Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
SKRIPSI
Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN
: Mufid Khunaifi
NIM
: 03520025
Fakultas/Jurusan
Judul Penelitian
Mufid Khunaifi
NIM: 03520025
SKRIPSI
Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025
Dosen Pembimbing II
Dr.Ulfah Utami,.M.Si
NIP. 196 50509 199903 2 002
Ach. Nashichuddin, MA
NIP.197 30705 200003 1 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi
SKRIPSI
Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025
Tanda Tangan
( ..)
(...)
(...)
(...)
MOTTO
...
Setiap hari bertambah ilmu dan bergelimang dengan lautan yang berfaedah
(Talim Mutaalim)
Barang siapa ingin eksis dalam kehidupan global (dunia) maka
kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa ingin eksis dalam
kehidupan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa
ingin eksis di dunia dan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan
My Society Is My University
(Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, SH)
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
1
7
7
8
8
9
10
11
11
13
13
15
19
22
23
23
24
25
26
26
26
26
27
28
28
30
32
34
34
36
43
43
44
44
45
45
45
45
45
46
46
49
49
49
49
49
50
50
51
51
54
55
56
57
59
59
62
66
70
76
76
80
81
82
87
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kualitatif ................
Tabel 4.2 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kuantitatif ..............
Tabel 4.3 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar
Oleh Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Dalam Konsentrasi
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) .........
Tabel 4.4 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar
Oleh Koloni Bakteri Pseudomonas Aureginosa Dalam
Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis) .........................................................................................
Tabel 4.5 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri
Staphylococcus aureus Per ml (106)...............................................
Tabel 4.6 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri
Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 ) ........................................
58
59
60
61
63
67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 4.1
:
:
:
:
:
12
12
23
26
63
67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
87
88
88
89
90
91
92
92
93
93
94
95
ABSTRAK
ABSTRACT
Khunaifi, Mufid. 2010. Antibacterials Activity Test Binahong Leaf Extract
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis Against Bacteria Staphylococcus
aureus and Pseudomonas aeruginosa. Advisors: Dr. Ulfah Utami.,
M.Si and Ach. Nashichuddin, MA
Keywords: Antibacterials, Binahong Leaf Extract, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aureginosa.
Infectious diseases are the main cause of death in the world, especially in
the tropics, such as Indonesia. One cause of disease is a bacterial infection.
Treatment of diseases caused by bacterial infection using antibiotics cause a lot of
resistance, so this requires a new product that has great potential as antibiotics.
One of the many plants that are empirically used for treatment is Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis. The purpose of this study is to determine the
antibacterial activity of leaf Binahong against Staphylococcus aureus and
Pseudomonas aeruginosa which is multi-drug resistant. To know the Minimum
Inhibitory Concentration (MIC ) and the Minimum Kill Concentration (MBC),
and to detect any chemical compounds contained in the leaves Binahong
This research is an experimental research laboratory using the dilution test
tube method. The research design used was completely randomized design (CRD)
with a seven treatments and three replicates. Binahong leaf extract obtained by
maceration by extraction using ethyl acetate solvent. Binahong leaf extract
concentration used were control (0%), 25%, 30%, 35%, 40%, 45% and 50% for
Staphylococcus aureus, whereas, for Pseudomonas aeruginosa using the control
concentration (0%), 50%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100%. The data obtained
were analyzed by one way ANOVA test, correlation and linear regression.
The results obtained MIC Binahong leaf extract against Staphylococcus
aureus at concentrations of 25%, while the Pseudomonas aeruginosa bacteria
concentration of 50%. In the MBC test Binahong leaf extract against
Staphylococcus aureus at concentrations of 50%, while the Pseudomonas
aeruginosa at a concentration of 100%. Results of one way ANOVA test showed
significant difference among the treatments sig (0.000) <p (0.05). The higher
concentration of leaf extract Binahong given, the greater the ability to inhibit and
kill bacteria Staphylococcus aureus (r-0, 860) Pseudomonas aeruginosa (r-0, 860)
The concentration of leaf extract Binahong effect on decreasing the number of
colonies of Staphylococcus aureus per ml (10 6) ( R 2 = 0.740) in Pseudomonas
aeruginosa per ml (10 6) (R 2 = 0.739). Phytochemical test results Binahong leaf
extract polyphenol compounds found, alkaloids and Flavanoid.
BAB I
PENDAHULUAN
resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis
antimikroba yang berbeda.
mg/ml
memiliki
daya
hambat
terhadap
bakteri
Gram-positif
digunakan
sebagai
pelarut
karena
etil
asetat
dapat
menyari
dan
Pseudomonas aeruginosa?
2. Berapa konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM) ekstrak daun binahong
(Ten.)
Steenis
terhadap
Staphylococcus
aureus
dan
Pseudomonas aeruginosa
2. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun
binahong yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.
Steenis
yang
ditunjukkan
dengan
adanya
penghambatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal,
bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk
jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas,
ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa
dimakan. (Gambar 2.1) Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang,
muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima
helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum.
Perbanyakan
generatif
(biji),
namun
lebih
sering
berkembang
atau
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Basellaceae
Genus
: Anredera
Spesies
flavonoid dan polifenol. Pada ekstrak dengan pelarut etil asetat pada konsentrasi 2
% dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu juga dijelaskan
(Uchida, et al.,2003) bahwa di dalam daun binahong terdapat aktifitas
antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.
flavanoid mempunyai
2.1.4.2. Saponin
Saponin dibedakan sebagai saponin triterpenoid dan saponin steroid.
Saponin triterpenoid umumnya tersusun dari sistem cincin oleanana atau ursana.
Glikosidanya mengandung 1-6 unit monosakarida (Glukosa, Galaktosa, Ramnosa)
dan aglikonnya disebut sapogenin, mengandung satu atau dua gugus karboksil.
(Louis, 2004). Robinson (1995) menyatakan saponin merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.
Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu menjadi
penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik
dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan
dalam bidang kesehatan. Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan
etanol, tetapi tidak larut dalam eter.
2.1.4.3. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid
sering bersifat racun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi
yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid
biasanya terwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar
(Harbone,1987)
bijian. bahkan putik bunga (Rahmawati, 2000). Pada umumnya minyak atsiri
mempunyai ciri-ciri mudah menguap pada suhu kamar, mudah mengalami
dekomposisi, memiliki bau harum sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987). Sedangkan
menurut Nurhayati (2004) minyak atsiri merupakan komponen campuran dari
bahan-bahan yang wangi atau campuran dari bahan wangi dengan bahan yang
tidak berbau. Komponen yang wangi merupakan senyawa kimia murni yang
menguap pada kondisi normal.
Ajizah (2004) menjelaskan, minyak atsiri berperan sebagai antibakteri
dengan cara menggangu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga
tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai
antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan
karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian, diikuti
penetrasi fenol kedalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.
Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran
mengalami lisis.(Parwata, et al., 2008).
2.1.4.6. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul antara 5003000 dalton yang diduga berperan sebagai antibakteri, karena dapat membentuk
kompleks dengan protein dan interaksi hidrofobik (Makkar,1991)
pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak
berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat
melarutkan ekstrak yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak
menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih
kedua bahan tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995).
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tingkat
kepolaranya yaitu pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan
dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid
(Harbone, 1987) Etil asetat adalah senyawa organik yang merupakan ester dari
etanol dan asam asetat. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil,
tidak beracun, dan tidak higroskokopis. Etil asetat sering digunakan sebagai
pelarut karena etil asetat dapat menyaring senyawa-senyawa yang dapat
memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid polyhidroksi dan fenol
yang lain (Anonymous, 2005). Telah diujikan bahwa ekstrak etil asetat daun
ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida
albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan 18 mm (Jagessar et al.,
2008). (Pambayun, et al., 2007) telah melakukan maserasi pada bubuk gambir
dengan menggunakan berbagai pelarut didapatkan senyawa fenolat total yang
tertinggi dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setiaji (2009) telah melakukan
ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil asetat di dapatkan senyawa
alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.
dan
nyeri
yang
mengalami
pernanahan
sentral.
Infeksi
2.3.1.4. Pengobatan
Untuk terapi infeksi Staphylococcus aureus digunakan antibiotika. Selama
pengobatan umumnya cepat terjadi resistensi, sehingga menimbulkan kesulitan
untuk memberantasnya. Antibiotika yang sering digunakan yaitu sefalosporin,
vankomisin dan tetrasiklin (Jawetz, 2001)
42 C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini adalah aerob obligat
yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan biakan, kadangkadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur membentuk koloni
halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan. Semua spesies Pseudomonas
dapat tumbuh baik dalam sample nutrient agar dan dalam kebanyakan media
selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey Agar (Jawetz, 1996).
pada
saluran
nafas,
khususnya
berbagai
macam
penyakit,
seperti
Endokarditis,
dimana
Pseudomonas aeruginosa menyerang katup jantung terutama pada pemakai obatobatan per intravena dan pengguna katup jantung buatan. Kuman ini dapat
2.3.2.4. Pengobatan
Infeksi Pseudomonas aureginosa yang penting dalam klinik tidak boleh
diobati dengan terapi obat tunggal, karena keberhasilan terapi semacam itu rendah
dan bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif
terhadap bakteri Pseudomonas aureginosa, tikarsilin, mezlosilin, dan piperasilin
digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya gentamisin,
tobramisin atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aureginosa
antara lain azreonam, imipenem, kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefeperakson aktif melawan
Pseudomonas aeruginosa, seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi
Pseudomonas aureginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aureginosa bervariasi
secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk
pemilihan terapi antimikroba (Jawetz,1996)
bahan
antimikroba
merupakan
suatu
usaha
untuk
bahan
cloramfenikol,
antimikroba
tetrasiline,
dalam
prumysin
bentuk
antibiotik
menghambat
sintesis
misalnya
protein.
3.Suhu
Kenaikkan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu disinfektan atau
bahan microbial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme
melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat dengan meninggikan
suhu.
4. Spesies Mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda
terhadap suatu bahan kimia tertentu.
5. Adanya Bahan Organik.
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia
antimicrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya
bahan organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan:
a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk
produk yang tidak bersifat antimikrobial.
b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan
suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat
mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu
pelindung yang akan menganggu kontak antar zat antimikrobial
dengan sel.
jasad renik dalam larutan, konsentrasi zat terhadap jasad renik serta kepekaan
suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahan antimikroba yang
diberikan (Jawetz,1986)
Menurut Lay (1994) Bahan antimikroba bersifat menghambat bila
digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan dalam konsentrasi
tinggi dapat mematikan, untuk itu perlu diketahui MIC (Minimum Inhibitori
Consentration) dan MKC (Minimum Killing Concentration) bahan antimicrobial
terhadap mikroorganisme.
1. Metode Dilusi Tabung
Cara ini digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum
(KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip
dari metode dilusi yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media
cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang di uji. Kemudian masing-masing
tabung diisi dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya, seri
tabung diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam dan diamati kekeruhanya
pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan
hasil biakan yang mulai nampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah
KHM dari obat. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan
pada media agar padat, diinkubasikan dan keesokan harinya diamati ada tidaknya
koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang
ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri adalah KBM dari
obat terhadap bakteri uji (Dzen dkk, 2003)
akhirat, sehat jasmani dan rohani dengan cara memanfaatkan apa yang ada (bahan
alam) dan mencari rahasia yang terkandung di dalamnya.
Allah SWT menciptakan suatu penyakit, dan Allah pula telah memberikan
obatnya. Dalam sabda Nabi yang diriwayatkan jabir R.A.menyebutkan:
:
,
Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat suatu penyakit telah tepat, sembuhlah
dia dengan izin Allah Azza wa jalla )
Hadist diatas merupakan hadist riwayat Jabir. R.A yang terdapat dalam
kitab Shahih Imam Bukhari (Al-Din, 2002). Oleh karena itu, jika ada penyakit,
manusia hendaknya berobat. Apabila penyakit tersebut belum ada obatnya, maka
manusia hendaknya mencari sesuatu yang bisa mengobati penyakitnya. Manusia
haruslah yakin bahwa semua penyakit pasti ada obatnya.
Sesungguhnya Nabi SAW merupakan contoh teladan yang baik dalam
memberikan petunjuk menuju kedokteran yang benar yang berdiri diatas ilmu dan
uji coba, bukan diatas khayalan dan omong kosong (Qordhawi,1998). Oleh karena
itu, hendaknya manusia selalu berusaha mencari obat suatu penyakit dengan ilmu
yang dia miliki, dalam hal ini ilmu yang di maksud adalah ilmu yang berkaitan
dengan kesehatan
Tanaman obat dalam sunnah Nabi sangat banyak, diantaranya adalah
jinten hitam, biji seladri, lidah buaya, bidara, biji sawi, seladri air dan masih
banyak yang lainnya. Beberapa tanaman yang telah digunakan Rasulullah sebagai
tanaman obat adalah (Faroqi, 2005):
a. Jinten Hitam
Jinten hitam (al-habbat as-auda) merupakan obat untuk banyak penyakit.
Nabi Muhammad SAW bersabda Jinten hitam adalah obat bagi segala penyakit
kecuali sam, dan sam adalah kematian (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan
Ahmad). Jinten hitam juga digunakan sebagai bumbu makanan, sedangkan pada
pengobatan digunakan sebagai peluruh kentut, peluruh kencing, panas, demam,
batuk, asma, antibakteri dan masih banyak khasiat lain. Kandungan senyawa
dalam jinten hitam adalah saponin, minyak esensial dan lemak jenuh yang
memiliki fungsi obat yang sangat tinggi.
b. Lidah Buaya
Lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai penutup (bagian yang
terluka/terjangkit). Nabi Muhammad SAW bersabda kepada orang yang mengeluh
kondisi matanya ketika melaksanakan ibadah haji, Tutupi dengan lidah buaya
(HR As-Suyuthi). Istilah medis lidah buaya digunakan untuk saripati yang keluar
dari potongan melingkar daunya yang banyak mengandung air. Beberapa lidah
buaya yang berbau harum penuh digunakan untuk mengurapi mayat (mumi) orang
mesir. Lidah buaya dapat berfungsi sebagai obat pencahar, obat kuat, peningkat
gairah seks, pembunuh cacing parasit, radang mata, tumor dan beberapa penyakit
lain. Kandungan senyawa dalam lidah buaya berupa minyak esensial.
c. Bidara
Beberapa hadist yang disampaikan oleh Imam Jafar Shadiq dalam Syarai
al-Islam dan buku lainya mengindasikan bahwa daun sidr adalah dedaunan yang
mengandung zat antibakteri dan zat pembersih. Hadist Shahih Bukhari, Sunan
Tirmidzi dan kitab hadist lainya memberikan saran untuk mencampurkan duan
bidara (sidr) dengan air hangat yang dipakai untuk memandikan jenazah. Daunya
paling cocok untuk desinfektan karena mengandung minyak esensial yang sangat
manjur sebagai deodoran dan desinfektan.
Pada kenyataanya beliau juga memberikan nasihat serupa mengenai
beberapa obat lainya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menegaskan
pentingnya penggunaan tanaman obat, sehingga suri teladan Rasulullah ini perlu
diteladani oleh umat-umatnya (Faroqi, 2005)
Pada saat ini, para ilmuwan banyak yang meneliti berbagai bahan alam
untuk dijadikan obat untuk suatu penyakit, salah satu bahan alam yang digunakan
tersebut adalah tumbuhan.Tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah
kebawah terutama dalam upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Hal
ini dikarenakan, banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat
relatif lebih aman dibandingkan obat sintetis (Maheswari, 2002)
Menurut pengertian umum obat dapat didefenesikan sebagai bahan yang
menyebabkan
perubahan
dalam
fungsi
biologis
melalui
proses
kimia
(Katzung, 1990). Dalam perkembanganya terdapat obat kimia (sintetis) dan obat
alami yang dewasa ini lebih dikenal sebagai obat alternatif. Kita tahu cikal bakal
obat kimia (sintetis) berawal dari obat alami. Dari obat alam dilakukan isolasi
untuk mengetahui senyawa akttif yang terkandung di dalamnya,
kemudian
menguntungkan dari segi ekonomi. Akan tetapi obat kimia ini kadang
menghasilkan dampak yang negatif bagi kesehatan.(Hayati, 2007)
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang
banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit
Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada
waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah untuk
memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis labu. kisah
ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:
BAB III
METODE PENELITIAN
dalam screen house selama 5 hari tidak terkena sinar matahari secara langsung
dengan suhu di ruangan 35-37C, kemudian dihaluskan menggunakan blender
sampai terbentuk serbuk. Serbuk daun binahong ini disebut dengan sampel.
uji
secara
kuantitatif
menggunakan
Spektrofotometer
dengan
lalu
nutrient agar pada cawan yaitu dengan mendekatkan cawan pada nyala api saat
menggoreskan jarum ose. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 27C dalam inkubator, kemudian diambil 1 koloni dan
di tanam pada media NB, kemudian divortek supaya homogen, kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27C dalam inkubator, ada pertumbuhan
bakteri jika media keruh, kemudian
bakteri.
108 sel/ml. Kemudian diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan
media NB. didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml, bakteri siap
diujikan (Murray, et al., 1999)
kepekaan
kuman
terhadap
antimikroba
dilakukan
dengan
2.
3.
K
K
K(+) .
100%
50%
25%
K (-)
Seluruh tabung reaksi tersebut dinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C
selama18-24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan keseluruhan tabung
terhadap kejernihan tabung dengan melihat kontrol positif dan negatif.
Dari hasil pengamatan kemudian dilakukan pengujian ulang untuk
diambil
menggunakan
4. Sampel diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1
ml sampel kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak
9 ml, kemudian divortek.
5. Hasil pengenceran kemudian di Streaking (penggoresan) pada media NAP dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam.
6. Diamati
ada
tidaknya
pertumbuhan
(koloni)
bakteri
dan
dilakukan
daun
Binahong
terhadap
pertumbuhan
jumlah
koloni
bakteri
mencari kekuatan hubungan yang ada antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun
Binahong dengan penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa digunakn uji Regresi linear. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi15.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
per minutes). Pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel
dengan pelarut. Larutan kemudian di saring menggunakan penyaring buchner dan
diperoleh filtrat dengan warna hijau tua kehitaman. Filtrat hasil penyaringan
dipekatkan dengan menggunakan rotary vakum evaporator. Tujuanya adalah
untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan antara pelarut dengan senyawa aktif
dalam daun binahong. Hasil dari pemekatan adalah ekstrak pekat yang berbau
seperti jamu, dengan warna hijau kehitaman sebagaimana pada (lampiran 9)
metode
tabung
serta
pendeteksian
dengan
menggunakan
Spectrofotometer, dari hasil uji didapatkan hasil bahwa ekstrak etil asetat daun
binahong mengandung senyawa Flavanoid, Alkaloid dan Polifenol.
Tabel 4.1. Hasil Uji Fitokimia Secara Kualitatif
Pereaksi
Golongan senyawa Mayer Dragendrof
Mg
HCL pekat
Alkaloid
+
+
flavonoid
+
+
Polifenol
Keterangan: (+) Menunjukkan Positif
feCl3 1%.
Ul
1
2
m smpl
0,213
0,211
abs
0,426
0,422
Flavonoid (ppm)
96137,33906
96137,33906
Flavonoid (%)
9,614
9,614
b. Alkaloid
Sampel
Ul m smpl
Ekstrak Daun 1
0,203
Binahong
2
0,205
abs
0,362
Alkaloid (ppm)
31283,000
Alkaloid (%)
3,128
0,357
30501,614
3,050
c. Uji Polifenol
Sampel
Ekstrak Daun
Binahong
Ul m smpl
abs
0,213
0,463
Total Polifenolat
(ppm)
110005,512
0,207
0,466
113927,517
Total
Polifenolat (%)
11,001
11,393
Tabel 4.4 Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Agar oleh
koloni bakteri Pseudomonas aureginosa dalam konsentrasi ekstrak
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Konsentrasi
100%
50%
25%
12.5%
6,25%
3,125%
terlebih
dahulu
kepadatan
sel
bakteri
pada
kamar
hitung
diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1 ml sampel
kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak 9 ml,
kemudian divortek. Hasil pengenceran di Streaking (gores) pada media NAP dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam, kemudian dihitung jumlah koloniya
dengan menggunakan colony counter.
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda
pada tiap perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) adalah sebesar 305.7717. jumlah ratarata koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) terus mengalami
penurunan. Mulai dari konsentrasi 25%, 30%, 35%, 40%, 45% sampai pada
konsentrasi 50%. Pada konsentrasi 50% tidak didapatkan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106), ditunjukkan pada media NAP tidak ada
bakteri yang tumbuh.. Pada penelitian ini KBM ekstrak daun Binahong terhadap
bakteri Staphylococcus aureus ditentukan pada konsentrasi 50%. Shulman, et al.,
(1994) menyatakan bahwa konsentrasi bunuh minimum (KBM) ditentukan jika
pada plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan
99,9% dari inokulum asal pada sub-biakan.
Gambar 4.1 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus Per ml
(106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Gambar 4.1 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong
terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang
berbeda. Pada konsentrasi 30%(300 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 50%
(500mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata
29066,670
CFU/ml sampai dengan 0,000 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 25% (250
mg/ml) terjadi perbedaan dengan konsentrasi 30% sampai dengan konsentrasi
50%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada konsentrasi 25% rata-rata 299.103
CFU/ml, mendekati jumlah koloni pada kontrol (0%).
Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun
binahong terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus maka
digunakan uji satatistik parametric one way ANOVA, tetapi sebelum dilakukan
analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu harus di
lakukan uji kenormalan data dan homogenitas data. Dari hasil uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov (lampiran7A) didapatkan nilai
signifikansi 0,901>p(0,05) yang artinya data berdistribusi normal, setelah itu
dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (lampiran 7A) didapatkan
nilai signifikansi (0,076>p(0,05) yang artinya bahwa varian data homogen,
dengan hasil tersebut maka dapat dilakukan pengujian lebih lanjut dengan
menggunakan uji one way ANOVA, Kerelasi dan Regresi.
Berdasarkan uji one way ANOVA (lampiran 7A) diketahui bahwa pada
variabel terikat jumlah koloni per ml (106) nilai sig (0,000)<p(0,05) yang berarti
terdapat perbedaan yang bermakna atau ada pengaruh perlakuan konsentrasi
ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per
(106) yang dihasilkan pada media agar plate (NAP)
Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media
nutrient agar plate (NAP) akibat pengaruh perlakuan dari ke-7 variasi konsentrasi
ekstrak daun binahong yang diberikan, kemudian untuk mengetahui konsentrasi
ekstrak daun binahong mana saja yang berbeda dan tidak berbeda pengaruhnya
(0%)
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%.
Sedangkan pada konsentrasi 25% berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan
yang lain tetapi tidak berbeda dengan konsentrasi kontrol (0%)
Untuk mengetahui adanya arah, kuat, dan pola hubungan antara pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan jumlah koloni bakteri per ml (106),
maka dilakukan uji Korelasi-Regresi. Dari hasil uji Korelasi-Regresi didaptakan
(r = -0,860) yang artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106). Artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun binahong maka jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Besarnya
pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106) didapat nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,740 artinya kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam
menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74%
sedangkan 26% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, kemungkinan dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu,
keasaman (pH) dan bahan-bahan organik lain.
REPLIKASI/ ULANGAN
RERATA
I
5
308.10
295.103
2
253.10
162.101
121.101
56
0
0
II
5
333.10
273.103
2
257.10
169.101
118.101
61
0
0
III
5
301.10
257.103
2
283.10
176.101
135.101
77
0
0
314.10
275.103
264.435
169.101
124.7677
64.66667
0
0
CFU/ml
7
3,1.10
2,8.105
4
2,6.10
1,7.103
1,2.103
1
6,5.10
0
0
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri Pseudomonas
aeruginosa per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda pada tiap
perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa per ml (106) adalah sebesar 314.105 CFU/ml. jumlah
rata-rata koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) terus mengalami
penurunan. Mulai dari konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% sampai dengan
konsentrasi 100%. Pada konsentrasi 100% tidak didapatkan pertumbuhan koloni
bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) pada media NAP. ditunjukkan
dengan jumlah bakteri yang tumbuh adalah (0). Pada penelitian ini KBM ekstrak
daun Binahong terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ditentukan pada
konsentrasi 100%, dimana pada konsentrasi ini jumlah koloni bakteri sebanyak 0
(tidak ada bakteri yang tumbuh). KBM ditentukan jika pada media nutrient agar
plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan 99,9%
dari inokulum asal pada sub-biakan (Shulman et al, 1994)
Gambar 4.2 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml
(106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Gambar 4.2 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong
terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang
berbeda . Pada konsentrasi 60%(600 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 100%
(1000mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata 264.435 CFU/ml
sampai dengan 0 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 50% (500mg/ml) rata-rata
jumlah koloninya adalah 275.103 CFU/ml. mendekati jumlah koloni pada kontrol
(0%).
koloni bakteri Staphylococcus aureus makin berkurang. Hasil uji KorelasiRegresi diperoleh
jumlah koloni bakteri Staphylococcus aures pada media NAP, artinya terdapat
hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7 konsentrasi ekstrak daun
binahong dengan pertumbuhan koloni bakter per ml (106). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis) yang diberikan, maka semakin besar kemampuan
menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil uji Korelasi-Regresi juga didapatkan (R2) sebesar 0,740 artinya
kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74% sedangkan 26% disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, kemungkinan
dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu, keasaman (pH) dan bahan-bahan
organik lain (Pelczar,1998)
Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa Hasil analisa data
menggunakan oneway ANOVA pada bakteri didapatkan hasil yang signifikan
sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan
konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas
aeruginosa per ml (106). Sedangkan hasil dari uji LSD/BNT dapat diketahui
bahwa pada perbandingan perlakuan ekstrak antara konsentrasi 0% (kontrol)
dengan semua konsentrasi lain didapatkan nilai signifikansi <0,05 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dan analisa data,
maka dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong maka
terkandung dalam ekstrak daun binahong yaitu flavanoid, alkaloid, dan senyawa
polifenol. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan dengan metode uji
tabung dengan pemberian reagen dan uji kuantitatif dengan spectrophotometer
ditemukan senyawa flavanoid, alkaloid dan flavanoid. Rachmawati (2007) Telah
juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak membran sel
melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel (Pelzhar dan
chan,1998) adanya senyawa alkaloid dalam ekstrak daun binahong ini diduga
yang menyebabkan memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang
diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut.(Robinson, 1991)
Berdarsarkan uji fitokimia ditemukan senyawa polifenol, yang salah
satunya adalah tanin. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar
mekanisme toksisitas tanin adalah dapat merusak membran sel bakteri, senyawa
astringent tanin dapat menginduksi pembentukan suatu ikatan kompleks terhadap
enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu iktan kompleks
tanin
terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri
(Akiyama, et al., 2001) sementara Ajizah, (2004)
menjelaskan, aktivitas
antibakteri senyawa tanin adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau
membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996) menyatakan bahwa
tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi proten, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek
antibakteri tanin antara lain: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
destruksi atau inaktivasi fungsi genetik.
memiliki tekanan osmotik dalam sel yang tinggi. Selain itu, bakteri
Staphylococcus aureus memiliki tekanan osmotik dalam sel 3-5 kali lebih besar
daripada
Selain itu bakteri Pseudomonas aureginosa yang dipakai dalam penelitian ini
adalah bakteri Isolate Pseudomonas aeruginosa Multiresisten. Dalam hal ini,
resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis
antimikroba yang berbeda. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak
terganggunya sel mikroba oleh antimikroba (Setiabudy dan Gan, 1995) Bakteri
multiresisten obat lebih kuat daripada bakteri yang lain, bakteri multiresten obat
memerlukan produk baru dan memilki potensi antibiotik yang tinggi (Nur Iman,
2009)
mendapat
manfaat
yang
lebih
banyak.
Allah
berfirman
dalam
surat
) 3 N
t
y V 9#$
e 2
u =
| u
{
F #$ u
9#$ u
G 9#$ u
t 9#$ / /3
9s M
6 /
6
x Gt t
5 )
s 9j Z t
U
9 s
dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun,
korma, anggur dan segala macam-macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang memikirkan(Q.S. An-Nahl: Ayat 11)
=t79F{$# (#9'& .xtGt $y) 3 tn=t t%!$#u ts>t t%!$# tGo y %....
....Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar [39]: 9)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun Binahong terhadap
bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 25 % yang setara
dengan 250 mg/ml. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa KHM
pada konsentrasi 50% setara dengan 500 mg/ml.
2. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun Binahong terhadap bakteri
Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 50% setara dengan 500
mg/ml, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi
100% setara dengan 1000 mg/ml.
3. Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis memiliki daya
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aureginosa (p=0.000). semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong,
semakin menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (r-0,860) dan
Pseudomonas aureginosa (r-0,860) hal ini menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap penurunan jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (R2=0,740) dan pada
bakteri Pseudomonas aeruginosa (R2 = 0,739)
4. Hasil Uji Fitokimia ekstrak etil asetat daun binahong ditemukan senyawa
Polifenol, Alkaloid dan Flavanoid.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif yang terdapat dalam
ekstrak daun binahong untuk pengujian terhadap bakteri lain yang
menyebabkan infeksi.
2. Perlu dilakukan isolasi senyawa yang lebih spesifik yang terkandung dalam
ekstrak daun binahong dengan menggunakan pelarut selain Etil asetat dan
diujikan pada bakteri lain yang Multiresisten selain bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aureginosa
3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara klinis pada hewan coba untuk
mengetahui lebih luas tentang khasiat daun Binahong.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, I.A 2008.Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik
Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr.) Focke) Terhadap
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten
Antibiotic Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Annisa, N. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Binahong (Anredera
scandens (L) Mor) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumonia Dan
Bacillus substilis ATCC 6633 Beserta Skrining Fitokimia Dengan Uji
Tabung. Skripsi Tidak Diterbitkan Yogyakarta : Fakultas Farmasi
UGM Yogyakarta.
Anasrullah, 2002.Aspek Mikrobiologi Klinik Pada Infeksi Luka Bakar Di RSUD
Dr.Saiful Anwar Malang Periode 1998 -2001.Brawijaya .Fakultas
Kedokteran : Skripsi
Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ansel, C.H.1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. UI Press
Arafah, M. 2008. Pengaruh Ekstrak Buah Adas Pahit (Foeniculum Vulgare Mill
Varian Vulgare) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Hemolitik
Group A Dengan Metode Broth Dilution Test. Skripsi Tidak
Diterbitkan Fakultas Kedokteran UMM Malang.
Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2001. Antibacterial Action Of Several Tennis
Agains Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial
Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Bioscientie, VOL 1 NO.1: 31-8
Bernasconi,G.1995. Teknologi kimia
PT.Prandya Paramitha.
I.
Penerjemah;
Handojo.L,Jakarta:
Louis,
F.G.
2004.
Saponin
Glicosides
.Georges
luis
@friedli.com,http:www.friedli.com.herbsphytochem.glycosides.html.
diakses tanggal 7 Juni 2008.
and
Terjemahan
.Soenarto
LAMPIRAN
200 gr Sampel
-
Filtrat 1
Residu
- Direndam sambil dishaker selama 1 jam
- Dimaserasi selama 24 jam seperti langkah
- Difiltrasi/dipisahkan dengan kertas saring
Filtrat 2
Residu
- Direndam sambil dishaker
selama 1 jam
- Dimaserasi selama 24 jam
- Difiltrasi/dipisahkan dengan
kertas saring
Filtrat 3
Residu
Dibuang
50%
45%
40%
35%
30%
25%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
Uji (KHM)
-
HASIL
HASIL
Lampiran : 4
Lampiran 5.
Data Penghitungan Analisis Variansi dalam RAL
a. Bakteri Staphylococcus aureus
1. Faktor Koreksi (FK)
=
=
=
= 4,091 x 1014
2. Menghitung JK
a. JK Total
=
= (301000002 + 311000002 + ... + 02) FK
= 2,804 x 1015 - 4,091 x 1014
= 2,395 x 1015
b. JK Perlakuan
=
=
= 2,803 x 1015 - 4,091 x 1014
= 2,394 x 1015
c. JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 2,395 x 1015- 2,394 x 1015
= 5,067 x 1011
3. Menghitung db
a. db Total
= N -1 = 21 -1= 20
b. db Perlakuan
= n 1= 7 1 = 6
c. db Galat
= db Total db Perlakuan = 20 6 = 14
4. Menghitung KT
a. KT Perlakuan
b. KT Galat
5. Mencari F hitung =
= 3,619 x 1010
=
=
6. Mencari BNT
BNT 5%
= t ()(db galat) x
= t (0,05)(14) x
= 2,145 x (155335,19)
= 333.160,847
BNT 1%
= t ()(db galat) x
= t (0,01)(14) x
= 2,977 x (155335,19)
= 462.408,432
= 3,999 x 1014
= 11024,615
=
=
=
= 4,308 x 1014
2. Menghitung JK
a. JK Total
=
= (308000002 + 333000002 + ... + 02) FK
= 2,964 x 1015 - 4,308 x 1014
= 2,533 x 1015
b. JK Perlakuan
=
=
= 2,958 x 1015 - 4,308 x 1014
= 2,527 x 1015
c. JK Galat
= JK Total JK Perlakuan
= 2,533 x 1015- 2,527 x 1015
= 5,661 x 1011
3. Menghitung db
a. db Total
= N -1 = 21 -1= 20
b. db Perlakuan
= n 1= 7 1 = 6
c. db Galat
= db Total db Perlakuan = 20 6 = 14
4. Menghitung KT
a. KT Perlakuan =
b. KT Galat
=
=
5. Mencari F hitung =
6. Mencari BNT
BNT 5%
= t ()(db galat) x
= t (0,05)(16) x
= 2,145 x (519190,46)
= 1113552,776
BNT 1%
= t ()(db galat) x
= t (0,01)(16) x
= 2,977 x (519190,46)
= 1545548,338
= 1041,753
SK
Perlakuan
db
5
JK
2,394 x 1015
KT
3,9902 x 1014
Galat
12
5,067 x 1011
3,6194 x 1010
Total
17
2,395 x 1015
F hit
11.024
F 5%
2,958
F 1%
4,694
Sig
0,000
SK
Perlakuan
db
5
JK
2,52732 x 1015
KT
4,2122 x 1014
Galat
12
Total
17
2,53298 x 1015
F hit
F 5%
1041,7525 2,958
F 1%
4,694
Sig
0,000
Lampiran 7:
Perhitungan Analisa Varian dengan menggunakan SPSS versi 15
A. Bakteri Staphylococcus aureus
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
Normal Parameters
a,b
21
.0000000
.97467943
.124
.124
-.110
.570
.901
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
df1
df2
Sig.
14
.076
Oneway
Descriptives
Aktivitas_penghambatan
N
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Total
3
3
3
3
3
3
3
21
Mean
3E+007
299000.0
29066.67
1733.3333
137.0000
43.6667
.0000
4413807
Std. Deviation
503322.29568
4582.57569
602.77138
162.58331
7.54983
7.02377
.00000
10942178.25
Std. Error
290593.3
2645.751
348.01022
93.86752
4.35890
4.05518
.00000
2387779
Minimum
30100000
294000.0
28500.00
1550.00
129.00
37.00
.00
.00
Maximum
31100000
303000.0
29700.00
1860.00
144.00
51.00
.00
31100000
ANOVA
Aktivitas_penghambatan
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
2.4E+015
5.1E+011
2.4E+015
df
6
14
20
Mean Square
3.990E+014
3.619E+010
F
11024.615
Sig.
.000
(I) Konsentrasi
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
(J) Konsentrasi
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
Mean
Difference
(I-J)
30267667*
30537600*
30564933*
30566530*
30566623*
30566667*
-30267667*
269933.33
297266.67
298863.00
298956.33
299000.00
-30537600*
-269933.33
27333.333
28929.667
29023.000
29066.667
-30564933*
-297266.67
-27333.333
1596.33333
1689.66667
1733.33333
-30566530*
-298863.00
-28929.667
-1596.3333
93.33333
137.00000
-30566623*
-298956.33
-29023.000
-1689.6667
-93.33333
43.66667
-30566667*
-299000.00
-29066.667
-1733.3333
-137.00000
-43.66667
Std. Error
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.104
.076
.075
.075
.075
.000
.104
.863
.855
.854
.854
.000
.076
.863
.992
.991
.991
.000
.075
.855
.992
1.000
.999
.000
.075
.854
.991
1.000
1.000
.000
.075
.854
.991
.999
1.000
Aktivitas_penghambatan
Tukey HSD
Konsentrasi
500 mg
450 mg
400 mg
350 mg
300 mg
250 mg
Kontrol Positif
Sig.
N
3
3
3
3
3
3
3
43,667 a
40%(400 mg/ml)
137,000 a
1733,333 a
29066,670 a
25%(250 mg/ml)
299000,000 b
Kontrol positif
30566667 b
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji LSD/BNT
a,b
21
.0000000
.97467943
.124
.124
-.106
.568
.904
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
df1
df2
6
Sig.
14
.096
Oneway
Descriptives
Aktivitas_penghambatan
N
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Total
3
3
3
3
3
3
3
21
Mean
3E+007
275000.0
26433.33
1690.0000
1246.6667
64.6667
.0000
4529205
Std. Deviation
1682260.384
19078.78403
1628.90556
70.00000
90.73772
10.96966
.00000
11253848.39
Std. Error
971253.5
11015.14
940.44907
40.41452
52.38745
6.33333
.00000
2455791
Minimum
30100000
257000.0
25300.00
1620.00
1180.00
56.00
.00
.00
Maximum
33300000
295000.0
28300.00
1760.00
1350.00
77.00
.00
33300000
ANOVA
Aktivitas_penghambatan
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
2.5E+015
5.7E+012
2.5E+015
df
6
14
20
Mean Square
4.212E+014
4.043E+011
F
1041.753
Sig.
.000
(I) Konsentrasi
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
(J) Konsentrasi
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
31125000* 519190.5
31373567* 519190.5
31398310* 519190.5
31398753* 519190.5
31399935* 519190.5
31400000* 519190.5
-31125000* 519190.5
248566.67
519190.5
273310.00
519190.5
273753.33
519190.5
274935.33
519190.5
275000.00
519190.5
-31373567* 519190.5
-248566.67
519190.5
24743.333
519190.5
25186.667
519190.5
26368.667
519190.5
26433.333
519190.5
-31398310* 519190.5
-273310.00
519190.5
-24743.333
519190.5
443.33333
519190.5
1625.33333
519190.5
1690.00000
519190.5
-31398753* 519190.5
-273753.33
519190.5
-25186.667
519190.5
-443.33333
519190.5
1182.00000
519190.5
1246.66667
519190.5
-31399935* 519190.5
-274935.33
519190.5
-26368.667
519190.5
-1625.3333
519190.5
-1182.0000
519190.5
64.66667
519190.5
-31400000* 519190.5
-275000.00
519190.5
-26433.333
519190.5
-1690.0000
519190.5
-1246.6667
519190.5
-64.66667
519190.5
Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.640
.607
.606
.605
.605
.000
.640
.963
.962
.960
.960
.000
.607
.963
.999
.998
.997
.000
.606
.962
.999
.998
.998
.000
.605
.960
.998
.998
1.000
.000
.605
.960
.997
.998
1.000
Aktivitas_penghambatan
Tukey HSD
Konsentrasi
1000 mg
900 mg
800 mg
700 mg
600 mg
500 mg
Kontrol Positif
Sig.
N
3
3
3
3
3
3
3
64,667 a
1246,667 a
1690,000 a
26433,333 a
275000,000 b
30100000 b
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji LSD/BNT
Lampiran 8:
Uji Korelasi dan Regresi Linear
Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml)
Regression
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
4413806.8096
11532848.35098
konsentrasi ekstrak
321.43
165.472
Correlations
jumlah koloni
per ml
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
1.000
-.860
Konsentrasi ekstrak
-.860
1.000
.007
.007
Konsentrasi ekstrak
Variables Entered/Removed(b)
Model
1
konsentrasi
ekstrak
Variables
Entered
Variables
Removed
konsentrasi
ekstrak(a)
Method
.
Enter
Model Summary(b)
Model
1
R Square
.860(a)
Adjusted R
Square
.740
.687
ANOVA(b)
Mode
l
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
59020176999
3654.000
20783777652
6242.700
79803954651
9896.000
df
1
5
Mean Square
59020176999365
4.000
41567555305248.
540
Sig.
14.199
.013(a)
Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized Coefficients
(Constant)
konsentra
si ekstrak
B
23679508.515
Std. Error
5663859.902
-59937.739
15906.599
Standardized
Coefficients
Sig.
Beta
-.860
4.181
.009
-3.768
.013
Regression
Descriptive Statistics
Mean
jumlah koloni bakteri
Pseudomonas per ml
Std. Deviation
4529204.9524
11849335.04204
642.86
330.944
Correlations
konsentrasi
ekstrak daun
binahong
Sig. (1-tailed)
1.000
-.860
konsentrasi ekstrak
daun binahong
-.860
1.000
.007
.007
konsentrasi ekstrak
daun binahong
Variables Entered/Removed(b)
Model
1
Variables
Entered
konsentrasi
ekstrak daun
binahong(a)
Variables
Removed
Method
.
Enter
Model Summary(b)
Model
1
Adjusted R
Square
R Square
.860(a)
.739
.687
6632064.48501
ANOVA(b)
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
62251904896
4475.000
21992139666
6417.400
84244044563
0892.000
df
1
5
Mean
Square
6225190489
64475.000
4398427933
3283.490
Sig.
14.153
.013(a)
Coefficients(a)
Model
1
(Constant)
konsentrasi
ekstrak
daun
binahong
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
24315336.884
5826181.381
-30778.427
8181.235
Standardized
Coefficients
Beta
-.860
Sig.
4.173
.009
-3.762
.013
Lampiran 9
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak daun Binahong dengan Penurunan 99,9%
Asal Sub Biakan (0%) Pada Kedua Bakteri Uji
1. Kadar Bunuh Minimum Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten)
Steenis pada bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml) dengan
penurunan 99,9% asal sub biakan 0% (kontrol)
Ulangan
II
III
30100000
31100000
300000
29700
1860
144
37
0
30431741
303000
28500
1790
129
51
0
31433470
Konsentrasi
Kontrol
Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Total
Total
Rerata
KBM
30500000
91700000
30566667
100
294000
29000
1550
138
43
0
30824731
897000
87200
5200
411
131
0
92689942
299000
29066.67
1733.333
137
43.66667
0
30896647
0.974277
0.09164
0.005756
0.000415
0.000164
0
0
99.02572
99.90836
99.99424
99.99959
99.99984
100
0
Ulangan
II
III
30800000
33300000
295000
25300
1620
1210
56
0
31123186
273000
25700
1690
1180
61
0
33601631
Total
Rerata
KBM
30100000
94200000
31400000
100
257000
28300
1760
1350
77
0
30388487
825000
79300
5070
3740
194
0
95113304
275000
26433.33
1690
1246.667
64.66667
0
31704435
0.875796
0.084183
0.005382
0.00397
0.000206
0
0
99.1242
99.91582
99.99462
99.99603
99.99979
100
0
Timbangan Analitik
Blender
Penyaring Buchner
Sheker
oven
Bahan-Bahan Penelitian
Inkubator
Autoklaf
Colony Counter
Vortek
Hotplate/Stirrer
Lampiran 11.
Ekstraksi Secara Maserasi Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten) Steenis.
Lampiran 12 :
A. Hasil Uji KHM (Konsentrasi hambat minimum)
Kontrol positif