You are on page 1of 7

HOW TO UNLOCK YOUR MAXIMUM LEVEL OF PRODUCTIVITY?

Oleh: Arry Rahmawan


PPSDMS Regional 1 Jakarta Putra
Passionate Entrepreneur and Writer
Sebelumnya mungkin tulisan saya kali ini adalah tulisan yang paling enteng dibandingkan
dengan tulisan abang-abang sebelumnya. Saya mencoba untuk mengangkat sebuah topik praktis,
yang tidak hanya bisa didiskusikan, namun bisa kita aplikasikan langsung dalam hidup kita,
terutama saat kita sedang bekerja. Topik diskusi kita kali ini adalah tentang bagaimana cara
membuka produktivitas maksimal dalam hidup kita.
Mengapa saya memilih topik ini karena teringat tentang diskusi beberapa waktu lalu yang
menggelitik saya tentang key performance indicator atau KPI yang menjadi tolak ukur
keberhasilan seorang pemimpin. Seringkali kita sebagai seorang yang strategis memikirkan
banyak sekali KPI untuk organisasi, perusahaan, bisnis, atau negara kita. Namun saya jadi
tergelitik saat saya bertanya, Sudahkah saya memiliki KPI untuk diri saya sendiri? kemudian
Apa patokannya bahwa di tahun 2014 ini hidup saya dibilang berhasil? . Pertanyaannya tidak
berhenti sampai di situ, lantas apakah seandainya seandainya saya sudah memiliki KPI
tersebut, berhasilkah saya mencapainya? atau hanya sekedar.. WACANA?
Membahas tentang KPI, di mana kinerja diukur berdasarkan hasil, memang tidak bisa ditampik
merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pemimpin. Sebuah kepemimpinan tanpa hasil nyata,
sepertinya tidak layak disebut pemimpin (tentunya hasil tersebut diperoleh dengan cara-cara
yang benar). Sekarang, marilah kita tahan untuk mengkritisi KPI-KPI besar, coba perkecil scoop
nya, setidaknya untuk diri kita sendiri. Sudahkah kita mampu memimpin diri kita sendiri dengan
baik? Jika sudah, apa indikator yang bisa membuat kita berteriak bangga akan capaian-capaian
yang sudah kita raih? Jika belum, ngapain aja diri kita selama ini sudah diberikan kesempatan
hidup?
Maka dari itu, ketika membicarakan produktivitas diri ini ujung-ujungnya adalah goals kita
secara pribadi. Cara membuat goals, visi, misi hidup tentu kita semua sudah memahami melalui
berbagai macam pelatihan-pelatihan yang sudah sama-sama kita jalani (ex: MHMMD). Namun
perencanaan tanpa eksekusi akan sama saja bohong. Tidak ada hasil sematang apapun
perencanaannya tetap saja kosong. (Ngomong-ngomong life planning yang waktu itu dibuat di
asrama pada dievaluasi nggak ya capaian nya? Hehehe)
Oh iya, antara perencanaan dan goals itu ada sebuah jembatan yang namanya proses. Proses ini
kemudian menjadi menarik untuk dicermati saat kita melihat kembali diri kita dan orang-orang
sekeliling kita.
Kita memiliki waktu sama-sama 24 jam dalam sehari, namun:
1. Ada orang yang memiliki capaian luar biasa
2. Ada orang yang memiliki capaian biasa saja
3. Ada orang yang tidak mencapai apapun dalam hidupnya

Beberapa hal yang membuat saya tertegun, pernah saya bertemu dengan seorang teman berusia
21 tahun. Teman saya ini, Hamzah Izzulhaq, di usianya yang masih 21 tahun itu, sudah
menerbitkan 2 buku secara nasional, memiliki usaha bimbingan belajar 10 cabang, mempunyai
usaha sofabed, sekarang main di area properti dan menjadi seorang pembicara kaliber nasional
yang saat ditanya pendapatannya per bulan secara pribadi bisa sampai puluhan juta per bulan
(kayaknya sekarang udah lebih deh).
Masih mending kalau misalnya sama-sama 21 tahun, lah saya sudah 23. Dia baru 21, tapi banyak
capaian yang saat saya lihat - dengan mata kepala saya sendiri - jauh melampaui saya (terutama
yang sama-sama sedang merintis bisnis).
Jadi merasa malu sendiri, selama ini gue kemane aje, cing? *gaya Bang Bach*
Topik ini menjadi menarik saat kita sudah tahu bagaimana membuat rencana, bagaimana
membuat diskusi dan melontarkan gagasan cemerlang, berpikir kritis, hingga akhirnya sampai
pada tahap proses atau eksekusi yang bisa jadi sangat sulit untuk dilakukan. Tahap eksekusi
inilah kemudian yang sering menjadi perbincangan peneliti, eksekutif, yang selalu berusaha
mencari jawaban mengapa seseorang bisa meraih sesuatu lebih banyak dibandingkan dengan
yang lainnya? Mengapa ada orang yang diberikan sumber daya yang sama namun bisa
menghasilkan keluaran yang berbeda (bahkan bisa bagai bumi dengan langit). Perbandingan
antara masukan dan keluaran ini seringkali kita sebut dengan istilah level produktivitas. Semakin
banyak keluaran (baca: hasil) dari diri kita, dan semakin sedikit sumber daya yang kita gunakan
(terutama waktu), maka semakin produktiflah diri kita.
Alasan lain mengapa topik ini diangkat juga ingin sekaligus mengingatkan betapa Islam sangat
concern tentang produktivitas umatnya. Besar harapan agar kita bisa bangkit secara produktif
menandingi karya-karya besar Barat yang mayoritas selalu kita kritisi namun tidak bisa
menghasilkan karya tandingan. Namun melihat kondisi Indonesia sekarang, saya optimis Muslim
Indonesia akan mampu membuat bangsa-bangsa lain kagum dengan karya-karya nyatanya.
Apalagi ada abang-abang sekalian, SDM-SDM yang strategis. :)
Sekedar mengingatkan diri sendiri, beberapa pesan dari Rasulullah tentang bagaimana seorang
muslim perlu menjaga produktivitasnya:

Dari Ibnu Umar ra dari Nabi saw, ia berkata: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang
beriman yang berkarya (produktif menghasilkan berbagai kebaikan -pen) H.R. Thabrani dalam
Al Kabir, juga oleh Al Bayhaqi

Dan dari Aisyah ra. Beliau berkata, telah berkarta Rosulullah saw Barangsiapa yang
disenjaharinya merasa letih karena bekerja (mencari nafkah) maka pada senja hari itu dia
berada dalam ampunan Allah H.R. At Thabrani dalam kitab Al Ausath.

Ada banyak sekali hadits-hadits lain yang dapat kita temukan bahwa Allah dan Rasulnya sangat
mengapresiasi muslim yang produktif, muslim yang penuh karya, dan senantiasa mengingatkan
kita bahwa untuk tetap menjaga produktivitas hidup. Maka ketika saya membicarakan
produktivitas ini, harapannya bukan hanya dapat meningkatkan kinerja, namun juga kualitas dan
kuantitas ibadah kita.
Sekarang kita akan masuk pada pokok inti diskusinya. Lalu bagaimana cara agar kita bisa
mengeluarkan produktivitas maksimal dalam hidup kita?
METODE - METODE PEMBUKA PRODUKTIVITAS SAYA
Beberapa bulan terakhir, saya terus bertanya dalam diri, berapa batas tertinggi produktivitas yang
bisa diraih manusia, dan bagaimana caranya membuka produktivitas manusia ke tahap yang
maksimal? Mungkin karena sering berpikir seperti ini, saya jadi orang yang cenderung
mengapresiasi orang lain dari karya dan prestasinya secara nyata (terlebih setelah masuk
PPSDMS). Saya tidak pernah kagum dengan seberapa tinggi posisi orang, sampai saya melihat
karya nyata yang bisa dihasilkannya. Bahkan saya bisa sangat kagum dengan orang tanpa
jabatan, yang ternyata bisa jauh lebih banyak bicara dengan karya-karya konkritnya. Namun
tentu yang paling baik adalah yang punya jabatan dan berorientasi karya, agar dampaknya bisa
lebih meluas lagi. saya juga sangat menghargai sebuah diskusi dan wacana-wacana produktif
yang membangun pola pikir, setelah saya dapatkan esensinya, saya selalu berusaha untuk
menjadikan itu tindakan dan menghasilkan sesuatu walaupun kecil (makanya saya banyak diam,
sebenarnya berpikir gue bisa ngapain ya?).
Maka dalam kesempatan kali saya berniat untuk sharing dari apa yang sudah saya lakukan, dan
bersiap belajar dari abang-abang sekalian tentang bagaimana cara mendongkrak produktivitas
diri hingga ke tahapan maksimal. Berbagai hasil riset dan penelitian orang untuk mendongkrak
produktivitas terus-menerus dilakukan, bahkan hingga saat ini. Saya akan berbagi beberapa cara
yang biasa saya lakukan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan saya, dan itu terbukti berhasil
khususnya dalam 1 tahun terakhir.
Mohon sekiranya diperkenankan untuk sedikit menyampaikan report hasil dari apa yang sudah
saya capai 1 tahun belakangan dan apa aktivitas saya (anggap aja FLPP ya bang, hehe).
1. Lulus S1 dengan IPK Cum Laude 3.8 dari Fakultas Teknik UI (Juli 2013)
2. IPK 4.00 S2 UI per semester 3 (Januari 2014)
3. Menerbitkan Buku Studentpreneur Guidebook (GagasMedia, Oktober 2013) - Best Seller
| Top 10 GagasMedia Sales Desember 2013 setelah bukunya kang Raditya Dika (susah
banget ngegeser legend). Satu-satunya buku non-fiksi GagasMedia yang bisa masuk Top
10, lainnya fiksi (setidaknya sampai sekarang).
4. Membuka Komunitas Bisnis TDA Kampus (yang ane gagas di tahun 2012) di 8 Kota (Per
Desember 2013) - Total Member sudah lebih dari 2000 mahasiswa se Indonesia.
Informasi http://tdakampus.com atau @tdakampus
5. CerdasMulia Training Firm (http://cerdasmulia.co.id) mendapatkan Award Hero of
Education dari sebuah NGO di Jepang, e-Education. Saat ini berhasil menangani proyek-

6.

7.
8.

9.

proyek pelatihan CSR untuk remaja dari Microsoft, perbankan, dan NGO lain seperti
YCAB Foundation (September - Januari 2014).
Diangkat menjadi Managing Director untuk sebuah perusahaan investasi dan inkubator
bisnis, PT. Cyprom Mediatama (Nama Entitas: Trust Performance Inc) http://truperinc.co.id - *Ini ternyata kerjanya berat banget*
Sekarang sedang menulis 2 draft buku untuk diterbitkan April - Mei 2014
Sudah menulis 200 artikel bisnis dan pengembangan diri rutin di http://arryrahmawan.net
(Total 2 tahun terakhir 634 artikel), sekaligus menjadi kontributor tamu di beberapa
media seperti portalpengusaha.com, tdakampus.com, kotasantri.com,
studyonbusiness.com, dan doinc.org (Januari 2013 - Januari 2014).
Mengurus binaan liqo berisi entrepreneur yang alhamdulillah beberapa anggotanya
menjadi petinggi organisasi bisnis UI dan beberapa kampus lainnya di tahun 2014 ini.
Awalnya liqoan entrepreneur ini hanya buka untuk member TDA Kampus, tapi anak
HIPMI sama CEDS ikutan juga jadi campur-campur.

Sebenarnya saya sekaligus ingin minta maaf jika ada acara kumpul-kumpul keluarga PPSDMS
saya selalu berhalangan karena hampir setiap akhir pekan saya ada di luar kota. Saya ingin sekali
berkumpul kembali, namun kemarin pas tanggalnya turun, saya selalu ada di luar pulau Jawa
T.T, bukan sok sibuk apa gimana bang, tapi nggak bisa.
Oke, kembali ke jalan yang benar
Mungkin hal di atas masih kalah jauh dibandingkan sama abang-abang sekalian yang sedang
membaca ini. Tidak ada apa-apanya bahkan. Namun, karena aktivitas saya yang di atas begitu
padatnya (self declared) setiap hari, saya jadi terus berpikir: bagaimana cara agar lebih, lebih,
dan lebih meningkatkan produktivitas saya yang sekarang?
Sedikitnya metode-metode ini yang biasa saya terapkan.
Metode #1: Counting on Your 15.000 Days
Ini metode sebenarnya sudah sama-sama kita ketahui sejak dulu, di mana Rasulullah pernah
berkata bahwa mukmin yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati, dan yang
paling baik adalah yang mempersiapkan diri untuk kematiannya itu.
Counting on 15.000 days saya adaptasi dari buku Robert D. Smith, 20,000 days and Counting.
Bagaimana cara ini bekerja? Sederhana saja. Berdasarkan penelitian dari Om Smith, rata-rata
orang modern sekarang kebanyakan cuma mendapatkan jatah hidup 20,000 hari saja (dengan
pertimbangan faktor stress, kurang menjaga pola makan, kurang olahraga, keseringan begadang,
kadar polusi yang semakin meningkat - profil yang cocok untuk masyarakat Jakarta dan
sekitarnya).
Nah, caranya menggunakan metodenya begini: coba hitung sekarang kita semua sudah berapa
hari hidup. kalau saya, anggaplah 8,389 hari. Kalo abang-abang semua berapa? Nah dari situ
saya biasanya menuliskan jumlah hari ini di Sticky Notes laptop, ditambah satu setiap hari, dan

di sebelahnya ada angka 15,000. Setiap hari teruuus ditambah satu. Kalau lagi males, saya
ngeliat itu keinget lagi bahwa sisa umur semakin sedikit.
Efeknya? Merinding bang. Angkanya nambah terus, tapi saya merasa belum ngapa-ngapain
apalagi buat bangsa ini. Itulah kadang yang mengingatkan saya untuk tidak terlibat dalam
aktivitas yang tidak penting karena banyak karya yang harus saya hasilkan sebelum mencapai
hitungan ke 20,000. Itu pun kalau Allah berikan. Kalau cuma 10,000 doang gimana coba? :(
Tambahan: kadang mata saya berkaca-kaca kalau ingat berapa lama lagi kebersamaan saya
bersama orang tua? Orangtua saya sudah nyaris 20,000 semua. Saya jadi semakin bertekad buat
untuk sering-sering membuat quality time sama keluarga. Itu juga salah satu aspek penyeimbang
produktivitas untuk saya.
Metode #2: Metode Tingkatan Hukum
Metode tingkatan hukum ini saya dapatkan dari salah seorang guru saya, pak Jamil Azzaini.
Metode ini sangat sederhana sekali. Umumnya untuk meningkatkan produktivitas, orang akan
menuliskan to-do list dalam selembar kertas (atau smartphone yang lebih modern). Dari to-do
list ini biasanya akan diurutkan dari prioritas paling penting sama genting. Ini dijelaskan lebih
detil di bukunya Stephen R. Covey, 7 Habits for Highly Effective People.
Kalau metode tingkatan hukum, aktivitasnya diurutkan dari tingkatan Wajib, Sunnah, Mubah,
Makruh, dan.. haram (kalo bisa jangan lah yang ini).
Metode ini bekerja buat saya, awalnya saya merasa tidak akan pengaruh banyak karena kan kita
juga biasanya begitu sehari-hari. Eh, tapi ternyata sangat mampu mendukung prioritas kembali
ke asalnya. Misal, pada waktu dulu buat saya aktivitas meeting itu bisa jadi lebih wajib
daripada shalat tepat waktu. Sekarang dibalik, shalat dulu baru meeting. Dengan wewenang saya
di CerdasMulia dan Truper Inc, kadang saya juga melaksanakan sistem absensi dhuha buat
karyawan. Dhuha dulu baru kerja. Saya meletakkan Tuhan di atas pekerjaan saya. Termasuk ada
sistem Mutabaah Yaumiah online kaya di PPSDMS persis buat anak-anak CerdasMulia.
Alhamdulillah, semakin hari bisnis semakin dilancarkan. Awalnya sebelum mengutamakan
shalat jadwalnya tabrak-tabrakan, bahkan saya pernah kepepet nyaris tidak shalat. Jadwal
meeting sama klien pun jadi jauh lebih dipermudah setelah saya mengutamakan Allah ini,
padahal kilen yang meminta, namun waktunya selalu pas.
Subhanallah :) Mantap yaa?
Metode #3: POMODORO TECHNIQUE
Metode selanjutnya adalah POMODORO Technique (Bukan Podomoro). Metode ini cukup
mendongkrak produktivitas saya ketika sedang memngerjakan sesuatu yang bersifat sit down,
seperti misalkan saat saya menulis, atau pekerjaan lain seperti mendesain, menggambar, ya
pokoknya yang duduk-duduk lama begitu, ngendok di meja atau depan laptop.

Teknik POMODORO diciptakan pertama kali oleh Francesco Cirillo, di mana metode ini secara
sederhana bilang begini, Kalau mau hari lo produktif, maka fokus dan hindari multitasking."
Nah, hal tersebut diperkuat secara ilmiah oleh Eyal Ophir, peneliti dari Standford University
yang meneliti tentang produktivitas, di mana orang yang multitasking itu otaknya akan beralih
fokus dengan cepat, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk resume kembali pekerjaan
yang terakhir ditinggalkannya. Misalnya kita sedang menulis, kemudian disambi Twitteran atau
whatsappan, selain kemudian hanyut di Twitter, pas kita mau resume kembali tulisan kita, ada
jeda yang cukup memakan waktu untuk membuat kita berada dalam posisi siap meneruskan.
Membuang waktu kan? Jadinya ya ga selesai-selesai.
POMODORO Technique bisa dilakukan dengan cara mengeset timer selama 25 menit, kemudian
kita fokus melakukan satu pekerjaan saja selama waktu tersebut tanpa disambi apapun. Baru
setelah waktunya habis, kita boleh break sebanyak 5-10 menit. Nah, hingga break ini dinamakan
1 POMODORO. Setelah kita melakukan 4 POMODORO, kita bisa break dalam jangka waktu
yang lebih panjang selama 25 - 30 menit.
Pretty easy, huh? Tapi beneran ini membantu banget. Setidaknya kalau saya lagi menyelesaikan
artikel, naskah buku, atau naskah thesis. Untuk menghindari gangguan, biasanya HP saya silent
atau saya taruh di lemari, terus dikunci. Bye Whatsapp.
Metode #4: METODE RANTAI SAMBUNG
Metode rantai sambung bisa digunakan apabila kita ingin menanamkan atau menghilangkan
kebiasaan buruk dalam hidup kita. Jadi ceritanya begini, dulu saya pernah punya penyakit buruk
biasa begadang (entah kenapa saya punya inspirasi menulis pada saat malam hari), akibatnya
setelah shalat subuh saya tidur lagi (padahal itu waktu yang oke untuk tilawah dan al matsurat),
bangun-bangun jam 7 atau jam 8 pagi.
Kebiasaan ini sangat mempengaruhi produktivitas, terutama jika saya diminta ngisi training pagi
hari atau meeting dengan klien pagi hari pula. Saya takut sekali jika kesiangan. Bagaimana cara
mengatasinya? Gunakan metode RANTAI SAMBUNG.
Cara kerjanya begini, siapkan satu kalender cetak dan spidol merah. Kemudian hari ini saya
mulai tidur cepat dan bangun lebih pagi, lalu tilawah sehabis subuh (tidak tidur lagi). Jika ini
saya lakukan, maka saya mencoret silang tanggal hari ini di kalender itu. Nah, metode RANTAI
SAMBUNG adalah: lakukan hal tersebut berulang-ulang, terus-menerus, dan silang terus
kalendernya.
Hal yang bekerja bagi saya adalah, ternyata saya jadi bersemangat saat melihat silang-silang
yang banyak di kalender itu. Besoknya jadi pengen disilang lagi, selanjutnya disilang, disilang,
dan disilang lagi.
Syaratnya sederhana: jangan putus.

Metode rantai sambung ini saya gunakan juga saat saya mendapatkan proyek untuk menulis
buku misalnya. Mau bagaimanapun setidaknya setiap hari saya harus menulis. Jika saya menulis,
maka saya akan menyilang kalender dengan spidol merah. Begitupun besoknya, besoknya, dan
besoknya. Semakin banyak silangnya, semakin semangatlah saya.
Ada juga aplikasi di iOS untuk membantu kita menerapkan RANTAI SAMBUNG, namanya
Streaks. Tapi buat saya tetap asyik coret langsung. Lebih berasa sensasinya gitu. :)
JADI KITA KEMBALI KE TOPIK DISKUSI
Jadi, mari kita diskusikan seperti pada pertanyaan awal tulisan ini:
How to Unlock Your Maximum Level of Productivity? Apakah ada dari abang-abang yang punya
cara lebih dahsyat untuk meningkatkan produktivitas hidup dalam menghasilkan karya nyata?
Yuk kita diskusikan!
Salam produktivitas karya!

You might also like