Professional Documents
Culture Documents
Metode ilmiah adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh
pengetahuan secara ilmiah yang disebut dengan ilmu. Pada umumnya terdapat lima langkah
sebagaimana dikemukakan juga oleh didit atmadilaga maupun oleh jujun S.Suriasumantri, yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
4. Pengujian hipotesis
Dari uraian diatas kita mengetahui bahwa hipotesis yang berupa pernyataan rasional
perlu disukung oleh fakta-fakta empiris. Utuk itu fakta-fakta yang relevan harus
dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak.
Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan melalui
penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen apakah data empiris
tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima dan apabila
tidak maka hipotesis ditolak. Adapun Karl poper menggunakan istilah falsifikasi, artinya
penyangkalan atau ketidak sesuaian hipotesis sebagai hasil pemikiran rasional dengan
data empiris yang mendukung dikatakan sebagai kebenara.
5. Penarikan kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, maka dapat diambil atau ditarik
kesimpulan apakah hipotesis sebagai jawaban sementara terdapat suatu masalah yang
diajukan dapt diterima atau ditolak. Dalam hal penarikan kesimpulan perlu diketahi
bahwa pada hakikatnya suatu hipotesis dapat diterima selama tidak didapatkan fakta
yang menolak hipotesis tersebut, sebab ada kemungkina bahwa disebabkan oleh
kemajuan teknologi dalam hal peralatan penelitian diperoleh fakta yang menolak
hipotesis tersebut. Oleh karena itu hipotesis yang hingga sekarang tidak ditolak dan
mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, dikatakan memiliki validitas ilmiah atau
kesedihan ilmiah
Suatu hal yang perlu diingat dan diperhatikan ialah bahwa urutan langkalangkahkegiatan tersebut diatas tidak bersifat mutlak, artinya hubungan antara langkah
satu dengan langkah yang lain tidak terkait atau tidak bersifat statis, tetapi bersifat
dinamis dan lebih ditekankan pada logika berpikirnya.(_____)
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris
dalam memperoleh pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian
yang populer ini, karena ilmuan yang mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan
pengamatan, dan mempergunakan data inderawi. Walaupun begitu analisis yang mendalam
terhadap metode keilmuan akan menyingkapkan kenyataan, bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan
dalam usahnya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kombinasi antra
prosedur empiris dan rasional. Epistimologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi, namun
akan diusahakan disini untuk memberikan nilai filosofis yang singkat dari metode keilmuan, sebagai
suatu teori pengetahuan yang terkemuka.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh
pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur yang tentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban yang
tertentu dari pertanyaan yang tertentu pula. Mungkin epistimologi dari metode keilmuan akan lebih
mudah dibicarakan, jika kita mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumus yang mengatur
langkah-langkah proses berfikir, yang diatur dalam suatu urutan tertentu. Kerangka dasar prosedur
ini dapat diuraikan dalam enam langkah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah sebuah teori
pengetahuan yang dipergunakan manusia dalam meberikan jawaban tertentu terhadap
suatu pernyataan. Metode ini menitikberatkan kepada suatu urutan prosedur yang
seksama dimana diperoleh sekumpulan pegetahuan yang diperluas secara terus
menerus dan bersifat mengoreksi diri-sendiri. Metode keilmuan mendasarkan diri pada
anggapan, bahwa terdapat keteraturan yang dapat ditemukan dalam hubungan antara
gejala-gejala, dan bahwa alat pancaindera manusia, (atau alat yang dibuat secara teliti),
pada dasarnya dapat berfungsi secara layak. Lewat pengorganisasian yang sistematis
dan pengujian pengamatan, manusia telah mampu mengumpulkan pengetahuan secara
kumulatif, walaupun yang terus-menerus bertumbuh dan mempunyai peluang yang
besar untuk benar. Walaupun begitu, metode keilmuan tidak mengajukan diri sebagai
sebuah metode yang mebawa manusia kepada suatu kebenaran akhir yang takkan
perbah berubah.
KRITIK TERHADAP METODE KEILMUAN
1. Metode keilmuan membatasi secara begitu saja mengenai apa yang dapat diketahui
oleh manusia, yang hanya berkisar pada benda-benda yang dapat dipelajari dengan
alat dan teknik keilmuan. Jika seoarang ahli kimia memakai postulat dan teknik dari
disiplin keilmuan, dia hanya bisa mempelajari benda-benda yang terikat oleh ruang
lingkup pengertian kimia. Tuntutan bahwa ilmu adalah satu-satunya cara dalam
memperoleh pengetahuan secara syah mempunyai arti bahwa kita hanya
mempertahankan dunia seluas apa yang kita ketahui lewat metode tersebut.
2. Ilmu memperkenalkan tafsiran yang banyak terhadap suatu benda atau kejadian.
Tiap tafsiran mungkin saja benar sejauh apa yang dikemukakakan. Berbagai-bagai
hipotesis yang semuanya adalah syah dapat diajukan dalam menjelaskan
serangkaian fakta tertentu, meskipun tiap hipotesis mungkin mempergunakan
bahasa atau sistem klasifikasi yang berbeda. Kesatuan dan konsistensi dari
pengetahuan keilmuan ternyata tida sejelas apa yang kita duga.
3. Ilmu menggambarkan hakikat mekanistis bagaimana benda-benda berhubungan
satu sama lain secara sebab akibat namun ilmu tidak mengemukakan apakah
hekekat benda itu, apalagi mengapa benda itu ada seperti itu. Pengujian kebenaran
keilmuan pada dasarnya bersifat pragmatis, tentu saja banyak gunanya dalam
mengetahui bahwa jika X, maka Y, tetapi juga manusia ingin tahu apakah
sebenarnya kenyataan itu dan apakah maknanya, alasan eksistensi dari bendabenda itu. Dalam hal-hal seperti diatas ilmu tetap membisu.
4. Pengetahuan keilmuan, meskipun sangat tepat, tidaklah berarti bahwa hal ini
merupakan keharusan, universal maupun tanpa persyaratan tertentu. Pengetahuan
keilmuan hanyalah pengetahuan yang mungkin dan secara tepat terus meneru
berubah. Karena ilmu mengakui bahwa kita mempunyai cukup alasan untuk
berpaling kepada metode-metode yang lain, dalam mengisi pengetahuan yang tidak
terjangkau oleh kegiatan-kegiatan keilmuan.(Suriasumantri, jujun 1997:106-109)