You are on page 1of 33

1 .

Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik


1.1 Anatomi dan faal sistem limbik
Sistem limbik itu melibatkan telenchepalon dan dienchepalon.Sistem limbik disusun oleh :
A.Lobus limbik (broca)
Merupakan bangunan berbentuk huruf C yang melingkari corpuscallosum.
Terdiri dari :
Gyrus subcallosum s.subiculum
Gyrus cingulli
Gyrus parahippocampi
B.Formatio hippocampi
Meliputi :

Hippocampus : Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atassepanjang dasar cornu


inferior ventriculus lateralis.Ujung depannya membentuk pes hippocampi. Dilapisi
ependim,dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudianakan membentuk
fimbria.Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yangmengelilingi thalamus dan menyetu
lagi membentik corpusfornix.Berfungsi dalam proses belajar dan ingatan sekarang.

Gyrus dentatus: Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantarafimbria hippocampi
dengan gyrus gippocampi.Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus.

Subiculum s.gyrus subcallosum : Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus

C.Nucleus amygdaloideus
Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dansebagian di atas cornu inferior
ventriculus lateralis.Berfungsi dalam :
Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati
Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex danreproduksi.

D.Hypothalamus
Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok nuclei, yaitu yang medial dan
lateral yang dipisahkan oleh collumnafornix dan tractus mammillothalamicus.Fungsi dari hipothalamus
antara lain :
Mengontrol sistem saraf otonom
Mengontrol kerja endokrin
Mengontrol suhu tubuh
Mengontrol intake air dan makanan
Mengontrol emosi dan perilaku
Mengontrol irama sikardian
Mengontrol tidur
E.Nucleus anterior thalami
Terletak disekelinling foramen interventriculare. Menerima input darihippocampus via fornix lalu
melanjutkannya ke gyrus cingulli.
F.Nucleus medio dorsalis thalami
Menerima input dari nuclei thalami, cortex prefrontalis, areasubcallosum dan ganglia basalis lalu
mengirimkan output ke cortex prefrontalis.terletak di sekeliling ventriculus tertius.
G.Area septi
Merupakan bagian dari nuclei tel-enchepalon yang dibentuk oleh : cortex area septi, gyrus para
terminalis dan gyrus subcallosum.
Terletak diantara septum pellucidum dengan communissura anterior.Penghubung dari sistem limbik
adalah :
-alveus
-fimbria
-fornix
-tractus mammillatothalamicus
-stria terminalis
-stria medullaris
2

1.2 Faal Sistem Limbik


Peran sistem limbik
menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi, sistem limbik berhubungan dengan
hipotalamus yang berperan penting dalam emosi dan responterhadap stres atau pusat stres (flight or
fight)
mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi
pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif
Sistem Limbik atau otak tengah: yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiriatas Talamus dan
Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek
tetapi juga menjaga homeostatis di dalamtubuh (tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah).
Terlibat dalam emosiketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.
Sistem Limbik mengandung :
Hipotalamus :
Yang sering dianggap sebagian bagianterpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil
(besarnya hanya sepatuhgula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon,
hasratseksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun,sekaligus
mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang
memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar.
Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan hippocampus berfungsi
mengatur emosi manusia dan memori emosi, menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat
terapi operasi otak dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan gejala hiperseks
dan rakus setelah operasi.
Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk menjelaskan struktur tepi sekeliling
regio basal serebrum, dan pada perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh lintasan
neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.
Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur berkaitan, selain mengatur prilaku
emosional juga mengatur kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan
dorongan untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini secara bersama-sama
disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat pengaturannya dengan perilaku.
Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan Fungsi Perilaku dari
Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton, 1997:937)

1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu
makan tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya rasa marah yang hebat dan
keinginan berkelahi.
2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila dirangsang menimbulkan rasa kenyang
dan menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi tenang.
3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak sangat berdekatan dengan
ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan perangsangan pada area kelabu dibagian tengah
mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa
takut dan reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus. Khususnya
pada sebagian besar bagian anterior dan posterion hipotalamus.
Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik, berhubungan dengan semua tingkat limbik.
Hipotalamus mewakili kurang dari 1 persen masa otak,namun merupakan bagian penting dari jaras
pengatur keluaran sistem limbik.
Sebagai contoh perangsangan Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek neurogenik pada sistem
kardiovaskular meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan tekananarteri, peningkatan atau penurunan
frekuensi denyut jantung. Pada umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral hipotalamus
meningkatkan tekanan arteridan frekuensi denyut jantung, sedangkan perangsangan area preoptik
seringmenimbulkan efek yang berlawanan.
Pengaturan gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik lateral berhubungan dengan
pusat lapar, bila daerahini rusak maka pada percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu
makanmenyebabkan kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapatdi nukneus
ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan listrik pada binatang percobaan akan menghentikan
makannya dan benar-benar mengabaikan makanannya.Bila area ventromedial ini rusak secara bilateral
maka, maka binatang tersebut jadirakus, dan terjadi kegemukan yang hebat.(Guyton, 1997:933)

2. Memahami dan menjelaskan gangguan psikotik


PENGERTIAN PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.

ETIOLOGI PSIKOTIK
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan psikotik ini adalah stresor
pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien,
klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien
rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertenu; seringkali,
pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan
dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor yang
penting dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa gejala psikotik adalah
disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai
contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah osipitalis dan temporalis dapat
menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada orang buta dan tuli, juga dapat
menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang mengenai lobus temporalis dan daerah otak
lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis, adalah disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang paling sering terlibat adalah
alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid (LSD) amfetamin, kokain.
Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat
disertai dengan halusinasi akibat zat.

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI (FOLIE A DEUX)


Sifat gangguan menyatakan bahwa perpisahan orang yang tunduk, orang yang memiliki gangguan
psokkotik terbagi, dari orang dominan harus menyebabkan pemilihan dan hilangnya gejala psikotik.
Pada kenyataannya, hal tersebut kemungkinan terjadi kurang dari 40% dari semua kasus. Sering kali
orang yang tunduk memerlukan pengobatan dengan obat antipsikotik, demikian juga dengan orang yang
dominan membutuhkan obat antipsikotik untuk gejala psikoti yang dideritanya. Karena pasien hampir
selalu berasal dari keluarga yang sama, mereka biasanya berkumpul kembali bersama setelah
dipulangkan dari rumah sakit.

KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK


1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a.

Skizofrenia

Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas tersebut telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
b.

Gangguan Skizotipal

Tidak terdapat onset yang pastidan perkembangan serta perjalanannya biasanya menyerupai gangguan
kepribadian.
c.

Gangguan Waham Menetap

Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama (paling sedikit selama 3
bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau gangguan efektif.
Waham ada berbagai macam, yaitu :

1.
Waham kendali pikir (thought of being controlled). Penderita percaya bahwa pikirannya,
perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh kekuatan dari luar.
2.
Waham kebesaran (delusion of grandiosty). Penderita mempunyai kepercayaan bahwa dirinya
merupakan orang penting dan berpengaruh, mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam,
atau benar-benar merupakan figur orang kuat sepanjang sejarah (misal : Jendral Sudirman, Napoleon,
Hitler, dll).
3.
Waham Tersangkut. Penderita percaya bahwa setiap kejadian di sekelilingnya mempunyai
hubungan pribadi seperti perintah atau pesan khusus. Penderita percaya bahwa orang asing di
sekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan radio mengirimkan pesan dengan bahasa sandi.
4.
Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham bizarre, antara lain :
Waham sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa seseorang telah menyisipkan pikirannya ke
kepala penderita); waham siar pikir/thought of broadcasting (percaya bahwa pikiran penderita dapat
diketahui orang lain, orang lain seakan-akan dapat membaca pikiran penderita); waham sedot
pikir/thought of withdrawal (percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya); waham
kendali pikir;waham hipokondri
5.
Waham Hipokondri. Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda yang harus
dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.
6

6.

Waham Cemburu. Cemburu disini adalah cemburu yang bersifat patologis

7.

Waham Curiga. Curiga patologis sehingga curiganya sangat berlebihan

8.
Waham Diancam. Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti, . diancam, diganggu
atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
9.

Waham Kejar. Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang

10.

Waham Bersalah. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah

11.

Waham Berdosa. Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu murung

12.
Waham Tak Berguna. Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga sering berpikir lebih baik
mati (bunuh diri)
13.

Waham miskin. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin.

d.

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna biasanya terjadi dala 2-3
bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.
e.

Gangguan Waham Induksi

Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan sling mendukung dalam
keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang, waham
tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan biasanya menghilang apabila orang-oarang tersebut
dipisahkan. Hampir selalu orang-orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyai gangguan psikotik
yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f.

Gangguan Skizoafektif

Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik yang sama-sama
menonjol dan secara bersamaan ada dalamepisode yang sama.
g.

Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya

Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk gangguan afektif yang
bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik yang tidak memenuhi criteria gejala untuk
gangguan waham menetap.

2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})


a.

Episode Manik

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan
aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.
b.

Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek pasien dan yingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri dari peningkatan afekdisertai penembahan
energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energy dan aktivitas (depresi).
c.

Episode Depresi

Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari
ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
d.

Gangguan Depresif Berulang

Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat. Masing-masing
episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan
dengan gangguan bipolar.
e.

Gangguan Suasana Perasaan Menetap

Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari afek(suasana perasaan),
meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah
atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar. (ii)Distimia, cirri esensialnya ialah
afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f.

Gangguan Suasana Perasaan Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung
lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.

GEJALA- GEJALA PSIKOTIK


A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

Kebingungan atau disorientasi

Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan,
mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alas an
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang
tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)

Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok
sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari
televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)

Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku utama yang secara
umum ada.

Penarikan diri secara sosial

Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri

Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)


Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang dilaporkan
keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi

Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara

Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan supranatural, merasa
dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal

Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang tak lazim di
dalam tubuhnya

Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran

Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui skizofrenia Dimana
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai
realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a.
thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b.
delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar; atau
delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c.

Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
10

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a.
halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b.
arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c.
perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d.
gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan
diri secara sosial.

11

GANGGUAN PSIKOTIK ATIPIKAL LAIN


Psikosis Autoskopik
Penjelasan klasik mengenai fenomena menyatakan bahwa pada sebagian besar kasus sindroma tidak
progresif maupun tidak menimbulkan ketidakmampuan.

Sindroma Capgras
Gejala sindroma ini berespon terhadap terapi. Tetapi jika pasien memiliki gejala sindroma Capgras
sebagai gejala tunggal dari gangguan psikotiknya, klinisi harus melakukan pemeriksaan neuropsikologis
yang luas untuk mengidentifikasi adanya lesi organik yang mungkin menyebabkan sindroma.

Sindroma Cotard
Sindroma biasanya berlangsung hanya beberapa hari sampai minggu dan berespon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada gangguan dasar. Bentuk sindroma jangka panjang biasanya
berhubungan dengan sindroma yang menyebabkan demensia, seperti demensia tipe Alzheimer.

GANGGUAN PSIKOTIK LAIN YANG TIDAK DITENTUKAN


Psikosis Pascapersalinan
Perjalanannya mirip dengan orang pada gangguan mood. Secara spesifik, gangguan mood biasanya
merupakan gangguan episodik, dan pasien dengan psikosis pascapersalinanmengalami episode gejala
lainnya dalam satu atau dua tahun setelah persalinan. Kehamilan selanjutnya adalah berhubungan
dengan peningkatan resiko menderita episode lainnya.

Gangguan Skizofreniform
Prognosis gangguan skizofreniform adalah bervariasi, sesuai kenyataan yang dijawab di dalam DSM-IV
dengan membedakan pasien dengan dan tanpa ciri prognostik yang baik. Ciri prognostik baik yang
dinyatakan di DSM-IV digali dari literatur. Tetapi keabsahan ciri tersebut telah dipertanyakan. Konfusi
atau kebingungan pada puncak episode psikotik adalah ciri yang paling baik dihubungkan dengan hasil
akhir yang baik. Keabsahan ciri lain masih tidak pasti.
Di samping itu, semakin singkat episode penyakit, semakin baik prognosisnya. Terdapat resiko bunuh diri
yang bermakna. Mereka kemungkinan memiliki suatu periode depresi ringan setelah periode psikotik,

12

san psikoterapi ditujukan untuk membantu pasien mengerti episode psikotik tampaknya memperbaiki
prognosis dan kecepatan pemulihan pasien.
Perawatan di rumah sakit seringkali diperlukan dalam pengobatan pasien dengan gangguan
skizofreniform. Perawatan di rumah sakit memungkinkan pemeriksaan, pengobatan dan pengawasan
yang efektif terhadap perilaku pasien. Gejala psikotik biasanya dapat diobati oleh pemberian obat
antipsikotik selama tiga sampai enam bulan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien
dengan gangguan skizofreniform berespon secara jauh lebih cepat terhadap terapi antipsikotik
dibandingkan dengan pasien skizofrenik. Satu penelitian telah menemukan bahwa kira-kira
tigaperempat dari pasien dengan gangguan skizofreniform, dibandingkan dengan hanya seperlima
pasien skizofrenik, berespon terhadap medikasi antipsikotik dalam delapan hari. Terapi elektrokonvulsif
(ECT; electroconvulsive therapy) mungkin diindikasikan untuk beberapa pasien, khususnya pasien yang
dengan ciri katatonik atau terdepresi yang nyata. Percobaan pemberian lithium (Eskalith), atau
valproate (Depakene) mungkin diperlukan untuk pengobatan dan pencegahan (profilaksis) jika pasien
memiliki episode yang rekuren. Psikoterapi biasanya diperlukan untuk membantu pasien
mengintegrasikan pengalaman psikotik ke dalam pengertiannya tentang pikiran, otak dan kehidupan.

Gangguan Skizoafektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan
antara prognosis pasien skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Prognosisnya jauh
lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Insidensi bunuh diri
di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10%.
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi,
dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan psikoafektif
adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa
antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol
thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik
dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan
lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika
satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan
percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif
terhadap terapi antidepresan.

13

Gangguan Delusional
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari 25% dari semua
pasien gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10% menjadi gangguan mood. Kira-kira 50%
pasien pulih pada follow-uo jangka panjang, 20% lainya mengalami penurunan gejalanya dan 30%
lainnya tidak mengalami perubahan.
Pasien dengan waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.
Pada umumnya, pasien dengan gangguan delusional dapat diobati atas dasar rawat jalan. Tetapi, klinis
harusi harus mempertimbangkan perawatan di rumah sakit karena sejumlah alasan tertentu. Pertama,
diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap pada diri pasien untuk menentukan apakah
terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua, pasien perlu
diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan, seperti bunuh diri dan membunuh,
hal tersebut mungkin berhubungan dengan material waham. Ketiga, perilaku pasien tentang waham
mungkin secara bermakna telah mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga atau
pekerjaannya, dengan demikian memrlukan intervensi professional untuk menstabilkan hubungan sosial
atau pekerjaan.
Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling baik jika diobati di rumah sakit, harus diusahakan untuk
membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tersebut gagal, komitmen hukum
mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien bahwa perawatan di rumah sakit
adalah diperlukan, pasien secara sukarela masuk ke rumah sakit untuk menghindari komitmen hokum.

Gangguan Psikotik Singkat


Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang cukup baik. Kecil
kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya dan skizofrenia atau suatu gangguan mood.
Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin diperlukan untuk
pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap
gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu,
lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa
realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan,
pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.

14

FARMAKOTERAPI
Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu obat
antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara adekuat dengan
sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik adalah obat
terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan menolak medikasi karena
mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam system wahamnya. Dokter tidak
boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di rumah sakit, malahan, harus menggunakan
beberapa hari untuk mendapatkan rapport dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping
potensial kepada pasien, sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam memilih suatu obat.
Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah sebagai contoh, haloperidol (haldol) 2 mg dan
meningkatkan dosis secara perlahan-lahan. Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang
cukup dalam percobaan selama enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba. Beberapa
peneliti telah menyatakan bahwa pimozide (Orap) mungkin efektif dalam gangguan delusional,
khususnya pada pasien dengan waham somatik. Penyebab kegagalan obat yang tersering adalah
ketidakpatuhan, dan kemungkinan tersebut harus diperhitungkan.
Jika pasien tidak mendapatkan manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus dihentikan. Pada pasien
yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data menyatakan bahwa dosis pemeliharaan adalah
rendah. Walaupun pada dasarnya tidak ada data yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium
(Eskalith), atau antikonvulsan sebagai contohnya, carbamazepine (Tegretol) dan valproate
(Depakene) di dalam pengobatan gangguan delusional, percobaan dengan obat-obat tersebut
mungkin diperlukan pada pasien yang tidak responsif terhadap obat antipsikotik. Percobaan dengan
obat-obat tersebut harus dipertimbangkan jika seorang pasien memiliki ciri suatu gangguan mood atau
suatu riwayat keluarga adanya gangguan mood.

PSIKOTERAPI
Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu hubungan di mana pasien
mulai mempercayai ahli terapi. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi kelompok.
Terapi suportif berorientasi-tilikan, kognitif, dan perilaku seringkali efektif. Pada awalnya, ahli terapi
tidak boleh setuju atau menantang waham pasien. Walaupun ahli terapi harus menanyakan tentang
waham untuk menegakkan luasnya, pertanyaan terus menerus tentang waham kemungkinan harus
dihindari. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan menekankan
kemauan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan atau iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa
waham yang diobati. Tetapi, ahli terapi tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham
merupakan kenyataan.
Kejujuran ahli terapi yang kokoh adalah penting. Ahli terapi harus tepat pada waktunya dan membuat
perjanjian seteratur mungkin, tujuan yang akan dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling
15

mempercayai dengan pasien. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat meningkatkan permusuhan dan
kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Ahli terapi dapat
menghindari kepuasan yang berlebihan dengan tidak memperpanjang periode perjanjian yang telah
ditentukan, dengan tidak memberikan perjanjian ekstra kecuali mutlak diperlukan, dan tidak toleran
terhadap bayaran.
Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan tentang waham atau gagasan pasien
tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan yang konstruktif. Jika pasien mulai raguragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan tes realitas dengan meminta pasien
memperjelas permasalahan mereka.
Faktor psikodinamika.
Pengalaman internal dari pasien delusional adalah bahwa mereka merupakan korban dunia yang
menyiksa diri mereka. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan yang utama, dan semua kebencian
diproyeksikan kepada orang-orang atau institusi di lingkungan. Dengan mensubtitusi ancaman eksternal
dengan ancaman internal, pasien delusional merasakan suatu pengendalian. Kebutuhan untuk
mengendalikan setiap orang di sekitar mereka mencerminkan harga diri yang rendah pada inti paranoia.
Pasien paranoid mengkompensasi persaan kelemahan dan inferioritas dengan menganggap bahwa
mereka adalah sangat penting sehingga badan pemerintah, orang penting, dan orang penting lain di
dalam lingkungan semuanya sangat memperhatikan diri mereka dan mencoba menyiksanya.
Klinisi yang berusaha mengobati pasien dengan gangguan delusional harus menghormati kebutuhan
pasien akan pertahanan proyeksi. Ahli psikoterapi harus mau berperan sebagai penampung semua
perasaan negatif yang diproyeksikan oleh pasien; tiap usaha untuk mengembalikan perasaan tersebut
secara prematur akan menyebabkan pasien merasa diserang dan dipermalukan. Satu akibat wajar dari
prinsip tersebut adalah bahwa waham tidak boleh ditantang saat bekerja secara psikoterapi dengan
pasien delusional. Malahan, ahli terapi harus semata-mata meminta penjelasan lebih jauh tentang
persepsi dan perasaan pasien.
Pendekatan lain yang berguna dalam membangun ikatan terapetik adalah bersikap empati dengan
pengalaman internal pasien yang sedang dilanda penyiksaan. Mungkin membantu mengeluarkan
komentar, Anda pasti merasa lelah, mengingat apa yang telah anda lalui. Tanpa menyetujui setiap
mispersepsi delusional, ahli terapi dapat menyadari bahwa, dari pandangan pasien, persepsi tersebut
menciptakan penghilangan ketegangan yang baik. Tujuan akhir adalah membantu pasien memiliki
keraguan tentang persepsinya. Saat pasien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritas
yang menyertai depresi dapat timbul. Saat pasien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapetik yang positif telah ditegakkan, dan pekerjaan terapetik yang konstruktif
menjadi dimungkinkan.

16

Terapi keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam rencana
pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus berusaha mendapatkan keluarga
sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai akibatnya, baik pasien dan anggota keluarganya
perlu mengerti bahwa konfidensialitas dokter-pasien akan dijaga oleh ahli terapi dan komunikasi dengan
sanak saudara akan dibicarakan pada suatu saat dengan pasien. Keluarga akan mendapat manfaat
dengan membantu ahli terapi dan dengan demikian membantu pasien.
Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon terhadap
ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan kegagalan yang
dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan penyesuaian sosial, bukannya
menghilangkan waham pasien.

FARMAKOTERAPI
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan psikotik singkat
adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine. Jika dipilih suatu
antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi sebagai contohnya, haloperidol (Haldol) biasanya
digunakan. Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek samping
ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat antikolinergik kemungkinan harus
diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gajala gangguan pergerakan
akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun
benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang
gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping yang lebih
jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan peningkatan
agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang putus obat (withdrawal seizure), yang
biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi
gangguan psikotik singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian
skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu sampai dua minggu pertama
setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan
gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.

MITOS MENGENAI PSIKOTIK


Penyakit jiwa, sampai saat ini masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si
penderita dan keluarganya. Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa pada tingkat yang paling kronis,
seperti hilang ingatan, dengan sebutan yang sebenarnya sangat kasar seperti: sinting, otak miring atau
gila (istilah yang menurut seorang psikolog sudah tidak dipakai lagi dalam dunia psikologi) serta sebutansebutan kasar lainnya. Yang lebih menyedihkan, orang yang sakit jiwa, yang sering kita temui di
17

keramaian atau dijalanan, oleh masyarakat kita dianggap sebagai, meminjam istilah Irwanto, Phd,
sampah sosial yang kotor dan hina. Lihat saja kenyataan, orang-orangmungkin termasuk kita sendiri
jika melihat atau berpapasan dengan orang yang sakit jiwa, dengan sepontan akan menertawakan,
mencemooh, memaki-maki bahkan melemparinya. Menganggap orang yang sakit jiwa sebagai mahluk
kotor, rendah dan hina, bahkan mungkin dianggap lebih hina dari hewan.
Apa yang diungkapkan di atas adalah persepsi umum masyarakat yang sebenarnya keliru terhadap
penderita kelainan mental dalam kadar yang paling kronis yaitu hilang ingatan. Persepsi masyarakat
terhadap penderita kelainan jiwa dalam pengertian yang lebih luas pun mengarah pada persepsi yang
keliru ini.
Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosialekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang
percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu
akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan
merugikan penderita dan keluarganya karena si sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan
tepat.

3. Memahami dan menjelaskan mengenai skizofrenia


DEFINISI
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo; yang artinya retak atau pecah (split), dan Frenia;
yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang
mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami
kemajuan yang pesat dengan ditemukannya mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan antiskizofrenia, sehingga penderita skizofrenia dapat pulih kembali dan dapat kembali menjalani kehidupan
yang normal.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi
khas proses berpikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh
kekuatan dari luar dirinya. Waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang
terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas
intelektual biasanya tidak terganggu.
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin,
yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal.
Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra). Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun
18

1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena
tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi
dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan
kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.

ETIOLOGI
Penyebab skizofrenia belum diketahui dengan pasti. Tetapi, dalam decade yang lalu semakin
banyak penelitian telah melibatkanperanan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk
sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga
disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan patoligi primer di daerah lainnya. Dua jenis
penelitian telah melibatkan sistem limbik sebagai suatu tempat potensial untuk patologi primer pada
sekurangnya satu bagian, kemungkinan bahkan pada sebagian besar pasien skizofrenik.
Menurut pendapat lain. Skizofrenia merupakan aktifitas dopamine otak yang berlebihan. Dilaporkan
juga bahwa kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA) menurun pada skizofrenia kronik dan pada pasien
skizofrenia dengan pelebaran vertikel. Faktor genetik juga mempunyai peranan penting. Seseorang
mempunyai kecenderungan skizofrenia bila mempunyai keluarga seorang skizofrenia, demikian juga
pada kembar monozigot. Ditinjau dari aspek psikososial, disebutkan terdapat defek dan disintegrasi ego.

PATOFISIOLOGI
Hipotesis dopamine pada skizofrenia adalah yang paling berkembag dari berbagai hipotesis, dan
merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut
yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf
pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik,
seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis
reseptor dopamine langsung), baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa
pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia
yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission tomography (PET)
menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang
tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah
homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma, dan urine. Namun
teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan
dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron

19

dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke
neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu primer dan sekunder.
GEJALA
Gejala-Gejala Primer
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama ialah
asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat
pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila dimaksudkan berani. Atau
terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya
piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan
jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan
inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya seorang
perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi dan
dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan blocking,
biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang berpikir, timbul
ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulangulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan
antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan
pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih
dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh
terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya.
Perasaan halus sudah hilang.

Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul
rasa sedih atau marah.
20


Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan
paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of affect dalam bahasa Belanda
hal ini dinamakan inadequat.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya
sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini
merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah
:

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita yang sedang
bermain sandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan
emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan
penderita.

Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat
bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan
tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.
3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil
keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun
alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau
mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian
erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya
mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum sampai
tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia
mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar, sehingga
ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini juga dimasukkan
dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.

21

Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja,
maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan
stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulanbulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita
mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga
oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang
sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak
saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita menggunakan atau membuat
kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya menarik-narik
rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata
atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat
dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibilitas cerea:
bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh.
Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari negativisme : semua
perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia
(penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan
atau pergerakan orang lain).
Gejala-Gejala Sekunder
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak
menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia
raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. waham
dibagi dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran
yang bersifat waham (delutional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Hal ini hampir
patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor
cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia
melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.

22

Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau
ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang
hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi
(oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang
terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan
(taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang
menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan
agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak
organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang
berwarna atau muka orang yang menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun pada
skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya.
Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya penderita
mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau
pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau
yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan
hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.
Depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi juga
ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak ada
simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia mungkin ditemukan
pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat
ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang
esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan
dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya
pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang
23

sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang
biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan
gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.

KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III
skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang
kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak
nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau
katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20
atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan
terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari
kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga
dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat
menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi
oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

24

2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset
biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak
harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar
bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling)
atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi
hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi
dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)
dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat
terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran
pasien.
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas
spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli
eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh
tertentu yang tidak wajar atau aneh);
25

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya
untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang
dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah),
dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis
skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala
lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan
obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat
untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin
ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh
dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe.
PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ
III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12
bulan terakhir ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

26

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode
depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila
gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe
skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi
suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria
untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang
nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom
negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya
kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.
Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka
hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan
perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
- gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau
manifestasi lain dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara
sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.

27

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar
ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi
pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur,
atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya antara lain :
Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari
tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi
Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam
penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic
skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis
skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak
terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering
merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut
mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus
memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline
schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan
dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah
digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk
mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhatihati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain
istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system

28

waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam
mengkomunikasikan informasi.
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan
kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh
gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti
pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (freefloating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi
psikotik secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar,
halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang
normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran
atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking),
dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit
perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap
pengobatan.

PEDOMAN DIAGNOSIS BERDASARKAN PPDGJ III


Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi
gejala skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama
untuk diagnosis. Adapun pedoman diagnosis tersebut yaitu:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a.
- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar diriny; dan
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.

29

b.
- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
dari luar; atau

kekuatan tertentu

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar; atau
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh atau anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginraan khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya biasanya bersifat mistik atau mikjizat;
c.

Halusinasi auditorik

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilku pasien, atau

atau

Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara),

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dari dunia lain.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a.
Halusinasi yang menetap dari panca-indra aoa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif ayng jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
b.
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi daya tertentu (posturing),
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
d.
Gejala-gejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fese nonpsikotik prodromal;
30


Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku peribadi (personal behavour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial.

TERAPI PENYAKIT SKIZOFRENIA


Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita
skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontra indikasi meliputi
neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada
penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh
penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun kren lithium belum terbukti lebih baik dari
neuroleptika, penggunan disarankan sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT)
lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen
neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.
Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor
lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan
social.

MITOS MENGENAI SKIZOFRENIA


Penyakit jiwa, sampai saat ini masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si
penderita dan keluarganya. Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa pada tingkat yang paling kronis,
seperti hilang ingatan, dengan sebutan yang sebenarnya sangat kasar seperti: sinting, otak miring atau
gila (istilah yang menurut seorang psikolog sudah tidak dipakai lagi dalam dunia psikologi) serta sebutansebutan kasar lainnya. Yang lebih menyedihkan, orang yang sakit jiwa, yang sering kita temui di
keramaian atau dijalanan, oleh masyarakat kita dianggap sebagai, meminjam istilah Irwanto, Phd,
sampah sosial yang kotor dan hina. Lihat saja kenyataan, orang-orangmungkin termasuk kita sendiri
jika melihat atau berpapasan dengan orang yang sakit jiwa, dengan sepontan akan menertawakan,
mencemooh, memaki-maki bahkan melemparinya. Menganggap orang yang sakit jiwa sebagai mahluk
kotor, rendah dan hina, bahkan mungkin dianggap lebih hina dari hewan.
Mengapa masyarakat kita menganggap dan memperlakukan orang-orang yang sakit jiwa seperti itu?
Bukankah mereka juga manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang sebelumnya sama mulianya seperti
manusia lainnya? Lalu karena suatu hal, suatu musibah, mereka kehilangan kewarasannya, kehilangan
akal sehatnya. Setelah itu, pantaskah kita menganggapnya sebagai makhluk hina dan tak berharga?
Pantaskah keluarganya, orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, menganggapnya sebagai aib?
Apa yang diungkapkan di atas adalah persepsi umum masyarakat yang sebenarnya keliru terhadap
penderita kelainan mental dalam kadar yang paling kronis yaitu hilang ingatan. Persepsi masyarakat
31

terhadap penderita kelainan jiwa dalam pengertian yang lebih luas pun mengarah pada persepsi yang
keliru ini.
Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosialekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang
percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu
akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan
merugikan penderita dan keluarganya karena si sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan
tepat.

4. Memahami dan menjelaskan mengenai ibadah mahdah


1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba
dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi
merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah
untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka
dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bidah: Sabda Nabi
saw.:
. .
.
.
.
32

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena
kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena
bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang
disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya
bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan
syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah
untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1.Wudhu,
2.Tayammum
3.Mandi_hadats
4.Adzan
5.Iqamat
6.Shalat
7.Membaca_al-Quran
8.Itikaf
9.Shiyam(Puasa)
10.Haji
11.Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

33

You might also like