You are on page 1of 23

SJAMSU UMAR

Subdevisi Geriatri Bagian/ SMF FK


Unsyiah/ RSUZA

DR (demam rematik) merupakan suatu


penyakit inflamasi sistemik non suparatif yang
digolongkan pada kelainan vascular kolagen
atau kelainan jaringan ikat (Stollerman, 1972).
Proses reumatik ini merupakan reaksi
peradangan yang dapat mengenai banyak organ
tubuh terutama jantung, sendi dan system
saraf pusat.

Menifestasi

klinis penyakit DR ini akibat


kuman strepkokus Grup-A (SGA) beta
hemolitik pada tonsilofaringitis dengan masa
laten 1-3 minggu. Sedangkan yang dimaksud
dengan PJR (penyakit jantung rematik)
adalah kelainan jantung yang terjadi akibat
DR, atau kelainan karditis reumatik

DR akut adalah sinonim dari DR dengan


penekanan saat akut, sedangkan yang
dimaksud dengan DR inaktif adalah pasienpasien dengan DR tanpa ditemui tandatanda radang
DR dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan, tetapi menifestasi akut dapat
timbul kembali berulang-ulang, yang
disebut dengan kekambuhan (reccurent).

Meskipun sendi-sendi merupakan organ


yang paling tersering dikenai, tetapi
jantung merupakan organ dengan
kerusakan yang terberat. Sedangkan
keterlibatan organ-organ lain bersifat
jinak dan sementara.

Kuman SGA adalah kuman yang


terbanyak menimbulkan
tonsilofaringitis, di mana juga yang
menyebabkan demam reumatik.
Hampir semua Strepkokus Grup-A
(SGA) adalah beta hemolitik.

Yang sangat penting dari penyakit demam reumatik


akut ini adalah kemampuannya menyebabkan katupkatup jantung menjadi fibrosis, yang akan
menimbulkan gangguan hemodinamik dengan
penyakit jantung yang kronis dan berat.
Demam reumatik merupakan kelainan jantung yang
biasanya bukan kelainan bawaan, tetapi yang
didapat. Negara yang sedang berkembang penyakit ini
masih merupakan masalah kesehatan yang utama.
Kepastian sebab-sebab naik turunnya insidensi
penyakit ini masih belum jelas.

Penyakit DR dapat mengakibatkan


gejala sisa (Sequele) yang amat
penting pada jantung sebagai akibat
berat ringannya karditis selama
serangan akut demam reumatik. Dari
beberapa penelitian tentang insidens
karditis dan PJR yang menetap adalah
akibat kekambuhan DR tanpa PJR
sebelumnya adalah : 6-14%.

Pencegahan demam reumatik ada 2 cara :


Pencegahan primer : yaitu upaya pencegahan
infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A
sehingga tercegah dari penyakit demam
reumatik.
Pencegahan sekunder : yaitu upaya
mencegah menetapnya Streptokokus beta
hemolitikus grup A pada bekas pasien demam
reumatik.

Program pencegahan primer sangat sukar


dilaksanakan karena banyaknya penduduk
yang dicakup dan juga adanya infeksi
Streptokokus hemolitik grup A (SGA) yang
tidak memperlihatkan gejala-gejala yang
khas

Majeed H.A ddk 1998, menganjurkan cara pengobatan


pencegahan sekunder (Penicilin long acting).
Bila DR dengan karditis dan atau PJR (kelainan
katup) dilaksanakan pencegahan sekunder tersebut
selama 10 tahun sesudah serangan akut sampai
umur 40 tahun dan kadang-kadang diperlukan
selama hidup.
DR dengan karditis tanpa PJR dilakukan pengobatan
pencegahan sekunder selama 10 tahun.
DR saja tanpa karditis dilakukan pengobatan
pencegahan selama 5 tahun sampa umur 21 tahun.

Untuk

pasien <20 thn, mendapat suntikan


Benzatin penisilin G 1,2 juta unit tiap 4
minggu sampai umur 25 thn
Bila umur >20 thn, mendapat suntikan
benzatin penisilin G (long acting) selama 5
thn
Bila kekambuhan lagi maka akan mendapat
kembali suntikan benzatin penisilin G dengan
dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu untuk 5
tahun berikutnya.

Meskipun individu-individu segala


umur dapat diserang oleh DR akut,
tetapi DR ini banyak terdapat pada
anak-anak dan orang usia muda (5-15
tahun) (Rosenthal, 1968). Ada dua
keadaan terpenting dari segi
epidemiologic pada DR akut ini yaitu
kemiskinan dan kepadatan penduduk.

Meskipun sampai sekarang ada hal-hal yang


belum jelas, tetapi ada penelitian yang
mendapatkan bahwa DR yang mengakibatkan
PJR terjadi akibat sensitasi dari antigen
Streptokokus sesudah 1-4 minggu infeksi
Streptokokus di faring. Lebih kurang 95%
pasien menunjukkan peninggian titer
antistreptosin O (ASTO),
antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B)
yang merupakan dua macam tes yang biasa
dilakukan untuk infeksi kuman SGA.

Faktor-faktor yang diduga terjadinya


komplikasi pasca Streptokokus ini
kemungkinan utama adalah pertama
Virulensi dan Antigenisitas
Streptokokus , dan kedua besarnya
reponsi umum dari host dan persistensi
organisme yang menginfeksi faring

1.

Artritis
Artritis adalah gejala major yang sering
ditemukan pada DR akut (Majeed H.A 1992).
Sendi yang dikenai berpindah-pindah tanpa
cacat yang biasanya adalah sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, paha,
lengan, panggul, siku, dan bahu. Munculnya
tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat
12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.
Nyeri ini akan menghilangkan secara
perlahan-lahan.

2. Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting
dengan insidens 40-50% dengan gejala yang lebih
berat yaitu gagal jantung. Kadang-kadang karditis
itu asimtomatik dan terdeteksi saat adanya nyeri
sendi.
Karditis ini bisa hanya mengenai endocardium saja.
Endocarditis terdeteksi saat adanya bising jantung.
Katup mitral lah yang terbanyak dikenai dan dapat
bersamaan dengan katup aorta. Adanya regurgitas
mitral ditemukan dengan bising sistolik yang menjalar
ke aksila, dan kadang-kadang juga disertai bising middiastolik.

3. Chorea
Chorea ini didapatkan 10% dari DR yang dapat
merupakan manifestasi klinis sendiri atau
bersamaan dengan karditis. Masa laten infeksi SGA
dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau
lebih. Lebih sering dikenai pada perempuan pada
umur 8-12 tahun. Gejala ini muncul selama 3-4
bulan. Dapat juga ditemukan pada saat emosi yang
dimana anak ini suka menyendiri dan kurang
perhatian terhadap lingkungannya sendiri. Gerakangerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah
dan anggota-anggota gerak tubuh yang biasanya
unilateral. Dan gerakan ini menghilang saat tidur.

4. Eritema Marginatum

Eritema marginatum ini ditemukan


kira-kira 5% dari pasien DR, dan
berlangsung berminggu-minggu dan
berbulan, tidak nyeri, tidak gatal.

Untuk menetapkan ada atau pernah adanya


infeksi kuman SGA dapat dideteksi:
Dengan hapusan tenggorok pada saat akut
Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd
pada orang dewasa dan 320 Todd pada anak.
Anemia ringan juga dapat ditemukan karena
infeksi kronis DR. kortikosteroid anemia
dapat diperbaiki.

Infeksi Streptokokus pada anak-anak akan


menurun sebanyak 23% menjadi 11% selama
1-5 tahun sesudah serangan DR.
kekambuhan akan berkurang tergantung
pada lamanya serangan reumatik dan gejala
sisa dari PJR. Dapat juga dipengaruhi oleh
reaksi imun dengan bukti infeksi
Streptokokus yang dibuktika dengan titer
ASTO.

Pengendalian DR/PJR sangat tergantung


pada:
Cara pemberian obat
Ketaatan pasien pada pencegahan
sekunder
Pendidikan orang tua
Keadaan sosioekonomi
Manifestasi klinis

TERIMAKASIH

You might also like