You are on page 1of 133

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI


Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG


(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010

SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Mufid Khunaifi

NIM

: 03520025

Fakultas/Jurusan

: Sains dan Teknologi/Biologi

Judul Penelitian

:Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong


(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini


tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang
pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip
dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan,
maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses sesuai
peraturan yang berlaku.

Malang, 29 April 2010


Yang Membuat Pernyataan,

Mufid Khunaifi
NIM: 03520025

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG


(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025

Telah Disetujui oleh :


Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr.Ulfah Utami,.M.Si
NIP. 196 50509 199903 2 002

Ach. Nashichuddin, MA
NIP.197 30705 200003 1 002

Tanggal, 14 April 2010

Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi

Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd


NIP. 196 30114 199903 1 001

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG


(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :
MUFID KHUNAIFI
NIM. 03520025

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan


Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Tanggal 22 April 2010


Susunan Dewan Penguji :

Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Ir. Lilik Hariani, MP


NIP.196 20901 199803 2 001
2. Ketua
: Evika Sandi Savitri.M.Si
NIP.197 41018 200312 2 002
3. Sekretaris
: Dr. Ulfah Utami, M.Si
NIP.196 50509 199903 2 002
4. Penguji Agama : Ach. Nashichuddin, MA.
NIP.197 30705 200003 1 002

( ..)

Mengetahui dan Mengesahkan


Ketua Jurusan Biologi

Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd


NIP. 196 30114 199903 1 001

(...)
(...)
(...)

MOTTO



...
Setiap hari bertambah ilmu dan bergelimang dengan lautan yang berfaedah
(Talim Mutaalim)



Barang siapa ingin eksis dalam kehidupan global (dunia) maka
kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa ingin eksis dalam
kehidupan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa
ingin eksis di dunia dan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan

(Sayyidina Ali Bin Abi Thalib)

My Society Is My University
(Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, SH)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT. Kerena atas Rahmat, Taufiq dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sains (S.Si). penulis menyadari bahwa banyak pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu,
iringan doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN MALIKI Malang.
2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU, Dsc selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN MALIKI Malang.
3. Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN MALIKI Malang
4. Dr. Ulfah Utami, M.Si karena atas bimbingan, pengarahan dan kesabaranya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ach.Nasichuddin, MA. selaku dosen pembimbing agama yang telah
menyempatkan waku untuk membimbing dan mengarahkan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ayah dan Ibunda tercinta yang dengan sepenuh hati senantiasa mendoakan
dan memberikan dukungan moril maupun spirituil sehingga penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan. Adiku (Anik Fitrotin) tersayang yang selalu


memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi.
7. Prof. Dr. KH. Ahmad Muhdlor, SH. Pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren
Luhur Malang yang dengan kesabaran dan keikhlasanya telah memberikan
samudra ilmunya. Semoga Allah SWT selalu memberikan nikmat kesehatan.
8. Seluruh Dosen Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran dan
keihlasan.
9. Laboran Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (Abi, Taufik dan Kumala Dewi)
10. Laboran Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (bapak
Selamet Riyanto)
11. Teman-Teman Biologi terutama angkatan 2003, Saudara-saudaraku di KSR
PMI unit UIN MALIKI Malang. Teman-teman di Lembaga Tinggi Pesantren
Luhur Malang dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan arahan, motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini,
Semoga Alla SWT menerima amal baik dan memberikan balasan yang
setimpal. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, April 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .....................................................................................
1.6. Batasan Masalah ........................................................................................
1.7. Penegasan Istilah........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ..............................
2.1.1. Deskripsi Tanaman Binahong .................................................................
2.1.2. Klasifikasi Tanaman Binahong ................................................................
2.1.3. Kandungan Dan Kegunaan Tanaman Binahong .......................................
2.1.4. Zat Antimikroba Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis .......................................................................................................
2.2. Ekstraksi Daun Binahong dengan Metode Maserasi ...................................
2.3. Tinjauan Tentang Bakteri Uji.....................................................................
2.3.1. Bakteri Staphylococcus aureus ................................................................
2.3.1.1 Morfologi bakteri Staphylococcus aureus .............................................
2.3.1.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus........................................
2.3.1.3 Patogenistas Dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus ......
2.3.1.4 Pengobatan ..........................................................................................
2.3.2 Bakteri Pseudomonas aeruginosa.............................................................
2.3.2.1 Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa .........................................
2.3.2.2 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa ....................................
2.3.2.3 Patogenitas Dan Gambaran Klinis Bakteri Pseudomonas aeruginosa ....
2.3.2.4 Pengobatan............................................................................................
2.4. Tinjauan Bahan Antimikroba .....................................................................
2.5. Cara Kerja Zat Antimikroba .......................................................................
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba..............................
2.7. Mekanisme Resistensi ...............................................................................
2.8. Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba ........................................................
2.9. Herbal Dalam Perspektif Islam...................................................................

1
7
7
8
8
9
10

11
11
13
13
15
19
22
23
23
24
25
26
26
26
26
27
28
28
30
32
34
34
36

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................
3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian....................................................................
3.3. Variabel Penelitian.....................................................................................
3.4. Obyek Penelitian........................................................................................
3.5. Alat dan Bahan Penelitian .........................................................................
3.5.1.Alat Penelitian..........................................................................................
3.5.2 Bahan Penelitian ......................................................................................
3.6. Prosedur Penelitian ....................................................................................
3.6.1 Preparasi Sampel......................................................................................
3.6.2 Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi ................................
3.6.3 Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Binahong ....................................
3.7. Uji Aktivitas Antibakteri ............................................................................
3.7.1 Sterilisasi Alat .........................................................................................
3.7.2 Pembuatan Media ....................................................................................
3.7.2.1 MediA Nutrient Broth (NB) ..................................................................
3.7.2.2.Media Nutrient Agar (NA) ...................................................................
3.7.3. Peremajaan Biakan Bakteri .....................................................................
3.7.4. Pembuatan Suspensi Bakteri....................................................................
3.8. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong ......................................
3.8.1.Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) ...................................................................................
3.8.2. Penghitungan Data ..................................................................................
3.9. Analisa data ...............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekstraksi Sampel .......................................................................................
4.2. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif.........................................................
4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong ......................................
4.3.1.Uji KHM Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aureginosa.......................................................
4.3.2.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus .................................................
4.3.3.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong
Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa .............................................
4.4.Daya Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordiflia (Ten)
Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa ..................................................................................................
4.5.Lingkungan Hidup Bakteri ..........................................................................
4.6 Pemanfaatan Daun Binahong Sebagai Antibakteri Dalam Persepektif
Islam...........................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................................
5.2. Saran saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................

43
43
44
44
45
45
45
45
45
46
46
49
49
49
49
49
50
50
51
51
54
55

56
57
59
59
62
66

70
76
76
80
81
82
87

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kualitatif ................
Tabel 4.2 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kuantitatif ..............
Tabel 4.3 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar
Oleh Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Dalam Konsentrasi
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) .........
Tabel 4.4 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar
Oleh Koloni Bakteri Pseudomonas Aureginosa Dalam
Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis) .........................................................................................
Tabel 4.5 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri
Staphylococcus aureus Per ml (106)...............................................
Tabel 4.6 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri
Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 ) ........................................

58
59

60

61

63

67

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 4.1

:
:
:
:
:

Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis..................


Batang,Akar dan Daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ......
Morfologi Bakkteri Staphylococcus aureus ............................
Morfologi Bakkteri Pseudomonas aeruginosa .........................
Grafik Rerata Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus
Per ml (106) Dengan Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)..........................
Gambar 4.2 : Grafik Rerata Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas
aeruginosa Per ml (106) Dengan Perlakuan Konsentrasi
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)....

12
12
23
26

63

67

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2

: Diagram alir kerja penelitian..................................................


: Skema Kerja .........................................................................
2.1. Preparasi Sampel.............................................................
2.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi .......
2.3. Identifikasi Senyawa Kimia.............................................
2.4. Pengenceran Larutan Ekstrak Daun Binahong ................
Lampiran 3 : Uji Aktivitas Antibakteri .......................................................
3.1. Pembuatan Media............................................................
3.2. Peremajaan Biakan Bakteri Murni...................................
3.3. Pembuatan Suspensi Bakteri............................................
3.4. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Dilusi Tabung
Lampiran 4 :1. Data pengaruh pemberian Konsentrasi Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap
penurunan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus
Per ml (106 sel/ml)................................................................

Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

87
88
88
89
90
91
92
92
93
93
94

95

2.Data pengaruh pemberian Konsentrasi Ekstrak Daun


Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap
penurunan Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Per ml (106 sel/ml) .............................................................. 95
: Data Penghitungan Analisa Variansi Dalam RAL ................. 96
: Analisis Data Dengan one way ANOVA ............................... 100
: Perhitungan ANOVA Dengan Menggunakan Spss Versi 15.. 101
: Uji Korelasi Dan Regresi Linear .......................................... 107
: Kadar Bunuh Minimum per ml (106 sel/ml)
di kurangi 99,9% asal sub biakan 0% ..................................... 111

Lampiran 10 : Gambar Alat Dan Bahan Penelitian ...................................... 112


Lampiran 11 : Ekstraksi Dengan Metode Maserasi ...................................... 114
Lampiran 12 :
: A. Hasil Uji Pendahuluan KHM ............................................. 115
: B. Hasil Uji KBM Terhadap Bakteri Staphylococus aureus .... 116
: C.Hasil Uji KBM Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa 117

ABSTRAK

Khunaifi, Mufid. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong


(Anredera
cordifolia
(Ten) Steenis
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa. Pembimbing
Dr Ulfah Utami, M.Si. dan Ach. Nashichuddin, MA
Kata Kunci : Antibakteri, Ekstrak Daun Binahong, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aureginosa.
Penyakit Infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia terutama
di daerah tropis, seperti Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah
bakteri. Pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri menggunakan antibiotik
banyak menimbulkan resistensi, sehingga hal ini memerlukan produk baru yang
memiliki potensi tinggi sebagai antibiotik. Salah satu tanaman yang secara
empiris banyak digunakan untuk pengobatan adalah Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas daun Binahong sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa yang multi resisten obat. dengan mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM),
serta untuk mengetahui senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam daun
binahong
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
menggunakan metode tube dilution test. Rancangan penelitian yang di gunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Ekstrak daun binahong didapat dengan cara ekstraksi secara maserasi
menggunakan pelarut Etil asetat. Konsentrasi ekstrak daun binahong yang
digunakan adalah kontrol (0%), 25%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50% untuk
bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa
menggunakan konsentrasi kontrol (0%), 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%.
Data yang diperoleh di analisis dengan uji one way ANOVA, Korelasi dan
Regresi linear.
Hasil penelitian didapatkan KHM ekstrak daun binahong terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25%, sedangkan pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa konsentrasi 50%. Pada uji KBM ekstrak daun binahong
terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50%, sedangkan pada
bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 100%. Hasil uji one way
ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan sig
(0,000)<p(0,05). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong yang
diberikan, semakin besar kemampuan menghambat dan membunuh bakteri
Staphylococcus aureus (r-0,860) Pseudomonas aureginosa (r-0,860) Pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap penurunan jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (R2=0,740) pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa per ml (106) (R2=0,739). Hasil Uji Fitokimia ekstrak
daun Binahong ditemukan senyawa Polifenol, Alkaloid dan Flavanoid.

ABSTRACT
Khunaifi, Mufid. 2010. Antibacterials Activity Test Binahong Leaf Extract
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis Against Bacteria Staphylococcus
aureus and Pseudomonas aeruginosa. Advisors: Dr. Ulfah Utami.,
M.Si and Ach. Nashichuddin, MA
Keywords: Antibacterials, Binahong Leaf Extract, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aureginosa.
Infectious diseases are the main cause of death in the world, especially in
the tropics, such as Indonesia. One cause of disease is a bacterial infection.
Treatment of diseases caused by bacterial infection using antibiotics cause a lot of
resistance, so this requires a new product that has great potential as antibiotics.
One of the many plants that are empirically used for treatment is Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis. The purpose of this study is to determine the
antibacterial activity of leaf Binahong against Staphylococcus aureus and
Pseudomonas aeruginosa which is multi-drug resistant. To know the Minimum
Inhibitory Concentration (MIC ) and the Minimum Kill Concentration (MBC),
and to detect any chemical compounds contained in the leaves Binahong
This research is an experimental research laboratory using the dilution test
tube method. The research design used was completely randomized design (CRD)
with a seven treatments and three replicates. Binahong leaf extract obtained by
maceration by extraction using ethyl acetate solvent. Binahong leaf extract
concentration used were control (0%), 25%, 30%, 35%, 40%, 45% and 50% for
Staphylococcus aureus, whereas, for Pseudomonas aeruginosa using the control
concentration (0%), 50%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100%. The data obtained
were analyzed by one way ANOVA test, correlation and linear regression.
The results obtained MIC Binahong leaf extract against Staphylococcus
aureus at concentrations of 25%, while the Pseudomonas aeruginosa bacteria
concentration of 50%. In the MBC test Binahong leaf extract against
Staphylococcus aureus at concentrations of 50%, while the Pseudomonas
aeruginosa at a concentration of 100%. Results of one way ANOVA test showed
significant difference among the treatments sig (0.000) <p (0.05). The higher
concentration of leaf extract Binahong given, the greater the ability to inhibit and
kill bacteria Staphylococcus aureus (r-0, 860) Pseudomonas aeruginosa (r-0, 860)
The concentration of leaf extract Binahong effect on decreasing the number of
colonies of Staphylococcus aureus per ml (10 6) ( R 2 = 0.740) in Pseudomonas
aeruginosa per ml (10 6) (R 2 = 0.739). Phytochemical test results Binahong leaf
extract polyphenol compounds found, alkaloids and Flavanoid.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan
berbagai upaya pembangunan dibidang kesehatan. Upaya tersebut bertujuan untuk
mendukung visi Indonesia sehat 2010. Banyak tantangan dan kendala yang
dihadapi dalam mencapai visi tersebut, salah satu kendalanya adalah masih
tingginya angka penyakit infeksi di masyarakat, lebih dari 4,5% kematian di
Negara ASEAN adalah penyakit infeksi (WHO 1998)
Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab penyakit dan
kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita selain
menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan
produktifitas, yang pada giliranya akan mengakibatkan kerugian materiil yang
berlipat-lipat. Bagi negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan
menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain
pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya
pengobatanya (Wahyono, 2007)
Gibson (1991), menjelaskan bahwa Infeksi karena bakteri masih
mendominasi potensi terjadinya infeksi berat, sepsis, syok septic, dan disfungsi
multiorgan. Kematian di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40%
disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram negatif.
(Nasronuddin, 2007)

Nasronudin (2007) menambahkan, bahwa untuk mengatasi infeksi karena


bakteri, antibiotika mempunyai peranan penting, antibiotika diharapkan mampu
mengeliminasi bakteri penyebab infeksi. Tetapi perlu disadari bahwa upaya
mengeliminasi bakteri penyebab saja ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut
antara lain dimungkinkan akibat kurang tepatnya pemilihan antibiotika,
munculnya resistensi, efek dari berbagai mediator, sitokin, yang ikut
mempengaruhi laju perjalanan infeksi. Pemilihan antibiotika untuk mengatasi
infeksi perlu mempertimbangkan beberapa hal termasuk antibiotika yang
mempunyai spectrum luas, mampu bekerja lebih awal, potensi menginduksi
resistensi minimal dan dapat dikombinasikan dengan antibiotika lain.
Lisa (2007) menyatakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara marga
Staphylococcus dan Pseudomonas. Keduanya sering resisten terhadap berbagai
jenis obat, sehingga mempersulit pemilihan antimikroba yang sesuai untuk terapi.
Resistensi terhadap beberapa antimikroba umumnya terjadi di rumah sakit, tempat
yang paling banyak menggunakan antimikroba. Hasil uji kepekaan terhadap
antimikroba yang digunakan di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus
2005 sampai dengan Februari 2006 menunjukan bahwa sebesar 74,1 % isolat
Staphylococcus aureus mengalami resistensi multiobat dan sebanyak 95,9% isolat
Pseudomonas aeruginosa

mengalami resistensi multiobat. Dalam hal ini,

resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis
antimikroba yang berbeda.

Timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit


infeksi merupakan masalah penting. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik
menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Sedangkan penurunan infeksi
oleh bakteri-bakteri yang patogen dapat menurunkan angka kematian. Selain itu
cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik juga dapat
menimbulkan masalah resistensi (Jawetz et al.,1991)
Pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten
terhadap antibiotik memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi.
Penelitian zat yang berkhasiat sebagai antibakteri perlu dilakukan untuk
menemukan produk antibiotik baru yang berpotensi untuk menghambat atau
membunuh bakteri yang resisten antibiotik dengan harga yang terjangkau. Salah
satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif pembunuh
bakteri yang terkandung dalam tanaman obat .Widjayanti (1999) dalam Nur Iman
(2009) menjelaskan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai
obat antibakteri adalah tanaman binahong.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang
banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit.
Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada
waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah SWT
untuk memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis
labu. Kisah ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:

&)t i Ztyfx n=t $uFu;/r&u )y uu !#ty9$$/ tt6us


Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan
sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (QS. AshShaaffat [37]: 145-146)
Dari ayat tersebut, manusia bisa mengambil suatu pelajaran bahwasanya di
dalam suatu tumbuhan selain mengandung sifat estetika juga terdapat manfaat
tertentu. Selain itu, antara tumbuhan yang satu dengan yang lainya tidaklah
mempunyai manfaat yang sama (Jauhari,1984).
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman
obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal
dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan
sebutan Madeira Vine. (Manoi, 2009)
Bagian tanaman binahong yang bermanfaat sebagai obat pada umumnya
adalah rhizome, akar dan daun. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri daun
binahong dan kandungan metabolit sekundernya pernah dilakukan, bahwa dalam
simplisia daun binahong terkandung senyawa alkaloid, polifenol, dan saponin
(Annisa dan nurul, 2007)
Menurut Tshikalange et al., (2005) ekstrak air akar binahong dengan dosis
50

mg/ml

memiliki

daya

hambat

terhadap

bakteri

Gram-positif

(B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta bakteri Gram-negatif (Enterobacter


cloacae, E.coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, dan Enterobacter
aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri B.sereus.

Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong


(Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk
kering daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan
kandungan kimia berupa Saponin triterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri.
Rochani (2009), melakukan ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan
menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji
tabung ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada
analisis secara KLT ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji
(2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil
asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin
flavonoid dan polifenol
Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa
semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid (Harbone, 1987) etil asetat
sering

digunakan

sebagai

pelarut

karena

etil

asetat

dapat

menyari

senyawa-senyawa yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya


flavonoid pilohidroksi dan fenol yang lain (Anonymous,2005). Telah diujikan
bahwa ekstrak etil asetat daun ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas
antijamur terhadap Candida albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan
18 mm (Jagessar et al., 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
menguji aktivitas antibakteri dengan berbagai konsentrasi ektsrak daun binahong
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan menggunakan pelarut etil asetat dan

konsentrasi efektif ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis


terhadap bakteri Staphylococcus aureus multiresisten antiboitik yang mewakili
gram positif dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten antibiotik yang mewakili
gram negatif. dengan demikian penelitian ini kami beri judul "Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

dan

Pseudomonas aeruginosa?
2. Berapa konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM) ekstrak daun binahong

Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa?


3. Senyawa kimia apa yang terkandung di dalam ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis yang memiliki aktivitas sebagai
antibakteri?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong Anredera
cordifolia

(Ten.)

Steenis

terhadap

Staphylococcus

aureus

dan

Pseudomonas aeruginosa
2. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun
binahong yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

1.4. Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah:
1. Adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa
2. Terdapat konsentrasi tertentu dari ekstrak daun Binahong Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis yang mampu menghambat dan membunuh
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
3. Ada senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong
yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan adanya
daya antibakteri suatu tanaman.
2. Memberikan informasi bahwa ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis dapat digunakan sebagai zat antibakteri.
3. Memberikan motivasi pada masyarakat untuk menggunakan zat antibakteri
dari bahan alam.

1.6. Batasan Masalah


1. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa multi resisten antibiotik yang di dapatkan dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang
2. Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun binahong campuran tua dan muda yang sudah
dikeringkan dan tidak terserang penyakit didapatkan dari Balai Materia
Medika Batu Malang
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada konsentrasi hambat minimum dan
konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia
(Ten.)

Steenis

yang

ditunjukkan

dengan

adanya

penghambatan

pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan kejernihan media uji dan


penurunan jumlah koloni bakteri setelah pemberian konsentrasi ekstrak
daun binahong.
4. Konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun binahong
yang telah diencerkan sesuai dengan konsentrasi untuk masing-masing
bakteri.

1.7. Penegasan Istilah


1. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah
pertumbuhan atau aktivitas metabolisme mikroba.
2. Daya hambat adalah kemampuan suatu substansi untuk menghambat
pertumbuhan suatu mikroorganisme.
4. Konsentrasi efektif adalah konsentrasi terkecil yang mempunyai daya
hambat terbesar.
5. KHM (kadar hambat minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong
terendah yang mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan kejernihan dalam media
tabung atau cawan agar.
6. KBM (Kadar bunuh minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong
terendah yang mampu membunuh bakteri yang dibiakkan pada media
Natrium Agar atau kadar agen antibakteri terendah yang tidak
menunjukkan pertumbuhan atau ada penurunan 99,9% dari inokulum asal
sub kultur (Shulman et al.,1994) setelah dilakukan penggoresan 1 ml
biakan bakteri dengan ekstrak daun binahong konsentrasi tertentu dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam.
7. Pengamatan kuantitatif digunakan untuk menentukan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara kuantitatif
dengan cara menghitung koloni bakteri dengan menggunakan colony
counter.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis


2.1.1. Deskripsi Tanaman Binahong
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman
obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal
dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, di Inggris disebut
madeira vine. Sinonim Boussingaulatia gracilis Miers. Boussingaultia cordifolia
Boussingaultia basselloides. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat
yang mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari tanaman ini
masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fitofarmaka. Tanaman ini berasal
dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini dikenal
sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas
jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh.
Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya.
Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan
untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Manoi, 2009)
Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang
(perenial), bisa mencapai panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging
lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam
solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di

ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal,
bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk
jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas,
ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa
dimakan. (Gambar 2.1) Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang,
muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima
helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum.
Perbanyakan

generatif

(biji),

namun

lebih

sering

berkembang

atau

dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Gambar 2.2)


(Mus, 2009)

Gambar 2.1. Daun Binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis.

Gambar 2.2. Batang,Akar dan Daun Anredera cordifolia(Ten.) Steenis (Mus


2008) http://www.plantamor.com.

2.1.2. Klasifikasi Tanaman Binahong


Klasifikasi tanaman binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis. Menurut
situs http://www.plantamor.com.adalah :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Basellaceae

Genus

: Anredera

Spesies

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

2.1.3. Kandungan Dan Kegunaan Tanaman Binahong


Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris
binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan,
bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga
maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan
sebutan Madeira Vine dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan
antivirus. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Percobaan
pada tikus yang disuntik dengan bahan ekstrak dari binahong dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, peningkatan agresivitas tikus dan tidak mudah sakit. Beberapa

penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah:


kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke,
wasir, rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan,
menyembuhkan segala luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan
menormalkan peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat,
pusing-pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan,
maag, asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya
tahan tubuh, (Manoi, 2009)
Menurut Tshikalange et al., (2005). ekstrak air akar binahong dengan
dosis 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram-positif
(B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta pada bakteri Gram-negatif (Enterobacter
cloacae, E.coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, dan Enterobacter
aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri B.sereus.
Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk
kering daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan
kandungan kimia berupa saponin triterpenoid, flavanoiod dan minyak atsiri.
Rochani (2009). melakukan ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan
menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji
tabung ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada
analisisa secara KLT ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji
(2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil
asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin,

flavonoid dan polifenol. Pada ekstrak dengan pelarut etil asetat pada konsentrasi 2
% dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu juga dijelaskan
(Uchida, et al.,2003) bahwa di dalam daun binahong terdapat aktifitas
antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.

2.1.4. Zat Antimikroba Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis


2.1.4.1. Flavanoid
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam
pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain.
(Markham,1988). Flavanoid dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavanoid, Gula yang terikat pada flavanoid mudah larut dalam air
(Harbone,1996). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol,
senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri
dan jamur. Nurachman (2002) menambahkan bahwa senyawa-senyawa flavanoid
umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah
satu komponen bahan baku obat-obatan. bahwa Senyawa flavanoid dan turunanya
memilki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi
serangan penyakit (sebagai antimikroba) dan anti virus bagi tanaman.
Ditambahkan oleh De Padua, et al., (1999) bahwa

flavanoid mempunyai

bermacam-macam efek yaitu, efek anti tumor, anti HIV, immunostimulant,


analgesik, antiradang, antifungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiperglikemik
dan sebagai vasolidator.

2.1.4.2. Saponin
Saponin dibedakan sebagai saponin triterpenoid dan saponin steroid.
Saponin triterpenoid umumnya tersusun dari sistem cincin oleanana atau ursana.
Glikosidanya mengandung 1-6 unit monosakarida (Glukosa, Galaktosa, Ramnosa)
dan aglikonnya disebut sapogenin, mengandung satu atau dua gugus karboksil.
(Louis, 2004). Robinson (1995) menyatakan saponin merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.
Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu menjadi
penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik
dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan
dalam bidang kesehatan. Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan
etanol, tetapi tidak larut dalam eter.
2.1.4.3. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid
sering bersifat racun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi
yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid
biasanya terwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar
(Harbone,1987)

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang


diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995)
2.1.4.4. Terpenoid
Terpenoid atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang
hanya tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprena ( CH3=C(CH3)CH=CH2). Senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon yang dibedakan
berdasarkan jumlah satuan isoprena penyusunnya, group metil dan atom oksigen
yang diikatnya (Robinson, 1995)
Terpenoid banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi sebagai
minyak atsiri yang memberi bau harum dan bau khas pada tumbuhan dan bunga.
Selain itu terpenoid juga terdapat dalam jamur, invertebrata laut dan feromon
serangga. Sebagian besar terpenoid ditemukan dalam bentuk glikosida atau
glikosil ester (Thomson,1993)
Terpenoid dari tumbuhan biasanya digunakan sebagai senyawa aromatik
yang menyebabkan bau pada eucalyptus, pemberi rasa pada kayu manis, cengkeh,
jahe dan pemberi warna kuning pada bunga. Terpenoid tumbuhan mempunyai
manfaat penting sebagai obat tradisional, anti bakteri, anti jamur dan gangguan
kesehatan (Thomson, 2004)
2.1.4.5. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan senyawa volatil yang dihasilkan oleh jaringan
tertentu suatu tanaman, baik berasal dari akar, batang, daun, kulit, bunga, biji-

bijian. bahkan putik bunga (Rahmawati, 2000). Pada umumnya minyak atsiri
mempunyai ciri-ciri mudah menguap pada suhu kamar, mudah mengalami
dekomposisi, memiliki bau harum sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987). Sedangkan
menurut Nurhayati (2004) minyak atsiri merupakan komponen campuran dari
bahan-bahan yang wangi atau campuran dari bahan wangi dengan bahan yang
tidak berbau. Komponen yang wangi merupakan senyawa kimia murni yang
menguap pada kondisi normal.
Ajizah (2004) menjelaskan, minyak atsiri berperan sebagai antibakteri
dengan cara menggangu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga
tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai
antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan
karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian, diikuti
penetrasi fenol kedalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.
Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran
mengalami lisis.(Parwata, et al., 2008).
2.1.4.6. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul antara 5003000 dalton yang diduga berperan sebagai antibakteri, karena dapat membentuk
kompleks dengan protein dan interaksi hidrofobik (Makkar,1991)

Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol,


mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara
kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin
katekin dan tanin terhidrolisis (Robinson,1995). Tanin terkondensasi terdapat
dalam paku-pakuan, gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis
tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis penyebaranya terbatas pada
tumbuhan berkeping dua (Harbone, 1984)
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya
adalah dengan merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat
menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat
mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang
dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. (Akiyama, et al., 2001).
Ajizah, (2004) menjelaskan, aktivitas antibakteri senyawa tanin adalah dengan
cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati.

2.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi


Ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang akan
diinginkan larut (Ansel, 2005). Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi
adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu
ekstraksi), perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan

pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi.


Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan makin besar
sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah
pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, jumlah
pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam
jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat
dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa
komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50 C menghasilkan ekstrak
yang optimum dibandingkan suhu 40C dan 60 C. (Voight, 1994)
Salah satu metode ekstraksi bahan alam, yaitu metode maserasi. Maserasi
adalah metode perendaman. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya
waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diektraksi (Guenter,
1987). Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif
akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa
air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. (Ahmad, 2006) dan untuk mendapatkan
ekstrak dalam waktu yang relatif cepat dapat dilakukan pengadukan dengan
menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama 24 jam (Yustina, et al., 2008)
Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses
ekstraksi, sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
pelarut (Guenther, 2006). Terdapat dua pertimbangan utama dalam memilih jenis

pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak
berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat
melarutkan ekstrak yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak
menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih
kedua bahan tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995).
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tingkat
kepolaranya yaitu pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan
dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid
(Harbone, 1987) Etil asetat adalah senyawa organik yang merupakan ester dari
etanol dan asam asetat. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil,
tidak beracun, dan tidak higroskokopis. Etil asetat sering digunakan sebagai
pelarut karena etil asetat dapat menyaring senyawa-senyawa yang dapat
memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid polyhidroksi dan fenol
yang lain (Anonymous, 2005). Telah diujikan bahwa ekstrak etil asetat daun
ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida
albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan 18 mm (Jagessar et al.,
2008). (Pambayun, et al., 2007) telah melakukan maserasi pada bubuk gambir
dengan menggunakan berbagai pelarut didapatkan senyawa fenolat total yang
tertinggi dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setiaji (2009) telah melakukan
ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil asetat di dapatkan senyawa
alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.

2.3.Tinjauan Tentang Bakteri Uji


Bakteri uji dapat dibedakan antara bakteri gram positif dan gram negatif.
Atas dasar teknik pewarnaan diferensiasial yang disebut pewarnaan gram, kedua
kelompok bakteri ini di bedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk dan
weller,1993). Perbedaan nyata dalam komposisi dan struktur di dinding sel antara
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif penting untuk dipahami karena
diyakini bahwa dinding sel itulah yang menyebabkan perbedaan kedua kelompok
bakteri ini memberikan respons. Bakteri gram negatif mengandung lipid, lemak
atau substansi seperti lemak dalam persentase lebih tinggi daripada yang
dikandung bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis
daripada dinding sel bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif
mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai
ikatan silang yang kurang efektif dibandingkan dengan yang dijumpai pada
dinding bakteri gram positif. Pada saat pewarnaan dengan ungu kristal
pertumbuhan bakteri gram positif lebih dihambat dengan nyata daripada bakteri
gram negatif , demikian juga dengan kerentanan terhadap antibiotik, bakteri gram
positif lebih rentan terhadap penisilin daripada bakteri gram negatif (Pelczar dan
Chan,1986)

2.3.1. Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.3. Morfologi Bakkteri Staphylococcus aureus (Wikipedia,2008)

2.3.1.1. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus


Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphele yang berarti
kumpulan dari anggur dan kata Aureus dalam bahasa latin yang berarti emas.
Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.
Ciri-ciri bakteri ini adalah merupakan bakteri gram positif yang berbentuk
bulat (cocus) dengan ukuran diameter sekitar 1 m dan tersusun dalam kelompok
yang tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya
terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakkan cair
mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad
(jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua (Jawetz, 1996). Sedangkan menurut Bonang (1982) metabolisme
bakteri ini adalah aerob dan anaerob, katabolisme positif membentuk asam dari
hidrat arang tanpa gas, fakultatif anaerob dan koloninya berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua.

2.3.1.2. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus


Bakteri Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan
dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan
pigmen yang berfariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 37C, tapi membentuk pigmen yang paling baik pada suhu
kamar (20C). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol
dan berkilau-kilauan, membentuk barbagai pigmen. Staphylococcus aureus
berwarna kuning emas. (Jawetz, 1996). Beberapa media yang dapat digunakan
untuk penanaman Staphylococcus aureus antara lain Mueller Hinton Agar,
Gliseril Monostearat Agar, Msa, dan Nutrient Agar (Jawetz, 1989)
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,8 dengan pH
optimum sekitar 7,0-7,5. Pertumbuhan pada pH 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhanya
dengan adanya tiamin. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan 11 asam amino.
Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam
amino atau protein (Supardi,1999). Menurut Jawetz (1996) Staphylococcus aureus
relatif resisten terhadap pengeringan panas (bakteri ini tahan terhadap suhu 50C
selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi dengan mudah
dihambat oleh zat-zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%.

2.3.1.3. Patogenitas Dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus menginfeksi manusia terutama pada membran
mukosa daerah nasal, saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan. Sifat
khas infeksi Staphylococcus aureus yang bersifat patogen adalah penahanan lokal.
Infeksi ini antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis dan bisul. Infeksi
yang disertai penanahan akan sembuh dengan cepat bila nanah dikeluarkan.
Staphylococcus aureus membentuk enterotoksin yang stabil pada pemanasan.
Enterotiksin dapat menyebabkan gejala keracunan makanan seperti mual, diare,
dan muntah-muntah (Jawetz, 1996)
Sebagai penyebab penting keracunan makanan, enterotoksin khususnya
dihasilkan bila bakteri ini tumbuh pada makanan karbohidrat dan protein.
Enterotoksin mengakibatkan muntah-muntah dan diare pada manusia. Keracunan
makanan yang disebabkan oleh enterotoksin Staphylococcus aureus ditandai oleh
masa inkubasi yang pendek (1-8) jam, nausea hebat, muntah-muntah, diare dan
konvalesen yang cepat (Jawetz,1986)
Infeksi lokal Staphylococcus auereus muncul sebagai suatu pimple, infeksi
folikel rambut, atau abses. Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat,
terlokalisasi,

dan

nyeri

yang

mengalami

pernanahan

sentral.

Infeksi

Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh kontaminasi langsung pada


luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma.(fraktur
terbuka, meningitis setelah fraktur tengkorak). Bila Staphylococcus aureus
menyebar dan terjadi bakterimia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut
hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru (Jawetz dkk,1996)

2.3.1.4. Pengobatan
Untuk terapi infeksi Staphylococcus aureus digunakan antibiotika. Selama
pengobatan umumnya cepat terjadi resistensi, sehingga menimbulkan kesulitan
untuk memberantasnya. Antibiotika yang sering digunakan yaitu sefalosporin,
vankomisin dan tetrasiklin (Jawetz, 2001)

2.3.2. Bakteri Pseudomonas aeruginosa


2.3.2.1. Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Gambar 2.4. Morfologi Bakkteri Pseudomonas aeruginosa (Wikipedia, 2008)

2.3.2.2. Pertumbuhan Baksteri Pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aureginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di
lingkungan yang lembab di rumah sakit. Ciri khas Pseudomons aeruginosa
bergerak dan berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 m. Bakteri ini gram negatif
dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk
rantai yang pendek. Tumbuh baik pada suhu 37C-42C. Pertumbuhan pada suhu

42 C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini adalah aerob obligat
yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan biakan, kadangkadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur membentuk koloni
halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan. Semua spesies Pseudomonas
dapat tumbuh baik dalam sample nutrient agar dan dalam kebanyakan media
selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey Agar (Jawetz, 1996).

2.3.2.3. Patogenesis Dan Gambaran Klinis Bakteri Pseudomonas aeruginosa


Bakteri Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka
bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan, meningitis, bila masuk bersama funksi
lumbal, dan infeksi saluran kemih, bila masuk bersama kateter dan instrumen lain
atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran nafas karena larutan irigasi.
Penyerangan

pada

saluran

nafas,

khususnya

respirator yang tercemar,

mengakibatkan Pneumonia netrotika, menyebakna infeksi mada mata, yang


mengakibatkan kerusakan mata secara cepat, biasanya terjadi setelah luka atau
operasi mata. Jawetz, et al., (2001) Anasrullah (2002) menyatakan bahwa bakteri
Pseudomonas aureginosa merupakan mikroorganisme etiologi infeksi luka bakar
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang selama periode 1998-2001.
Menurut Yuke (2002) infeksi dari kuman Pseudomonas aeruginosa dapat
menyebabkan

berbagai

macam

penyakit,

seperti

Endokarditis,

dimana

Pseudomonas aeruginosa menyerang katup jantung terutama pada pemakai obatobatan per intravena dan pengguna katup jantung buatan. Kuman ini dapat

menyebabkan Endokarditis melalui penyebaran secara langsung dalam aliran


darah.

2.3.2.4. Pengobatan
Infeksi Pseudomonas aureginosa yang penting dalam klinik tidak boleh
diobati dengan terapi obat tunggal, karena keberhasilan terapi semacam itu rendah
dan bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif
terhadap bakteri Pseudomonas aureginosa, tikarsilin, mezlosilin, dan piperasilin
digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya gentamisin,
tobramisin atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aureginosa
antara lain azreonam, imipenem, kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefeperakson aktif melawan
Pseudomonas aeruginosa, seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi
Pseudomonas aureginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aureginosa bervariasi
secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk
pemilihan terapi antimikroba (Jawetz,1996)

2.4. Tinjauan Bahan Antimikroba


Bahan antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia.
Antimikroba merupakan komponen kimia yang mempunyai kemampuan
dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme. Antimikroba yang

mempunyai kemampuan membunuh mikroba misalnya bakterisidal, fungisidial.


Sedangkan antimikroba yang mempunyai kemampuan hanya menghambat
pertumbuhan mikroba misalnya bakteristatik, fungistatik (Volk and Welher,1998).
Pemakaian

bahan

antimikroba

merupakan

suatu

usaha

untuk

mengendalikan mikroorganisme. Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat


menghambat. membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme. Menurut Pelczar
(1988) tujuan utama pengendalian adalah:
1. Mencegah penyakit dan infeksi.
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme.
Menurut Pelczar (1986). Obat antimikroba sebaiknya mempunyai sifatsifat sebagai berikut:
1. Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak hospes.
2. Bersifat bakterisidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
4. Berspektrum luas
5. Tidak bersifat alergenik atau tidak menimbulkan efek samping bila
digunakan dalam jangka waktu yang lama
6. Tetap aktif dalam plasma,cairan tubuh
7. Larut di dalam air dan stabil
8. Kadar bakterisidal di dalam tubuh cepat tercapai dan bertahan dalam
waktu lama.

2.5. Cara Kerja Zat Antimikroba.


Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Pelczar (1988) menyatakan bahwa mekanisme kerja zat antimikroba dalam
melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut:
1. Merusak Dinding Sel
Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut
dinding sel (peptidoglikan). Sintesis dinding sel ini melibatkan sejumlah
langkah enzimatik yang banyak diantaranya dihalangi oleh antimikroba.
Rusaknya dinding sel bakteri misalnya karena pemberian enzimlisosim
atau hambatan pembentukanya oleh karena obat antimikroba, dapat
menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat
terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel karena
dinding sel berfungsi sebagai pengatur pertukaran zat-zat dari luar dan
kedalam sel, serta memberi bentuk sel.
2. Mengubah Permeabilitas Membran sel.
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput yang disebut membrane
sel yang mempunyai permeabilitas selektif, membran ini tersusun atas
fosfolipid dan protein. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar
masuknya zat antar sel dengan lingkungan luar, melakukan pengangkutan
zat-zat yang diperlukan aktif dan mengendalikan susunan dalam diri sel.
Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik kedalam maupun keluar

sel dimungkinkan karena didalam membran sel terdapat enzim protein


untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran luar.
Dengan rusaknya dinding sel, bakteri secara otomatis akan berpengaruh
pada membrane sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti fenol,
kresol, detergen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan
pada membrane sel, bahan-bahan ini akan menyerang dan merusak
membran sel sehingga fungsi semi permeabilitas membran mengalami
kerusakan. Kerusakan pada membran sel ini akan mengakibatkan
terhambatnya sel atau matinya sel.
3. Kerusakan Sitoplasma.
Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein,
karbohidrat, lipid, ion anorganik dan berbagai senyawa dengan bobot
molekul rendah. kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya
molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya.
Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan
denaturasi komponen-komponen seluler yang vital.
4. Menghambat Kerja Enzim.
Didalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan
proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat
mengganggu reaksi biokimia misalnya logam-logam berat, golongan
tembaga, perak, air raksa dan senyawa logam berat lainnya umumnya
efektif sebagai bahan antimikroba pada konsentrasi relatif rendah. Logamlogam ini akan mengikat gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap

perubahan protein yang terbentuk. penghambatan ini dapat mengakibatkan


terganggunya metabolisme atau matinya sel.
5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Dan Protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting dalam sel,
beberapa

bahan

cloramfenikol,

antimikroba

tetrasiline,

dalam

prumysin

bentuk

antibiotik

menghambat

sintesis

misalnya
protein.

Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik


misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada
fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba


Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba
dalam menghambat atau membasmi organisme pathogen. Semuanya harus
dipertimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba menurut Pelczar
(1988), adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba.
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya
antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila
konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
2. Jumlah Organisme
Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka makin banyak pula waktu
yang diperlukan untuk membunuhnya.

3.Suhu
Kenaikkan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu disinfektan atau
bahan microbial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme
melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat dengan meninggikan
suhu.
4. Spesies Mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda
terhadap suatu bahan kimia tertentu.
5. Adanya Bahan Organik.
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia
antimicrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya
bahan organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan:
a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk
produk yang tidak bersifat antimikrobial.
b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan
suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat
mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu
pelindung yang akan menganggu kontak antar zat antimikrobial
dengan sel.

6. Keasaman (pH) Atau Kebasaan (pOH).


Mikroorgasnisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada
suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

2.7. Mekanisme Resistensi


Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan mikroba yang
semula sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa
antibakteri diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut (Lenny, 2006)
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba
oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan
hidup. Resistensi dibagi dalam kelompok resistensi genetik, resistensi nongenetik
dan resistensi silang. Mekanisme resistensi terhadap antimikroba antara lain:
perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba; mikroba menurunkan
permeabilitasnya hingga obat sulit masuk kedalam sel; inaktivasi obat oleh
mikroba; mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang
dihambat oleh antimikroba; dan meningkatkan produksi enzim yang dihambat
oleh antimikroba (Ganiswara, 2003)

2.8. Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba


Sebelum zat antimikroba digunakan untuk keperluan pengobatan maka
perlu diuji dahulu efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Aktifitas antijasad
renik diukur secara in vitro agar dapat ditentukan potensinya suatu zat sebagai anti

jasad renik dalam larutan, konsentrasi zat terhadap jasad renik serta kepekaan
suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahan antimikroba yang
diberikan (Jawetz,1986)
Menurut Lay (1994) Bahan antimikroba bersifat menghambat bila
digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan dalam konsentrasi
tinggi dapat mematikan, untuk itu perlu diketahui MIC (Minimum Inhibitori
Consentration) dan MKC (Minimum Killing Concentration) bahan antimicrobial
terhadap mikroorganisme.
1. Metode Dilusi Tabung
Cara ini digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum
(KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip
dari metode dilusi yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media
cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang di uji. Kemudian masing-masing
tabung diisi dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya, seri
tabung diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam dan diamati kekeruhanya
pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan
hasil biakan yang mulai nampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah
KHM dari obat. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan
pada media agar padat, diinkubasikan dan keesokan harinya diamati ada tidaknya
koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang
ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri adalah KBM dari
obat terhadap bakteri uji (Dzen dkk, 2003)

Menurut Bonang dan Koeswandoro (1982) konsentrasi ekstrak terkecil


yang menunjukan hambatan pertumbuhan mikroskopis disebut konsentrasi
penghambat minimum/MIC. Uji ini dilakukan dengan mengamati kekeruhan
campuran Nutrient broth yang sudah diinokulasi bakteri dengan konsentrasi
ekstrak sesuai dengan perlakuan, lalu diinkubasi selama 24 jam dan diamati
pertumbuhan bakterinya.

2.9. Herbal Dalam Perspektif Islam.


Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 190-191:

=t69F{$# <'T[{ ;MtU $p]9$#u 9$# #n=Fz$#u F{$#u Nuy9$# ,=yz )


,=yz t6xtGtu /_ 4n?tu #Y%u $Vu% !$# t.t t%!$#
$9$# z>#xt $o)s y7oys6 Wt/ #xy |M)n=yz $t $u/u F{$#u Nuu9$#
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali-Imran [3]:
190-191:)
Dari firman Allah ini, terdapat perintah Allah SWT kepada manusia yang
telah diberi kelebihan akal untuk meneliti dan mengkaji segala sesuatu yang ada
di langit dan bumi, karena tidak ada hasil ciptaan Allah SWT yang sia-sia. Semua
ciptaan Allah memiliki manfaat dan harus dimanfaatkan. Allah menciptakan
manusia dan memuliakannya sebagai makhluk yang paling istimewa. Oleh karena
itu dengan akal dan pikiran diharapkan manusia dapat hidup seimbang dunia dan

akhirat, sehat jasmani dan rohani dengan cara memanfaatkan apa yang ada (bahan
alam) dan mencari rahasia yang terkandung di dalamnya.
Allah SWT menciptakan suatu penyakit, dan Allah pula telah memberikan
obatnya. Dalam sabda Nabi yang diriwayatkan jabir R.A.menyebutkan:

:


,
Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat suatu penyakit telah tepat, sembuhlah
dia dengan izin Allah Azza wa jalla )

Hadist diatas merupakan hadist riwayat Jabir. R.A yang terdapat dalam
kitab Shahih Imam Bukhari (Al-Din, 2002). Oleh karena itu, jika ada penyakit,
manusia hendaknya berobat. Apabila penyakit tersebut belum ada obatnya, maka
manusia hendaknya mencari sesuatu yang bisa mengobati penyakitnya. Manusia
haruslah yakin bahwa semua penyakit pasti ada obatnya.
Sesungguhnya Nabi SAW merupakan contoh teladan yang baik dalam
memberikan petunjuk menuju kedokteran yang benar yang berdiri diatas ilmu dan
uji coba, bukan diatas khayalan dan omong kosong (Qordhawi,1998). Oleh karena
itu, hendaknya manusia selalu berusaha mencari obat suatu penyakit dengan ilmu
yang dia miliki, dalam hal ini ilmu yang di maksud adalah ilmu yang berkaitan
dengan kesehatan
Tanaman obat dalam sunnah Nabi sangat banyak, diantaranya adalah
jinten hitam, biji seladri, lidah buaya, bidara, biji sawi, seladri air dan masih
banyak yang lainnya. Beberapa tanaman yang telah digunakan Rasulullah sebagai
tanaman obat adalah (Faroqi, 2005):

a. Jinten Hitam
Jinten hitam (al-habbat as-auda) merupakan obat untuk banyak penyakit.
Nabi Muhammad SAW bersabda Jinten hitam adalah obat bagi segala penyakit
kecuali sam, dan sam adalah kematian (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan
Ahmad). Jinten hitam juga digunakan sebagai bumbu makanan, sedangkan pada
pengobatan digunakan sebagai peluruh kentut, peluruh kencing, panas, demam,
batuk, asma, antibakteri dan masih banyak khasiat lain. Kandungan senyawa
dalam jinten hitam adalah saponin, minyak esensial dan lemak jenuh yang
memiliki fungsi obat yang sangat tinggi.
b. Lidah Buaya
Lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai penutup (bagian yang
terluka/terjangkit). Nabi Muhammad SAW bersabda kepada orang yang mengeluh
kondisi matanya ketika melaksanakan ibadah haji, Tutupi dengan lidah buaya
(HR As-Suyuthi). Istilah medis lidah buaya digunakan untuk saripati yang keluar
dari potongan melingkar daunya yang banyak mengandung air. Beberapa lidah
buaya yang berbau harum penuh digunakan untuk mengurapi mayat (mumi) orang
mesir. Lidah buaya dapat berfungsi sebagai obat pencahar, obat kuat, peningkat
gairah seks, pembunuh cacing parasit, radang mata, tumor dan beberapa penyakit
lain. Kandungan senyawa dalam lidah buaya berupa minyak esensial.
c. Bidara
Beberapa hadist yang disampaikan oleh Imam Jafar Shadiq dalam Syarai
al-Islam dan buku lainya mengindasikan bahwa daun sidr adalah dedaunan yang
mengandung zat antibakteri dan zat pembersih. Hadist Shahih Bukhari, Sunan

Tirmidzi dan kitab hadist lainya memberikan saran untuk mencampurkan duan
bidara (sidr) dengan air hangat yang dipakai untuk memandikan jenazah. Daunya
paling cocok untuk desinfektan karena mengandung minyak esensial yang sangat
manjur sebagai deodoran dan desinfektan.
Pada kenyataanya beliau juga memberikan nasihat serupa mengenai
beberapa obat lainya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menegaskan
pentingnya penggunaan tanaman obat, sehingga suri teladan Rasulullah ini perlu
diteladani oleh umat-umatnya (Faroqi, 2005)
Pada saat ini, para ilmuwan banyak yang meneliti berbagai bahan alam
untuk dijadikan obat untuk suatu penyakit, salah satu bahan alam yang digunakan
tersebut adalah tumbuhan.Tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah
kebawah terutama dalam upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Hal
ini dikarenakan, banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat
relatif lebih aman dibandingkan obat sintetis (Maheswari, 2002)
Menurut pengertian umum obat dapat didefenesikan sebagai bahan yang
menyebabkan

perubahan

dalam

fungsi

biologis

melalui

proses

kimia

(Katzung, 1990). Dalam perkembanganya terdapat obat kimia (sintetis) dan obat
alami yang dewasa ini lebih dikenal sebagai obat alternatif. Kita tahu cikal bakal
obat kimia (sintetis) berawal dari obat alami. Dari obat alam dilakukan isolasi
untuk mengetahui senyawa akttif yang terkandung di dalamnya,

kemudian

dilakukan sintetis dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan


senyawa yang sama dalam jumlah yang lebih besar, sehingga lebih

menguntungkan dari segi ekonomi. Akan tetapi obat kimia ini kadang
menghasilkan dampak yang negatif bagi kesehatan.(Hayati, 2007)
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang
banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit
Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada
waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah untuk
memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis labu. kisah
ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:

&)t i Ztyfx n=t $uFu;/r&u )y uu !#ty9$$/ tt6us


Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan
sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu (QS. AshShaaffat [37]: 145-146)

Dari ayat tersebut, manusia bisa mengambil suatu pelajaran bahwasanya di


dalam suatu tumbuhan selain mengandung sifat estetika juga terdapat manfaat
tertentu. selain itu, antara tumbuhan yang satu dengan yang lainya tidaklah
mempunyai manfaat yang sama (Jauhari,1984). Hal ini sebagaimana firman Allah
SWT yang terdapat dalam surat Ar-Radu ayat 4 yang berbunyi :

xu #u wu yu 5=ur& i My_u NuyftG s% F{$# u


) 4 2W{$# <t/ 4n?t $p|t/ exu 7nu &!$y/ 4s+ 5#u
=)t 5s)j9 ;MtU 9s

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun


anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanamtanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya (dan
bentuknya).Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir (QS. Ar-Radu [13]: 4)

Menurut Shihab (2002) sebagai insan Ulul Albab harus mampu


mengejewantahkan semua yang telah diperoleh di bangku pendidikan dalam
kehidupan sehari-hari, mau berfikir dan memikirkan bahwa semua yang
diciptakan Allah SWT tidak akan sia-sia. Berkaitan dengan hal tersebut muncul
kebutuhan melakukan penelitian tentang manfaat suatu tanaman untuk digunakan
sebagai alternatif alami pengobatan sebuah penyakit.
Dalam Al-Quran telah dijelaskan tumbuhan yang sangat bermanfaat;

$=tF t9$#u 9$#u ;Mxt uxu ;Mx ;My_ r'tr& %!$# uu


!#s) yrO (#=2 4 77ttF uxu $\:ttF $9$#u G9$#u &#2&
9$# =t ) 4 (#@ u ( $|ym ut )ym (#?#uu tyOr&
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS Al-Anam [6]:141)
Selain itu firman Allah yang menyebutkan tumbuhan atau hewan sebagai obat;

>#u $y/ . ls 4 W9 7n/u 7 5=$$s NtyW9$# e. ?. O


t3xtGt 5s)j9 ZtU y79s ) 3 $=j9 !$x u9r& #=tF

"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan


Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(QS. An-Nahl [16]: 69)
Ayat ayat tersebut, membuktikan sesungguhnya pada zaman para nabi
pun telah Dikenal obat-obatan alami dengan penggunaan ukuran yang sesuai, hal
ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah kitab yang didalamnya berisi berita dan
informasi yang semuanya terbukti kebenarannya. Al-Quraan dijadikan petunjuk
bagi manusia, sebagai sumber yang hakiki agar manusia selamat dunia dan
akhirat.
Seiring dengan perkembangan zaman, obat-obatan alami ini mengalami
kemunduran dan diganti dengan obat-obatan kimia. Akan tetapi seruan untuk back
to nature kembali bergaung guna mengurangi dampak negatif yang disebabkan
oleh obat-obatan kimia. Supriadi (2001) menyatakan Pemanfaatan tumbuhan dan
hewan sebagi alternatif pengobatan alami dewasa ini berkembang cukup pesat.
Sekitar 25 obat-obatan yang diresepkan negara industri maju mengandung bahan
senyawa aktif hasil ekstraksi tanaman obat.
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Adalah salah satu bahan
alam yang sangat banyak sekali manfaatnya dan sebagai bahan alternatif alami
sebagai bahan Anti Mikroba. Dengan terungkapnya rahasia-rahasia alam melalui
hasil penelitian, selain mempertebal kayakinan akan kebesaran Allah sebagai
pencipta-Nya, juga menambah khasanah pengetahuan tentang alam untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.
Rancangan penelitian ini yaitu menguji konsentrasi ekstrak daun Binahong
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, dengan variasi konsentrasi terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Untuk
mengetahui daya antibakteri. semua kondisi perlakuan dibuat sama, kecuali
pemberian konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
yang dibuat berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 7 perlakuan konsentrasi ekstrak
daun binahong konsentrasi (0%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%) untuk
bakteri Staphylococcus aureus, dan konsentrasi (0%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%
dan 100%) untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan 3 ulangan pada masingmasing bakteri.

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian.


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan
Kimia UIN MALIKI Malang dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran UNIBRAW Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan FebruariApril 2010.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel Bebas.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun
Binahong Anredera cordifolia (Ten.) steenis dengan berbagai konsentrasi
2. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kekeruhan yang
dihasilkan pada media nutrient broth (KHM) dan jumlah koloni bakteri
yang dihasilkan pada media agar (KBM)
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan
sama untuk setiap perlakuan meliputi, suhu inkubasi, waktu, pH dan
media.
3.4. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa Multiresisten obat biakan murni yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan Daun
Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang didapat dari Balai Materia
Medika Batu Malang

3.5. Alat Dan Bahan Penelitian


3.5.1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk
ekstraksi maserasi dan uji fitokimia: Timbangan analitik, oven, blender, shaker,
rotary evaporator vakum, penyaring buchner, gelas ukur 10 ml, erlenmeyer 500
ml, erlenmeyer 1 L, beacker glas 100 ml, tabung reaksi, mikro pipet, pengaduk
kaca, kertas saring/whatman, aluminium foil.
Alat-alat untuk uji antibakteri: Autoklaf, incubator, lampu bunsen, labu
erlenmeyer 250 ml, cawan petri, tabung reaksi, paper disk, gelas ukur, mikro
pipet, pinset, ent-kas, jangka sorong, koloni counter, jarum ose, stirer, kertas label,
kertas cakram, kapas dan kertas coklat, mikroskop, colony counter

3.5.2. Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Binahong
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dan biakkan murni bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa, media Nutrien Agar (NA), media cair
Nutrient Broth (NB), aquades, tween 80, Etil asetat dan Alkohol 70%.

3.6. Prosedur Penelitian


3.6.1. Preparasi Sampel
Daun binahong sebanyak 2 kg dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung. Pengeringan dilanjutkan dengan cara menjemur daun binahong di

dalam screen house selama 5 hari tidak terkena sinar matahari secara langsung
dengan suhu di ruangan 35-37C, kemudian dihaluskan menggunakan blender
sampai terbentuk serbuk. Serbuk daun binahong ini disebut dengan sampel.

3.6.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi


Sebanyak 200 gram serbuk daun binahong yang telah dihaluskan
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan pelarut etil asetat sebanyak
500 ml, kemudian digoyang selama satu jam untuk mencapai kondisi homogen
dalam shaker water bath dengan kecepatan 120 rpm (rotation per minutes) selama
1 jam. Selanjutnya larutan dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar, setelah 24
jam, larutan difiltrasi atau dipisahkan dengan menggunakan penyaring Buchner.
Kemudian residu penyaringan di angin-anginkan dan dilakukan remaserasi ulang
selama 24 jam, maserasi di ulang sampai 3 kali. Hasil saringan 1-3 dicampur dan
dipekatkan dengan Rotary vakum evaporator dengan suhu 50C sampai
didapatkan ekstrak pekat. Ekstrak pekat yang diperoleh digunakan untuk
identifikasi golongan senyawa aktif dalam daun binahong dan untuk uji
antibakteri.

3.6.3. Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Binahong


Uji fitokimia kandungan senyawa aktif secara kualitatif dan kuantitatif. Uji
kualitatif dengan uji reagen dari ekstrak etil asetat daun binahong dilarutkan
dengan sedikit pelarut. Kemudian dilakukan uji alkaloid, flavonoid dan polifenol.
Untuk

uji

secara

kuantitatif

menggunakan

Spektrofotometer

dengan

membandingkan pada senyawa standar. Pengujian dilakukan di Laboratorium


Kimia Universitas Muhammadiyah Malang
a. Uji Alkaloid
Ekstrak pekat sebanyak 0.5 gram ditambahkan 0,5 HCL 2%. Larutan
dibagi dalam 2 tabung. Tabung 1 ditambahkan 2-3 tetes reagen Dragendrof,
tabung 2 ditambahkan 2-3 tetes reagen Mayer. Terbentuknya endapan jingga pada
tabung 1 dan endapan putih pada tabung 2 menunjukkan adanya alkaloid.
b. Uji Flavanoid
Ekstrak tanaman binahong dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian
dilarutkan dalam 1-2 ml methanol panas 50%. Setelah itu ditambah logam Mg dan
4-5 tetes HCL pekat. Larutan berwarna merah atau jingga yang terbentuk,
menunjukkan adanya flavanoid.
c. Uji Senyawa Polifenol
Dua ratus mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL air lalu dipanaskan selama
10 menit, larutan didinginkan, setelah dingin larutan disaring. Filtrate ditetesi
dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes. Lalu diamati perubahan warnanya. Hasil positif
polifenol adalah terbentuknya larutan berwarna hijau kehitaman atau biru tua,
naka bahan tersebut mengandung polifenol.
d. Penentuan Flavonoid (Metode Spektrofotometer)
Ambil 0,2 0,5 g sampel ekstrak, lakukan hidrolisis dengan 25% HCl
dalam aseton selama 30 menit dengan suhu 100C dengan menggunakan
pendingin balik. Setelah itu tambahkan dengan larutan AlCl3 1% dalam metanol
gojog dengan vortex untuk melarutkan aglikon hasil hidrolisis. Ukur absorbansi

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Gunakan quercetin


sebagai standar.

Absorbansi standar :0,233


Konsentrasi standar: 5,6 mg/10ml
Fp= 20 (0,2 g dilarutkan dalam 4 ml etanol)
e. Penentuan Polifenol (Metode Spektrofotometer)

Untuk bahan padat, terlebih dahulu dilarutkan dengan etanol lalu


disentrifuge pada kecepatan 6000 rpm selama 10 menit kemudian diambil
supernatannya. Untuk bahan cair dapat langsung diproses. Ambil 1 ml larutan
supernatan atau cairan sampel. Tambahkan 5 ml aquades dan 2 ml Folin C lalu di
homogenkan dan tunggu selama 5 menit. Tambahkan 2 ml Na2CO3 jenuh lalu
biarkan 1 jam. Amati absorbansi larutan pada panjang gelombang 646 nm. Untuk
standar gunakan asam galat.

Konsentrasi standar = 0,5 ppm


Absorbansi standar = 0.247
Fp = 25 (0,2 g dilarutkan dalam 5 ml metanol)

3.7. Uji Aktivitas Antibakteri


3.7.1. Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu
dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas coklat
kemudian dimasukan dalam Autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15 Psi
(Per Square Inchi) selama 15 menit.Alat yang tidak tahan panas tinngi disterilisasi
dengan alkohol 70 %.

3.7.2. Pembuatan Media.


3.7.2.1. Media Nutrient Broth (NB)
Pembuatan media cair nutrient broth (NB) dengan cara menyiapkan bahanbahan yaitu menimbang media NB sebanyak 6,5 gram kemudian dilarutkan
dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500 mL dalam Erlenmeyer kemudian
ditutup dengan alumunium foil. Suspensi dipanaskan hingga mendidih

lalu

dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing 5 ml kemudian ditutup


dengan kapas. Proses ini dilakukan secara aseptik,kemudian di sterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Kemudian
diletakkan dalam posisi miring selama 1x 24 jam pada suhu ruang.

3.7.2.2. Media Nutrient Agar (NA)


Pembuatan media dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan untuk
medium yaitu dengan menimbang media Nutrient Agar (NA) sebanyak 14,5 gram
kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500 mL dalam erlenmeyer

kemudian ditutup dengan alumunium foil. Suspensi dipanaskan hingga mendidih


lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing 10 ml dan 5 ml kemudian
ditutup dengan kapas. Proses ini dilakukan secara aseptik, kemudian di sterilkan
Dalam utoklaf pada suhu 121C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Kemudian diletakkan dalam posisi miring selama 1 x 24 jam pada suhu ruang.

3.7.2.3. Peremajaan Biakan Bakteri


Biakan murni bakteri diremajakan pada media agar padat dengan cara
bakteri diambil 1 ose lalu jarum ose yang mengandung bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa digoreskan

secara aseptis pada media

nutrient agar pada cawan yaitu dengan mendekatkan cawan pada nyala api saat
menggoreskan jarum ose. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 27C dalam inkubator, kemudian diambil 1 koloni dan
di tanam pada media NB, kemudian divortek supaya homogen, kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27C dalam inkubator, ada pertumbuhan
bakteri jika media keruh, kemudian

dibandingkan dengan media NB tanpa

bakteri.

3.7.2.4. Pembuatan Suspensi Bakteri


Diambil 1 ml dari hasil peremajaan biakan murni bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa dimasukkan tabung reaksi yang berisi 5 ml
NaCl fisiologis 0,9% Kemudian di vortek supaya homogen, kemudian
dibandingkan dengan standart Mc Farland dengan kepadatan bakteri sebanyak

108 sel/ml. Kemudian diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan
media NB. didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml, bakteri siap
diujikan (Murray, et al., 1999)

3.8. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong.


Uji

kepekaan

kuman

terhadap

antimikroba

dilakukan

dengan

menggunakan metode dilusi tabung (tube dilution test) untuk mengetahui


konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM)
dengan melakukan penanaman bakteri pada media Nutrient Broht (NB) dan media
Nutrient Agar (NA) pada cawan petri dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun
Binahong sesuai dengan perlakuan perhitungan konsentrasi ekstrak daun
Binahong pada (Lampiran 2.2.4).

3.8.1.Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentrasi Bunuh


Minimu (KBM)

Uji KHM adalah konsentrasi terkecil obat yang dapat menghambat


pertumbuhan bakteri secara makroskopik (Edberg, 1983). langkah-langkah uji
KHM adalah:
1.

Menyiapkan larutan ekstrak sebanyak 1 gram kemudian diencerkan dengan


aquades 10 ml dan ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 L.(b/v)

2.

Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 8 tabung. 6 untuk perlakuan dan 2


kontrol.

3.

Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml bakteri uji dengan konsentrasi 106


bakteri/ml tanpa pencampuran dengan ekstrak daun binahong, tabung ini
sebagai kontrol bakteri (original inoculum)

4. Memasukkan media NB sebanyak 1 ml kedalam tabung 2 s/d 8, kemudian


larutan ekstrak dimasukkan pada tabung 2 dan 3 sebanyak 1 ml,
5. Pada tabung 3 di campur hingga rata, kemudian dipindahkan sebanyak 1 ml
kedalam tabung 4 dan diencerkan secara berseri sampai tabung ke-7
6. Pada tabung ke-7 setelah tercampur rata , larutan dibuang sebanyak 1 ml.
7. Pada tabung 3-7 ditambahkan perbenihan bakteri sebanyak 1 ml dari 108
bakteri/ml yang diencerkan 100 kali. Sehingga konsentrasinya menjadi 106
bakteri/ml. Maka didapat pengenceran dengan konsentrasi 100%,50%, 25%,
12,5%, 6,25% dan 3,125% .proses pengenceran sebagai berikut:

K
K

K(+) .

100%

50%

25%

12,5% 6,25% 3,125%

K (-)

- Pada konsentrasi 100% bakteri yang disuspensikan adalah bakteri dari


media yang nutrisinya diperbanyak 2 kali
- Kontrol positif Tabung ke-1 berisi larutan NB dan inokulum
- Kontrol Negatif Tabung ke-8 yang berisi NB dan ekstrak.

Seluruh tabung reaksi tersebut dinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C
selama18-24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan keseluruhan tabung
terhadap kejernihan tabung dengan melihat kontrol positif dan negatif.
Dari hasil pengamatan kemudian dilakukan pengujian ulang untuk

mengetahui KHM dan KBM dengan melakukan penurunan konsentrasi ekstrak


(untuk merapatkan dosis) diambil dari konsentrasi hasil uji dilusi tabung yang
menampakkan kejernihan. Pada bakteri Staphylococcus aureus

diambil

konsentrasi 25%-50% (25%,30%,35%,40%,45% dan 50%) Pada bakteri


Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 50%-100% (50%,60%,70%,80%,90%
dan 100%) dengan cara:
1. Menyiapkan tabung reaksi, kemudian diisi dengan media NB sebanyak 1 ml,
ditambahkan ekstrak sesuai dengan konsentrasi 1 ml, kemudian ditambahkan
suspensi bakteri sebanyak 1 ml, dan diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24
jam.
2. Uji konsentrasi hambat minimum (KHM). adalah konsentrasi antimikroba
terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. ditandai dengan
adanya kejernihan (tidak ada bakteri yang tumbuh) pada media tabung setelah
pemberian ektrak pada masing-masing bakteri.
3. Uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) sampel di Streak pada media nutrient
agar plate (NAP), sebelum di Streaking atau digores, sampel diencerkan.
Pengenceran di lakukan dengan melihat terlebih dahulu kepadatan sel bakteri
pada kamar hitung (Haemocytometer) dan diamati dengan
Mikroskop.

menggunakan

4. Sampel diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1
ml sampel kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak
9 ml, kemudian divortek.
5. Hasil pengenceran kemudian di Streaking (penggoresan) pada media NAP dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam.
6. Diamati

ada

tidaknya

pertumbuhan

(koloni)

bakteri

dan

dilakukan

penghitungan koloni bakteri dengan menggunakan colony counter

3.8.2. Penghitungan Data


Setelah biakan di inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37C lalu
dilakukan pengamatan biakan bakteri dan dihitung dengan menggunakan Colony
Counter. Biakan yang dihitung Diambil koloni yang tumbuh sesuai dengan
standar plat count yaitu 30-300 koloni per cawan.Adapun cara menghitung koloni
adalah sebagai berikut:
a. Satu koloni dihitung 1 koloni
b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2
koloni.
e. Satu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan,
dihitung sebagai 1 koloni
f. Satu koloni yang membentuk satu deretan atau rantai dan terlihat sebagai
satu garis tebal dihitung sebagai 1 koloni

g. Dari hasil penghitungan yang dilakukan, kemudian dihitung jumlah koloni


per ml dengan cara sebagai berikut:

Faktor pengenceran= pengenceran jumlah yang diencerkan.

3.9 Analisa data


Data yang diperoleh yaitu data konsentrasi ekstrak daun Binahong dan
jumlah koloni bakteri. Analisis yang digunakan adalah uji statistik one way
ANOVA, Uji Korelasi dan Uji Regresi Linear sederhana. Uji one way ANOVA
digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi
ekstrak

daun

Binahong

terhadap

pertumbuhan

jumlah

koloni

bakteri

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Jika ada pengaruh, maka


dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut LSD (Least Significant Differences).
Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak
daun Binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa maka digunakan uji

Korelasi. Sedangkan untuk

mencari kekuatan hubungan yang ada antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun
Binahong dengan penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa digunakn uji Regresi linear. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi15.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi Sampel


Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen aktif menggunakan
pelarut tertentu. Komponen aktif yang diambil adalah senyawa aktif dalam daun
binahong Anredera cordifolia (Ten) steenis. Metode ekstraksi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman,
dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut. Pemilihan metode
maserasi dikarenakan senyawa polifenol rentan terhadap panas sehingga tidak
bagus menggunakan metode soxhlet. Penggunaan ekstraksi dengan metode
soxhlet dapat merusak senyawa polifenol dalam daun binahong.
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat, kerena
etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar
pada dinding sel seperti aglikon flavanoid (Harbone, 1987). Etil asetat juga adalah
pelarut polar menengah yang volatil, tidak beracun, dan tidak higroskokopis. Etil
asetat dapat menyaring senyawa-senyawa yang dapat memberikan aktivitas
antibakteri diantaranya flavonoid pilohidroksi dan fenol yang lain, (Anonymous,
2005) berdasarkan penelitian Setiaji (2009) telah melakukan ekstraksi pada
rhizome binahong dengan pelarut etil asetat di dapatkan senyawa alkaloid,
saponin, flavonoid dan polifenol.
Masersi dilakukan selama 1x24 jam dan di ulang 3 kali dengan
pengadukan menggunakan Shaker water bath pada kecepatan 120 rpm (rotation

per minutes). Pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel
dengan pelarut. Larutan kemudian di saring menggunakan penyaring buchner dan
diperoleh filtrat dengan warna hijau tua kehitaman. Filtrat hasil penyaringan
dipekatkan dengan menggunakan rotary vakum evaporator. Tujuanya adalah
untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan antara pelarut dengan senyawa aktif
dalam daun binahong. Hasil dari pemekatan adalah ekstrak pekat yang berbau
seperti jamu, dengan warna hijau kehitaman sebagaimana pada (lampiran 9)

4.2 Identifikasi Golongan Senyawa Aktif.


Uji fitokimia adalah uji kualitatif kandungan senyawa aktif dalam suatu
sampel. Analisis kandungan kimia daun binahong dilakukan Laboratorium Kimia
Universitas Muhammadiyah Malang, dengan melihat ada tidaknya reaksi
pengendapan dan perubahan warna yang terjadi pada uji tabung. Uji fitokimia
dengan

metode

tabung

serta

pendeteksian

dengan

menggunakan

Spectrofotometer, dari hasil uji didapatkan hasil bahwa ekstrak etil asetat daun
binahong mengandung senyawa Flavanoid, Alkaloid dan Polifenol.
Tabel 4.1. Hasil Uji Fitokimia Secara Kualitatif
Pereaksi
Golongan senyawa Mayer Dragendrof
Mg
HCL pekat
Alkaloid
+
+
flavonoid
+
+
Polifenol
Keterangan: (+) Menunjukkan Positif

feCl3 1%.

Hasil uji kualitatif alkaloid dilakukan dengan menggunakan reagen mayer


memberikan hasil positif. Ekstrak yang mengandung alkaloid menurut Harbone
(1995) akan membentuk endapan jingga dengan reagen dragendroff membentuk
endapan putih dengan reagen mayer. Endapan terbentuk karena terjadi
pembentukan kompleks antara ion logam dari reagen dengan senyawa alkaloid.
Hasil uji kualitatif golongan senyawa flavanoid dilakukan dengan menggunakan
reagen atau pereaksi. Terjadinya perubahan warna berarti ekstrak positif
mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan flavanoid. Reduksi dengan
Mg dan HCL pekat ini menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah
atau jingga pada flavonol, flavanon, flavanonol dan xanton (Robinson, 1985)
sedangkan uji fitokimia positif menunjukkan adanya senyawa polifenol
ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hijau kehitaman ketika
ditambahkan FeCl3 1 %.
Tabel 4.2 Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong secara
Kuantitatif
a. Uji Flavanoid
Sampel
Ekstrak Daun
binahong

Ul
1
2

m smpl
0,213
0,211

abs
0,426
0,422

Flavonoid (ppm)
96137,33906
96137,33906

Flavonoid (%)
9,614
9,614

b. Alkaloid
Sampel
Ul m smpl
Ekstrak Daun 1
0,203
Binahong
2
0,205

abs
0,362

Alkaloid (ppm)
31283,000

Alkaloid (%)
3,128

0,357

30501,614

3,050

c. Uji Polifenol
Sampel
Ekstrak Daun
Binahong

Ul m smpl

abs

0,213

0,463

Total Polifenolat
(ppm)
110005,512

0,207

0,466

113927,517

Total
Polifenolat (%)
11,001
11,393

4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong


4.3.1 Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Binahong
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
Hasil uji pendahuluan penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)
ekstrak daun binahong metode dilusi tabung secara serial dengan perlakuan
konsentrasi yang telah ditambahkan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa dan ekstrak daun binahong setelah diinkubasikan pada
suhu 37C selama 18-24 jam dan dibandingkan dengan kontrol bakteri dan
kontrol media dengan melihat kekeruhan sampel uji, setelah dilakukan
pengamatan secara kualitatif didapatkan hasil (lihat lampiran 12A) sebagai
berikut:
Tabel. 4.3. Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Agar oleh
koloni bakteri Staphylococcus aureus dalam konsentrasi ekstrak daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Konsentrasi
100%
50%
25%
12.5%
6,25%
3,125%

Tingkat Kekeruhan Media Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus aureus
Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh
Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh
Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh

Tabel 4.4 Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Agar oleh
koloni bakteri Pseudomonas aureginosa dalam konsentrasi ekstrak
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Konsentrasi
100%
50%
25%
12.5%
6,25%
3,125%

Tingkat Kekeruhan Media Pertumbuhan Bakteri


Pseudomonas aureginosa
Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh
Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh
Agak keruh/ Ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh
Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh

Hasil pengamatan ini sulit untuk dievaluasi, karena hasil dari


pengenceran secara dilusi tabung pada konsentrasi 100% sampai dengan 3,125%,
menunjukkan tingkat kekeruhan yang sama pada semua tabung, hal ini
dikarenakan warna dasar dari ekstrak daun binahong adalah hijau kehitaman.
Maka Untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong
terhadap bakteri Staphylocoocus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dilakukan
Streaking (penggoresan) pada media Nutrient Agar dengan menanamkan I Ose
dari hasil uji dilusi tabung. Setelah dilakukan Streaking didapatkan konsentrasi
hambat minimum (KHM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten)
Steenis terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi
25%(250mg/ml), sedangkan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada bakteri
Pseudomonas aureginosa pada konsentrasi 50% (500mg/ml) yang ditandai
dengan tidak adanya kekeruhan pada cawan. Menurut Taslihan (1986) bahwa
pada medium yang keruh berarti bakteri masih dapat tumbuh, berarti antibiotik
tidak efektif, sedangkan bila medium jernih berarti antibiotik efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri.

Dari hasil uji pendahuluan kemudian dilakukan uji lanjut untuk


mengetahui konsentrasi bunuh minimum (KBM). Dengan menggunakan
Konsentrasi ekstrak daun binahong dari hasil uji KHM yaitu pada konsentrasi
25% (250 mg/ml) sampai dengan 50% (500mg/ml) untuk bakteri Staphylococcus
aureus. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dimulai dari
konsentrasi 50%(500mg/ml) sampai dengan konsentrasi 100% (1000mg/ml).
Untuk pengenceran konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat lampiran 2.2.4).
Shulman, et al.,(1994) menjelaskan konsentrasi bunuh minimum (KBM)
ditentukan jika pada plate didapatkan penurunan jumlah koloni bakteri sampai
99,9% dari bakteri asal sub-biakan
Pada uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) perlakuan konsentrasi
ekstrak diberi suspensi bakteri sebanyak 1 ml (106) dan diinkubasi pada suhu
37C selama 18-24 jam. Kemudian diencerkan, Pengenceran di lakukan dengan
melihat

terlebih

dahulu

kepadatan

(Haemocytometer) dan diamati dengan

sel

bakteri

pada

kamar

hitung

menggunakan Mikroskop. Sampel

diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1 ml sampel
kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak 9 ml,
kemudian divortek. Hasil pengenceran di Streaking (gores) pada media NAP dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam, kemudian dihitung jumlah koloniya
dengan menggunakan colony counter.

4.3.2.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong


Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap


pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media Nutrien Agar
plate (NAP) pada tiap perlakuan konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat
lampiran 12B). Sedangkan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap
jumlah koloni bakteri Staphylococcus auereus per ml (106) ditunjukkan pada
tabel 4.5. sebagai berikut:
Tabel 4.5 Pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml
(106)
Konsentrasi
Replikasi/Ulangan
Ekstrak Daun
Rerata
Cfu/ml
Binahong
I
II
III
Kontrol Positif(0%) 301.105
311.105
305.105 305.7717
3,0.107
25%
300.103
303.103
294.103 299.103
3,0.105
2
2
2
30%
297.10
285.10
290.10 290.7687
2,9.104
35%
186.101
179.101
155.101 173.4343
1,7.103
40%
144
129
138
137
1,4.102
45%
37
51
43
43.66667
4,4.101
50%
0
0
0
0
0
Kontrol Negatif
0
0
0
0
0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda
pada tiap perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) adalah sebesar 305.7717. jumlah ratarata koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) terus mengalami
penurunan. Mulai dari konsentrasi 25%, 30%, 35%, 40%, 45% sampai pada
konsentrasi 50%. Pada konsentrasi 50% tidak didapatkan pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus per ml (106), ditunjukkan pada media NAP tidak ada
bakteri yang tumbuh.. Pada penelitian ini KBM ekstrak daun Binahong terhadap
bakteri Staphylococcus aureus ditentukan pada konsentrasi 50%. Shulman, et al.,
(1994) menyatakan bahwa konsentrasi bunuh minimum (KBM) ditentukan jika
pada plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan
99,9% dari inokulum asal pada sub-biakan.

Gambar 4.1 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus Per ml
(106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Gambar 4.1 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong
terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang
berbeda. Pada konsentrasi 30%(300 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 50%
(500mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata

29066,670

CFU/ml sampai dengan 0,000 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 25% (250
mg/ml) terjadi perbedaan dengan konsentrasi 30% sampai dengan konsentrasi

50%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada konsentrasi 25% rata-rata 299.103
CFU/ml, mendekati jumlah koloni pada kontrol (0%).
Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun
binahong terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus maka
digunakan uji satatistik parametric one way ANOVA, tetapi sebelum dilakukan
analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu harus di
lakukan uji kenormalan data dan homogenitas data. Dari hasil uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov (lampiran7A) didapatkan nilai
signifikansi 0,901>p(0,05) yang artinya data berdistribusi normal, setelah itu
dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (lampiran 7A) didapatkan
nilai signifikansi (0,076>p(0,05) yang artinya bahwa varian data homogen,
dengan hasil tersebut maka dapat dilakukan pengujian lebih lanjut dengan
menggunakan uji one way ANOVA, Kerelasi dan Regresi.
Berdasarkan uji one way ANOVA (lampiran 7A) diketahui bahwa pada
variabel terikat jumlah koloni per ml (106) nilai sig (0,000)<p(0,05) yang berarti
terdapat perbedaan yang bermakna atau ada pengaruh perlakuan konsentrasi
ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per
(106) yang dihasilkan pada media agar plate (NAP)
Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media
nutrient agar plate (NAP) akibat pengaruh perlakuan dari ke-7 variasi konsentrasi
ekstrak daun binahong yang diberikan, kemudian untuk mengetahui konsentrasi
ekstrak daun binahong mana saja yang berbeda dan tidak berbeda pengaruhnya

terhadap pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus tersebut maka


dilakukan uji LSD/BNT (Lampiran7A) dari hasil uji LSD/BNT didapatkan hasil
bahwa ekstrak daun binahong dengan perlakuan kontrol konsentrasi

(0%)

berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%.
Sedangkan pada konsentrasi 25% berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan
yang lain tetapi tidak berbeda dengan konsentrasi kontrol (0%)
Untuk mengetahui adanya arah, kuat, dan pola hubungan antara pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan jumlah koloni bakteri per ml (106),
maka dilakukan uji Korelasi-Regresi. Dari hasil uji Korelasi-Regresi didaptakan
(r = -0,860) yang artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106). Artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun binahong maka jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Besarnya
pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus per ml (106) didapat nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,740 artinya kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam
menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74%
sedangkan 26% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, kemungkinan dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu,
keasaman (pH) dan bahan-bahan organik lain.

4.3.3.Hasil Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun


Binahong Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap
pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada media Nutrien Agar
plate (NAP) pada tiap perlakuan konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat
lampiran 12C). Sedangkan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap
jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) ditunjukkan pada
tabel 4.6. sebagai berikut:
Tabel 4.6.Pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per
ml (106 )
Konsentrasi
Ekstrak Daun
Binahong
Kontrol Positif(0%)
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kontrol Negatif

REPLIKASI/ ULANGAN
RERATA
I
5
308.10
295.103
2
253.10
162.101
121.101
56
0
0

II
5
333.10
273.103
2
257.10
169.101
118.101
61
0
0

III
5
301.10
257.103
2
283.10
176.101
135.101
77
0
0

314.10
275.103
264.435
169.101
124.7677
64.66667
0
0

CFU/ml
7

3,1.10
2,8.105
4
2,6.10
1,7.103
1,2.103
1
6,5.10
0
0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri Pseudomonas
aeruginosa per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda pada tiap
perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa per ml (106) adalah sebesar 314.105 CFU/ml. jumlah
rata-rata koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) terus mengalami
penurunan. Mulai dari konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% sampai dengan
konsentrasi 100%. Pada konsentrasi 100% tidak didapatkan pertumbuhan koloni
bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) pada media NAP. ditunjukkan

dengan jumlah bakteri yang tumbuh adalah (0). Pada penelitian ini KBM ekstrak
daun Binahong terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ditentukan pada
konsentrasi 100%, dimana pada konsentrasi ini jumlah koloni bakteri sebanyak 0
(tidak ada bakteri yang tumbuh). KBM ditentukan jika pada media nutrient agar
plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan 99,9%
dari inokulum asal pada sub-biakan (Shulman et al, 1994)

Gambar 4.2 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml
(106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
Gambar 4.2 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong
terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang
berbeda . Pada konsentrasi 60%(600 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 100%
(1000mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata 264.435 CFU/ml
sampai dengan 0 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 50% (500mg/ml) rata-rata
jumlah koloninya adalah 275.103 CFU/ml. mendekati jumlah koloni pada kontrol
(0%).

Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun


Binahong terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa
maka digunakan uji satatistik parametric one way ANOVA, tetapi sebelum
dilakukan analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu
harus di lakukan uji kenormalan data dan homogenitas data. Dari hasil uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov (lampiran7B) didapatkan
nilai signifikansi 0,904>p(0,05) yang artinya data berdistribusi normal, setelah itu
dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (lampiran7B) didapatkan
nilai sig (0,096>p(0,05) yang artinya bahwa varian data homogen, dengan hasil
tersebut maka data jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa tersebut dapat
dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji one way ANOVA,
Korelasi dan Regresi.
Berdasarkan uji one way ANOVA (lampiran 7B) diketahui bahwa pada
variabel terikat jumlah koloni per ml (106) nilai signifikansi (0,000)<p(0,05) dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa per (106) yang dihasilkan pada media agar plate (NAP)
akibat pengaruh perlakuan dari beberapa konsentrasi ekstrak daun Binahong yang
diberikan.
Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada jumlah
koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) yang dihasilkan pada media
Nutrient Agar Plate (NAP) akibat pengaruh perlakuan dari ke-7 variasi
konsentrasi ekstrak daun Binahong yang diberikan, kemudian untuk mengetahui
konsentrasi ekstrak daun Binahong mana saja yang berbeda dan tidak berbeda

pengaruhnya terhadap pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa


tersebut maka dilakukan uji LSD/BNT (Lampiran 7) dari hasil uji LSD/BNT,
didapatkan bahwa ekstrak daun Binahong dengan perlakuan kontrol (0%) berbeda
nyata dengan perlakuan konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% Sedangkan
pada konsentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan yang lain
tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi kontrol (0%)
Untuk mengetahui adanya arah, kuat, dan pola hubungan antara pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan jumlah koloni bakteri per ml (106),
maka dilakukan uji Korelasi-Regresi. Dari hasil uji Korelasi-Regresi didaptakan
(r = -0,860) yang artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7
konsentrasi ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa per ml (106). artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun binahong maka jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Besarnya
pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa per ml (106) didapat nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,739 artinya kontribusi pemberian ekstrak daun Binahong dalam
menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebesar 73%
sedangkan 27% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, kemungkinan dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu,
keasaman (pH) dan bahan-bahan organik lain.

4.4 Daya Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordiflia (Ten)


Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diketahui bahwa


ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) sangat berpengaruh
sebagai zat antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa hal ini dapat dilihat dengan adanya tingkat kekeruhan (KHM) dan
jumlah koloni (KBM) sehubungan dengan adanya peningkatan konsentrasi
ekstrak daun binahong. KHM pada bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 25% sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada
konsentrasi 50%. Untuk KBM pada bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 50% sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada
konsentrasi 100% yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pertumbuhan
koloni bakteri 99,9% dari inokulum asal sub biakan.
Hasil analisa data menggunakan oneway ANOVA pada bakteri
Staphylococcus aureus didapatkan hasil yang signifikan sebesar 0,000 (p<0,05)
yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak daun
binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106).
Sedangkan dari hasil uji dengan LSD/BNT dapat diketahui bahwa pada
perbandingan perlakuan ekstrak antara konsentrasi 0% (kontrol) dengan semua
konsentrasi lain didapatkan nilai signifikansi <0,05 yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dan analisa data, maka dapat
disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong maka jumlah

koloni bakteri Staphylococcus aureus makin berkurang. Hasil uji KorelasiRegresi diperoleh

r sebesar -0,860 yang ditandai dengan semakin sedikitnya

jumlah koloni bakteri Staphylococcus aures pada media NAP, artinya terdapat
hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7 konsentrasi ekstrak daun
binahong dengan pertumbuhan koloni bakter per ml (106). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis) yang diberikan, maka semakin besar kemampuan
menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil uji Korelasi-Regresi juga didapatkan (R2) sebesar 0,740 artinya
kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74% sedangkan 26% disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, kemungkinan
dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu, keasaman (pH) dan bahan-bahan
organik lain (Pelczar,1998)
Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa Hasil analisa data
menggunakan oneway ANOVA pada bakteri didapatkan hasil yang signifikan
sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan
konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas
aeruginosa per ml (106). Sedangkan hasil dari uji LSD/BNT dapat diketahui
bahwa pada perbandingan perlakuan ekstrak antara konsentrasi 0% (kontrol)
dengan semua konsentrasi lain didapatkan nilai signifikansi <0,05 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dan analisa data,
maka dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong maka

jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa semakin berkurang. Hasil uji


Korelasi- Regresi diperoleh r sebesar (r = -0,860) yang ditandai dengan semakin
sedikitnya jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada media NAP,
artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7 konsentrasi
ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakter per ml (106). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang diberikan, maka semakin besar
kemampuan menghambat dan membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa
Hasil uji Korelasi-Regresi juga didapatkan (R2) sebesar 0,739 artinya
kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebesar 73% sedangkan 27% disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, kemungkinan
dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu, keasaman (pH) dan bahan-bahan
organik lain (Pelczar,1998)
Dari hasil pengamatan dan analisa data pada kedua bakteri menunjukkan
bahwa ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) mampu
menghambat dan membunuh kedua bakteri ditunjukkan dengan adanya kekeruhan
dan penurunan jumlah koloni bakteri per ml (106) setelah pemberian konsentrasi
ekstrak daun binahong. Hal ini diduga

karena adanya senyawa kimia yang

terkandung dalam ekstrak daun binahong yaitu flavanoid, alkaloid, dan senyawa
polifenol. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan dengan metode uji
tabung dengan pemberian reagen dan uji kuantitatif dengan spectrophotometer
ditemukan senyawa flavanoid, alkaloid dan flavanoid. Rachmawati (2007) Telah

melakukan skrining fitokimia daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten ) Steenis


didapatkan kandungan kimia berupa Saponin Triterpenoid, Flavanoid Dan
Minyak Atsiri. Setiaji (2009) juga telah melakukan ekstraksi pada rhizome
binahong dengan pelarut Etil asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan
senyawa alkaloid, saponin flavonoid dan polifenol.
Dzen dkk, (2003) menjelaskan bahwa mekanisme ketiga bahan aktif ini
adalah bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma. Membran
sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan
atau nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam
bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat
masuk sehingga terjadi ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada
akhirnya terjadi kematian. Challem,(1995) juga menjelaskan bahwa senyawa
flavanoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma kuman dan
mencegah pembelahan sel kuman.
Setiaji (2009) Menjelaskan bahwa ekstrak Etil asetat rhizoma binahong
memiliki aktivitas membunuh terhadap bakteri Staphylococus aureus. aktivitas
antibakteri diduga karena adanya senyawa fenol dalam rhizoma. Fenol merupakan
suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat.
Pertumbuhan kedua bakteri dapat terganggu disebabkan adanya suatu senyawa
fenol yang terkandung dalam ekstrak daun binahong. Kondisi asam oleh senyawa
fenol dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol bekerja
dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri tanpa
dapat diperbaiki lagi sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Senyawa fenol

juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak membran sel
melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel (Pelzhar dan
chan,1998) adanya senyawa alkaloid dalam ekstrak daun binahong ini diduga
yang menyebabkan memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang
diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut.(Robinson, 1991)
Berdarsarkan uji fitokimia ditemukan senyawa polifenol, yang salah
satunya adalah tanin. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar
mekanisme toksisitas tanin adalah dapat merusak membran sel bakteri, senyawa
astringent tanin dapat menginduksi pembentukan suatu ikatan kompleks terhadap
enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu iktan kompleks

tanin

terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri
(Akiyama, et al., 2001) sementara Ajizah, (2004)

menjelaskan, aktivitas

antibakteri senyawa tanin adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau
membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996) menyatakan bahwa
tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi proten, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek
antibakteri tanin antara lain: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
destruksi atau inaktivasi fungsi genetik.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi hambat


minimum (KHM) pada bakteri Staphylococcus aureus lebih kecil dari pada
bakteri Pseudomonas aureginosa yaitu pada kadar 25% (250mg/ml) dan
50%(500mg/ml). Begitu juga pada konsentrasi bunuh minimum (KBM)
konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri Staphylococcus aureus
yaitu pada kadar 50%(500mg/ml) lebih rendah dari pada pada bakteri
Pseudomonas aureginosa yaitu pada kadar 100%(1000mg/ml) perbedaan daya
hambat dan daya bunuh ekstrak daun binahong terhadap pertumbuhan koloni
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa diduga disebabkan
karena perbedaan komponen dinding selnya. Bakteri Pseudomonas aureginosa
merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai struktur dinding sel yang lebih
kompleks dan mengandung komponen lipid yang lebih banyak (11-12%)
dibandingkan dengan struktur dinding sel pada bakteri Staphylococcus aureus
(Gram-positif) dengan demikian, dinding sel bakteri Staphylococcus aureus lebih
mudah dirusak oleh senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak daun Binahong.
Penghambatan sintesis dinding sel akan menyebabkan dinding sel bakteri
diperlemah dan menjadi lisis, lisisnya sel tersebut dikarenakan tidak berfungsinya
lagi dinding sel yang mempertahankan

bentuk dan melindungi bakteri yang

memiliki tekanan osmotik dalam sel yang tinggi. Selain itu, bakteri
Staphylococcus aureus memiliki tekanan osmotik dalam sel 3-5 kali lebih besar
daripada

bakteri gram negtif, sehingga lebih mudah mengalami lisis

(Jawetz, et al., 2005) bakteri Pseudomonas aureginosa merupakan bakteri gram


negatif tahan hidup dalam media yang kekurangan zat gizi (Rahayu, 2009).

Selain itu bakteri Pseudomonas aureginosa yang dipakai dalam penelitian ini
adalah bakteri Isolate Pseudomonas aeruginosa Multiresisten. Dalam hal ini,
resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis
antimikroba yang berbeda. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak
terganggunya sel mikroba oleh antimikroba (Setiabudy dan Gan, 1995) Bakteri
multiresisten obat lebih kuat daripada bakteri yang lain, bakteri multiresten obat
memerlukan produk baru dan memilki potensi antibiotik yang tinggi (Nur Iman,
2009)

4.5. Lingkungan Hidup Bakteri


Dari hasil pengukuran menggunakan kertas lakmus, pH media padat cairan
adalah 7,4. Hal ini berarti pH masih dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan
bakteri. Dwijoseputro (1990), Pada umumnya bakteri dapat tumbuh pada PH
media 5,00- 8,00 dengan ph optimum sekitar 7,00. untuk bakteri pathogen akan
tumbuh baik pada ph netral (Ph7,00). Apabila bakteri itu berada pada kondisi
yang asam, maka pertumbuhanya akan terhambat. Bakteri juga peka terhadap pH
basa tetapi efek secara umum tidak terlalu merusak dibandingkan dengan PH
asam.

4.6. Pemanfaatan Daun Binahong Sebagai Antibakteri Dalam Persepektif


Islam
Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang indah, hijau dan banyak
memberi manfaat serta kenikmatan kepada manusia. Banyak ayat al-Quran yang
mengajak manusia untuk berfikir dan menyelidiki tumbuh-tumbuhan agar

mendapat

manfaat

yang

lebih

banyak.

Allah

berfirman

dalam

surat

An-Nahl ayat 11:


) 3 N
t
y V 9#$
e 2

u =
| u
{
F #$ u

9#$ u

G 9#$ u
t 9#$ / /3
9s M
6 /

6

x Gt t
5 )
s 9j Z t
U
9 s

dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun,
korma, anggur dan segala macam-macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang memikirkan(Q.S. An-Nahl: Ayat 11)

Ayat ini menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari


yang paling cepat layu, yang paling panjang usianya dan yang paling banyak
manfaatnya seperti zaitun, kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang
memikirkan akan tanda-tanda kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil
pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya tentu akan dapat mengambil
pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan
tanaman Binahong sebagai tanaman obat.
Manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
surat Az-zumar ayat 9:

=t79F{$# (#9'& .xtGt $y) 3 tn=t t%!$#u ts>t t%!$# tGo y %....
....Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar [39]: 9)

Al-Quran memerintahkan kepada manusia untuk memanfaatkan kekayaan


alam dengan cara tidak boleh melakukan pemborosan dan dilarang merusak
sumber alam dan lingkungan hidup. Kekayaan alam ini sebagai sumber kehidupan
bagi kesejahteraan manusia.
Penjelasan lain dalam Al-Quran surat Asy-Syuara ayat 7:

Ax. 8ly e. $p $oGu;/r& /x. F{$# n<) (#tt s9ur&


Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?.
(QS Asy-Syuara [26]: 7)

Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk tentang tata cara mengobati


diri beliau sendiri, keluarga dan para sahabat yaitu dengan menggunakan jenis
obat yang tidak ada campuran bahan kimia. Pengobatan nabi menggunakan tiga
jenis obat yaitu obat alamiah, obat ilahiyah dan kombinasi obat alamiah dan
ilahiyah. Pengobatanya berdasarkan wahyu Allah tentang apa yang bermanfaat
dan yang tidak berbahaya, misalnya melakukan pengobatan dengan tumbuhtumbuhan. Pemanfaatan tanaman sebagai obat merupakan salah satu sarana untuk
mengambil pelajaran dan memikirkan tentang kekuasaan Allah dan meneladani
cara pengobatan Nabi (Al-Jauziah, 2008)
Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia (ten) Steenis) menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong mempunyai
aktivitas menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aureginosa. Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi hambat
minimum (KHM) ekstrak daun binahong pada bakteri Staphylococcus aureus

pada konsentrasi 25%(250mg/ml). Sedangkan pada bakteri Pseudomonas


aeruginosa konsentrasi hambat minimum (KHM) pada konsentrasi 50%(500
mg/ml). Pada konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun binahong
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50%
(500mg/ml) sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi bunuh
minimum (KBM) pada konsentrasi 100%(1000 mg/ml). Ini menjelaskan bahwa
bagian daun tanaman binahong mampu digunakan sebagai bahan alternatif untuk
pengobatan penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Pemanfaatan tanaman binahong sebagai obat merupakan suatu upaya
untuk mengikuti sunnah Nabi. Kita dianjurkan untuk mengamalkan pengobatan,
sesuai sabda Rasulullah SAW: Dari Usamah Bin Syarik berkata, Bahwa saya
pernah berada di sisi Rasulullah SAW, lalu datang sekelompok Arab Badui.
Mereka berkata Wahai Rasullullah, apakah kami bisa berobat? Nabi
menjawab. Wahai para hamba Allah carilah obat karena sesungguhnya Allah
tidak menciptakan sutu penyakit tanpa menciptakan obatnya, selain satu penyakit
saja Mereka bertanya; Penyakit apakah itu? jawab beliau; Penyakit usia
tua (HR. Ahmad) (Mahmud, 2007)
Rasulullah telah bersabda;Sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu
penyakit, kecuali Dia menurunkan obat penyembuhnya; obat penyakit diketahui
bagi yang mengetahuinya dan tidak diketahui bagi orang jahil
Hadist-hadist tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan obat suatu
penyakit maka kita harus selalu berusaha dengan memikirkan apa yang telah
diwahyukan oleh Allah sebagai petunjuk bagi kehidupan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun Binahong terhadap
bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 25 % yang setara
dengan 250 mg/ml. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa KHM
pada konsentrasi 50% setara dengan 500 mg/ml.
2. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun Binahong terhadap bakteri
Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 50% setara dengan 500
mg/ml, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi
100% setara dengan 1000 mg/ml.
3. Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis memiliki daya
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aureginosa (p=0.000). semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong,
semakin menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (r-0,860) dan
Pseudomonas aureginosa (r-0,860) hal ini menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap penurunan jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (R2=0,740) dan pada
bakteri Pseudomonas aeruginosa (R2 = 0,739)

4. Hasil Uji Fitokimia ekstrak etil asetat daun binahong ditemukan senyawa
Polifenol, Alkaloid dan Flavanoid.

5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif yang terdapat dalam
ekstrak daun binahong untuk pengujian terhadap bakteri lain yang
menyebabkan infeksi.
2. Perlu dilakukan isolasi senyawa yang lebih spesifik yang terkandung dalam
ekstrak daun binahong dengan menggunakan pelarut selain Etil asetat dan
diujikan pada bakteri lain yang Multiresisten selain bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aureginosa
3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara klinis pada hewan coba untuk
mengetahui lebih luas tentang khasiat daun Binahong.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, I.A 2008.Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik
Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr.) Focke) Terhadap
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten
Antibiotic Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Annisa, N. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Binahong (Anredera
scandens (L) Mor) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumonia Dan
Bacillus substilis ATCC 6633 Beserta Skrining Fitokimia Dengan Uji
Tabung. Skripsi Tidak Diterbitkan Yogyakarta : Fakultas Farmasi
UGM Yogyakarta.
Anasrullah, 2002.Aspek Mikrobiologi Klinik Pada Infeksi Luka Bakar Di RSUD
Dr.Saiful Anwar Malang Periode 1998 -2001.Brawijaya .Fakultas
Kedokteran : Skripsi
Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ansel, C.H.1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. UI Press
Arafah, M. 2008. Pengaruh Ekstrak Buah Adas Pahit (Foeniculum Vulgare Mill
Varian Vulgare) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Hemolitik
Group A Dengan Metode Broth Dilution Test. Skripsi Tidak
Diterbitkan Fakultas Kedokteran UMM Malang.
Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2001. Antibacterial Action Of Several Tennis
Agains Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial
Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Bioscientie, VOL 1 NO.1: 31-8
Bernasconi,G.1995. Teknologi kimia
PT.Prandya Paramitha.

I.

Penerjemah;

Handojo.L,Jakarta:

Buchanan, R. E. And Gibson, E.E., 1974. Bergeys manual of determinative of


bacteriology, 8th edition, william and wilkins, baltimore USA.
Bonang, G dan koeswardono, E, S. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk
Laboratorium Dan Klinik. Jakarta: PT.Gramedia.

De padua. 1999. Senyawa Kimia.


Http://www.tempo.co.id/medica/arsip/122002/art-3.htm diakses 30
Mei 2009.
Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Jakarta.
Dzen, M.R. 2003. Bakteriologi Medik edisi pertama. Bayumedia Publishing:
Malang
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Faroqi, M.I.H. 2005. Terapi Herbal Cara Islam; Manfaat Tumbuhan Menurut AlQuran Dan Sunah Nabi. Terjemahan Ahmad Y. Samantho, Jakarta:
Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)
Guenther, E.1987. Minyak Atsiri. Jakarta: penerbit UI.
Guenther, E.2006. Minyak Atsiri. Jakarta: penerbit UI.
Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia.Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Hayati, E.K. 2007.Tumbuhan dan Hewan: Alternatif Pengobatan Warisan Budaya
Islam.Al-Harakah.Vol.9.No 1.:1-12.
Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A.199I. Mikrobiologi Kedokteran
(Medical Microbiologi) Alih bahasa, Edi Nugroho, R.F.maulani.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.
Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Surabaya: Salemba.
Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan.Jakarta :EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 2001. Medical Microbiology Twenty
Second Ed. Buku 1. Terjemahan Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta :Salemba Medika.
Jauhari, T. 1984. Quran Dan Ilmu Pengetahuan Modern.Surabaya: Al-Ikhlas.
Lisa, N. 2008. Uji Aktivitas In Vitro Levofloksasin Terhadap Isolat
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Resisten
Multiobat Di RSU Dr. Soetomo Surabaya: Isolat Dari Pasien Infeksi
Kulit Dan Infeksi Saluran Kemih. Skripsi Tidak Diterbitkan Surabaya:
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Louis,

F.G.
2004.
Saponin
Glicosides
.Georges
luis
@friedli.com,http:www.friedli.com.herbsphytochem.glycosides.html.
diakses tanggal 7 Juni 2008.

Lutony, R. 2000. Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh.


Http://www.bi.go.id./sipuk/im/ind/atsiri/pendahuluan.htm. diakses
pada tanggal 7 juni 2008.
Lenny, S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilflavonoida dan alkaloida. Karya Ilmiah
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara Medan.
Mazni, R. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upas
(Merremia mammosa chois) Terhadap Staphylococcus aureus Dan
Escherichia coli Serta Brine Shrimp Lethality Test. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia)(Ten) Steenis Sebagai Obat.
Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman
Industri.Volume 15 Nomor 1:3.
Mus. 2008. Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.
http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387. diakses tanggal
20 April 2009)
Markham, K.R.1998. Cara mengidentifikasi flavanoid. Bandung: penerbit ITB.
Maheswari,

H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami;Potensi Dan Prospek


Pengembangan.http://rudact.tripod.com./sem2_012/hera_maheswari.
htm, diakses 20 Februari 2008.

Masduki, I. 1996. Efek Antibakterial Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu)


Terhadap Staphylococcus aureus dan Echerichia coli. Cermin Dunia
Kedokteran 109: 21-4.
Nasronuddin. 2007. Penyakit Infeksi Di Indonesia. Solusi Kini Dan Mendatang.
Airlangga University Press: Surabaya.
Nur Iman, M. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Pepaya Jantan
(Carica Papaya L) Terhadap Echerichia coli Dan Staphylococcus
aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi Tidak Diterbitkan Surakarta:
Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Nurachman, Z. 2002. Artoindonesianin Untuk Antitumor.http.www.chem-istrri.
diakses pada tanggal 1 april 2009.

Pelzhar, M dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta:Universitas


Indonesia (UI-Press).
Pelczar, M dan Chan.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi (Jilid1) Jakarta:UI Press.
Suntoyo, W. 1990. Percobaan Perancangan Analisis Dan Interpretasinya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Qardhawi, Y.1998. Al-Quran Berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan.
Jakarta: Gema Insani Press.
Rachmawati, S. 2007. Studi Makroskopi, Dan Skrining Fitokimia Daun Anredera
Cordifolia (Ten.) Steenis. Skripsi Tidak Diterbitkan Surabaya:
Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya.
Rochani, N. 2009.Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Candida albicans Serta Skrining
Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya :Fakultas Farmasi
UMS Surakarta.
Robinson, T. 1991.Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan
oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.
Setiaji, A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat Dan
Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dan
Escherichia coli ATCC 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Schmid, K. H.1985.Vitamin C Dan Penggunaanya Dewasa Ini.Jakarta:Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supardi, I. dan Sukamto.1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan
Pangan.Bandung: Penerbit Alami.
Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al-Misbah; pesan dan keserasian Al-Quran volume
11 Dan 15. Jakarta: Lentera Hati.
Tshikalange, T.E. 2007. In Vitro Anti-HIV-1 Properties Of Ethnobotanically
Selected South African Plants Used In The Treatment Of Sexually
Transmitted Diseases. University Of Pretoria. Journal Of
Ethnopharmacology, 96,515-519.
Shulman, P. dan Sommers. 1994. Dasar Biologi & Klinis Penyakit Infeksi Edisi
IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 582.

Thomson, R.H. 1993. The Chemistri Of Natural Producst.2 Edition,chapman and


hall ltd.glasgow,UK.
Uchida, S. 2003. Production of a digital map of the hazardous conditions of soil
erosion for the sloping lands of West Java, Indonesia using geographic
information systems (GIS). JIRCAS. Indonesia. Diakses Tanggal 31
Mei 2009.
Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari,
N.S.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Volk and Wheeler. 1993. Mikrobilogi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Volk

and

Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar.


Adisoemarno. Surabaya: Penerbit Erlangga.

Terjemahan

.Soenarto

Wahyono, H. 2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit


Infeksi.Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 28 juli
2007.
Wicaksono, H. 2001. Efek Pemberian Kombinasi Klorokuin dan Asam Askorbat
Terhadap Aktifitas Radikal Bebas Jaringan Hepar Mencit Yang
Diinduksi Plasmodium Berghei. Fakultas Kedokteran UB.Tugas
Akhir
Wardani, A. K. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Residu Ekstrak Etanolik
Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr) Focke.) Terhadap
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa Multiresisten
Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi Tidak
Diterbitkan Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum.UMM Press: Malang
Yustina, S.H. 2008. Daya Antibacteria Campuran Ekstrak Etanol Buah Adas
(Foeniculum vulgare.Mill) Dan Kulit Batang Pulasari (Alyxia
reindwartii BL).Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Yuke, E.Y.S. 2002.Uji Efek Madu Sebagai Antimikroba Terhadap Pseudomonas
Aureginosa Secara In Vitro .Tugas Akhir Tidak Diterbitkan. Malang:
Fakultas Kedokteran Unibraw.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Kerja


Preparasi sampel daun binahong

Ekstraksi Daun Binahong

Membuat konsentrasi ekstrak daun binahong :


1 Gram ekstrak ditambah aquades 10 ml kemudian
di tambah larutan Twen 80 sebanyak 0,001

Pengenceran serial larutan ekstrak daun binahong


Penanaman biakan bakteri pada tabung reaksi

Di Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC

mengamati kekeruhan sampel dan dibandingkan


dengan kontrol positif, kemudian tentukan KHM
(sampel di streak pada media NA)

Uji KBM, sampel di encerkan pada media NaCl 0,9 %


sebanyak 9 ml. pengenceran sesuai kepadatan sel
bakteri (106) pada kamar hitung (Haemocytometer)
pengamatan menggunakan Mikroskop.

Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC

Hitung Koloni dengan colony counter


dan menentukan KBM

Lampiran 2.Skema kerja


2.1 Preparasi Sampel

Daun Binahong Segar


- Dicuci bersih dan ditiriskan
- Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
- Dikeringkan di dalam green house selam 5 hari tidak
terkena sinar matahari secara langsung pada suhu 350C
- Dihaluskan menggunakan blender sampai berbentuk
serbuk
Sampel

2.2 .Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi

200 gr Sampel
-

Filtrat 1

Sampel dimasukkan Erlenmeyer


Ditambahkan pelarut Etil asetat sebanyak 500 ml
Direndam sambil di Shaker selama 1 jam
Dimaserasi selama 24 jam pada suhu 50 C
Difiltrasi/dipisahkan dengan kertas saring

Residu
- Direndam sambil dishaker selama 1 jam
- Dimaserasi selama 24 jam seperti langkah
- Difiltrasi/dipisahkan dengan kertas saring

Filtrat 2

Residu
- Direndam sambil dishaker
selama 1 jam
- Dimaserasi selama 24 jam
- Difiltrasi/dipisahkan dengan
kertas saring

Filtrat 3

Residu

Dibuang

- Filtrat 1,2,3 digabung kemudian di evaporasi


dengan Rotary Evaporator Vakum pada suhu 500C
Ekstrak Pekat - Ekstrak siap diujikan

2.3. Identifikasi Senyawa Kimia


2.3.1 Uji Alkaloid
0,5 gram ekstrak sampel
- ditambahkan 0,5 mL HCL 2%
- ditambahkan 2-3 tetes reagen dragendrof dan 2-3 tetes
mayer
Hasil

2.3.2 Uji Flavanoid


5 ml filtrate
-ditambah serbuk Mg. 1 ml HCL pekat dan 2 ml amil
alkohol
- di kocok kuat-kuat
- terjadi perubahan warna, ditunjukkan dengan
imbulnya warna merah, kuning atau jingga pada
lapisan amilalkohol
Hasil
2.3.3 Uji Polifenol
0,2 Mg Ekstrak Pekat
-dilarukan dalam 10 ml air
-dipanaskan selama 10 menit
- laruan didinginkan dan disaring
- filtrate di tetesi dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes.
- lalu diamati perubahan warnanya.
- hasil positif polifenol terbentuk warna hijau kehitaman
Hasil
Uji Fitokimia secara kualitatatif dan kuantitatif Dilakukan di Lab Kimia UIN
MALIKI Malang dan Lab Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

2.4 Pengenceran Larutan Ekstrak Daun Binahong

1. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (Pendahuluan)


-

1 gram ekstrak pekat daun binahong


diencerkan dengan menggunakan pelarut aquades 10 ml,
kemudian ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 L
kemudian divortek sampai homogeny
Kemudian di ujikan dengan pengenceran berseri dari konsentrasi 100%,
50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,125% pada masing-masing bakteri.

2. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentrasi Bunuh


Minimum (KBM)
Untuk Uji Pada Bakteri Staphylococcus aureus
-

50%

: 0,5 gram ektrak pekat + 9,5 ml aquades

45%

: 0,45 gram ekstrak pekat + 9,55 ml aquades

40%

: 0,4 gram ekstrak pekat + 9,6 ml aquades

35%

: 0,35 gram ektrak pekat + 9,65 ml aquades

30%

: 0,3 gram ektrak pekat + 9,7 ml aquades

25%

: 0,25 gram ektrak pekat + 9,75 ml aquades

Untuk Uji Pada Bakteri Pseudomonas aeruginosa


-

100%

: 1 Gram ekstrak pekat + 9 ml aquades

90%

: 0,9 gram ekstrak pekat+ 9,1 ml aquades

80%

: 0,8 gram ekstrak pekat + 9,2 ml aquades

70%

: 0,7 gram ekstrak pekat + 9,3 ml aquades

60%

: 0,6 gram ekstrak pekat + 9,4 ml aquades

50%

: 0,5 gram ekstrak pekat + 9,5 ml aquades.

Untuk Seluruh Pengenceran ditambahkan 1 ml larutan dari (campuran aquades 10


ml dan larutan tween 80 sebanyak 100 L.)

Lampiran 3. Uji Aktivitas Antibakteri


3.1 Pembuatan Media
1. Media Nutrient Agar
6 gram nutrient agar
- dilarutkan dengan aquades 500 mL dalam Erlenmeyer
- dipanaskan sampai mendidih
- dimasukkan dalam beberapa tabung reaksi dan ditutup dg
kapas
- disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit.
- Diletakkan dalam posisi miring selama 24 jam pada suhu
- 37 C
Media agar miring

2. Media Nutrient Broth


14,5 gram nutrient broth
- dilarutkan dengan aquades 500 mL dalam Erlenmeyer
- dipanaskan sampai mendidih
- dimasukkan dalam beberapa tabung reaksi dan ditutup dg
kapas
- disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit.
- Diletakkan dalam posisi miring selama 24 jam pada suhu
- 37 C
Media agar miring

3.2 Peremajaan Biakan Bakteri Murni

Biakan Murni Bakteri


- di goreskan pada media agar padat pada cawan secara aseptis
- Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C dalam incubator.
- diambil satu koloni, ditumbuhkan dimedia NB dinkubasi selama 24
Pada suhu 37C kemudian,
-kekeruhan bakteri pada media dibandingka dengan NB tanpa bakteri
Peremajaan Bakteri

3.3 Pembuatan Suspensi Bakteri

Hasil peremajaan bakteri


- diambil 1 ose, kemudian dilarutkan pada media NaCL
fisiologis 0,9% sebanyak 5 ml.
- di vortek biar homogen
- dibandingkan dengan standar Mc Farland 108 sel/ml.
- diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan
media NB
- didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml,
Bakteri siap di ujikan

3.4 Uji Aktivistas Bakteri Dengan Metode Dilusi Tabung

Uji (KHM)
-

Menyiapkan tabung sebanyak 8, 2 kontrol 6 perlakuan


ditambahkan 4 ml media Nutrient Broth
ditambahkan larutan ekstrak dg konsenrasi 100% sebanyak 1 ml
kemudian di encerkan dengam mengambil 1 ml ke setiap tabung
ditambahkan suspensi bakteri sebanya 1 ml pada tiap tabung
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370 C
diamati kejernihan pada media tabung
di streaking/ di gores pada media NA pada cawan petri
di inkubasikan pada suhu 37 C selama 18-24 jam
diamati pertumhan bakteri untuk hasil KHM

HASIL

Hasil dari KHM


-

Menyiapkan tabung sebanyak 8, 2 kontrol 6 perlakuan


ditambahkan 1 ml suspensi biakan bakteri aktif dan dihomogenkan
ditambahkan larutan ekstrak sesuai konsenrasi sebanyak 1 ml
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370 C
diamati kejernihan pada media tabung
diambil suspensi bakteri sebanyak 1 ml (106)
diencerkan pada media FeCL 0,9% sebanyak 9 ml
di streaking/ di gores pada media NAP pada cawan petri
di inkubasikan pada suhu 37 C selama 18-24 jam
dihitung jumlah koloni menggunakan colony counter

HASIL

Lampiran : 4

Tabel 1. Data pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera


cordifoilia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Jumlah Koloni bakteri
Staphylococcus aureus Per ml (106 sel/ml)
Ulangan
Konsentrasi
Total
Rerata
I
II
III
Kontrol
30100000
31100000
30500000 91700000 30566667
Positif
250 mg
300000
303000
294000
897000
299000
300 mg
29700
28500
29000
87200
29066.667
350 mg
1860
1790
1550
5200
1733.3333
400 mg
144
129
138
411
137
450 mg
37
51
43
131
43.666667
500 mg
0
0
0
0
0
Total
30431741
31433470
30824731 92689942 30896647

Tabel 2. Data pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera


cordifoilia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Jumlah Koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 sel/ml)
Ulangan
Konsentrasi
Total
Rerata
I
II
III
Kontrol
30800000
33300000
30100000 94200000
31400000
Positif
500 mg
295000
273000
257000
825000
275000
600 mg
25300
25700
28300
79300
26433.33333
700 mg
1620
1690
1760
5070
1690
800 mg
1210
1180
1350
3740
1246.666667
900 mg
56
61
77
194
64.66666667
1000 mg
0
0
0
0
0
Total
31123186
33601631
30388487 95113304 31704434.67

Lampiran 5.
Data Penghitungan Analisis Variansi dalam RAL
a. Bakteri Staphylococcus aureus
1. Faktor Koreksi (FK)

=
=
=
= 4,091 x 1014

2. Menghitung JK
a. JK Total

=
= (301000002 + 311000002 + ... + 02) FK
= 2,804 x 1015 - 4,091 x 1014
= 2,395 x 1015

b. JK Perlakuan

=
=
= 2,803 x 1015 - 4,091 x 1014
= 2,394 x 1015

c. JK Galat

= JK Total JK Perlakuan
= 2,395 x 1015- 2,394 x 1015
= 5,067 x 1011

3. Menghitung db
a. db Total

= N -1 = 21 -1= 20

b. db Perlakuan

= n 1= 7 1 = 6

c. db Galat

= db Total db Perlakuan = 20 6 = 14

4. Menghitung KT
a. KT Perlakuan

b. KT Galat

5. Mencari F hitung =

= 3,619 x 1010

=
=

6. Mencari BNT
BNT 5%

= t ()(db galat) x

= t (0,05)(14) x
= 2,145 x (155335,19)
= 333.160,847
BNT 1%

= t ()(db galat) x

= t (0,01)(14) x
= 2,977 x (155335,19)
= 462.408,432

= 3,999 x 1014

= 11024,615

b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa


1. Faktor Koreksi (FK)

=
=
=
= 4,308 x 1014

2. Menghitung JK
a. JK Total

=
= (308000002 + 333000002 + ... + 02) FK
= 2,964 x 1015 - 4,308 x 1014
= 2,533 x 1015

b. JK Perlakuan

=
=
= 2,958 x 1015 - 4,308 x 1014
= 2,527 x 1015

c. JK Galat

= JK Total JK Perlakuan
= 2,533 x 1015- 2,527 x 1015
= 5,661 x 1011

3. Menghitung db
a. db Total

= N -1 = 21 -1= 20

b. db Perlakuan

= n 1= 7 1 = 6

c. db Galat

= db Total db Perlakuan = 20 6 = 14

4. Menghitung KT
a. KT Perlakuan =
b. KT Galat

=
=

5. Mencari F hitung =

6. Mencari BNT
BNT 5%

= t ()(db galat) x

= t (0,05)(16) x
= 2,145 x (519190,46)
= 1113552,776
BNT 1%

= t ()(db galat) x

= t (0,01)(16) x
= 2,977 x (519190,46)
= 1545548,338

= 1041,753

Lampiran 6. Analisisa Data Dengan One Wey ANOVA

Ringkasan ANOVA Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap Bakteri


Staphylococcus aureus

SK
Perlakuan

db
5

JK
2,394 x 1015

KT
3,9902 x 1014

Galat

12

5,067 x 1011

3,6194 x 1010

Total

17

2,395 x 1015

F hit
11.024

F 5%
2,958

F 1%
4,694

Sig
0,000

Ringkasan ANOVA Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri


Pseudomonas aeruginosa

SK
Perlakuan

db
5

JK
2,52732 x 1015

KT
4,2122 x 1014

Galat

12

5,660732 x 1012 4,0434 x 1011

Total

17

2,53298 x 1015

F hit
F 5%
1041,7525 2,958

F 1%
4,694

Sig
0,000

Lampiran 7:
Perhitungan Analisa Varian dengan menggunakan SPSS versi 15
A. Bakteri Staphylococcus aureus
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
Normal Parameters

a,b

21
.0000000
.97467943
.124
.124
-.110
.570
.901

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances


Aktivitas_penghambatan
Levene
Statistic
5.932

df1

df2

Sig.

14

.076

Oneway
Descriptives
Aktivitas_penghambatan

N
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Total

3
3
3
3
3
3
3
21

Mean
3E+007
299000.0
29066.67
1733.3333
137.0000
43.6667
.0000
4413807

Std. Deviation
503322.29568
4582.57569
602.77138
162.58331
7.54983
7.02377
.00000
10942178.25

Std. Error
290593.3
2645.751
348.01022
93.86752
4.35890
4.05518
.00000
2387779

95% Confidence Interval for


Mean
Lower Bound Upper Bound
29316344.77
31816988.56
287616.2509
310383.7491
27569.2996
30564.0338
1329.4540
2137.2127
118.2452
155.7548
26.2187
61.1147
.0000
.0000
-567013.0609
9394626.585

Minimum
30100000
294000.0
28500.00
1550.00
129.00
37.00
.00
.00

Maximum
31100000
303000.0
29700.00
1860.00
144.00
51.00
.00
31100000

ANOVA
Aktivitas_penghambatan

Between Groups
Within Groups
Total

Sum of
Squares
2.4E+015
5.1E+011
2.4E+015

df
6
14
20

Mean Square
3.990E+014
3.619E+010

F
11024.615

Sig.
.000

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Aktivitas_penghambatan
LSD

(I) Konsentrasi
Kontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

(J) Konsentrasi
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
450 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
500 mg
Kontrol Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg

Mean
Difference
(I-J)
30267667*
30537600*
30564933*
30566530*
30566623*
30566667*
-30267667*
269933.33
297266.67
298863.00
298956.33
299000.00
-30537600*
-269933.33
27333.333
28929.667
29023.000
29066.667
-30564933*
-297266.67
-27333.333
1596.33333
1689.66667
1733.33333
-30566530*
-298863.00
-28929.667
-1596.3333
93.33333
137.00000
-30566623*
-298956.33
-29023.000
-1689.6667
-93.33333
43.66667
-30566667*
-299000.00
-29066.667
-1733.3333
-137.00000
-43.66667

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Std. Error
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2
155335.2

Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.104
.076
.075
.075
.075
.000
.104
.863
.855
.854
.854
.000
.076
.863
.992
.991
.991
.000
.075
.855
.992
1.000
.999
.000
.075
.854
.991
1.000
1.000
.000
.075
.854
.991
.999
1.000

95% Confidence Interval


Lower Bound
Upper Bound
29934505.82
30600827.51
30204439.15
30870760.85
30231772.49
30898094.18
30233368.82
30899690.51
30233462.15
30899783.85
30233505.82
30899827.51
-30600827.5
-29934505.8
-63227.5144
603094.1810
-35894.1810
630427.5144
-34297.8477
632023.8477
-34204.5144
632117.1810
-34160.8477
632160.8477
-30870760.8
-30204439.2
-603094.1810
63227.5144
-305827.5144
360494.1810
-304231.1810
362090.5144
-304137.8477
362183.8477
-304094.1810
362227.5144
-30898094.2
-30231772.5
-630427.5144
35894.1810
-360494.1810
305827.5144
-331564.5144
334757.1810
-331471.1810
334850.5144
-331427.5144
334894.1810
-30899690.5
-30233368.8
-632023.8477
34297.8477
-362090.5144
304231.1810
-334757.1810
331564.5144
-333067.5144
333254.1810
-333023.8477
333297.8477
-30899783.8
-30233462.2
-632117.1810
34204.5144
-362183.8477
304137.8477
-334850.5144
331471.1810
-333254.1810
333067.5144
-333117.1810
333204.5144
-30899827.5
-30233505.8
-632160.8477
34160.8477
-362227.5144
304094.1810
-334894.1810
331427.5144
-333297.8477
333023.8477
-333204.5144
333117.1810

Aktivitas_penghambatan
Tukey HSD

Konsentrasi
500 mg
450 mg
400 mg
350 mg
300 mg
250 mg
Kontrol Positif
Sig.

N
3
3
3
3
3
3
3

Subset for alpha = .05


1
2
.0000
43.6667
137.0000
1733.3333
29066.67
299000.0
3E+007
.497
1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Notasi LSD/BNT Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri


Staphylococcus aureus

Konsentrasi ekstrak daun Binahong


(Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
50 %(500 mg/ml)

Rerata Rerata jumlah koloni


bakteri Staphylococcus aureus per
ml (106)
0,000 a

45% (450 mg/ml)

43,667 a

40%(400 mg/ml)

137,000 a

35% (350 mg/ml)

1733,333 a

30% (300 mg/ml)

29066,670 a

25%(250 mg/ml)

299000,000 b

Kontrol positif

30566667 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji LSD/BNT

B. Bakteri Pseudomonas aeruginosa


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
Normal Parameters

a,b

21
.0000000
.97467943
.124
.124
-.106
.568
.904

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances


Aktivitas_penghambatan
Levene
Statistic
11.325

df1

df2
6

Sig.
14

.096

Oneway
Descriptives
Aktivitas_penghambatan

N
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Total

3
3
3
3
3
3
3
21

Mean
3E+007
275000.0
26433.33
1690.0000
1246.6667
64.6667
.0000
4529205

Std. Deviation
1682260.384
19078.78403
1628.90556
70.00000
90.73772
10.96966
.00000
11253848.39

Std. Error
971253.5
11015.14
940.44907
40.41452
52.38745
6.33333
.00000
2455791

95% Confidence Interval for


Mean
Lower Bound Upper Bound
27221033.54 35578966.46
227605.6731 322394.3269
22386.9076
30479.7591
1516.1104
1863.8896
1021.2617
1472.0717
37.4165
91.9168
.0000
.0000
-593485.4162 9651895.321

Minimum
30100000
257000.0
25300.00
1620.00
1180.00
56.00
.00
.00

Maximum
33300000
295000.0
28300.00
1760.00
1350.00
77.00
.00
33300000

ANOVA
Aktivitas_penghambatan

Between Groups
Within Groups
Total

Sum of
Squares
2.5E+015
5.7E+012
2.5E+015

df
6
14
20

Mean Square
4.212E+014
4.043E+011

F
1041.753

Sig.
.000

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Aktivitas_penghambatan
LSD

(I) Konsentrasi
Kontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

(J) Konsentrasi
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
900 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
1000 mg
Kontrol Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg

Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
31125000* 519190.5
31373567* 519190.5
31398310* 519190.5
31398753* 519190.5
31399935* 519190.5
31400000* 519190.5
-31125000* 519190.5
248566.67
519190.5
273310.00
519190.5
273753.33
519190.5
274935.33
519190.5
275000.00
519190.5
-31373567* 519190.5
-248566.67
519190.5
24743.333
519190.5
25186.667
519190.5
26368.667
519190.5
26433.333
519190.5
-31398310* 519190.5
-273310.00
519190.5
-24743.333
519190.5
443.33333
519190.5
1625.33333
519190.5
1690.00000
519190.5
-31398753* 519190.5
-273753.33
519190.5
-25186.667
519190.5
-443.33333
519190.5
1182.00000
519190.5
1246.66667
519190.5
-31399935* 519190.5
-274935.33
519190.5
-26368.667
519190.5
-1625.3333
519190.5
-1182.0000
519190.5
64.66667
519190.5
-31400000* 519190.5
-275000.00
519190.5
-26433.333
519190.5
-1690.0000
519190.5
-1246.6667
519190.5
-64.66667
519190.5

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.640
.607
.606
.605
.605
.000
.640
.963
.962
.960
.960
.000
.607
.963
.999
.998
.997
.000
.606
.962
.999
.998
.998
.000
.605
.960
.998
.998
1.000
.000
.605
.960
.997
.998
1.000

95% Confidence Interval


Lower Bound Upper Bound
30011447.22 32238552.78
30260013.89 32487119.45
30284757.22 32511862.78
30285200.55 32512306.11
30286382.55 32513488.11
30286447.22 32513552.78
-32238552.8
-30011447.2
-864986.1130 1362119.446
-840242.7797 1386862.780
-839799.4463 1387306.113
-838617.4463 1388488.113
-838552.7797 1388552.780
-32487119.4
-30260013.9
-1362119.45 864986.1130
-1088809.45 1138296.113
-1088366.11 1138739.446
-1087184.11 1139921.446
-1087119.45 1139986.113
-32511862.8
-30284757.2
-1386862.78 840242.7797
-1138296.11 1088809.446
-1113109.45 1113996.113
-1111927.45 1115178.113
-1111862.78 1115242.780
-32512306.1
-30285200.6
-1387306.11 839799.4463
-1138739.45 1088366.113
-1113996.11 1113109.446
-1112370.78 1114734.780
-1112306.11 1114799.446
-32513488.1
-30286382.6
-1388488.11 838617.4463
-1139921.45 1087184.113
-1115178.11 1111927.446
-1114734.78 1112370.780
-1113488.11 1113617.446
-32513552.8
-30286447.2
-1388552.78 838552.7797
-1139986.11 1087119.446
-1115242.78 1111862.780
-1114799.45 1112306.113
-1113617.45 1113488.113

Aktivitas_penghambatan
Tukey HSD

Konsentrasi
1000 mg
900 mg
800 mg
700 mg
600 mg
500 mg
Kontrol Positif
Sig.

N
3
3
3
3
3
3
3

Subset for alpha = .05


1
2
.0000
64.6667
1246.6667
1690.0000
26433.33
275000.0
3E+007
.998
1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Notasi LSD/BNT Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri


Pseudomonas aeruginosa

Konsentrasi ekstrak daun


Binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Steenis)
100% (1000 mg/ml)

Rerata jumlah koloni bakteri


Pseudomonas aeruginosa
per ml (106)
0,000 a

90% (900 mg/ml)

64,667 a

80% (800 mg/ml)

1246,667 a

70% (700 mg/ml)

1690,000 a

60% (600 mg/ml)

26433,333 a

50% (500 mg/ml)

275000,000 b

Kontrol positif (0%)

30100000 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji LSD/BNT

Lampiran 8:
Uji Korelasi dan Regresi Linear
Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml)

Regression
Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

jumlah koloni per ml

4413806.8096

11532848.35098

konsentrasi ekstrak

321.43

165.472

Correlations

jumlah koloni
per ml
Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

Jumlah koloni per ml

1.000

-.860

Konsentrasi ekstrak

-.860

1.000

.007

.007

Jumlah koloni per ml

Konsentrasi ekstrak

Jumlah koloni per ml


Konsentrasi ekstrak

Variables Entered/Removed(b)

Model
1

konsentrasi
ekstrak

Variables
Entered

Variables
Removed

konsentrasi
ekstrak(a)

a All requested variables entered.


b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Method
.

Enter

Model Summary(b)

Model
1

R Square

.860(a)

Adjusted R
Square

.740

.687

Std. Error of the


Estimate
6447290.53985

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak


b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

ANOVA(b)

Mode
l
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
59020176999
3654.000
20783777652
6242.700
79803954651
9896.000

df
1
5

Mean Square
59020176999365
4.000
41567555305248.
540

Sig.

14.199

.013(a)

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak


b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Coefficients(a)

Model
1

Unstandardized Coefficients
(Constant)
konsentra
si ekstrak

B
23679508.515

Std. Error
5663859.902

-59937.739

15906.599

a Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta
-.860

4.181

.009

-3.768

.013

Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106 sel/ml)

Regression
Descriptive Statistics
Mean
jumlah koloni bakteri
Pseudomonas per ml

Std. Deviation

4529204.9524

11849335.04204

642.86

330.944

konsentrasi ekstrak daun


binahong

Correlations
konsentrasi
ekstrak daun
binahong

jumlah koloni bakteri


Pseudomonas per ml
Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

jumlah koloni bakteri


Pseudomonas per ml

1.000

-.860

konsentrasi ekstrak
daun binahong

-.860

1.000

.007

.007

jumlah koloni bakteri


Pseudomonas per ml

konsentrasi ekstrak
daun binahong

jumlah koloni bakteri


Pseudomonas per ml
konsentrasi ekstrak
daun binahong

Variables Entered/Removed(b)
Model
1

Variables
Entered
konsentrasi
ekstrak daun
binahong(a)

Variables
Removed

Method
.

a All requested variables entered.


b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Enter

Model Summary(b)

Model
1

Adjusted R
Square

R Square

.860(a)

.739

Std. Error of the


Estimate

.687

6632064.48501

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak daun binahong


b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

ANOVA(b)
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
62251904896
4475.000
21992139666
6417.400
84244044563
0892.000

df
1
5

Mean
Square
6225190489
64475.000
4398427933
3283.490

Sig.

14.153

.013(a)

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak daun binahong


b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Coefficients(a)
Model
1

(Constant)
konsentrasi
ekstrak
daun
binahong

Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
24315336.884
5826181.381
-30778.427

8181.235

a Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Standardized
Coefficients
Beta

-.860

Sig.

4.173

.009

-3.762

.013

Lampiran 9
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak daun Binahong dengan Penurunan 99,9%
Asal Sub Biakan (0%) Pada Kedua Bakteri Uji
1. Kadar Bunuh Minimum Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten)
Steenis pada bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml) dengan
penurunan 99,9% asal sub biakan 0% (kontrol)

Ulangan
II

III

30100000

31100000

300000
29700
1860
144
37
0
30431741

303000
28500
1790
129
51
0
31433470

Konsentrasi
Kontrol
Positif
250 mg
300 mg
350 mg
400 mg
450 mg
500 mg
Total

Total

Rerata

KBM

30500000

91700000

30566667

100

294000
29000
1550
138
43
0
30824731

897000
87200
5200
411
131
0
92689942

299000
29066.67
1733.333
137
43.66667
0
30896647

0.974277
0.09164
0.005756
0.000415
0.000164
0
0

99.02572
99.90836
99.99424
99.99959
99.99984
100
0

2. Kadar Bunuh Minimum Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten)


Steenis pada bakteri Pseudomonas aureginosa per ml (106 sel/ml) dengan
penurunan 99,9% asal sub biakan 0% (kontrol)
Konsentrasi
Kontrol
Positif
500 mg
600 mg
700 mg
800 mg
900 mg
1000 mg
Total

Ulangan
II

III

30800000

33300000

295000
25300
1620
1210
56
0
31123186

273000
25700
1690
1180
61
0
33601631

Total

Rerata

KBM

30100000

94200000

31400000

100

257000
28300
1760
1350
77
0
30388487

825000
79300
5070
3740
194
0
95113304

275000
26433.33
1690
1246.667
64.66667
0
31704435

0.875796
0.084183
0.005382
0.00397
0.000206
0
0

99.1242
99.91582
99.99462
99.99603
99.99979
100
0

Lampiran 10: Alat Dan Bahan Penelitian

Timbangan Analitik

Blender

Penyaring Buchner

Rotary Evaporator Vakum

Sheker

oven

Bahan-Bahan Penelitian

Alat-Alat Gelas Penelitian

Inkubator

Autoklaf

Colony Counter

Vortek

Hotplate/Stirrer

Alat Uji Antibakteri

Lampiran 11.
Ekstraksi Secara Maserasi Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten) Steenis.

Serbuk Daun Binahong

Maserasi Ekstrak etil Asetat

Ekstrak Daun Binahong di Shaker

Penyaringan Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak di Rotary Evaporator vakum

Ekstrak Pekat Etil Asetat Daun Binahong

Lampiran 12 :
A. Hasil Uji KHM (Konsentrasi hambat minimum)

Uji dilusi bakteri S.aureus

Uji dilusi bakteri P.aureginosa

Penanaman bakteri pada media NA

Penanaman bakteri pada media NA

Uji tween pada bakteri S.aureus

Uji tween pada bakteri P.aureginosa

B. Hasil Uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) Bakteri Staphylococcus aureus

Uji Dilusi Tabung

Kontrol positif

C.Hasil Uji Kadar bunuh minimum (KBM) Bakteri Pseudomonas aureginosa

You might also like