You are on page 1of 8

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kV PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang
PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang
Jimy harto S.1, Abdul Syakur2
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstrak: PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang adalah suatu oragnisasi atau tata kerja yang
bergerak dibidang penyaluran energi listrik antar Gardu Induk dalam suatu wilayah/region.
Arrester merupakan salah satu peralatan yang ada pada Gardu Induk yang berfungsi untuk
mengamankan peralatan yang ada pada Gardu Induk dari surja petir/surja hubung. Pemeliharaan
Arrester pada GI dan GIS ini meliputi pemeriksaan kondisi Arrester, pengukuran kemampuan
Arrester dan juga pengujian kemampuan dari Arrester. Laporan Kerja Praktek ini akan
membahas tentang pemeliharaan Arrester yang di GI dan GIS 150 kV PT. PLN (PERSERO)
UPT Semarang.
Kata-kunci : Arrester, UPT Semarang, GI, GIS, petir.

PENDAHULUAN
P.T PLN (PERSERO) sebagai Perusahaan
Listrik Negara berusaha untuk mensuplay energi
listrik dengan se-optimal mungkin seiring dengan
semakin meningkatnya konsumen energi listrik.
Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada
serta menjaga keandalan sistem penyaluran dan
kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem
pengaman dan sistem pemeliharaan instalasi gardu
induk. Hal tersebut harus memperhatikan aspek
teknis, ekonomis dan yang sesuai dengan kondisi
peralatan yang ada.
Pemeliharaan instalasi Gardu Induk pada
hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian
atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang
dipelihara akan berfungsi secara optimal,
meningkatkan umur teknisnya dan keamanan bagi
personil. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk dilihat
dari sifat dan jenis pemeliharaanya dibedakan
dalam pemeliharaan rutin, pemeliharaan korektif
dan pemeliharaan darurat. Mengingat bidang
pemeliharaan ini sangat diperlukan dalam sistem
penyaluran, maka pemeliharaan memerlukan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasinya yang dilaksanakan baik ditingkat pusat,
kesatuan, unit administrasi sampai unit terkecil.

DASAR TEORI
Sejarah Singkat PT PLN (Persero) P3B
Region Jateng dan DIY UPT Semarang.
PT PLN (persero) di Indonesia didirikan
berdasarkan surat keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 163/53 Tanggal 3 Oktober 1953
yang kemudian ditegaskan dalam pasal 8 ayat 2
UU No. 9 Tahun 1969. Tujuan PLN dalam
mengelola kelistrikan Negara adalah seperti
tercantum pada PP No. 18 tahun 1972, yaitu:
Ikut serta membangun ekonomi dan ketahanan
nasional sesuai dengan kebijakan pemerintah
dalam pengusahaan tenaga listrik dengan
maksud untuk mempertinggi derajat manusia
Indonesia.
Jumlah Gardu Induk di Wilayah UPT Semarang
terdiri dari 14 (empat belas) Gardu Induk yaitu :
1. Gardu Induk TET 500 kV Ungaran
2. Gardu Induk 150 kV Sayung
3. Gardu Induk 150 kV Ungaran
4. Gardu Induk 150 kV Pudak Payung
(GIS)
5. Gardu Induk 150 kV Srondol
6. Gardu Induk 150 kV Pandean Lamper
7. Gardu Induk 150 kV Simpang Lima
(GIS)
8. Gardu Induk 150 kV Kalisari (GIS)
9. Gardu Induk 150 kV Tambak Lorok
10. Gardu Induk 150 kV Krapyak
11. Gardu Induk 150 kV Randugarut (GIS)
12. Gardu Induk 150 kV Kaliwungu
13. Gardu Induk 150 kV BSB
(Bukit Semarang Baru)
14. Gardu Induk 150 kV Mranggen

TUJUAN
Kerja Praktek ini bertujuan untuk
mempelajari secara langsung mengenai peralatan
tegangan tinggi terutama pada Arrester GI dan GIS
150 kV yang ada di UPT Semarang.
BATASAN MASALAH
Kerja Praktek yang telah dilakukan ini
dibatasi hanya pada masalah pemeriksaan dan
pemeliharaan Arrester pada GI dan GIS 150 kV
yang ada di UPT Semarang.

Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu instalasi yang
terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk :
1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi
yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya
atau ke tegangan menengah.
2. Pengukuran, pengawasan operasi serta
pengaturan pengamanan dari sistem tenaga
listrik.
3. Mengatur penyaluran daya ke gardu-gardu
lain melalui tegangan tinggi dan ke gardugardu distribusi setelah melalui proses
penurunan tegangan melalui penyulang
(feeder) tegangan menengah.

Transformator
Trafo adalah suatu alat yang
mengkonversi suatu besaran tertentu menjadi
besaran yang sama dengan nilai yang berbeda.
Pada Gardu Induk terdapat 3 jenis trafo yaitu:
Trafo Daya
Trafo Tegangan
Trafo Arus

a.

Sedangkan menurut tegangannya Gardu Induk


dibagi menjadi:
1. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
(GITET) 500 kV.
Gardu listrik yang mendapat daya dari
Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi
atau Saluran Udara Tegangan Tinggi untuk
kemudian menyalurkannya ke GITET atau
GITT lain melalui SUTET atau SUTT lain.
2. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) 150
kV.
Gardu listrik yang mendapat daya dari
saluran transmisi tegangan ekstra tinggi,
saluran transmisi Tegangan Tinggi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban
melalui penyaluran distribusi.
3. Gardu Induk Distribusi (20-70 kV).
Gardu listrik yang mendapat daya dari
saluran distribusi primer (penyulang untuk
kemudian menyalurkannya ke saluran
tegangan rendah).

b.

c.

Gambar 1. Macam macam trafo di GI. a. trafo


daya. b. trafo tegangan. c. trafo arus.

Pemutusan Tenaga (PMT)


Berfungsi untuk memutuskan hubungan
tenaga listrik dalam keadaan gangguan maupun
dala keadaan berbeban dan proses ini harus
dilakukan dengan cepat. Pemutusan tenaga
listrik dalam keadaan gangguan akan
menimbulkan arus yang relative besar, pada saat
itu PMT bekerja sangat berat. Bila kondisi
peralatan PMT menurun karena kurangnya
pemeliharaan, sehingga tidak sesuai lagi
kemempuan dengan daya yang diputuskan maka
PMT tersebut akan dapat rusak.

Sedangkan menurut penempatnya Gardu Induk


dapat dibagi sebagai berikut :
1. Gardu Induk Pasangan Dalam / GIS.
Gardu listrik dimana semua peralatannya
(switchgear, isolator dan sebagainya)
dipasang dalam gedung / ruangan tertutup.
2. Gardu Induk Pasangan Luar / Konvensional
Gardu listrik dimana semua / sebagian besar
peralatannya ditempatkan diluar / udara
terbuka.
3. Gardu Induk Setengah Pasangan Dalam dan
Setengah Pasangan Luar.
Gardu listrik ini merupakan paduan dari
Gardu Induk jenis pasangan dalam dan Gardu
Induk pasangan Luar.
4. Gardu Induk Bawah Tanah.
Gardu listrik ini biasanya dipakai di pusat
kota yang sangat ramai dan gedung bertingkat
tinggi.

Gambar 2. PMT dengan media pemadam gas SF 6,


GI 150 kV Srondol.

PMT yang digunakan dengan sebagai


media peredam loncatan bunga api listrik yang
timbul selama pemutusan kontak-kontak adalah
gas SF 6. Penggunaan gas SF 6 mempunyai
alasan, yaitu :
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak beracun
Tidak mudah terbakar

Pemisah Sistem (PMS)


Adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan dan menghubungkan bagian-bagian
yang bertegangan. Pemisah dioperasikan tanpa
beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu
pelepasan sedang tidak ada arus mengalir. PMS
harus dibuka dan ditutup dalam keadaan tanpa
beban.
Sesuai dengan fungsi PMS dapat dibedakan
menjadi:
Pemisahan Tanah
Berfungsi untuk mengamankan peralatan
listrik dari sisa tegangan yang timbul sesudah
SUTT diputuskan, atau induksi tegangan dari
penghantar, hal ini perlu untuk keamanan dari
orang yang bekerja pada instalasi.
Pemisahan Peralatan
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan
dari peralatan yang bertegangan.

Gambar 4. Arrester pada GI 150 kV Srondol.

Busbar
Busbar
digunakan
untuk
mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan
150 KV serta membaginya ke tempat-tempat
yang diperlukan. Di Gardu induk 150 KV
Srondol terdapat dua Busbar yaitu busbar I dan
Busbar II.

Gambar 5. Busbar yang ada pada GI 150 kV


Srondol.

Gambar 3. Salah satu PMS yang ada pada GI 150 kV


Srondol.

Prinsip Dasar Arrester

Arrester
Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan
listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan
oleh petir atau surja hubung (Switching Saurge).
Alat ini bersifat sebagai By-pas disekitar lokasi
yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus
kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak
menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolator peralatan listrik.
Pada keadaan normal Arrester berlaku sebagai
isolator. Saat timbul tegangan surja, alat ini bersifat
sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah,
sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke
tanah. Setelah surja, Arrester harus dapat dengan
cepat kembali menjadi isolator. Sesuai fungsinya
yaitu melindungi peralatan listrik pada sistem
jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan
surja petir/surja hubung, maka pada umumnya
Arrester dipasang pada setiap ujung yang memasuki
Gardu Induk.

Teori Arrester
Pada saluran transmisi udara sangat
rawan terhadap sambaran petir yang dapat
menghasilkan gelombang berjalan (surja
tegangan) yang dapat masuk ke peralatan listrik.
Oleh karena itu, dalam saluran transmisi harus
ada lightning Arrester (LA) yang berfungsi
menangkap gelombang berjalan dari petir yang
akan masuk ke instalasi peralatan listrik.
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari
pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau
circuit breaker (switching). Pada sistem
Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya
di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan
oleh switching lebih besar dari pada surja petir.
Saluran udara yang keluar dari transmisi udara
merupakan bagian yang paling rawan terkena
sambaran petir dan karenanya harus diberi
lightning Arrester. Selain itu, lightning Arrester
harus berada di depan setiap transformator dan

harus
terletak
sedekat
mungkin
dengan
transformator.
Hal ini perlu karena pada petir yang
merupakan gelombang berjalan menuju ke
transformator akan melihat transformator sebagai
suatu ujung terbuka (karena transformator
mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga
gelombang pantulannya akan saling memperkuat
dengan gelombang yang datang.
Berarti
transformator dapat mengalami tegangan surja dua
kali besarnya tegangan gelombang surja yang
datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini,
lightning Arrester harus dipasang sedekat mungkin
dengan transformator. Lightning Arrester bekerja
pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi
untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan
berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas
tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada
tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan
ini disebut rasio proteksi Arrester.

Gambar 6. Arrester jenis ekspulsi

2. Jenis Katup
Arrester jenis ini berupa beberapa sela
percik yang dihubungkan seri dengan resistor
tak linier. Resistor tak linier akan memiliki
tahanan yang rendah ketika dialiri arus besar
dan tahanan akan menjadi besar ketika arus
kecil. Resistor yang umum digunakan berasal
dari bahan silikon karbid. Sela percik dan
resistor tak linier ditempatkan pada tabung
isolasi sehingga Arrester ini tak dipengaruhi
udara luar.

Jenis Lightning Arrester


Lightning Arrester (LA) adalah peralatan pada
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai
pengaman terhadap tegangan surja yang terjadi
ketika terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada
jaringan hantaran udara sistem tenaga listrik
merupakan suntikan muatan listrik yang
menimbulkan kenaikan tegangan sesaat yang cukup
besar pada jaringan. Agar tegangan lebih tersebut
tidak merusak isolasi peralatan pada jaringan, maka
dipasang pelindung yang akan mengalirkan surja
petir tersebut ke tanah. Terdapat dua macam
Arrester yang umum dipergunakan, yaitu :

Metode pengamanan pada Arrester ini


adalah, ketika terjadi surja petir dan sela
Arrester akan tepercik maka akan ada arus
masuk yang cukup besar pada Arrester. Karena
resistor yang digunakan adalah resistor tak
linier, maka ketika awal surja nilai tahanan akan
mengecil karena arus yang membesar. Hal ini
akan membatasi tegangan maksimal pada
terminal Arrester, namun ketika arus mulai
turun maka tahanan resistor membesar,
sehingga arus susulan dapat dihambat oleh nilai
tahanan yang besar ini. Biasanya arus dapat
dikendalikan hingga mencapai arus nominal
yang dikenal sebagai arus kendali sebesar 50A.
Saat tegangan sesaat sistem nol, percikan akan
padam dan arus kendali menjadi nol serta arus
susulan tidak berlanjut lagi. Secara umum
Arrester jenis katup dibagi menjadi empat jenis,
yaitu :

1. Jenis Ekspulsi
Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela,
yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam
diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada
terminal Arrester tiba suatu surja petir, maka kedua
sela tepercik. Arus susulan memanaskan permukaan
dalam tabung serat, sehingga tabung akan
mengeluarkan gas. Arus tersebut merupakan arus
yang berbentuk sinusoidal, sehingga suatu saat pasti
akan mencapai siklus dengan nilai nol. Ketika
mencapai nol, maka gas pada tabung akan menjadi
isolasi yang akan memadamkan arus tersebut.
Arrester jenis ini mampu melindungi trafo distribusi
dengan rating tegangan 3-15kV, tetapi belum
mampu melindungi trafo daya yang memiliki rating
daya lebih besar. Arrester jenis ekspulsi ini dapat
juga dipasang pada saluran transmisi hantaran udara
untuk mengurangi gangguan surja petir yang masuk
ke gardu induk.

a. Jenis Gardu
b. Jenis Saluran (15-39kV)
c. Jenis Gardu untuk Mesin (2,4-15kV)
d. Jenis Distribusi untuk Mesin (120-750V)

(m/s).
kecuraman gelombang
tegangan surja datang (kV/s)

Gambar 7. Arrester jenis katub.

Cara Menempatan Arrester


Tingkat proteksi yang diperlukan tidak
ditentukan secara langsung dengan mencocokkan
nilai Basic Insulation Level (BIL) dengan nilai
pelepasan Arrester melainkan masih harus
memperhitungkan
efek
voltage-doubling.
Fenomena ini terjadi jika gelombang berjalan pada
suatu saluran direfleksikan sehingga tegangannya
menjadi 2 kali tegangan semula.
Pada penggunaan Arrester dikenal ratio proteksi
atau protective margin (PM), ratio proteksi adalah
ukuran kemampuan Arrester untuk melindungi
peralatan
atau
sistem.
Perhitungannya
menggunakan perbandingan rating BIL dari
peralatan yang akan diproteksi dengan harga
pelepasan Arrester.
Contoh : Dimisalkan suatu kabel dengan rating BIL
125 kV dipasang pada sistem 24,9 kV Jenis
Arrester Silicon Carbide (SiC) yang akan
digunakan mempunyai harga pelepasan 67 kV. Jika
dilihat secara sepintas, Arrester tampaknya telah
sesuai karena tegangan pelepasannya sudah lebih
kecil dari BIL trafo. Akan tetapi dengan
memperhitungkan efek dari Voltage-Doubling
maka tegangan Surja akan menjadi 2 kalinya yaitu
sebesar 134 kV. Nilainya ini ternyata lebih besar 9
kV dari BIL kabel.
PM diperoleh -9 kV/125 kV = -0,072 atau
-7,2%. Nilai ini dituliskan sebagai -7,2% karena
nilai ratio proteksinya negatif berarti Arrester tidak
sesuai. Peletakan Arrester diupayakan seefektif
mungkin dengan menerapkan Zoning Area Proteksi
yaitu membagi cakupan yang akan diproteksi dalam
bagian tertentu yang dibentuk oleh didinding
bangunan, ruangan-ruangan, peralatan-peralatan
dan permukaan dari logam.
Sedangkan untuk mencari jarak aman pemasangan
Arrester digunakan rumus berikut:

Gambar 8. Arrester line GI konvensional 150 kV.

Gambar 9. Arrester bus GI konvensional 150 kV.

Sedangkan pada GIS terdapat Arrester


luar dan Arrester dalam, maka untuk
pemasangan Arrester luar pada GIS sendiri,
secara prinsip sama saja dengan memasangan
GI
konvensional,
yaitu
dengan
mempertimbangkan BIL dari trafo. Tetapi pada
umumnya untuk GIS jarak Arrester dengan
trafo daya lebih dekat dari pada GI
konvensional, hal ini karena pada GIS ruang
untuk penempatan peralatan tegangan tinggi
lebih sempit dibandingkan GI konvensional.
Sedangkan untuk Arrester dalam sendiri sudah
menjadi satu kesatuan dengan perangkat yang
lain dalam switchgear.

Vt = Va + 2. . /v
Dimana: Vt =
Va =
=
v =

tegangan terminal trafo (V).


tegangan percik Arrester (V).
jarak maksimal Arrester (m).
kecepatan rambat tegangan surja

Gambar 10. Arrester luar pada GIS 150 kV.

Jenis bahan yang digunakan untuk


peralatan proteksi.
Jenis bahan yang digunakan pada instalasi
di mana Sistem Proteksi Petir (SPP)
tersebut dipasang.
Sistem Proteksi Petir juga harus diperiksa ketika
ada perubahan atau pemasangan baru pada
sistem yang diproteksi dan khususnya ketika
ada petir yang menyambar sistem tersebut.
Pemeriksaan visual terhadap SPP disarankan
paling sedikit satu tahun sekali. Untuk beberapa
daerah dengan kepadatan sambaran petir yang
tinggi, pemeriksaan visual harus dilakukan
setiap enam bulan sekali atau setelah terjadi
perubahan-perubahan setelah terjadi sambaran
petir.
Pemeriksaan secara lebih mendetail atau lebih
lengkap harus dilakukan satu kali dalam tiga
atau lima tahun. Untuk sistem yang kritis atau
sensitif disarankan untuk diperiksa satu kali
dalam setahun atau tiga tahun. Tergantung pada
kondisi petir didaerah di mana peralatan
tersebut terpasang, sedangkan pada gardu induk
dilakukukan setiap 2 tahun sekali.

Gambar 11. Arrester dalam pada GIS 150 kV.

Pengaruh Sambaran Petir


Sambaran langsung mengenai kawat fasa
mengakibatkan kenaikan tegangan tinggi pada
kawat fasa. Kenaikan tegangan yang cukup tinggi
ini dapat menyebabkan pecahnya isolator,
kerusakan trafo tenaga, dan pecahnya Arrester.
Gangguan petir dan kerusakan pada peralatan
elektronik, kontrol dan telekomunikasi berdasarkan
jenis sambarannya dibedakan menjadi kerusakan
akibat sambaran langsung dan kerusakan akibat
sambaran tidak langsung.
Kerusakan akibat sambaran langsung.
Kerusakan ini terjadi karena petir mengenai suatu
struktur bangunan dan merusak bangunan tersebut
sekaligus peralatan elektronik yang ada didalamnya.
Kerusakan yang diakibatkan dapat berupa
kebakaran gedung, keretakan pada dinding
bangunan, kebakaran pada peralatan elektronik,
kontrol, telekomunikasi jaringan data dan
sebagainya.
Kerusakan akibat sambaran tidak langsung.
Kerusakan jenis ini terjadi karena petir menyambar
suatu titik lokasi misalnya pada suatu menara
transmisi atau menara telekomunikasi kemudian
terjadi hantaran secara induksi melalui kabel aliran
listrik, kabel telekomunikasi atau peralatan lain
yang bersifat konduktif sampai jarak tertentu yang
tanpa disadari telah merusak peralatan elektronik
yang jaraknya jauh dari lokasi sambaran semula.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan Arrester


Pemeriksaan Arrester
Pemeriksaan Eksternal :
Periksa angka pada counter yang
terpasang di kaki tower atau panel listrik.
Periksa kondisi sistem proteksi eksternal
(finial, down conductor dan pentanahan).
Pemeriksaan Internal:
Periksa Arrester dengan cara mengukur
tegangan sisa Arrester atau melihat
indicator yang terdapat pada Arrester,
untuk mengetahui apakah ada penurunan
kualitas Arrester atau tidak.
Periksa hubungan antara Arrester ke
peralatan lain dan hubungan antara
Arrester ke tanah.
Periksa baut-baut yang ada, kalau ada
baut yang kendor harap segera
dikencangkan.

Sistem Proteksi
Pemeriksaan terhadap sistem proteksi harus
dilakukan secara berkala. Hal ini penting untuk
mengetahui kinerja dari peralatan proteksi dan
peralatan yang dilindungi.
Frekuensi pemeriksaan terhadap sistem proteksi
petir ditentukan berdasarkan beberapa faktor
berikut :
Jenis instalasi atau daerah yang dilindungi.
Tingkat proteksi yang dipasang pada sistem
yang dilindungi.
Pengaruh lingkungan (misalnya : korosi
udara)

Pengamatan Visual
Pengamatan Visual harus dilakukan
untuk mengetahui beberapa faktor berikut :
Sistem dalam keadaan baik.
Tidak ada baut yang kendor yang dapat
menyebabkan tingginya tahanan pada
sambungan.
Tidak ada bagian sistem dengan kondisi
yang lemah yang disebabkan oleh korosi
atau vibrasi.

pentanahan sehingga tidak menimbulkan


tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolator peralatan listrik.
4. Pemeriksaan kondisi Arrester dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pemeriksaan eksternal, internal, dan
visual.
5. Program pemeliharaan Arrester mencakup
kondisi-kondisi sebagai berikut :
Melakukan
pemeriksaan
untuk
konduktor dan komponen dari
proteksi petir.
Melakukan pemeriksaan seluruh
sambungan dan bonding pada
Arrester.
Melakukan pengukuran tahanan tanah
pada terminal elektroda pentanahan.
Melakukan
pemeriksaan
atau
pengujian pada surge suppressor
(Arrester)
untuk
mengetahui
efektifitasnya dan membandingkan
dengan Arrester baru.
Menguji kekuatan dan ketebalan
seluruh komponen dan konduktor
yang dibutuhkan.

Seluruh Down Conductor dan terminal


pentanahan dalam kondisi baik
Seluruh konduktor dan komponen Sistem
Proteksi Petir (SPP) dalam keadaan aman dan
terlindung dari kemungkinan kerusakan
secara mekanik.
Tidak diijinkan melakukan perubahan atau
penambahan pada sistem yang diproteksi
tanpa sepengetahuan yang berwenang.
SPP harus selalu mengacu pada standar yang
ada.

Pemeliharaan Arrester
Pemeliharaan terhadap Arrester adalah sangat
penting, sehingga dalam pemeliharaannya harus
diperhatikan secara khusus agar terlindung dari
korosi dan handal terhadap kerusakan yang
diakibatkan oleh petir. Setelah beberapa tahun, ada
beberapa komponen Arrester yang menurun
efektifitas kerjanya yang disebabkan oleh korosi,
kerusakan karena pengaruh lingkungan dan karena
impuls petir.
Program pemeliharaan harus mencakup kondisikondisi sebagai berikut :
Melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan
komponen dari proteksi petir.
Melakukan pemeriksaan seluruh sambungan
dan bonding pada Arrester.
Melakukan pengukuran tahanan tanah pada
terminal elektroda pentanahan.
Melakukan pemeriksaan atau pengujian pada
surge
suppressor
(Arrester)
untuk
mengetahui
efektifitasnya
dan
membandingkan dengan Arrester baru.
Menguji kekuatan dan ketebalan seluruh
komponen dan konduktor yang dibutuhkan.
Program pemeliharaan diatas berlaku untuk GI
konvensional dan GIS, ini karena keduanya
membutuhkan perawatan yang sama utuk dapat
menjaga keandalan dan kestabilan kerja.

SARAN
1. Perlu adanya pemahaman yang
mendasar baik teori maupun praktek
dalam melakukan perawatan dan
pemeriksaan pada bidang tertentu, hal
ini
akan
mempermudah
dalam
pengecekan kerusakan nantinya.
2. Dalam menjalankan kegiatan perawatan
baik di dalam maupun di luar GI
sebaiknya menggunakan perlengkapan
keamanan yang sesuai.
3. Perlu adanya komunikasi dan kerjasama
yang baik antara mahasiswa dengan
teknisi.
DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan
listrik terhadap tegangan lebih yang
disebabkan oleh petir atau surja hubung
(Switching Surge).
2. Pada kondisi tegangan normal, Arrester
bersifat sebagai isolator dan pada saat terjadi
tegangan gangguan Arrester bersifat sebagai
konduktor.
3. Prinsip kerjanya adalah sebagai By-pas
disekitar lokasi yang membentuk jalan dan
mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem

[1] http://www.abb.com/
[2] http://projects87.blogspot.com/2009/03/1.ht
ml/
[3] http://www.wikipedia.co.id/
[4] Manual Book ABB MasterView 850.
[5] Manual Book Siemens Surge Arrester.
[6] http://www.siemens.com/Arresterdownload/
[7] Tobing
Bonggas,
2003.
Peralatan
Teganggan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

PENULIS
Jimy Harto Saputro
(L2F 006 058).
Dilahirkan di Kendal, 13 Mei
1988, menempuh pendidikan
dasar di SD N 1 Kebondalem,
Kendal, SMP N 1 Kendal, SMK
N 2 Kendal. Saat ini masih
menjadi Mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang konsentrasi
Teknik Energi Listrik.
Semarang, Oktober 2010
Mengetahui dan Mengesahkan
Pembimbing

Abdul Syakur, ST, MT


NIP. 197204221999031004
gggf f s f g
s

You might also like