Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Jenis penelitian adalah deskriptif verifikatif (causal) yang bertujuan untuk
memberi gambaran (deskripsi) dari variabel-variabel yang diteliti dan untuk mengetahui
hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis. Data penelitian
adalah data primer yang dikumpulkan dengan mailed survey method dan direct survey
method.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh variabel exogenous (Kapasitas
Sumber Daya Manusia, Pengendalian Intern Akuntansi dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi) terhadap variabel endogen (Keterandalan laporan keuangan dan
Ketepatwaktuan laporan keuangan) melalui sebuah pendekatan Partial Least Square
(PLS). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data akan dilakukan melalui survai kuesioner yang diantar dan diambil
sendiri oleh peneliti terhadap bagian akuntansi/penatausahaan keuangan pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Kendari. SKPD ini meliputi dinas, badan,
kantor, dan RSUD.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas SDM tidak berpengaruh terhadap
keterandalan, namun pengendalian intern akuntansi dan pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Keterandalan
pelaporan keuangan tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan,
sementara kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap
ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Kapasitas SDM berpengaruh terhadap
keterandalan bisa disebabkan memang karateristik SDM di Kota Kendari masih
memiliki kapasitas yang rendah dan taraf pendidikan yang masih relatif rendah
khususnya dalam bidang akuntansi. Keterandalan pelaporan keuangan tidak
berpengaruh terhadap ketepatwaktuan bisa disebabkan oleh upaya untuk memenuhi
sebuah kriteria penyajian pelaporan keuangan yang andal, diperlukan berbagai upaya
baik yang bersifat material maupun non material, yang mengakibatkan waktu yang
diperlukan untuk mempersiapkan sebuah sistem pelaporan keuangan yang andal akan
semakin lama.
Kata Kunci:
Abstract
Type of this research is descriptive verificative (causality) that aims to give
descriptions from variables that researched and to know causality relation was between
variable pass by a hypothesis testing. Research data using primary data that collected
with mailed survey method and direct survey method.
This research aims analyze effect of exogenous variables (Human Resources
Capacity, Accountancy Internal Control, and Information Technology Usefulness) on
endogenous variables (reliable of financial reporting and timeliness financial reporting)
by PLS (partial least square) approach. Type of data uses in this research is primary
data. Data collecting by survey of questionaire instrument with mailed survey method
and direct survey method on Kendari local government especially on the SKPD (sub
department of local government).
Result of Hypothesis testing indicates that human resources capacity have not
an effect on reliability of financial reporting, meanwhile accountancy internal control
and information technology usefulness have an effect on reliability of financial
reporting. Reliability of financial reporting have not an effect on timeliness of financial
reporting. The next step of analysis indicates human resources capacity and
information technology usefulness timeliness of financial reporting.
Reliability of financial reporting have not an effect on timeliness of financial
reporting caused by effort to fulfill a criterion of financial reporting presentation that
reliable, needed various of efforts both for have the character of significant or nonsignificant, that result time required just for prepare a financial reporting system that
reliable will longer.
Keywords: Human resources capacity, internal control, information technology
usefulness, reliable and timeliness of financial reporting
I.
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi dalam
perkembangan
sektor
publik
di
Indonesia
dewasa
ini
adalah
menguatnya tuntutan akuntabilitas atas
lembaga-lembaga publik, baik di pusat
maupun daerah. Akuntabilitas dapat
diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan
keberhasilan
atau
kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui
suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan
secara
periodik
(Mardiasmo, 2006).
Akuntabilitas meliputi berbagai
dimensi antara lain akuntabilitas
hukum,
akuntabilitas
manajerial,
akuntabilitas program, akuntabilitas
kebijakan, dan akuntabilitas finansial
(keuangan). Terkait dengan tugas
untuk
menegakkan
akuntabilitas
finansial,
khususnya
di
daerah,
pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk
mempublikasikan
laporan
keuangan
kepada
pemangku
kepentingannya
(stakeholder).
Governmental Accounting Standards
Board
(1999)
dalam
Concepts
Statement No. 1 tentang Objectives of
Financial Reporting menyatakan bahwa
akuntabilitas
merupakan
dasar
pelaporan keuangan di pemerintahan
yang didasari oleh adanya hak
masyarakat untuk mengetahui dan
menerima
penjelasan
atas
pengumpulan sumber daya dan
penggunaannya.
Telah
diketahui
bahwa ada banyak pihak yang akan
mengandalkan informasi dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh
pemerintah daerah sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, informasi tersebut harus bermanfaat
bagi para pemakai.
Kebermanfaatan
(usefulness)
merupakan suatu karakteristik yang
hanya dapat ditentukan secara kualitatif
dalam
hubungannya
dengan
keputusan, pemakai, dan keyakinan
pemakai terhadap informasi. Oleh
karena itu, kriteria ini secara umum
disebut
karakteristik
kualitatif
(qualitative
characteristics)
atau
kualitas (qualities) informasi. Adapun
kriteria dan unsur-unsur pembentuk
kualitas informasi yang menjadikan
informasi dalam laporan keuangan
pemerintah mempunyai nilai atau
manfaat
sebagaimana
disebutkan
dalam Rerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan terdiri dari (PP No. 24
Tahun 2005): (a) relevan, (b) andal, (c)
dapat dibandingkan, dan (d) dapat
dipahami.
Berdasarkan
fakta
yang
diperoleh dari berbagai tulisan pada
artikel atau jurnal yang menulis tentang
akuntansi keuangan daerah, ternyata di
dalam laporan keuangan pemerintah
masih banyak disajikan data-data yang
tidak sesuai (BPK, 2006), berdasarkan
fenomena tersebut dapat dinyatakan
bahwa laporan keuangan pemerintah
masih belum seluruhnya memenuhi
kriteria
keterandalan
dan
ketepatwaktuan (timeliness). Mengingat
bahwa
keterandalan
dan
ketepatwaktuan merupakan dua unsur
nilai informasi yang penting terkait
dengan
pengambilan
keputusan
berbagai pihak, peneliti tertarik untuk
meneliti hal apa saja yang mungkin
mempengaruhi
keterandalan
dan
ketepatwaktuan dalam penyusunan
pelaporan keuangan pemerintah.
Dalam
Konsep
Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara pada
bagian Standar Pekerjaan Lapangan
Pemeriksaan Keuangan mengenai
Pengendalian Intern disebutkan bahwa
sistem informasi yang relevan dengan
tujuan
laporan
keuangan,
salah
satunya adalah sistem akuntansi yang
terdiri dari metode dan catatan yang
digunakan untuk mencatat, mengolah,
mengikhtisarkan,
dan
melaporkan
transaksi
entitas
(baik
peristiwa
maupun kondisi) untuk memelihara
akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan
ekuitas yang bersangkutan (BPK RI,
2006). Untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas,
maka kapasitas sumber daya manusia
yang melaksanakan sistem akuntansi
sangatlah penting, karena sistem
akuntansi
sebagai
suatu
sistem
informasi membutuhkan kemampuan
manusia untuk menjalankan sistem
yang ada.
Penelitian
mengenai
isu
ketepatwaktuan pelaporan keuangan
dilakukan
oleh
Heald
(2008)
pemerintah daerah di Inggris telah
menetapkan
tools
akuntansi
pemerintah (whole of government
accounts)
yang
menjadi
dasar
pelaporan keuangan dalam upaya
mencapai
ketepatan
pelaporan
keuangan pemerintah. Pemerintah
inggris telah melakukan perubahan
sistem dari cash basis menuju accrual
basis,
yang
harus
melaporkan
pelaporan entisas (sesuatu yang
berwujud), secara khusus pada regulasi
dari pelaporan keuangan pemerintah.
Kemudian
penelitian
tentang
peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan
kapasitas dalam pengelolaan keuangan
daerah dilakukan oleh Brignall dan
Modell (2000) dan Marschke (2003)
menganalisis sebuah evulusi dalam
meningkatkan system
pengukuran
kinerja dalam organisasi pemerintah
melalui program job-training. Dalam
program
ini,
dinas-dinas
pada
pemerintah
daerah
di
Amerika
menetapkan ukuran kinerja dan standar
untuk pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Pengunaan Sistem Informasi
dalam organisasi telah meningkat
secara dramatis. Sejak tahun 1980-an,
sekitar 50 persen modal baru
digunakan
untuk
pengembangan
Sistem Informasi (Westland dan Clark,
2000) dalam Venkatesh et al., (2003).
Sistem informasi diadakan untuk
menunjang aktifitas usaha di semua
tingkatan organisasi. Penggunaan SI
mencakup
sampai
ke
tingkat
operasional
untuk
meningkatkan
kualitas produk serta produktivitas
operasi. Sistem informasi juga berperan
dalam bidang akuntansi. Statement of
Financial Accounting Concept No. 2,
Financial Accounting Standard Board
mendefinisikan
akuntansi
sebagai
sistem informasi. Standar akuntansi
keuangan tersebut juga menyebutkan
bahwa tujuan utama akuntansi adalah
untuk menyediakan informasi bagi
pengambil keputusan.
Penelitian mengenai sumber
daya manusia yang ada di instansi
pemerintah
pernah
dilakukan,
diantaranya penelitian Dinata (2004)
menemukan bukti empiris bahwa
secara garis besar sumber daya
manusia yang ada di instansi
pemerintahan Kota Palembang belum
sepenuhnya dinyatakan siap atas
berlakunya
Sistem
Akuntansi
Keuangan Daerah yang berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002. Penelitian
Alimbudiono
dan
Fidelis
(2004)
memberikan temuan empiris bahwa
pegawai berlatar pendidikan akuntansi
di subbagian akuntansi Pemerintah
XYZ masih minim, job description-nya
belum jelas, dan pelatihan-pelatihan
untuk menjamin fungsi akuntansi
berjalan
dengan
baik
belum
dilaksanakan.
Temuan-temuan
tersebut
menunjukkan bahwa kapasitas sumber
BUMD),
yayasan,
universitas,
organisasi politik dan organisasi massa,
serta Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Sektor publik tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti politik, sosial, budaya, dan
historis, yang menimbulkan perbedaan
dalam pengertian, cara pandang, dan
definisi. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami
sebagai entitas yang aktivitasnya
menghasilkan barang dan layanan
publik dalam memenuhi kebutuhan dan
hak publik.
American
Accounting
Association (1970) dalam Glynn (1993)
menyatakan bahwa tujuan akuntansi
pada organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi yang diperlukan
agar dapat mengelola suatu operasi
dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi secara
tepat, efisien, dan ekonomis, serta
memberikan
informasi
untuk
melaporkan
pertanggung-jawaban
pelaksanaan pengelolaan tersebut
serta melaporkan hasil operasi dan
penggunaan dana publik. Dengan
demikian, akuntansi sektor publik
terkait dengan penyediaan informasi
untuk pengendalian manajemen dan
akuntabilitas.
Konsep
transparansi
dan
akuntabilitas publik dibangun paling
tidak atas lima komponen, yaitu sistem
perencanaan
strategik,
sistem
pengukuran kinerja, sistem pelaporan
keuangan, saluran akuntabilitas publik
(channel of public accountability), dan
auditing sektor publik yang dapat
diintegrasikan ke dalam tiga bagian
akuntansi
sektor
publik,
yaitu:
Akuntansi Manajemen Sektor Publik,
Akuntansi Keuangan Sektor Publik, dan
Auditing Sektor Publik.
b. Laporan Keuangan Pemerintah
Akuntansi keuangan sektor
publik
terkait
dengan
tujuan
dihasilkannya
laporan
keuangan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki
kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain
publik yang memiliki wilayah lebih luas
dan kompleks dibandingkan sektor
swasta atau bisnis. Keluasan wilayah
publik tidak hanya disebabkan keluasan
jenis dan bentuk organisasi yang
berada di dalamnya, tetapi juga
kompleksitas
lingkungan
yang
mempengaruhi
lembaga-lembaga
publik tersebut. Secara kelembagaan,
domain publik antara lain meliputi
badan-badan
pemerintahan
(Pemerintah Pusat dan Daerah serta
unit kerja pemerintah), perusahaan
milik negara dan daerah (BUMN dan
pengambilan
keputusan.
Pengaplikasian accrual basis lebih
ditujukan pada penentuan biaya
layanan dan harga yang dibebankan
kepada
publik,
sehingga
memungkinkan
pemerintah
menyediakan layanan publik yang
optimal dan sustainable.
Pengaplikasian accrual basis
memberikan
gambaran
kondisi
keuangan secara menyeluruh (full
picture), yang meliputi manajemen
sumber daya (resource management)
dan
manajemen
utang
(liability
management),
dan
menyediakan
indikasi kekuatan fiskal jangka panjang
dalam reformasi manajemen keuangan
dan reformasi manajemen lainnya
(Mellor, 1996).
Penekanan penggunaan accrual
basis juga disyaratkan dalam GASB
(1999) dan diterapkan bersama-sama
dengan asumsi dasar lainnya seperti
going
concern,
consistency
of
presentation,
materiality
and
aggregation
untuk
mewujudkan
comparative information (IFAC, 2000).
Namun demikian, accrual accounting
mempunyai
beberapa
kelemahan
antara lain penilaian dan revaluasi aset
yang didasarkan atas taksiran dan
penggunaan
estimasi
dalam
penghitungan depresiasi (Conn, 1996).
Beberapa
negara
telah
mereformasi akuntansi sektor publik
mereka, terutama perubahan dari cash
basis menjadi accrual basis. New
Zealand merupakan contoh sukses
dalam
menerapkannya.
Namun,
beberapa kasus menunjukkan bahwa
perubahan yang dilakukan tidak
seluruhnya menjamin keberhasilan.
Kasus di Italia menunjukkan bahwa
perubahan tersebut tidak memberikan
kontribusi
signifikan
terhadap
transparansi, efisiensi, dan efektivitas
organisasi. Oleh karena itu, dalam
mereformasi
suatu
sistem
perlu
dilakukan analisis mendalam terhadap
faktor lingkungan, salah satunya adalah
faktor
sosiologi
masyarakat
(Yamamoto, 1997).
Menurut UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya
tahun
2008.
Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis
kas. Dipertegas dalam PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menyatakan bahwa
laporan keuangan untuk tujuan umum
disusun dan disajikan dengan basis kas
untuk pengakuan pos-pos pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan,
serta basis akrual untuk pengakuan
pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas
dana.
c. Karakteristik Sistem Informasi
Akuntansi
Sistem
informasi
akuntansi
dikonseptualisasikan di sini sebagai
suatu sistem formal yang didesain
untuk menyediakan informasi kepada
pemakai laporan keuangan. Penelitian
ini meneliti empat dimensi SAM: broad
scope, dan aggregation. Galbraith
(1973) menyatakan salah satu pilihan
organisasi jika ada gap (kesenjangan)
informasi adalah dengan meningkatkan
kapabilitas proses pembuat keputusan
melalui pengenalan sistem informasi
yang lebih canggih.
Sistem
informasi
akuntansi
sebagian besar bisa mengisi gap ini
dengan menyediakan informasi yang
memungkinkan
pemakai
untuk
memahami hubungan input/output lebih
baik
dan
dengan
menurunkan
ketidakpastian mengenai kemungkinan
tercapainya tujuan yang optimal bagi
organisasi. Dimensi scope memiliki tiga
sub-dimensi: fokus, kuantifikasi, dan
horizon waktu (Chenhall dan Morris,
1986; Gordon dan Miller, 1976; Gordon
dan Narayanan, 1984; Gorry dan ScottMorton, 1971; dan Larcker, 1981).
Scope dipandang sebagai suatu
kuantifikasi
merupakan
informasi yang menyangkut
aspek-aspek keuangan dan non
keuangan.
2) Informasi yang tepat waktu
(timeliness) menunjukan pada
rentang waktu antara kebutuhan
informasi dengan tersedianya
informasi yang diinginkan serta
frekuensi pelaporan informasi.
Jadi informasi yang tepat waktu
dalam
penelitian
ini
dikonseptualkan menjadi dua
subdimensi yaitu kecepatan
membuat laporan dan frekuensi
pelaporan. Kecepatan diartikan
sebagai tenggang waktu antara
kebutuhan
akan
informasi
dengan tersedianya informasi,
sedangkan frekuensi diartikan
dengan
seberapa
sering
informasi disediakan untuk para
pemakai
laporan
informasi
akuntansi.
3) Informasi agregasi (agregation)
merupakan ringkasan informasi
menurut fungsi, periode waktu
dan model keputusan. Informasi
menurut fungsi dimaksudkan
untuk menyediakan informasi
yang berkenaan dengan hasil
dari suatu keputusan yang
dibuat oleh unit-unit lain.
Informasi
menurut
periode
waktu adalah informasi yang
memungkinkan pemakai untuk
menilai keputusan mereka dari
waktu ke waktu. Sedangkan
informasi menurut keputusan
adalah
informasi
yang
disediakan
untuk
membuat
keputusan
dengan
menggunakan model analisis
seperti analisis what-if, dan
analisis cost and benefit.
4) Informasi
yang
terintegrasi
(integration) ditunjukan dari
koordinasi antara segmen subunit yang satu dengan yang
lainnya.
Informasi
yang
terintegrasi mencakup aspek
10
11
KERANGKA KONSEPTUAL
PENELITIAN
a. Kerangka Konseptual
Kerangka konspetual bertujuan
agar penelitian ini dapat terarah secara
sistimatais dalam suatu alur metode
penelitian yang baik, sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian
yang akan dicapai. Kerangka konsep
penelitian secara komprehensif perlu
dibangun dengan mendasarkan kepada
fakta masalah yang ada, keterkaitan
variabel
secara
teoritis,
kajian
penelitian-penelitian
sebelumnya,
metodologi, metode analisis dan
dengan keselarasan tujuan penelitian
yang ingin dicapai.
Kerangka
konseptual
yang
dibangun
dalam
penelitian
ini
diharapkan dapat menggambarkan
tentang penelitian yang akan dilakukan
penulis secara keseluruhan, yaitu
menganalisis
pengaruh
kapasitas
sumber daya manusia, pengendalian
intern akuntansi dan pemanfaatan
teknologi
infromasi
terhadap
keterandalan
dan
ketepatwaktuan
12
Kapasitas
Sumber Daya
Manusia (X1)
Pengendalian
Intern
Akuntansi (X2)
Ketepatwaktuan (Y2)
Keterandalan
(Y1)
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi (X3)
b.
Pengembangan Hipotesis
1) Pengaruh kapasitas sumber
daya manusia terhadap
keterandalan dan
ketepatwaktuan Pelaporan
Keuangan Pemerintah
Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor
105
Tahun
2000
dan
Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006
telah membawa perubahan besar dan
memberikan pendekatan baru dalam
pengelolaan
keuangan
daerah.
Perubahan yang mendasar dalam PP
Nomor 105 Tahun 2000 adalah terkait
13
keterandalan
keuangan.
pelaporan
Selain
itu,
rendahnya
pemahaman pegawai terhadap tugas
dan fungsinya serta hambatan di dalam
pengolahan data juga dapat berdampak
pada
keterlambatan
penyelesaian
tugas yang harus diselesaikan, salah
satunya adalah penyajian laporan
keuangan. Keterlambatan penyajian
laporan keuangan berarti bahwa
laporan
keuangan
belum/tidak
memenuhi
nilai
informasi
yang
disyaratkan, yaitu ketepatwaktuan.
Berdasarkan uraian tersebut penulis
penulis menduga terdapat hubungan
positif antara kapasitas sumber daya
manusia
dengan
ketepatwaktuan
pelaporan
keuangan
pemerintah
daerah
dan
hubungan
tersebut
dihipotesiskan sebagai berikut:
Hipotesis 2 : Kapasitas sumber daya
manusia berpengaruh
positif
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan keuangan.
2) Pengaruh pemanfaatan
teknologi informasi terhadap
keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan
keuangan
Perkembangan
teknologi
informasi tidak hanya dimanfaatkan
pada organisasi bisnis tetapi juga pada
organisasi sektor publik, termasuk
pemerintahan.
Dalam
Penjelasan
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun
2005
tentang
Sistem
Informasi
Keuangan Daerah disebutkan bahwa
untuk menindaklanjuti terselenggaranya
proses pembangunan yang sejalan
dengan
prinsip
tata
kelola
pemerintahan
yang
baik
(Good
Governance),
Pemerintah
dan
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk
mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk
meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan
14
positif
terhadap
keterandalan pelaporan
keuangan.
Selain
keterandalan
hasil
operasi
dan
kemampuan
untuk
mengurangi human error, pemanfaatan
teknologi informasi dalam pengolahan
data diketahui memiliki keunggulan dari
sisi kecepatan. Suatu entitas akuntansi
yang bernama pemerintah daerah,
sudah pasti akan memiliki transaksi
yang kompleks dan besar volumenya.
Pemanfaatan teknologi informasi mesti
akan sangat membantu mempercepat
proses pengolahan data transaksi dan
penyajian
laporan
keuangan
pemerintah sehingga laporan keuangan
tersebut tidak kehilangan nilai informasi
yaitu ketepatwaktuan. Berdasarkan
uraian
tersebut
diduga
terdapat
hubungan positif antara pemanfaatan
teknologi
informasi
dengan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan
pemerintah daerah sehingga diajukan
hipotesis:
Hipotesis 4 : Pemanfaatan teknologi
informasi
berpengaruh
positif
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan keuangan.
3) Pengaruh pengendalian intern
akuntansi terhadap keterandalan
pelaporan keuangan
Aktivitas pengendalian yang
berhubungan
dengan
pelaporan
keuangan adalah (1) perancangan
yang memadai dan penggunaan
dokumen-dokumen dan catatan-catatan
bernomor; (2) pemisahan tugas; (3)
otorisasi yang memadai atas transaksitransaksi; (4) pemeriksaan independen
atas kinerja; dan (5) penilaian yang
sesuai/tepat atas jumlah yang dicatat.
Unsur-unsur
pokok
yang
diperlukan
dalam
menciptakan
pengendalian akuntansi yang efektif
antara lain: (a) adanya perlindungan
fisik terhadap harta; (b) pemisahan
fungsi organisasi yaitu pemisahan
15
Namun
sebaliknya
waktu
pelaporan akan terbengkalai jika proses
penyusunannya mengalami masalah,
masih ada ketidakwajaran dalam
penyajian, yang menyebabkan proses
pemeriksaan ulang harus dilakukan,
menyebabkan
keterlambatan
pelaporan,
kemudian
tidak
dilakukannya
pencatatan
secara
periodik, penyajian bersifat tertutup,
dan belum terujinya laporan keuangan,
ini
merupakan
hal-hal
yang
menghambat
penyajian
laporan
keuangan, sehingga jika keandalan
sudah tercapai maka ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pun akan tercapai
secara maksimal.
Dalam hal tertentu, mengejar
keberpautan dan ketepatwaktuan untuk
mencapai
kebermanfaatan
harus
dibarengi
dengan
mengorbankan
kualitas lain yaitu keakuratan/presisi
(accuracy/precision) atau keterandalan.
Jadi terdapat saling korban (trade-off)
antara
ketepatwaktuan
dan
keterandalan/reliabilitas
untuk
mendapatkan kebermanfaatan. Namun,
walaupun berkurangnya reliabilitas
berakibat
berkurangnya
kebermanfaatan, dimungkinkan untuk
mempercepat ketersediaan data secara
aproksimasi
tanpa
mempengaruhi
reliabilitas secara material. Dengan
begitu
ketepatwaktuan
dengan
aproksimasi justru akan meningkatkan
kebermanfaatan secara keseluruhan
(Suwardjono, 2005). Dari uraian di atas
dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis 6 : Keterandalan
pelaporan keuangan
berpengaruh positif
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan keuangan.
16
17
Unit Kerja
Jumlah
Responden
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Inspektorat Daerah
10
11
12
Dinas Kesehatan
13
14
15
Dinas Perhubungan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan Kambu
31
Kecamatan Poasia
32
Kecamatan Baruga
33
Kecamatan Wua-Wua
34
Kecamatan Kadia
35
36
Kecamatan Kendari
37
Kecamatan Mandonga
38
Kecamatan Abeli
3
114
18
c.
pengembangan
keahlian
staf, baik formal maupun
non-formal.
2) Pengendalian Intern Akuntansi
(X2) adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan
seluruh
pegawai
untuk
memberikan
keyakinan
memadai
atas
tercapainya
tujuan
organisasi
melalui
kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan
(PP. No. 60 tahun 2008).
Konstruk Pengendalian Intern
Akuntansi
diukur
dengan
indikator formatif:
a) Lingkungan pengendalian;
merupakan upaya untuk
meningkatkan
perilaku
positif dan kondusif untuk
penerapan
Sistem
Pengendalian Intern dalam
lingkungan kerjanya.
b) Penilaian risiko; merupakan
upaya
untuk
mengidentifikasi risiko dan
menganalisis risiko yang
akan terjadi pada organisasi
sektor publik.
c) Kegiatan
pengendalian;
merupakan upaya untuk
melakukan
review
atas
kinerja Instansi Pemerintah
yang
bersangkutan
termasuk
di
dalamnya
adalah pemisahan tugas.
d) Informasi dan komunikasi;
merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, mencatat,
dan
mengkomunikasikan
informasi dalam bentuk dan
waktu yang tepat
a) Pemantauan pengendalian
intern; merupakan upaya
pemantauan berkelanjutan,
19
tergambar
dengan
jujur
dalam laporan keuangan.
b) Kelengkapan unsur Laporan
Keuangan;
merupakan
indikator
untuk
menggambarkan
bahwa
unsur-unsur
laporan
keuangan disajikan secara
lengkap
sesuai
dengan
peraturan menteri dalam
negeri.
c) Dapat
diuji;
merupakan
indikator
untuk
menggambarkan
bahwa
informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan
dapat diuji kebenarannya,
baikmetodologi
maupun
bukti-bukti transaksi.
d) Generalisasi;
merupakan
indikator
untuk
menggambarkan
bahwa
informasi diarahkan pada
kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu.
5) Ketepatwaktuan
laporan
keuangan adalah tersedianya
informasi
bagi
pembuat
keputusan pada saat dibutuhkan
sebelum
informasi
tersebut
kehilangan
kekuatan
untuk
mempengaruhi keputusan. (PP
No. 24 Tahun 2005). Konstruk
nilai informasi ketepatwaktuan
diukur dengan indikator:
a) Timelines;
merupakan
indikator
untuk
menggambarkan
bahwa
Informasi yang dibutuhkan
segera
tersedia
ketika
diminta.
b) Sistematis
waktu;
merupakan indikator untuk
menggambarkan
bahwa
laporan-laporan disediakan
secara
sistematis
dan
teratur,
misal:
laporan
harian, laporan mingguan,
laporan bulanan, laporan
20
semester,
dan
laporan
tahunan.
c) Sistematis
unsur;
merupakan indikator untuk
menggambarkan
bahwa
Laporan-laporan
berikut
disampaikan
secara
sistematis dan teratur antara
unsur-unsur
laporan
Pengendalian Intern
akuntansi (X2)
Pemanfaatan
Teknologi Informasi
(X3)
Keterandalan (Y1)
Ketepatwaktuan (Y2)
Indikator
Indikator Reflektif terdiri dari:
Kapasitas staf (X1.1)
Tupoksi (X1.2)
Pengembangan(X1.3)
Indikator Formatif terdiri dari:
Lingkungan pengendalian (X2.1)
Penilaian risiko (X2.2)
Kegiatan pengendalian (X2.3)
Informasi dan komunikasi (X2.4)
Pemantauan pengendalian intern (X2.5)
Indikator Reflektif terdiri dari:
Perangkat (X3.1)
Pengelolaan Data Keuangan (X3.2)
Perawatan (X3.3)
Indikator Reflektif terdiri dari:
Kewajaran (Y1.1)
Unsur Laporan Keuangan (Y1.2)
Dapat Diuji (Y1.3)
Generalisasi (Y1.4)
Indikator Reflektif terdiri dari:
Timelines (Y2.1)
Sistematis waktu (Y2.2)
Sistematis unsur (Y2.3)
d.
Skala
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
akuntansi/penatausahaan
keuangan
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). SKPD ini meliputi dinas,
badan, kantor, dan RSUD.
Peneliti juga melakukan tanya
jawab (wawancara) kepada responden
yang bersedia diwawancarai mengenai
21
kondisi
sumber
daya
manusia,
teknologi informasi, dan pengendalian
intern yang ada di satuan kerja
responden.
Data yang dianalisis merupakan
data yang dikumpulkan melalui survey
kuesioner (data primer), dengan jenis
data adalah data interval, sementara
data yang diperoleh melalui wawancara
tidak dianalisis, tetapi hanya digunakan
sebagai
bahan
pendukung
bagi
kelengkapan pembahasan.
e. Analisis Data
Sesuai variabel-variabel bebas
dalam penelitian ini, maka model
analisa data yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah PLS.
Analisis dengan model ini merupakan
analisis yang bersifat kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh
kapasitas
SDM,
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Pengendalian
intern
Akuntansi
terhadap
Keterandalan
Laporan
Keuangan Pemerintah daerah dan
ketepatwaktuan pelaporan Keuangan
Pemerintah daerah.
Adapun
model
persamaan
struktur yang digunakan berdasarkan
pola hubungan variabel bebas dengan
variabel tergantungnya yaitu sebagai
berikut :
Model Persamaan Pengaruh Langsung:
Y1 = 1X1 + 2X2 + 3X3 + e1
Y2 = 4X1 + 5X3 + 6Y1 + e2
Di mana :
Y1 adalah Keterandalan
Y2 adalah Ketepatwaktuan
X1 adalah Kapasitas SDM
X2 adalah Pengendalian Internal
Akuntansi
X3 adalah Pemanfaatan Teknologi
Informasi
1...6 adalahParameter
Persamaan spesifikasi model
pengukuran untuk menentukan variabel
konstruk dan rangkaian matriks yang
menunjukkan korelasi antar konstruk
atau variabel adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y1.1 Y1.4 = Indikator
12,..., 15 = Loading Factor
e12, e15 = error term
e) Ketapatwaktuan/KTP (Y2)
Y2.1 = 16 KTP (Y2) + e16
Y2.2 = 17 KTP (Y2) + e17
Y2.3 = 18 KTP (Y2) + e18
22
Keterangan:
Y2.1 Y2.4 = Indikator
16,, 18 = Loading Factor
e16,, e18 = error term
V.
Jumlah
kuesioner
yang
didistribusikan disesuaikan dengan
jumlah sampel yang ditentukan yaitu
sebanyak 114 orang, tetapi jumlah
sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini sebanyak 77 sesuai
dengan perhitungan metode sampel
yang digunakan. Sebanyak 28 buah
kuesioner tidak dikembalikan karena
yang bersangkutan ada tugas di luar
daerah dan berbagai alasan lainnya,
sementara itu sebanyak 9 kuesioner
tidak dapat digunakan karena tidak
lengkap dan rusak.
b. Hasil Analisis
Dalam analisis dengan PLS ada 2
hal yang dilakukan, pertama, menilai
outer model atau measurement model
adalah penilaian terhadap reliabilitas
dan validitas variabel penelitian. Ada
23
24
Gambar. Hasil Outer Model tahap kedua setelah eliminasi beberapa indikator
reliabilitas dan validitas variabel
penelitian. Ada beberapa kriteria untuk
menilai outer model yaitu: Discriminant
validity dan composite reliability. Tabel
berikut menunjukkan hasil pengujian
reliabilitas dan validitas untuk masingmasing variabel, Discriminant validity
dari
pengukuran
model
dengan
indikator refleksif dapat dilihat dari
korelasi antar skor indikator dengan
skor konstruknya.
Berdasarkan
hasil estimasi
terakhir yang digambarkan pada model
PLS di atas, maka dapat dibuat hasil
persamaan moderasi sebagai berikut:
Variabel
25
R Square
0,592
0,651
Nilai R-square, regresion weight hubungan antara konstruk, dan nilai signifikansi
statistik (t_statsitic)
Koefisien
Deviasi
Statistik T
Hubungan
R Square
Jalur
Standar
Kauslitas Variabel
(R2)
X1 Y1
0,592
0,031
0,153
0,2026
X2 Y1
0,592
0,215*)
0,102
2,1078
X3 Y1
0,592
0,266*)
0,113
2,3540
X1 Y2
0,651
0,268*)
0,114
2,3509
X3 Y2
0,651
0,169*)
0,051
3,3137
Y1 Y2
0,651
0,126
0,172
0,7326
Sumber: Output SmartPLS
Ket: *) Singinifikan pada 5%
Berdasarkan hasil analisis di
atas diperoleh nilai R-square (R2) untuk
variabel endogen keterandalan sebesar
0,592. Berdasarkan nilai R-square
sebesar 0,592 dapat diinterpretasikan
bahwa kapasitas SDM, Pengendalian
Intern Akuntansi dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dapat menjelaskan
varian dari perubahan keterandalan
pelaporan keuangan sebesar 59,2
persen, sedangkan sisanya sebesar
(100%-59,2%) 40,8 persen dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukan
dalam model penelitian ini.
Nilai R-square (R2) untuk
variabel
endogen
ketepatwaktuan
sebesar 0,651. Berdasarkan nilai Rsquare
sebesar
0,651
dapat
diinterpretasikan
bahwa
kapasitas
SDM,
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi dan keterandalan dapat
menjelaskan varian dari perubahan
keteapwaktuan pelaporan keuangan
Q 2 = 1 ( 1 R1 ) * ( 1 R2 )
26
Q 2 = 1 ( 1 0,592 ) * ( 1 0,651)
Q 2 = 1 (0,638) * (0,591)
Q 2 = 0,623
Berdasarkan perhitungan Qsquare (Q2) diperoleh nilai Q-square
sebesar 0,623. Angka tersebut dapat
diinterpretasikan
bahwa
model
penelitian dapat menjelaskan 62,3
persen informasi yang terkandung
dalam data atau kontribusi pengaruh
Nilai koefisien jalur hubungan antara konstruk, nilai signifikansi statistik (t_statsitic) dan
Penjelasan hasil uji hipotesis
Hubungan
Koefisien
Statistik T
Keterangan
Kauslitas Variabel
Jalur
X1 Y1
Hipotesis tidak didukung
0,031
0,2026
X2 Y1
0,215*)
2,1078
Hipotesis didukung
X3 Y1
Hipotesis didukung
0,266*)
2,3540
X1 Y2
0,268*)
2,3509
Hipotesis didukung
X3 Y2
Hipotesis didukung
0,169*)
3,3137
Y1 Y2
0,126
0,7326
Hipotesis tidak didukung
Sumber: Output SmartPLS
Berdasarkan hasil analisis di
atas, dari enam hipotesis dua
diantaranya
tidak
berpengaruh,
sementara
sisanya
berpengaruh.
Berikut ini dijelaskan hasil pengujian
hipotesis semua hubungan kausalitas.
1) Pengaruh
Kapasitas
SDM
terhadap Keterandalan
Hipotesis pertama menyatakan
bahwa
Kapasitas
sumber
daya
manusia berpengaruh positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan.
Hasil analisis PLS menghasilkan
koefisien jalur sebesar 0,031 dengan
nilai t-statistik sebesar 0,202. Temuan
ini mengindikasikan tidak ada pengaruh
antara kapasitas sumber daya manusia
terhadap
keterandalan
pelaporan
keuangan, yang ditandai dengan nilai t-
27
2) Pengaruh
Kapasitas
SDM
terhadap Ketepatwaktuan
Hipotesis kedua menyatakan
bahwa
Kapasitas
sumber
daya
manusia berpengaruh positif terhadap
ketepatwaktuan pelaporan keuangan.
Hasil analisis PLS menghasilkan
koefisien jalur sebesar 0,268 dengan
nilai t-statistik sebesar 2,351. Temuan
ini mengindikasikan ada pengaruh
antara kapasitas sumber daya manusia
dengan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan yang ditandai dengan nilai tstatistik lebih besar dari 1,960.
Penelitian ini mendukung hipotesis 2
(H2).
Temuan ini sejalan dengan
penelitian Marschke (2003) yang
menyatakan
bahwa
rendahnya
pemahaman pegawai terhadap tugas
dan fungsinya serta hambatan di dalam
pengolahan data juga dapat berdampak
pada keterlambatan penyelesaian,
pada sisi lain tinggi pemahaman dan
keahlian SDM berdampak terhadap
ketepatwaktuan penyelesaian tugas.
Logika dari temuan ini adalah
ketika seseorang memiliki kapasitas
yang dibutuhkan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan atau tugas yang
menjadi tanggung jawabnya maka ia
akan
menyelesaikan
pekerjaan/tugasnya dengan baik dan
lebih cepat. Namun satu hal yang perlu
dipertanyakan dari temuan ini adalah
mengenai
perbedaan
signifikansi
antara pengaruh variabel kapasitas
sumber daya manusia terhadap
keterandalan dan ketepatwaktuan.
Boleh jadi temuan ini memberikan
dukungan mengenai saling korban
(trade-off) antara ketepatwaktuan dan
keterandalan
untuk
mendapatkan
kebermanfaatan
sebagaimana
dijelaskan dalam bab II. Dengan kata
lain,
ketepatwaktuan
dengan
aproksimasi/taksiran
justru
akan
meningkatkan kebermanfaatan secara
keseluruhan (Suwardjono, 2005).
3) Pengaruh pemanfaatan Teknologi
Informasi terhadap Keterandalan
28
29
30
Hipotesis
H1
H2
H3
H4
H5
H6
kebermanfaatan, dimungkinkan
untuk mempersulit ketersediaan
data secara aproksimasi yang
mempengaruhi waktu pelaporan
keuangan.
Dengan
begitu
ketepatwaktuan
dengan
aproksimasi justru semakin
lama.
Berikut ini ringkasan hasil
pengujian hipotesis dari hipotesis 1
sampai
hipotesis
6,
termasuk
didalamnya
koefisien
jalur,
nilai
statistik, arah hasil temuan dan
keterangan pendukungan atau tidak
terhadap hasil penelitian.
VI. PENUTUP
a. Simpulan
Dari hasil analisis dan pengujian
hipotesis dengan menggunakan partial
least square disimpulkan bahwa:
1) Hasil analisis menunjukkan
bahwa kapasitas SDM tidak
berpengaruh
terhadap
keterandalan,
namun
pengendalian intern akuntansi
dan pemanfaatan teknologi
informasi
berpengaruh
terhadap
keterandalan
pelaporan keuangan.
2) Keterandalan
pelaporan
keuangan tidak berpengaruh
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan
keuangan,
sementara kapasitas SDM
dan pemanfaatan teknologi
informasi
berpengaruh
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan keuangan.
Keterangan
Tidak didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Tidak didukung
31
32
mencapai
ketepatwaktuan
pelaporan, untuk itu disarankan
kepada pemerintah
dearah
untuk
membangun
sistem
pencatatan pelaporan keuangan
yang
terintegrasi
dengan
teknologi informasi, sehingga
proses penyusunan pelaporan
keuangan tidak lagi mamakan
waktu yang lama.
3) Kepada peneliti berikutnya agar
memperbaiki terlebih dahulu
kuesioner
yang
digunakan
dalam
penelitian ini atau
menggunakan kuesioner yang
tingkat
validitas
dan
reliabilitasnya lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori,
Kasus dan Solusi, BPFE,
Yogyakarta.
Alimbudiono, Ria Sandra dan Fidelis
Arastyo
Andono.
2004.
Kesiapan
Sumber
Daya
Manusia Sub Bagian Akuntansi
Pemerintah Daerah XYZ dan
Kaitannya
Dengan
Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah Kepada Masyarakat:
Renungan
Bagi
Akuntan
Pendidik. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik. Vol. 05
No. 02. Hal. 18-30.
Auditor-Controller County of Yoo
Department. Februari, 2005.
Internal Control Questionnaire.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2006.
Konsep Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Publikasi
BPK, Jakarta
Brignall, Stan dan Sven Modell. 2000.
An institutional perspective on
performance measurement and
management in the new public
sector,
Management
Accounting Research, 2000, 11,
281306.
33
34
35
36