dan tidak terabaikan.
Secara keseluruhan, Slovenia memandang PBB sebagai organisasi multilateral yang
memainkan peranan penting dalam konstelasi politik internasional. Pentingnya peran PBB
dipandang Slovenia terutama dari sisi berhasilnya PBB menjembatani negara-negara dunia,
sehingga berbagai konflik internasional pun dapat diselesaikan dengan cara damai. Slovenia
juga memandang PBB merupakan organisasi yang sejalan dengan arah politik luar negerinya,
yang berprinsip anti terorisme serta mengutamakan terwujudnya hak asasi manusia. Prinsip
anti terorisme Slovenia kemudian berhasil diwujudkan PBB dengan membangun koalisi
internasional melawan terorisme. Sedang prinsip pengutamaan pemenuhan hak asasi manusia
berhasil diwujudkan PBB melalui dibentuknya Komisi Hak Asasi Manusia PBB (United

7
Ministry of Foreign Affairs, Government of the Republic of Slovenia. Slovenia Supports UN Security Council
Reform. http://www.mzz.gov.si/nc/en/tools/news/cns/news/article/141/11339/, diakses pada 12 November
2008, pukul 08.14.
8
Donn Bobb. Slovenia Urges for Reform of UN Security Council. http://www.unmultimedia.org/radio/
english/detail/10713.html, diakses pada 12 November 2008, pukul 08.17.
9
Permanent Mission of Slovenia to the UN. Slovenian Activities in the UN. http://www.un.int/slovenia/
activities.html, diakses pada 24 November 2008, pukul 17.49.
Page | 4
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

Nations Human Rights Council-UNHCR). Berhasil terwujudnya dua prinsip utama politik
luar negeri Slovenia itulah yang membuat Slovenia memandang PBB adalah suatu
keberhasilan yang brilian. Namun selain menganggap PBB merupakan contoh keberhasilan
organisasi multilateral, Slovenia juga tidak menyangkal bahwa PBB memerlukan berbagai
reformasi untuk menyikapi perubahan dunia yang semakin pesat. Sehubungan dengan usaha
Reformasi PBB yang belakangan ini sering didengung-dengungkan oleh berbagai negara,
Slovenia pun turut memberikan masukan untuk mereformasi PBB tersebut. Masukan
Slovenia untuk mereformasi PBB dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu reformasi
dalam bidang UNHRC, serta reformasi dalam organ Dewan Keamanan PBB. Mengenai
reformasi pertama yaitu reformasi dalam UNHRC, Slovenia menegaskan perlunya UNHRC
menjadi sebuah badan independen yang semakin aktif mengawasi pelaksanaan hak asasi
manusia di negara-negara dunia. Reformasi kedua dalam PBB yang diinginkan Slovenia
adalah reformasi dalam bidang penambahan anggota Dewan Keamanan, baik anggota tetap
maupun anggota tidak tetap. Selain itu, Slovenia menginginkan agar wilayah Eropa Timur
mendapat jatah perwakilan lebih banyak di Dewan Keamanan PBB, mengingat semakin
berkembangnya wilayah tersebut. Perubahan di bidang Dewan Keamanan PBB yang
diinginkan Slovenia juga mencakup penggunaan hak veto oleh anggota tetap Dewan
Keamanan PBB tersebut. Slovenia mengatakan, penggunaan veto haruslah lebih transparan
dan dibatasi penggunaannya, agar P5 tidak semena-mena dalam menggunakan veto.

Page | 5

You might also like