You are on page 1of 46

MAKALAH PEMICU 5

EKSPLANASI
Jatuh dari Sepeda dan Gigi Patah

KELOMPOK 6

Benita Kurniawan

1006667062

Dina Ariani

1006658631

Hanifa

1006667264

I Putu Arya Ramadhan

1006658676

Nidya Paramita

1006757045

Noke Devina

1006769796

Niki Putri Irianti

1006667440

Riris Riany

1006667541

Rizki Amalia

1006658745

Ryandika Aldilla Nugraha

1006658751

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
DESEMBER 2011

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut:
Melanie usia 9 tahun dibawa orang tuanya ke dokter gigi satu jam setelah terjatuh
dari sepeda di got depan rumahnya. Pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan
adanya laserasi pemeriksaan intra oral menunjukkan adanya gigi 11 yang fraktur
sepertiga tengah dan terlihat adanya kemerahan ditengah gigi yang fraktur itu.
Berdasarkan anamnesis orang tua Melanie menceritakan bahwa kejadian yang
sama pernah terjadi satu tahun yang lalu, akan tetapi hanya mengakibatkan
kegoyangan beberapa saat saja pada gigi 21 dan terlihat adanya sedikit berbeda
warna dengan gigi sebelahnya walaupun tidak mengganggu secara estetik.

Tujuan
1. Menjelaskan

anamnesis,

pemeriksaan

klinis,

pemeriksaan

radiografis,

diagnosis, differential diagnosis, rencana perawatan, prognosis, prosedur


perawatan, evaluasi perawatan pada gigi 11 dan gigi 21 disertai etiologi.
2. Menjelaskan jenis tindakan kegawatdaruratan endodontik, tujuan serta
indikasinya.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana patogenesis, anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiografis,


diagnosis, differential diagnosis, rencana perawatan, prognosis, dan prosedur
perawatan dari gigi fraktur yang pulpanya terbuka?
2. Apa yang dimaksud dengan tindakan kegawatdaruratan endodontik?
3. Apa tujuan dilakukannya tindakan kegawatdaruratan endodontik?
4. Apa indikasi dilakukannya tindakan kegawatdaruratan endodontik?
5. Bagaimana penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan pada masing-masing
kasus?
6. Apa yang menyebabkan gigi goyang beberapa saat pada gigi 21?
7. Apa yang menyebabkan gigi 21 mengalami diskolorisasi?
8. Bagaimana perawatan terhadap gigi 21?

Hipotesis
1. Gigi 11 Melanie memerlukan pulpotomi disertai restorasi pada pulpa terbuka
dan masih vital, namun sudah terkontaminasi bakteri akibat jatuh 1 jam yang
lalu.
2. Gigi 21 Melanie mengalami diskolorisasi akibat trauma yang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah sehingga pulpa tidak menerima nutrisi dan darah
masuk ke tubulus dentin serta diperlukan perawatan bleaching interna
didahului dengan PSA

BAB II
PEMBAHASAN

TRAUMA GIGI SULUNG & PERMANEN


Injuri traumatic pada gigi dapat terjadi pada segala umur. Anak-anak kecil yang
sedang belajar berjalan atau jatuh dari kursi sering mengalami injuri pada gigi
depannya. Perlakuan kasar terhadap anak juga sering menyebabkan trauma pada
muka dan giginya. Bakland melaporkan bahwa anak-anak usia 8-12 tahun paling
mudah mendapat kecelakaan pada gigi-gigi mereka. Kecelakaan olahraga dan
perkelahian melibatkan para remaja dan anak-anak muda, sedangkan kecelakaan
mobil melibatkan semua kelompok umur.

Riwayat dan Pemeriksaan Klinis


Pertanyaan seputar kapan, bagaimana dan dimana kejadian berlangsung sangat
dibutuhkan. Kapan, berpengaruh pada waktu, perdarahan, ligamen periodontal
dan kontaminasi saliva yang akan mempengaruhi perawatan yang diambil.
Bagaimana, untuk melokalisasi injuri spesifik (cth: bila menghantam bibir
kemungkinan fraktur gigi anterior. Dimana penting untuk profilaksis tetanus
toxoid.
Pertanyaan penting lainnya yakni sudahkah diberikan pertolongan utama. Oleh
siapa dan bagaimana.
Keluhan utama: selain nyeri dan perdarahan, perhatikan adanya keluhan
spesifik (cth: nyeri jika pengatupan gigi yang merupakan indikasi fraktur atau
displacement)
Pemeriksaan neurologi: dipastikan sebelum analgesik atau anestesi, pasien
berada dalam keadaan normal.
Pemeriksaan eksternal: jika struktur otot atau adanya daerah bengkak atau
kemerahan pada wajah, leher atau bibir, dapat menjadi petunjuk kemungkinan
adanya fraktur tulang.
Pemeriksaan jaringan lunak: Adanya lacerasi pada bibir atau lidah diperiksa

dengan radiograf, dapat kemungkinan adanya fraktur gigi atau tulang.


Pemeriksaan jaringan keras:
Gerakkan mandibula sisi ke sisi dan anterior ke posterior. Jika tidak
nyaman berarti mungkin terdapat fraktur mandibula dan kemungkinan
bunyi retak dapat terdengar.
Gerakkan gigi dengan tekanan jari untuk indikasi adanya displacement
soket alveolar.
Biasanya penempatan jari pada mukosa dan pergerakan mahkota serta
perkusi dapat mengidentifikasikan adanya fraktur.
Perdarahan sulkus gingiva dapat merupakan indikasi displacement gigi
atau segmen gigi.
Pemeriksaan transiluminasi akan sangat membantu.
Tes vitalitas pulpa: dengan tes termal dan elektrik
Respon positif atau transisi negatif ke positif merupakan respon normal
Respon transisi positif ke negatif : kemungkinan sedang berlangsung
degenerasi
Respon negatif: kerusakan irreversible, walau tidak juga absolut.
Pemeriksaan radiografik
Terlihatnya garis fraktur
Dapat melihat adanya fraktur akar, fraktur tulang, fraktur mahkota
subgingival, displacement gigi atau objek asing lainnya.

Pencegahan Dental Injury


Penggunaan face guard dan atau mouth guard.

Klasifikas Injuri
Sebagai bantuan untuk menentukan perawatan, klasifikasi injuri gigi harus
dibuat .Ellis merupakan orang pertama yang memperkenalkan klasifikasi, dan
kemudian dimodifikasioleh Hargreaves dan Craig.

Perbandingan Klasifikasi oleh Ellis dengan Hargreaves dan Craig


Ellis
a.

Hargreaves dan Craig

Kelas

I:

Frakturmahkotasederhana,

a. Kelas I: Tidak ada fraktur atau


fraktur enamel saja, dengan atau

tidakatausedikitmelibatkan

dentin.

tanpa bergesernya gigi

Tidakterlihatperubahanwarnanamun
memilikitepi yang kasar.

(Sumber: www.emedicine.com)

b.

Kelas

II:

Fraktur

mahkota

ekstensif melibatkan dentin, namun


tidak sampai pulpa. Biasanya peka
terhadap sentuhan dan tekanan udara.
Ketika dilakukan pemeriksaan klinis

b. Kelas

II:

Fraktur

mahkota

melibatkan baik enamel maupun


dentin tanpa tereksposnya pulpa
dan dengan atau tanpa pergeseran
gigi

dapat terlihat lapisan kuning dentin.

c.

Kelas

III:

Fraktur

mahkota
dan

c. Kelas III: Fraktur mahkota

mengekspos pulpa. Sangat peka dan

yang mengekspos pulpa dengan

memiliki daerah pink, merah, atau

atau tanpa pergeseran gigi

ekstensif

melibatkan

bahkan darah di pusat gigi.

dentin

(Sumber: www.emedicine.com)

d.

Kelas IV: Gigi yang mengalami


trauma menjadi non vital, dengan

d. Kelas IV: Fraktur akar dengan

atau

atau tanpa fraktur korona, dengan

tanpa

kehilangan

struktur

atau tanpa pergeseran gigi

mahkota

e.

Kelas V: Gigi hilang seluruhnya


e. Kelas V: Pergeseran gigi total

f.

Kelas VI: Fraktur akar, dengan


atau

tanpa

kehilangan

(hilang)

struktur

mahkota

g.

Kelas VII: Gigi bergeser, tanpa


fraktur mahkota atau akar

h.

Kelas VIII: Fraktur korona en


masse dan pergeserannya

Berikut klasifikasi lain dari Andreasen dan juga WHO:


Andreasen
a. Infraksimahkota:

Incomplete

fracturedari enamel
b. Fraktur mahkota
uncomplicated: Fraktur enamel dan
dentin tanpa mengekspos pulpa
c. Fraktur mahkota complicated:

WHO
a. Fraktur enamel gigi
b. Fraktur

mahkota

keterlibatan pulpa

tanpa

Fraktur melibatkan enamel, dentin,


serta mengekspos pulpa

c. Fraktur

mahkota

dengan

keterlibatan pulpa

d. Fraktur mahkota-akar
uncomplicated: Fraktur melibatkan
enamel, dentin dan sementum,

d. Fraktur akar gigi

tanpa mengekspos pulpa


e. Fraktur mahkota-akar
complicated: Fraktur melibatkan
enamel, dentin dan sementum, serta
mengekspos pulpa

e. Fraktur mahkota dan akar gigi

f. Fraktur akar: Fraktur


melibatkan dentin, sementum, dan
pulpa
g. Konkusi: Injuri tanpa

f. Frakturgigi, tidak spesifik

pelonggaran atau pergeseran,


namun bereaksi terhadap perkusi
g. Luksasi gigi

(Sumber: the Middle East Journal of


Emergency Medicine)

h. Subluksasi: Injuri dengan


pelonggaran abnormal namun tanpa
pergeseran gigi (gambar A)

i. Luksasi intrusif: Dislokasi


sentral (gambar D)
j. Luksasiekstrusif:

h. Intrusi atau ekstrusigigi


i. Avulsigigi

Dislokasiperiferal,
avulsisebagian(gambar B)

j. Injuri lain termasuk laserasi


jaringan lunak mulut.

k. Luksasi lateral (gambar C)


l. Eksartikulasi: Luksasi total
m. Retaknya(comminution)soket
alveolar
n. Fraktur fasial atau lingual
dari dinding soket alveolar
o. Fraktur prosesus alveolar
dengan atau tanpa keterlibatan
soket
p. Fraktur RB atau RA dengan
atau tanpa keterlibatan soket gigi
q. Laserasi (laceration) gingiva
atau mukosa
r. Kontusi (contusion) gingiva
atau mukosa
s. Abrasi gingiva atau mukosa
Trauma pada Gigi Permanen
1. Fraktur Email
Deskripsi:
Patahan dan retak hanya melibatkan daerah email tanpa berlanjut ke daerah
dentinoenamel junction (DEJ).
Meliputi sudut mesial ataupun distal, serta lobus sentral pada insisal edge.
Seringkali fraktur ini tidak melibatkan respon pulpa.
Diagnosis:
Dengan kaca mulut dan sonde.
Bisa dilakukan tes vitalitas untuk memastikan krn fraktur dapat merusak
jaringan neurovascular gigi. Dilakukan sesaat setelah injuri dan 6-8 bulan
kemudian.

Rencana Perawatan:
Penghalusan sudut gigi dan menumpatnya dgn resin komposit utk gigi anterior.
Prognosis: Sangat Baik
2. Fraktur Mahkota tanpa Pulpa Terbuka
Deskripsi:
Meliputi sudut insisal-proksimal, insisal edge pada gigi anterior, dan fraktur
cusp pada gigi posterior.
Telah memajankan tubulus dentin yg berpotensi utk mengkontaminasi &
menginflamasi pulpa.
Diagnosis:

Dengan kaca mulut dan sonde.

Tes vitalitas gigi dan tes jar. Penyangga utk mengetahui status jaringan Pulpa
dan periapeks.

Rencana Perawatan:
Aplikasi dentin bonding agent dan resin komposit.
Jika fragmen fraktur ada, maka bisa dilekatkan kembali pada gigi
menggunakan resin komposit dengan etsa.
Prognosis:
Baik, namun kadang adanya ketidakpastian mengenai tingkat injuri pada pulpa.
3. Fraktur Mahkota dengan Pulpa Terbuka
Deskripsi:
Tingkat terbukanya pulpa bervariasi dari setitik saja sampai terbukanya
seluruh atap kamar pulpa.
Dengan terbukanya pulpa, proses perawatan menjadi lebih sulit karena
keterlibatan bakteri yang mengkontaminasi jaringan pulpa.
Diagnosis:
Dengan observasi klinis.
Tes vitalitas.
Jika gigi juga dislokasi, kesehatan jaringan pulpa diragukan.

Radiograf diperlukan untuk mengetahui status akar.


Rencana Perawatan:
Utk gigi muda, pulpotomi disertai pulp capping.
Selain itu, dilakukan pulpektomi dan PSA.
Perawatan pulpotomi dianjurkan untuk mempertahankan vitalitas pulpa serta
untuk gigi muda yang akarnya masih bisa berkembang hingga menjadi lebih
kuat dan resisten terhadap fraktur lanjutan.
Teknik pulpotomi yang digunakan adalah teknik Cvek, atau pulpotomi
dangkal yang tetap mempertahankan jaringan pulpa pada daerah servikal. Ini
memungkinkan jaringan keras pada daerah ini bisa tumbuh lebih kuat.
Evaluasi perawatan pulpotomi dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap
tahun. Kritera keberhasilan pulpotomi adalah:
o Tidak ada gejala penyakit dan gigi berfungsi baik.
o Tidak ada kelainan periodontitis apikalis secara radiograf.
o Tidak ada resorpsi akar.
o Responsif terhadap tes pulpa.
o Berlanjutnya pertumbuhan akar jika pada awal perawatan akar belum
sepenuhnya tumbuh.
Prognosis:
Perlu banyak monitor trhdp status pulpa setelah perawatan.
4. Fraktur Mahkota-Akar
Deskripsi:
Biasanya meliputi email, dentin, dan sementum.
Jika pulpa terlibat, maka kasus menjadi lebih rumit.
Fraktur berupa patahan dari mahkota ke akar. Fragmen patahan biasanya
disatukan hanya dgn ligamen periodontal.
Pada gigi anterior, biasanya karena trauma langsung.
Pada gigi posterior, biasanya karena restorasi ukuran besar, perubahan suhu
mendadak, instrumentasi high-speed, pemasangan pin, atau trauma mekanis

ke rahang dan muka.


Diagnosis:
Disertai dengan nyeri.
Fragmen gigi mudah digoyangkan dan garis patahan sering terisi darah dari
pulpa atau lig. Perio.
Tes perkusi jarang dilakukan karena mobilitas gigi.
Radilogi:
Utk interpretasi pd gigi anterior susah. Perlu min. 2 angulasi, sejajar dan
vertikal.
Gigi posterior lebih rumit karena banyak bidang gigi.
Rencana Perawatan:
Yang terpenting adalah untuk mengangkat seluruh fragmen gigi yang terlepas
sebelum perawatan dimulai dan setelah radiograf dan anestesi dilakukan.
Perawatan Darurat: Karena sering disertai nyeri, perawatan daruratnya adalah
pengangkatan fragmen gigi yang terlepas. Dan jika pulpanya terbuka, maka
dilakukan pulpotomi ataupun pulpektomi.
Cara paling mudah dengan meletakan fragmen menggunakan bonding dan
pulpa tidak terlibat.
Cara rumit dilakukan jika pulpa terlibat, diperlu Cvek pulpotomi (untuk gigi
dewasa muda) atau PSA sebelum perlekatan fragmen.
Jika fraktur mencapai dibawah alveolar crest, perlu pembedahan agar terlihat.
Ekstrusi secara bedah atau orto dpt dilakukan membantu restorasi.
Prognosis:
- Tergantung dari tingkat fraktur dan kualitas restorasi.
5. Fraktur Akar
Deskripsi:
Fraktur yang terjadi pada akar.
Meliputi dentin, pulpa dan sementum.
Garis patahan jarang horizontal. Seringkali diagonal.

Diagnosis:
Terlihat goyang dan berpindah tempat.
Rasa nyeri bila menggigit.
Bila mobilitas sedikit, maka tidak ada keluhan.
Fraktur makin kearah serviks, gigi makin goyang dan makin besar
kemungkinan nekrosis.
Radilogi:
Garis fraktur terlihat yang sejajar dgn angulasi film. Perlu minimal dengan 2
angulasi, 90 dan 45.
Rencana Perawatan:
Jika tdk mobilitas dan asimtomatik, fraktur pada 1/3 apeks dan tdk perlu
perawatan.
Jika ada mobilitas, perawatan adalah reposisi gigi dan menstabilkan gigi agar
lig. Perio dpt sembuh.
Perawatan darurat: Reposisi mahkota dengan menekankan jari ataupun melalui
perawatan ortodontik. Setelah itu gigi distabilisasi dengan kawat orto serta
etsa sehingga jaringan periodontal sembuh selama 12 minggu. Tidak perlu
PSA jika pulpa sembuh dan tidak nekrotik.
Stabilisasi gigi menggunakan splin
Prognosis:
Kurang baik untuk fraktur longitudinal.
Baik untuk fraktur transversal.
6. Luksasi
A. Konkusi
Deskripsi :

Tidak ada mobilitas dan dislokasi.

Pulpa bereaksi normal terhadap tes.

Radiograf tidak menunjukkan perubahan.

Sensitif thdp perkusi.

Rencana Perawatan:
Gigi dibiarkan untuk istirahat agar proses penyembuhan ligamen periodontal
dan pembuluh darah terjadi.
Prognosis:
Baik
B. Subluksasi
Deskripsi:
Ada peningkatan mobilitas.
Sering pendarahan pada sulkus karena pemubuluh darah rusak dan ligamen
periodontal sobek.
Radiograf tidak jelas.
Sensitif terhadap perkusi.
Tes pulpa ada respon atau tidak.
Rencana Perawatan:

Stabilisasi gigi dalam kurun waktu 2-3 minggu menggunakan splin dengan
sistem etsa agar ligament bisa sembuh.

Perlu observasi maximal 2 tahun untuk memastikan pulpa tidak terlibat.

Jika pulpa terlibat, walaupun asimtomatik perlu dirawat endodontik

Prognosis:
Baik
C. Luksasi Ekstrusif
Deskripsi:

Dislokasi kearah korona atau keluar dari soketnya seperti setengah avulsi.

Sangat goyang.

Sering terkena trauma lanjutan dari gigi antagonisnya (prematur kontak).

Radiograf terlihat ada pergeseran.

Tes pulpa negatif

Rencana Perawatan:

Stabilisasi gigi dalam waktu 4-8 minggu.

Gingivitis dihindari karena dapat menghambat proses penyembuhan.

PSA untuk gigi dewasa, dan khususnya akar yang akan resorpsi.

Prognosis:
Baik
D. Luksasi Lateral
Deskripsi:
Pergeseran ke arah lingual, bukal, mesial atau distal.
Seringkali nyeri, khususnya yang menyebabkan prematur kontak.
Tidak ada mobilitas karena apeks masuk ke dalam tulang alveolar.
Sering tidak peka terhadap perkusi.
Rencana Perawatan:

Reposisi gigi dengan memberi tekanan pada ujung apeks gigi atau
mengekstraksi parsial gigi.

Stabilisasi selama 3-4 minggu jika mobilitas gigi tinggi setelah reposisi.

PSA pada gigi dewasa karena dislokasi merusak pembuluh darah pulpa
sehingga hypoxia.

Prognosis:
Baik jika PSA dilakukan dengan baik dan benar.
E. Luksasi Intrusif
Deskripsi:

Gigi yang dipaksa masuk kdlm soketnya dengan arah apikal.

Tidak ada mobilitas serta mirip ankilosis.

Rencana Perawatan:

Untuk gigi muda yang akarnya masih terbuka, gigi biasanya tidak perlu
dirawat karena ada kemungkinan re-erupsi.

Untuk gigi dewasa, dilakukan reposisi secara bedah maupun orto.

Lalu pulpa diekstirpasi dan diberi CaOH hingga ligamen sembuh.

SelanjutnyaPSA.

Prognosis:

Sering komplikasi, seperti diskolorasi gigi, kalsifikasi lumen pulpa, resorpsi akar
dan kematian pulpa pada gigi muda.
7. Avulsi
Deskripsi:

Adalah gigi yang benar-benar keluar dari soketnya.

Kasus avulsi merupakan kasus darurat yang paling murni karena replantasi
tepat waktu dapat mengembalikan gigi secara normal.

Sebelum replantasi, diperiksa dahulu keadaan alveolar jika ada fraktur atau
tidak.

Gigi juga diperiksa dari debris dan kontaminasi.

Rencana Perawatan:

Jika gigi dibiarkan kering <1 jam atau dlm susu <4 6 jam, replantasi
langsung.

Jika gigi dibiarkan kering >1 jam, replantasi tunda.

Setelah replantasi, dilakukan PSA.

Utk gigi dewasa muda, tidak perlu PSA. Namun vitalitas gigi harus selalu
dimonitor.

Prognosis:
Resorpsi merupakan sequela yang sering terjadi. Ada tiga macam resorpsi, yaitu
surface, inflammatory, dan ankylotic (replacement).

Trauma Gigi Anterior Pada Anak


A. Etiologi Trauma Gigi Anterior Pada Anak
Sebagian besar trauma gigi sulung terjadi pada anak umur 1,5 2 tahun,
yakni pada saat anak belum dapat berjalan dengan stabil
Penyebab trauma gigi anterior anak yang mengakibatkan fraktur gigi dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Penyebab Langsung (direct) : Gigi langsung terkena benda penyebab
trauma
2. Penyebab Tidak Langsung (Indirect) : Gigi tidak langsung terkena

benda penyebab trauma, misalnya trauma pada mandibula yang


mengakibatkan trauma pada gigi insisif atas
Didukung oleh factor predisposisi, antara lain:
1. Susunan gigi anterior yang protrusive (faktor internal)
2. Permainan-permainan yang berbahaya (faktor eksternal)
B. Klasifikasi Trauma Pada Gigi Anak
a. Menurut Ellis
1. Trauma Pada Gigi Sulung
I. Gigi Sulung Bergeser (Displacement)
b

Bergeser Sebagian
1) Intrusi
2) Ekstrusi
3) Bergeser ke Lateral

Bergeser Lengkap (Total Displacement)

II. Fraktur Gigi Sulung


a) Fraktur Mahkota
b) Fraktur Akar

2. Trauma Pada Gigi Tetap Muda


Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana (simple fracture) Fraktur
pada enamel tanpa atau sedikit mengenai dentin
Kelas 2 : Fraktur mahkota pada dentin tanpa mengenai pulpa
Kelas 3 : Fraktur mahkota mengenai pulpa
Kelas 4 : Gigi menjadi non vital, dengan atau tanpa kehilangan
struktur mahkota
Kelas 5 : Avulsi
Kelas 6 : Akar gigi patah, dengan atau tanpa kehilangan struktur
gigi
Kelas 7 : Gigi bergeser, tanpa fraktur mahkota atau akar
Kelas 8 : Mahkota hancur (en masse)

b. Menurut Andreasen
1. Konkusi : Gigi tidak goyang dan tidak bergeser. Ligamen periodontium
mengalami kerusakan dan peradangan, yang menyebabkan sensitifnya
gigi terhadap tekanan kunyah dan bila gigi diperkusi.
2. Gigi Goyang (Subluksasi) : Gigi goyang akan tetapi tidak berpindah
dari soketnya.
3. Instrusi : Gigi lebih terdorong masuk ke dalam soketnya, keadaan ini
mengakibatkan terjepitnya ligamen periodontium dan fraktur tulang
alveolar.
4. Ekstrusi : Sebagian gigi terdorong ke luar dari soket, ligamen
periodontium rusak
5. Luksasi Lateral : Letak gigi terdorong ke labial, lingual, atau ke arah
lateral. Ligamen periodontium rusak, dan fraktur tulang alveolar.
6. Avulsi : Gigi lepas dari soketnya, ligamen periodontium mengalami
kerusakan berat dan dapat terjadi fraktur tulang alveolar

C. Riwayat Kasus dan Cara Pemeriksaan


a. Riwayat kasus
Riwayat kasus, baik sistemik maupun lokal penting untuk menegakkan
diagnosis dan merencanakan perawatan
b. Pemeriksaan
Ada 2 tahap yakni:
1. Pemeriksaan Darurat
a. Keadaan Umum
1) Vital statistik : Nama, usia, jenis kelamin, alamat
2) Riwayat kasus: Ditanyakan dan dicatat serta dianalisis
sehubungan dengan pemeriksaan klinisnya, antara lain:

Umur pasien, hal ini berhubungan dengan pembentukan


akar dan benih gigi tetap

Bagaimana dan dimana terjadinya kecelakaan

Kapan terjadi kecelakaan, untuk menentukan rencana


perawatan, misalnya apakah masih mungkin dilakukan
pulpotomi, reimpalntasi, dll

3) Riwayat Medis : Apakah anak alergi terhadap obat-obatan,


anak menderita kelainan darah, jantung, dll
4) Keluhan penderita : Akibat terjadinya trauma pada gigi
b. Keadaan Klinis
Dilakukan setelah daerah yang terkena trauma dibersihkan dengan
air hangat secara hati-hati
1) Pemeriksaan secara visual:
o Catat tipe dan perluasan fraktur, perubahan letak gigi
o Fraktur pada gigi, luka, perdarahan, pembengkakan, dll
2) Pemeriksaan radiografik :
o Pertumbuhan / perkembangan dari apeks gigi Resorpsi
akar gigi sulung dan keadaan benih gigi tetap pengganti
o Besarnya ruang pulpa dan perluasan fraktur
o Adanya fraktur akar
o Adanya fraktur tulang alveolar
o Adanya benda asing dalam jaringan
o Kelainan-kelainan lain pada daerah tersebut
3) Manipulasi dan Perkusi
Secara perlahan-lahan periksa dan catat: derajat kegoyagan gigi,
apakah gigi goyang kerena fraktur akar, lepas, ataukah fraktur
alveolar
4) Tes Vitalitas
Ada beberapa pendapat tentang tes vitalitas:
o Tes vitalitas sesaat setelah trauma tidak dapat dipercaya,
tetapi tidak ada salahnya jika dilakukan
o Tes termal atau elektrik yang dapat dipercaya adalah setelah
6-8 minggu

o Menurut Skiler : sebaiknya tes vitalitas dilakukan setiap


bulan setelah trauma
o Gigi dapat dipastikan vital atau nonvital setelah kurang
lebih dua bulan
2. Pemeriksaan Lanjutan
Dilakukan pemeriksaan klinik kembali, yaitu dengan melakukan tes
vitalitas gigi dan derajat kegoyangan gigi.
Pemeriksaan radiografik diulang dan dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan darurat.

D. Perawatan Trauma Gigi Sulung


Perawatan trauma gigi sulung berbeda dengan gig tetap, mengingat fungsi gigi
sulung, anak dalam masa tumbuh kembang, dan gigi sulung akan digantikan oleh
gigi tetap
a. Gigi bergeser sebagian : Intrusi
1. Ringan (Intrusi gigi sulung kurang dari 1/3 mahkota):
Gigi sulung diharapkan akan erupsi kembali tanpa perawatan khusus,
hanya diperlukan pengamatan tanda-tanda kematian gigi sulung
tersebut
Gigi sulung non vital dapat menyebabkan infeksi jaringan penyangga
dan mempengaruhi tumbuh kembang benih gigi tetap pengganti, maka
bila tampak tanda-tanda kematian , harus segera dilakukan perawatan
endodontik
2. Berat (Intrusi gigi sulung lebih dari 1/3 mahkota):
Hal-hal yang harus dipertimbangkan : usia gigi sulung, resorpsi akar
gigi sulung, keadaan benih gigi tetap pengganti dan sikap kooperatif
pasien.v
Pilihan perawatan:
-

Reposisi dan imobilisasi, kemudian perawatan endodontik

Pencabutan gigi sulung

b. Gigi bergeser sebagian : Ekstrusi

Jarang terjadi
Ekstrusi tanpa fraktur akar dapat dilakukan reposisi dan imobilisasi
Ekstrusi dengan fraktur akar dilakukan pencabutan
c. Gigi bergeser ke lateral
Biasanya prognosisnya baik, yaitu akan kembali sendiri pada tempatnya
Perawatan khusu tidak diperlukan, hanya diperlukan pengamatan
d. Gigi bergeser lengkap
Dapat dilakukan reimplantasi dan imobilisasi, namun cukup sulit dan
kurang praktis
Dapat digantikan dengan pembuatan alat penahan ruang (space
maintainer)
e. Fraktur mahkota
1. Email / dentin : Pengasahan untuk perbaikan estetis.
2. Ruang Pulpa Terbuka : pulpotomi dengan formokresol
Restorasi:
-

Tumpatan sewarna, dengan / tanpa sinar

Mahkota logam

Mahkota logam dengan pigura

f. Fraktur akar
Sering terjadi pada 1/3 servikal akar
Perawatan yang dianjurkan : Pencabutan

Trauma pada gigi sulung dapat mempengaruhi tumbuh kembang benih gigi
tetap pengganti terutama bila terjadi intrusi gigi, antara lain:
1. Hipoplasia email (Turner Hypoplasia), trauma terjadi pada saat
pembentukan email
2. Dilaserasi, akar gigi tetap membengkok
3. Kista pada benih gigi tetap
4. Cessasi, Pertumbuhan gigi tetap berhenti
5. Perubahan arah erupsi gigi tetap

E. Perawatan Trauma Gigi Tetap Muda


a. Kelas 1 : Fraktur Mahkota Sederhana
Fraktur pada email tanpa atau sedikit mengenai dentin.
Letak dan besar jaringan gigi yang hilang sangat bervariasi
Menurut Box, kerusakan perisementum akibat tekanan trauma akan
menyebabkan hiperemia pulpa. Pada tekanan trauma yang besar,
menyebabkan gangguan sirkulasi pada anastomase arteri perifer,
akibatnya terjadi hiperemia patologik dan kematian jaringan
Fraktur ini menyebabkan peningkatan rasa sensitif terhadap perubahan
termal dan bahan kimia di dalam rongga mulut.
Gambaran kehilangan jaringan email dan dentin pada fraktur kelas 1
adalah meliputi sudut mesio-insisal tanpa / dengan perluasan ke arah 1/3
tengah atau bagian tepi insisal dan kebanyakan meluas ke arah palatal
Perawatan darurat:
-

Pengasahan permukaan gigi yang tajam akibat fraktur, kemudian


diolesi dengan varnish atau cairan fluor fosfatse.

Pemeriksaan ulang dilakukan setelah 6-8 minggu

Tes vitalitas dilakukan setelah 2-3 bulan kemudian

Perubahan warna gigi menjadi biru atau abu-abu dapat terlihat baik
pada gigi sulung maupun gigi tetap (indikasi nekrosis)

Orangtua dihimbau untuk terus memonitor terjadinya perubahan warna


gigi

Kemudian ditentukan apakah perlu dilakukan restorasi tetap pada saat


itu atau pada kunjungan berikutnya

Restorasi tetap:
-

Pengasahan bagian yang tajam

Tumpatan sewarna dengan / tanpa sinar

Mahkota akrilik / porselen

Kelas 2 : Fraktur mahkota pada dentin tanpa mengenai pulpa


Terbukanya dentin lebih besar dibandingkan dengan fraktur kelas 1,
sehingga penderita datang ke klinik dengan keluhan lebih berat
Gejala umum: sakit bila terkena makana/minuman panas/dingin atau
ketika mengigit karena dentin tipis (tampak pulpa membayang
berwarna merah muda)
Riwayat kasus, usia, dan keluhan subyektif pasien yang akurat sangat
mendukung keberhasilan perawatan darurat
Pemeriksaan radiografik diperlukan, antara lain untuk mengetahui:
1. Stadium perkembangan apeks akar
2. Ukuran ruang pulpa dan hubungan ruang pulpa dengan posisi fraktur
3. Fraktur akar dan komplikasinya
4. Fraktur tulang alveolar
5. Benda asing pada jaringan lunak
6. Keadaan gigi tetagga dan sekitarnya
7. Prognosis dengan membandingkan hasil radiografik yang akan datang
Pemeriksaan visual dilakukan setelah gigi dibersihkan dengan air hangat
Perawatan darurat:
Tujuan perawatan darurat antara lain untuk mengurangi rasa sakit akibat
hiperemia pulpa dan terbukanya pulpa.
1. Perawatan darurat awal
-

Bersihkan daerah fraktur dengan air hangat / cairan saline secara


hati-hati

Isolasi dan keringkan

Letakkan kaslium hidroksida pada dentin tanpa ditekan

Tutup dengan semen fosfat

Restorasi sementara dengn mahkota selulose yang diisi bahan


tumpat sewarna, band ortodontik dari bahan stainless steel dan
mahkota stainless steel siap pakai.

Pemeriksaan ulang setelah 6-8 minggu

2. Perawatan darurat akhir


-

Buka restorasi sementara, bersihkan gigi dari semen dan kalsium


hidroksida

Cuci dengan air hangat / cairan saline

Keringkan dan lakkukan tes vitalitas

Bila gigi masih vital, langsung dibuatkan restorasi tetap sementara*

Bila gigi non vital, terlebih dahulu dilakukan perawatan saluran


akar

* Restorasi tetap sementara merupakan restorasi gigi tetap pada anak, yang
digunakan selama 5-10 tahun. Restorasi ini akan digantikan dengan restorasi tetap
bila sudah diperlukan.
d Kelas 3 : Fraktur mahkota mengenai pulpa
Rencana perawatan bergantung pada pemeriksaan klinis:
1. Besarnya bagian pulpa yang terbuka
2. Ada tidaknya pendarahan
3. Lamanya pulpa terbuka (menit, jam, hari)
4. Vitalitas pulpa
5. Proses pembentukan akar, bergesernya akar, dan fraktur akar
Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan gigi, mempertahankan
vitalitas gigi dan melanjutkan proses pembentukan akat (bila akar belum
terbentuk sempurna)
Berdasarkan kondisi pulpa yang terbuka, rencana perawatan yang
mungkin dilakukan:
1. Pulp capping
2. Pulpotomi
3. Pulpektomi
4. Apeksifikasi
5. Pencabutan
Prognosis gigi yang dirawat bergantung pada keakuratan diagnosis yang
dibuat untuk setiap kasus

Kelas 4 : Gigi menjadi non vital, dengan atau tanpa kehilangan struktur
mahkota
Kasus fraktur kelas 4 dibagi menjadi 3 divisi:
1. Gigi vital
2. Gigi non vital dengan pulpa terbuka akibat fraktur
3. Gigi non vital tetapi kamar pulpa tidak terbuka
Indikasi perawatan:
1. Gigi tersebut harus berpotensi dan dapat dirawat secara asepsis
2. Pasien berusia muda dan sehat
3. Kerusakan jaringan periodontium tidak boleh lebih dari 1/4 sampai 1/3
apikal
4. Sisa jaringan gigi harus cukup untuk mendukung restorasi yang
adekuat / memuaskan
5. Pembentukan bagian apeks dari saluran akar harus sedemikian rupa
sehingga saluran akar dapat diisi
Perawatan:
1. Devitalisasi pulpektomi
2. Pulpektomi
3. Apeksifikasi bila apeks belum menutup
Hal-Hal yang harus diperhatikan:
1. Pembuangan seluruh jaringan pulpa, baik yang ada di kamar pulpa
maupun yang ada di saluran akar, harus dilakukan dalam kondisi yang
benar-benar asepsis
2. Menjaga kondisi saluran akar tetap asepsis
3. Mengisi saluran akar yang sudah dipreparasi secara sempurna
Perawatan lanjutan fraktur kelas 4:
-

Bila daerah apikal ada kelainan, tunggu 6-9 bulan

Bila kelainan berkurana atau hilang, buat restorasi tetapnya. Tetapi bila
tidak hilang, lakukan kuretase di daerah tersebut

Bila gigi berubah warna, dapat dilakukan bleaching

Bila setelah dilakukan bleaching tidak membaik, dapat dibuatkan


mahkota selubung (jacket crown)

Kelas 5 : Avulsi
Dapat dirawat dengan pembuatan protesa

Kelas 6 : Fraktur Akar, dengan atau tanpa kehilangan struktur korona


gigi
Perawatan untuk fraktur kelas 6 adalah stabilisasi.
Pada fraktur mendekati 1/3 servikal, prognosis kurang dapat ditentukan.
Hal ini dapat dilihat secara radiografis dan dapat dengan melihat
kegoyangan gigi, bila goyangnya lebih besar, maka berarti fraktur
mendekati 1/3 servikal
Kemungkinan akan berhasil baik bila:
-

fragmen fraktur berdekatan atau menempel

immobilisasi dapat sempurna

tidak ada infeksi

kesehatan baik

garis fraktur tidak mendekati 1/3 servikal

Stabilisasi dilakukan selama 8-12 minggu


h Kelas 7 : Gigi bergeser, tanpa fraktur mahkota atau akar
Dapat berupa gigi goyang, intrusi, atau ekstrusi
Perawatannya dengan melakukan stabilisasi
i

Kelas 8 :Fraktur korona en masse dan gigi berada pada tempatnya


Gigi masih terpegang oleh gingiva (bagian palatal garis frakturnya ada
dibawah gingiva)
Perawatan: dibuatkan pin crown

Keterangan:
Luksasi Intrusif

Diskolorasi gigi: Jika gigi berwarna kekuningan maka pulpanya sudah


terkalsifikasi. Jika berwarna abu-abu, maka pulpa sudah nekrotik.

Adanya kalsifikasi pada pulpa bukan merupakan indikasi bahwa gigi sudah

nekrotik ataupun perlu dirawat endo, walaupun gigi sudah tidak responsif
terhadap tes vitalitas.

Indikasi bagi resorpsi akar adalah perawatan saluran akar supaya proses
resorpsi dapat terhenti.

Jika pulpa mati akibat trauma, dan akar gigi belum sepenuhnya tumbuh, maka
indikasinya adalah apeksifikasi sebelum perawatan saluran akar. Namun hal
ini mengakibatkan gigi menjadi lebih lemah dan mudah fraktur.

Kemungkinan fraktur disebabkan oleh makin getasnya dentin seiring


berkontak dengan CaOH dan tipisnya dinding akar karena belum sepenuhnya
tumbuh.

Mengakibatkan axial danapikal impact dan kerusakan meluas padaligamen


periodontal, pulpa, dan alveolar plate.
Perawatannya terbagi dua; untuk open apex dan closed apex.
Open apex:
1) Disimpact (dengan tekanan, jikaperlu) dan biarkan untuk erupsi dengan
sendirinya selama 2-4 bulan. Jika tidak ada perubahan, mulai endodontic
extrusion:
2) Disimpact dan reposisi secara bedah. Beri splint fungsional selama 7-10 hari.
3) Monitor status pulpa secara klinis darn adiografis pada minggu pertama,
ketiga, dan ketigabelas, dan mulai perawatan endodontic jika diperlukan:
4) Kalsiumhidroksida non-setting pada saluran akar tidak menghambat
pergerakan ortodontik. Saat sudah melakukan apeksifikasi, dan pergeraka
nortodontik sudah berhenti, salura nakar dapat diisi dengan guttapercha.
Closed apex:
1) Ekstrusi ortodontik/bedah elektif secepatnya.
2) Gunakan splint selama 7-10 hari setelah operasi.
3) Lakukan ekstirpasi pulpa elektif pada hari ke 10.
4) Berikan kalsium hidroksida non-setting pada saluran akar saat pergerakan
ortodontik sebelum mengisi dengan guttapercha.
Selainperawatan-perawatan di atas, berikan pula antibiotik, obat kumur
klorheksidin, dan soft diet. Resiko terjadinya nekrosis pulpa sangat tinggi,

terutama pada closed apex. Selain itu, presentase resorpsi akar dan ankylosis juga
cukup tinggi. Healing ligamen periodontal setelah injuri luksasii ntrusif:
Avulsi

Perawatan Darurat Gigi yang teravulsi sebaiknya direplantasi secepat


mungkin, khususnya di tempat kejadian. Adapun prosedur yang dapat
dilakukan:
1. Gigi dicuci dengan air dingin mengalir selama 10 detik untuk
menghilangkan debris.
2. Gigi jangan disentuh, khususnya bagian akar karena akan merusak
sel dan serat pada permukaan akar.
3. Gigi direplantasi ke dalam soket dengan tekanan ringan jari. Atau
dengan memasukkan ujung apeks setengah ke dalam soket, lalu
pasien disuruh gigit sebuah kain sehingga gigi tadi terdorong
masuk kedalam soket.
4. Langsung mencari perawatan dokter gigi untuk menyelesaikan
proses replantasi.

Ketika gigi direplantasi sendiri oleh pasien, dokter gigi memeriksa replantasi
secara klinis maupun radiografis, dan memeriksa cedera-cedera lain yang
menyertai dan juga stabilitas gigi yang direplantasi.

Replantasi Langsung

Apabila replantasi darurat tidak mungkin dilakukan oleh pasien, maka pasien
sebaiknya mencari dokter gigi dan gigi dibawa dalam keadaan basah.

Media pembawa terbaik adalah media transport-penyimpanan dengan larutan


salin fisiologis. Susu juga dapat digunakan untuk menjaga vitalitas gigi.
Namun air bukan pilihan yang bijak untuk hal ini.

Prosedur replantasi langsung:

Gigi diletakkan didalam cairan salin fisiologis

Daerah cedera difoto untuk mengetahui adanya fraktur alveolar

Daerah avulse diperiksa jika ada fragmen tulang yang dapat diangkat.

Soket diirigasi dengan salin untuk mengangkat bekuan darah yang

terkontaminasi

Gigi tadi diambil menggunakan instrument lalu diperiksa dan


dibersihkan dengan kasa yang dibasahi salinjika ada debris

Gigi

dimasukkan

kembali

kedalam

soket

dengan

sebagian

menggunakan tang, lalu dilanjutkan dengan tekanan ringan jari atau


dengan pasien menggigit kain kasa sampai gigi masuk sepenuhnya

Ketepatan gigi diperiksa dan hiperoklusi dihindari. Jaringan lunak


yang laserasi dijahit rapat , khususnya daerha servikal.

Gigi distablisasi menggunakan splin selama 1-2 minggu.

Pasien dapat diberikan resep antibiotik dan analgesic.

Untuk gigi mature dan dewasa, perawatan saluran akar merupakan indikasi
setelah replantasi, dan dilakukan setelah 1 minggu.

Untuk gigi dewasa muda yang akarnya belum tumbuh sempurna, tidak boleh
PSA dahulu. Harus dimonitor 2,6 sampai 12 bulan setelah replantasi. Jika gigi
menjadi nekrotik, PSA disertai apeksifikasi merupakan indikasi.

Perawatan Tunda

Dilakukan ketika gigi avulsi keluar dari soket dan berada pada keadaan kering
lebih dari >1 jam. Hal ini menyebabkan sel-sel ligamen periodontal pada
permukaan akar tidak dapat bertahan hidup.

Akibatnya kemungkinan besar akan terjadi resorpsi replacement (ankilosis)


setelah replantasi.

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dokter gigi untuk memperlambat


proses resorpsi ini:
1. Daerah avulsi diperiksa dengan radiograf untuk melihat adanya fraktur.
2. Karena jaringan pada permukaan akar kemungkinan besar sudah mati,
maka jaringan tersebut dianggap debris sehingga harus dibersihkan.
3. Lakukan perawatan saluran akar secara in vitro. Menurut Ingle, sebaiknya
ekstirpasi pulpa, preparasi saluran akar dan pengisian dilakukan dari ujung
apeks yang dipotong 2-3 mm. Hal ini mempermudah proses PSA dan
membiarkan mahkota gigi tetap utuh.

4. Gigi direndan dalam larutan NaF 2,4 % agar menjadi asam (pH 5,5)
selama 5-20 menit. Hal ini dilakukan untuk memperlambat proses resorpsi.
5. Soket gigi dipersiapkan dengan mengkuret bekuan darah yang terbentuk
dan dilanjutkan dengan mengirigasi dengan salin.
6. Gigi dicuci dengan salin, lalu dimasukkan secara hati-hati kedalam
soketnya. Setelah itu stabilisasi gigi dengan splin selama 6 minggu.
7. Sebuah produk bernama Emdogain yang dimasukkan kedalam soket
sebelum replantasi juga terbukti dapat memperlambat proses resorpsi.

Resorpsi Eksternal

Setelah replantasi ada tiga kemungkinan resorpsi yang dapat terjadi yaitu,
resorpsi permukaan, resorpsi inflamatori, dan resorpsi replacement.

Resorpsi permukaan adalah sebuah kavitas kecil dan superficial yang terjadi
pada sementum dan permukaan dentin paling luar. Tidak dapat terlihat di
radiograf, dan biasanya diperbaiki oleh pertumbuhan sementum yang baru.
Hal ini bisa terjadi untuk sementara waktu sehingga bisa sembuh, atau akan
berkembang menjadi resorpsi yang lebih parah.

Resorpsi inflamatori adalah respon terhadap adanya pulpa nekrotik yang


tidak dirawat endodontik dan cedera pada ligamen periodontal. Resorpsi ini
berbentuk bowl-shaped pada akar gigi, serta radiolusensi struktur tulang
sekitar pada gambaran radiograf.

Resorpsi replacement adalah proses resorpsi akar gigi yang digantikan


dengan pembentukan tulang. Struktur tulang yang menggantikan gigi ini
melebur dengan struktur gigi yang tersisa, sehingga dinamakan ankilosis. Hal
ini terjadi karena sudah matinya jaringan lunak yang terdapat pada permukaan
akar gigi akibat terlalu lama diluar soket.

Reaksi gigi primery terhadap trauma


Dapat bervariasi, namun yang sering terjadi yakni:
1. perubahan warna
2. Nekrosis pulpa
3. Penghapusan kanal pulpa

4. resorbsi inflamatory
5. tanpa komplikasi
6. Retraksi gingiva
7. fisiologi resorbsi terganggu
8. Permanent displacement
9. resorbsi permukaan
10. ankylosi

PERAWATAN KEGAWATDARURATAN ENDODONTIK

Menurut definisinya, kedaruratan endodonsia biasanya dikaitkan dengam nyeri


dan/atau pembengkakan serta memerlukan diagnosis dan perawatan yang segera.
Dapat dibedakan menjadi dua yakni kedaruratan prarawat yan terjadi ketika pasien
datang pertama kali dengan nyeri parah dan/atau pembengkakan dan kategori
kedua yakni kedaruratan antar-kunjungan dan pascaobturasi (flare-up). Alasan
untuk perawatan darurat endodontik adalah rasa sakit dan terkadang
pembengkakan yang berasal dari patosis pulpoperiapikal. Disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
1. Pulpitis Reversible Akut (hiperemia)

Dirawat dengan prosedur paliatif

Menemukan gigi yang sakit biasanya mudah karena pasien dapat


menunjukan dimana letak gigi yang sakit.

Diagnosis : pemeriksaan visual, tes vitalitas, taktil dan pemeriksaan


radiograf

Jika

disebabkan

oleh

overpreparasi

atau

restorasi

yang

gagal,

pembongkaran restorasi diperlukan dan menggunakan tumpatan sedatif


untuk menghilangkan rasa sakit.

Bila rasa sakit tidak hilang dan lebih buruk, sebaikanya pulpa diekstirpasi

2. Pulpitis Irreversible Akut

Perawatan pulpektomi

Sangat responsif terhadap termal (panas dan dingin)

Memiliki gejala yang hampir sama dengan pulpitis reversible akut,


dibedakan dari rasa sakit. Bila rasa sakitnya berjam-jam, spontan,
mengganaggu tidur, timbul bila membungkuk maka merupakan pulpitis
irreversible akut.

Prosedur perawatan
Anastesi
Pemasangana rubber dam
Akses ke kamar pulpa
Irigasi dan debridemen
Temukan orofis dan ekstirpasi saluran akar emnggunakan file sampe 1
mm dari apeks akar radiograf
Irigasi dengan larutan anastesi, NaoCl
Bersihkan debris dengan barbed broach
Keringkan saluran akar dengan paper point
Masukan gulungan kapas dengan bahan pereda rasa sakit (ex:eugenol)
Letakan restorasi sementara cavit atau ZOE
Hilangkan trauma oklusi
Beri analgesik dan digunakan jika timbul rasa sakit, antibiotik
kontraindikasi kecuali ada gangguan sistemik

Waktu tidak memungkinkan untuk dilakukan pulpektomi, dapat dilakukan


pulpotomi darurat, debridemen, pengeringan dan penutupan pulpa dengan
dressing

Pasien harus diberikan perawatan lanjutan sesegera mungkin

3. Abses Alveolar Akut

Pengumpulan nanah yang terlokalisasi di dalam tulang alveolar pada apeks


akar setelah matinya pulpa, dengan perluasan infeksi melalui foramen
apikal masuk ke dalam jaringan periapikal

Disertai reaksi lokal dan sistemik yang parah, seperti demam, gangguan

GIT, malaise, pusing.

Disebabkan oleh pulpitis yang berkembang nekrosis pulpa yang


mempengaruhi jaringan periapikal, eksaserbasi periapikal, atau lesi
endodonsia-peridontik

Drainase perlu dilakukan melalui saluran akar atau jaringan lunak serta
tulang

Anastesi lokal seiring tidak diperlukan, selain pulpa sudah nekrosis


anastesi pada jaringan yang ternflamsi adalah kontraindikasi.

Anastesi konduksi dapat diberikan selama injeksi jauh dari tempat yang
terinflamasi.

Sebaiknya menggunakan bur hi speed untuk mengurangi getaran yang


dapat menimbulkan rasa sakit.

Prosedur perawatan lanjutan :


Pasang rubber dam
Pembukaan akses ke gigi
Lakukan irigasi pada kamar pulpa tetapi hindari masuknya cairan ke
ruang periapikal
Jajaki saliran akar dan preparasi sampai 1 mm dari apikal
Debridemen dan irigasi
Terkadangg sering mengalir nanah dan dapat mengurangi rasa sakit,
jika nanah belum keluar biarkan lubang terbuka
Instruksikan pasien untuk berkumur setiap jam selam 3 menit
Beri resep analgesik dan antibiotik bila diperlukan

Pada abses alveolaris akut ringan, gigi dapat ditutup dengan antiseptik,
medikamen abtunden untuk meringankan rasa sakit.

Beberapa klini menganjurkan gigi untuk ditutup dan diberikan obat


intrakanal mencegah kontaminasi bakteri.

Rasa sakit umumnya disertai pembengkakan hanya sedikit dan


terlokalisasi, umumnya akan hilang dalam waktu 24-48 jam setelah
drainase. Obat kumur salin hangat membantu untuk terjadinya drainase.

Bila pembengkakan luas, lunak menunjukan fluktasi mungkin diperlukan


suatu insisi melalui jaringan lunak pada tulang. Prosedur :
Mukosa dikeringkan
Disemprot anastesi topikal dingin (etil klorida)
Insisi infraorbital melalui pembengkakan tulang yang mengalami
fluktasi ke plat kortikal.
Isolator karet atau kain kasa dugunakan untuk drainase dan dimasukan
beberapa hari.
Dapat diberikan resep antibiotik dan analgesik

4. Abses Periodontal Akut

Mengakibatkan rasa sakit dan bengkak.

Sering keliru dengan abses alveolar akut.

Abses periodontal akut dapat timbul pada pulpa vital atau non vital

Sumbernya berasal dari suatu eksaserbasi infeksi dengan pembentukan


nanah di dlam poket infraboni.

Tes vitalitas menunjukan sensitif.

Perawatan terdiri dari kuretase, debridemen, drainase poket, kadangkadang diperlukan insisi.

Bila pulpa terkontaminasi diperlukan ekstirpasi

Bila pulpa abnormal dan vital perawatan sama dengan pulpitis irreversibel
akut.

Bila pulpa nekrotik perawatan sama dengan abses alveolar akut.

5. Keadaan Darurat pada Waktu Perawatan

Terjadi pada waktu perawatan endodonti, biasanya disebabkan karena


instrumensi melebihi apeks akar, debris terdorong ke apeks akar, iritasi
kimia

atau

medikamen

intraoral,

overfiling

obturasi

sehingga

menyebabkan trauma pada jaringan periapikal.

Bila terjadi periodontitis gawat, rasa nyeri pasien dikurangi dengan


membuka kembali gigi, mengambil obat-obatan, mengeringkan ssaluran

akar, dan menutup kembali dengan sebelumnya memberikan gulungan


kapas yang telah diberikan obat obtunden.

Bila timbul pembengkakan, gigi dibuka untuk drainase kemudian tutup


kembali dan diberikan analgesik dan antibiotik.

Jika rasa askit timbul setelah pengisian saluran akar, oklusi sebaiknya
dicek dan dilakukan pengecekan terhadap pengisian saluran akar.

Bila terdapat mahkota pasak yang tidak dapat diambil, insisi dan drainase
dapat diindikasikan

6. Fraktur Mahkota

Retaknya mahkota dapat menimbulkan rasa sakit.

Sering menimbulkan gejala aneh seperti nyeri tajam, nyeri menusuk


terutama sewaktu mengunyah.

Perubahan termal menyebabkan rassa sakit yang sebentar.

Transluminasi atau zat warna atau menggik diskus karet dapat mendeteksi
adanya garis retakan.

Bila segmen mahkota terbelah dan pulpa tidak terbuka, rasa sakit biasanya
akan menghilang. Perawatan dilakukan dengan menutup dressing dengan
sedatif dan band baja anti karat disemen pada tumpatan tersebut.

Bila bukti menunjukan adanya inflamsi pulpa, pulpa dapat diektirpasi.

7. Fraktur Akar

Gigi merasa nyeri, segmen insisal mobil.

Setelah injury pulpa pingsan sehingga sering tidak merespon terhadap


tes vitalitas. Pulpa akan normal kembali setelah 6 minggu.

Prognosis fraktur akar horizontal bergantung pada tempat dan arah fraktur.
Fraktur horizontal diatas krista alveolar memiliki prognosis baik karena
dapat direstorasi setelah perawatan endo. Semakin dekat dengan apeks,
prognosis semakin baik.

Perawatan darurat terdiri dari stabilisasi denagn mengikat gigi yang


bersangkutan dengan gigi-gigi di dekatnya bila ada mobilitas. Rawat setiap
luka jaringan lunak.

Umumnya injuri traumatik dapat menyebabkan pulpa nekrosis sehingga


memerlukan perawatan darurat, yang terdiri dari ligatur (ligasi) untuk
stabilitas, PSA termasuk instrumentasi, irigasi, debridemen, medikasi
intrakanal. Bila terdapat ssakit dan bengkan, gigi dapat dibiarkan terbuka
untuk drainase.

Fraktur horizontal pada tengah akar, setingkat dengan atau di bawah krista
alveolar prognosis hati-hati sampai buruk. Jika segmen apikal yang
tertinggal cukup panjang untuk menahan mahkota pasak, perawatan
darurat endodonti yaitu pulpektomi. Bila pulpa menyebabkan rasa sakit
dan bengkak perawatan sama dengan abses alveolar akut.

Gigi dengan frantur vertikal atau diagonal tidak memiliki harapan,


perawatan umunya ekstrasi.

Pada gigi dengan akar banyak dapat dilakukan hemiseksi dan fraktur akar
dapat diambil dan pulpektomi pada gigi yang masih tertinggal.

8. Terlepanya (Avulsi) Gigi


Perawatan yang disarankan untuk gigi avulsi menurut Weine (2004) dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu perawatan darurat pada daerah yang terkena trauma,
perawat darurat di tempat praktek dokter gigi, dan penyelesaian perawatan
endodontic.
Tindakan darurat di tempat kejadian

Replantasi, untuk meminimalkan nekrosis pada ligamen periodontal. Gigi


yang mengalami avulsi harus cepat dikembalikan pada soketnya.

Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan dari replantasi


adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam soketnya. Waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh
lebih dari 15-20 menit.

Apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan pada
soketnya, maka gigi harus cepat disimpan dalam media yang sesuai sampai
pasien bisa ke klinik gigi untuk replantasi. (Trope, 2002).

Pertolongan pertama pada gigi yang tanggal dibedakan menurut usia gigi,
apakah termasuk gigi susu atau gigi permanen.

Pada anak-anak kurang dari 7 tahun (gigi susu), jika terjadi patah gigi
dapat dilakukan kompres dengan kain yang sudah dibasahi dengan air
dingin pada tempat gigi yang tanggal. Jika anak mau, dapat diberikan es
batu untuk dikulum di mulut untuk mengurangi pembengkakan.

Sedang pada gigi permanen, pertolongan pertamanya antara lain:


1. Pegang gigi yang tanggal pada mahkotanya dan bukan pada akarnya
2. Jangan bersihkan gigi atau menggosoknya dengan benda apapun
3. Bilas gigi dalam air dingin yang mengalir selama 10 detik, biarpun
gigi jatuh di tempat yang kotor sekalipun seperti di got, biarkan gigi
dicuci dengan air bukan sabun atau detergen karena dapat
menghilangkan jaringan gigi.
4. Jika dimungkinkan, masukkan gigi kembali ke mulut ke dalam
tempatnya semula, setelah itu gigit kain yang sudah dibasahi dengan
air dingin untuk menahan gigi yang tanggal pada posisinya

Segera ke dokter gigi / perawat gigi, namun apabila tidak


memungkinkan untuk melakukan replantasi, sebaiknya gigi diletakkan
pada suatu media untuk menyimpan gigi atau transport medium dan di
bawa ke tempat praktek dokter gigi. Media yang bisa digunakan
adalah Hanks Balanced Salt Solution(HBSS), Via span, saliva, dan
susu.

1. HBSS terdiri dari sodium klorid, glukosa, potassium klorida, sodium


bikarbonat, sodium fosfat, kalsium klorid, magnesium klorid, dan
magnesium sulfat. HBSS mampu menjaga dan mempertahankan selsel jaringan perodiontal yang menempel pada gigi.
2. Via span digunakan karena mampu menjaga vitalitas fibroblas.
3. Saliva digunakan sebagai media, sebab saliva merupakan cairan yang
kerap berkontak dengan gigi dan bagian dari rongga mulut. Gigi yang
avulse dapat diletakan di dalam rongga mulut atau di dasar lidah.
Tetapi teknik ini sebaiknya digunakan pada orang dewasa atau remaja,
sebab jika dilakukan pada anak-anak dikhawatirkan gigi tersebut akan
tertelan.

4. Susu terdiri dari berbagai macam antigen yang dapat melawan reaksi
negatif . Susu sering digunakan karena tersedia di rumah.
Tindakan yang dilakukan di Klinik gigi

Tujuan dari emergency visit (tindakan darurat) adalah untuk mereplantasi


gigi dengan kerusakan sel yang seminimal mungkin karena akan
menyebabkan inflamasi dan memaksimalkan jumlah sel ligamen
periodontal yang memiliki potensi untuk meregenerasi dan memperbaiki
kerusakan pada permukaan akar (Trope, 2002)

Pemeriksaan Soket dan Tulang Alveolar

Pemeriksaan soket dilakukan untuk meyakinkan bahwa kondisinya masih bagus


dan memungkinkan untuk dilakukan replantasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara :
Menekan (palpasi) pada permukaan fasial dan palatal dari soket.
Soket dibersihkan dengan larutan salin dan ketika gumpalan darah dan
debris yang berada di dalamnya sudah bersih, periksa dinding soket
apakah terjadi abses atau kolaps.
Pemeriksaan tulang alveolar untuk mengetahui apakah terjadi fraktur
atau tidak (Trope, 2002).
Melakukan pemeriksaan radiografis pada soket dan daerah sekitarnya,
termasuk jaringan lunak. Three vertical angulation diperlukan untuk
mendiagnosis fraktur horizontal pada akar gigi (Trope, 2002)

Tahapan Perawatan Kegawadaruratan

Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


Ketika pasien sampai di tempat praktek, gigi diletakkan di gelas yang
berisi larutan saline (sedikit garam dimasukkan pada air akan
menghasilkan salinitas sekitar 0,7%).
Dilakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien
Periksa area gigi dan lakukan rontgen gigi secepat mungkin.
Apabila gigi sudah dikembalikan ke soketnya, dan tempatnya sudah
sesuai, nyaman, maka gigi tersebut displint.

Apabila gigi belum direplantasi,


tidak boleh mengkuretase gigi atau mensterilisasi bagian akar atau
soket gigi.
Gigi dipegang sepanjang waktu pada bagian mahkotanya saja
dengan sponge yang telah diberi saline.
Buang dengan lembut debris pada permukaan akar dengan sponge
basah. Irigasi soket dengan saline dan jangan membuat akses untuk
kavitas, jangan memotong bagian akar serta jangan sampai terjadi
apikal penestrasi.
Secepat mungkin, gigi avulsi direplantasi pada soket dengan
sponge.
Cek gigi tesebut dengan rontgen.
Lakukan splinting dengan soft arch wire dan dengan etsa asam.
Diberi informasi untuk mengkonsumsi makanan lunak dahulu.
Teknik splinting memungkinkan gerakan fisologis gigi selama
selama penyembuhan dan akan mengurangi insidensi ankylosis.
Teknik splinting yang direkomendasikan adalah fiksasi semi-rigid
selama 7-10 hari.
Penyelesaian Perawatan Endodontik
Gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan perawatan endodontik. Penyelesaian
perawatan endodontic tersebut meliputi:
1. Satu minggu setelah replantasi, siapkan akses kavitas, lakukan saluran akar
debridement dan preparasi berdasarkan panjang akar dari foto rontgen yang
telah dilakukan sebelumnya, lalu tumpat dengan tumpatan sementara seperti
ZOE. Pada gigi dengan apikal yang belum tertutup sempurna, maka tidak
dilakukan ekstirpasi karena pulpa tersebut akan mengalami revitalisasi untuk
melanjutkan perkembangan apikal. Bila pulpa tersebut kemudian menjadi
nekrosis, maka canal debridement dan prosedur apeksifikasi dapat dilakukan.
Untuk mencegah ankilosis, ambil splin pada akhir perawatan.
2. Dua minggu setelah replantasi, tempatkan pasta kalsium hidroksida pada
saluran akar untuk mencegah dan mengurangi eksternal resorpsi. Bila pasta

kalsium hidroksida ditempatkan terlalu cepat, sebelum ligamen periodontal


mengalami regenerasi, hal ini dapat meningkatkan resorpsi.
3. Setelah ligamen periodontal dan apek terlihat terbentuk kembali pada
pemeriksaan radiograf, di mana biasanya memakan waktu 3-6 bulan, buka
kembali gigi tersebut. Bersihkan kembali dinding saluran akar dengan sedikit
preparasi dan isi dengan gutta-percha dan sealer. Inisial kontrol pada bulan
pertama, kemudian dilanjutkan setiap tiga bulan. Eksternal resorpsi biasanya
terjadi pada tahun pertama.
EVALUASI TRAUMA PADA GIGI
Gunakan teknik periapikal dan biseksi untuk mengevaluasi adanya trauma
Tanda- tada fraktur secara radiografis
Adanya garis radiolusensi yang tajam pada struktur anatomis.

Perubahan outline atau bentuk struktur anatomi normal misalnya mandibula


yang tidak simetris menunjukkan adanya farktur. Farktur pada mandibula
biasanya ditandai dengan perubahan occlusal plane di lokasi fraktur

Defek pada garis kortikal luar yang terlihat sebagai deviasi di outline, gap
antara tulang kortikal luar atau steplike defect

Peningakatan densitas tulang yang bisa disebabkan oleh ovelap dua fragmen
tulang

Trauma pada Gigi


Concussion
Penampakan radiografis
Terlihat meluas pada ruang PDL dan biasanya hanya terjadi di bagian apikal
PDL karena gigi terangkat dari soket menyebabkan pergerakan paralel dengan
lamina dura
Pengurangan ukuran kamar pulpa dan saluran akar bisa muncul dalam
beberapa bulan dan tahun setelah trauma
Nekrosis pulpa dapat muncul sebagai hasil karena peningkatan luas kamar
pulpa dan saluran akar dibandingkan dengan gigi yang berdekatan karena
kematian odontoblas bertenggung jawan terhadap secondary dentin. Nekrosis
pulpa juga dapat terjadi bila terdapat lesi periapikal.
Pada kasus yang jarang terjadi resorpsi internal mungkin terjadi.

Luxation
Tampilan radiografis
Memperlihatkan perluasan luka di akar, PDL, dan tulang alveolar
Sedikit elevasi tidak akan terlihat secara radiografis
Indentifikasi dan evaluasi gigi dislokasi membutuhkan beberapa proyeksi
radiografis. Posisi yang turun dari mahkota dari gigi intrude akan terlihat dalam
radiografis. Intrusi dapat menghasilkan obliterasi parsial dari ruang PDL.

Avulsi
Tampilan Radiografis

Pada avulsi yang baru saja terjadi, lamina dura dari soket yang kosong terlihat
dan bertahan hingga beberapa bulan. Penggantian tempat soket dengan
kebutuhan tulang baru membutuhkan beberapap bulan dan tahun.

Ketika tulang baru terbentuk, dinding yang berlawanan dari soket yang
mengalami penyembuhan akan mengurangi luas soket.

Waktu berlalu dan hanya akan ada radiolusen vertikal tipis yang terlihat dan
mirip dengan penampakan saluran akar.

Dalam jarak tertentu, tulang baru yang menggantikan soket akan terlihat
menebal dan akan mirip dengan akar.

Gigi yang lepas dan menyangkut di jaringan lunak dan terlihat di radiograf
dan melebihi processus alveolar.

FRAKTUR GIGI
Fraktur mahkota gigi
Tampilan Radiografis
Menyediakan infromasi mengenai lokasi dan
perluasan fraktur serta kaitannya dengan kamar
pulpa seperti tahap-tahap pertumbuhan gigi yang
terpengaruh.

Dapat juga sebagai sarana kontrol untuk preoperative


dan postoperative

Fraktur akar gigi


Tampilan radiografis
Kebanyakan fraktur terjadi pada 1/3 tengah akar

Kemampuan radiograf untuk memperlihatkan adanya fraktur bergantung


dengan derajat distraksi fragmen dan x-ray beam sejajar dengan plane
fraktur.

Terlihat sebagai garis radiolusen tajam

Luasnya fraktur akan bertambah seiring waktu karena resorpsi

Kalsifikasi dan obliterasi akan terlihat

Fraktur
akar
vertikal
Tampilan

radiografis
Terlihat sebagai garis radiolusen

Tidak bisa memperlihatkan dengan jelas di awal terjadinya fraktur, namun


ketika sudah mulai terbentuk inflamatory lesion, akan terlihat kehilangan
tulang

Perluasan ruang PDL dan kehilang tulang terjadi lebih ke arah mahkota
terhadap tulang alveolar, bukan di apeks.

Lesi dapat meluas secara apikal pada alveolar crest dan menunjukkan lesi
periodontal.

Fraktur
mahkota akar
Tampilan radiografis
Sering tidak terlihat secara radiografis karena sudut cone tidak sesuai

Yang dapat terlihat hanya bila terjadi fraktur vertikar hingga ke akar,

namun sayangnya hal ini jarang terjadi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Gigi 11 Melanie mengalami trauma yang mengakibatkan fraktur kelas 3


(Klasifikasi Ellis) yang akan dirawat dengan Cvek pulpotomy yang kemudian
diberikan antibiotik pascaperawatan dan tetanus toksoid jika terakhir kali
menerima imunisasi tetanus 5 tahun yang lalu.
2. Gigi 21 Melanie yang mengalami trauma 1 tahun yang lalu mengakibatkan
subluksasi, namun akibat trauma tersebut terjadi gangguan neurovaskuler
apikal yang menyebabkan giginya nekrosis dan menjadi diskolorisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kenneth M. Hargreaves et all editor. Cohens Pathways of the pulp.Mosby

Elsevier. 2011
Walton, Torabinejad. 2002. Principle and Practice Endodontics 3rd edition. United
State of America : W.B. Saunders Company.
Louis I. Grossman,etc. Endodontic Practice 11th edition. Philadelphia,
phhsylvania, U.S.A. 1998
Pharoah, Michael J dan White, Stuart C. Oral Radiology
Interpretation 5 th edition. Mosby Elsevier. 2004.
http://pauwpauw.wordpress.com/2010/06/23/23

Principles and

You might also like