You are on page 1of 19

Kelompok 8

S1-3A

Nasofaring letaknya tertinggi di antara


bagian-bagian lain dari faring,
tepatnya di sebelah do sal dari
cavum nasi dan dihubungkan
dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring
tidak
bergerak,
berfungsi dalam proses pernafasan
dan ikut menentukan kualitas suara
yang
dihasilkan
oleh
laring.
Nasofaring merupakan rongga yang
mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
Atas : Basis kranii
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii,
torus tubarius, fossa rosenmuler
(resesus
faringeus).
Pada atap dan dinding belakang
Nasofaring terdapat adenoid atau
tonsila faringika.

Karsinoma

nasofaring(KNF) adalah tumor


ganas yang tumbuh didaerah nasofaring
dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan
atap nasofaring(Arima, 2006 dan Nasional
Cancer Institute, 2009).
Karsinoma
nasofaring merupakan tumor
ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan
atap nasofaring. Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas daerah kepala dan
leher
yang
terbanyak
ditemukan
di
Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).

1. Kerentanan Genetik
2. Infeksi Virus Eipstein-Barr
3. Faktor Lingkungan

Karsinoma

sel skuamosa berkeratinisasi,


terdapat jembatan interseluler dan keratin,
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
Karsinoma nonkeratinisasi, pada pemeriksaan
dengan mikroskop cahaya, terdapat tanda
difrensiasi, tetapi tidak ada difrensiasi
skuamosa.
Karsinoma tidak berdifrensiasi, sel
mempunyai inti vesikuler, nucleolus yang
menonjol dan dinding sel tidak tegas; tumor
tampak lebih berbentuk sinsitium daripada
bentuk susunan batubata.

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1.
Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor
sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2.
Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa
Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga
sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3.
Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen
laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia,
juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika
penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika
seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah
disertai destruksi tulang tengkorak.
4.
Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid
yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat.

TUMOR SIZE (T)


T

Tumor primer

T0

Tidak tampak tumor

T1

Tumor terbatas pada satu lokasi saja

T2

Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih


terbatas pada rongga nasofaring

T3

Tumor telah keluar dari rongga nasofaring

T4

Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang


tengkorak atau saraf-saraf otak

Tx

Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak


lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)

N0

Tidak ada pembesaran

N1

Terdapat pembesarantetapi homolateral dan masih bisa


digerakkan

N2

Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat


digerakkan

N3

Terdapat

pembesaran,

baik

homolateral,

kontralateral

maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar

METASTASE JAUH (M)


M0

tidak ada metastase jauh

M1

Metastase jauh

Stadium

I : T1 No dan Mo
Stadium II : T2 No dan Mo
Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau
T3 dan No dan Mo
Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau
T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau
T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 dan M1

Nasofaringoskopi
Rinoskopi

posterior dengan atau tanpa

kateter
Biopsi multiple
Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak,
Tomografi, CT Scan, Bone scantigraphy (bila
dicurigai metastase tulang)
Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk
mengetahui perluasan tumor kejaringan
sekitar yang menyebabkan penekanan atau
infiltrasi kesaraf otak, manifestasi
tergantung dari saraf yang dikenai.

a. B1 : RR meningkat, sesak napas, produksi sekret


kental meningkat, epistaksis.
b. B2 : Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat)
c. B3 : Pusing, nyeri
Telinga: rasa penuh pada telinga sampai tuli
konduksi, nyeri telinga, tinitus.
Hidung: sumbatan hidung, produksi sekret
meningkat, epistaksis
Mata: miosis, enoftalmus, ptosis, juling dan
diplopia.
d. B4 : Normal
e. B5 : Disfagia, Nafsu makan turun, BB turun.
f. B6 : Normal

Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri


fisik (pembedahan).
Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :Mendemonstrasikan
penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri
Melaporkan penghilangan nyeri
maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal
pada AKS

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.Tentukan riwayat nyeri misalnya 1.Informasi memberikan data
lokasi, frekuensi, durasi
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektivan intervensi
2.Berikan tindakan kenyamanan 2.Meningkatkan relaksasi dan
dasar (reposisi, gosok punggung) membantu memfokuskan kembali
dan aktivitas hiburan.
perhatian
3.Dorong penggunaan ketrampilan 3.Memungkinkan pasien untuk
manajemen nyeri (teknik
berpartisipasi secara aktif dan
relaksasi, visualisasi, bimbingan
meningkatkan rasa kontrol
imajinasi) musik, sentuhan
terapeutik.
4.Evaluasi penghilangan nyeri
4. Kontrol nyeri maksimum dengan
atau control
pengaruh minimum pada AKS
Kolaborasi
1.Berikan analgesik sesuai indikasi 1. Nyeri adalah komplikasi sering
misalnya Morfin, metadon atau
dari kanker, meskipun respon
campuran narkotik
individual berbeda. Saat
perubahan penyakit atau
pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan

Gangguan sensori persepsi (pendengaran)


berubungan dengan gangguan status organ
sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan
sensori pesepsi.
Kriteria Hasil: mengenal gangguan dan
berkompensasi terhadap perubahan.

Intervensi

Rasional

1.Tentukan ketajaman
pendengaran, apakah satu atau
dua telinga terlibat .
2.Orientasikan pasien terhadap
lingkungan.
3.Observasi tanda-tanda dan
gejala disorientasi.

1. Mengetahui perubahan dari halhal yang merupakan kebiasaan


pasien .
2. Lingkungan yang nyaman dapat
membantu meningkatkan proses
penyembuhan.
3. Mengetahui faktor penyebab
gangguan persepsi sensori yang
lain dialami dan dirasakan pasien.

Gangguan

pemenuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi
badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam
batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.

Intervensi

Rasional

1.Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1. Untuk mengetahui tentang


makan.
keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
2.Anjurkan pasien untuk mematuhi 2.Kepatuhan terhadap diet dapat
diet yang telah diprogramkan.
mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3.Timbang berat badan setiap
3.Mengetahui perkembangan berat
seminggu sekali.
badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet).
4. Identifikasi perubahan pola
4. Mengetahui apakah pasien telah
makan.
melaksanakan program diet yang
ditetapkan.

1. Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau
tanpa kemoterapi
2. Kemoterapi
Kemoterapi sebaga terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternya
dapat meningkatan hasil terapi, terutama diberikan pada stadium lanjut
atau pada keadaan kambuh.
3. Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi
leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih
ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan
syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan
dengan pemeriksaan radiologi dan serologi. Nasofaringektomi merupakan
suatu operasi paliatif yang dilakukan kasus-kasus yang kambuh atau
adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara
lain.
4. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah Virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring
dapat diberikan imunoterapi.

Terima

kasih

You might also like