Professional Documents
Culture Documents
dan
NETTI TINAPRILLA2)
1)
2)
162
farming,
stochastic
PENDAHULUAN
Gula merupakan komoditas strategis dalam
perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang
tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada
saat ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
sekitar 195.5 ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani)
(BADAN PUSAT STATISTIK, 2009). Konsumsi gula per
tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Produksi dalam negeri
selama beberapa kurun waktu cenderung mengalami
penurunan sehingga mengakibatkan Indonesia masih
harus mengimpor tidak kurang dari 2,2 juta ton
(KEMENTERIAN PERTANIAN, 2012).
Setelah mengalami masa kejayaan pada tahun
1930-an dengan produksi mencapai 3,1 juta ton dan
ekspor 2,4 juta ton, industri gula dalam negeri mengalami
pasang surut. Pada tahun 2010, luas areal tanaman tebu di
Indonesia mencapai 448.745 hektar tersebar di Jawa
Timur (43,29%), Lampung (25,71%), Jawa Tengah
(10,07%), dan Jawa Barat (5,87%) (PUSAT DATA DAN
SISTEM INFORMASI PERTANIAN, 2011). Rata-rata
produktivitas tebu pada tahun 1990-an mencapai 7 t
hablur/ha, namun setelah itu hanya mencapai sekitar 5 t
hablur/ha. Rendemen gula sebagai salah satu indikator
produktivitas juga mengalami penurunan sekitar -1,3%/thn
dalam periode 1990-2010 dan mencapai titik terendah
pada tahun 1998 (5,49%) dengan produktivitas hablur
hanya mendekati 4 t /ha (Lampiran 1). Kondisi ini
berubah setelah tahun 2005 di mana rendemen gula mulai
meningkat dan mencapai 7,67% pada tahun 2005. Pada
SRI HERY SUSILOWATI dan NETTI TINAPRILLA : Analisis efisiensi usaha tani tebu di Jawa Timur
COELLI, et
al. (1998)
163
164
SRI HERY SUSILOWATI dan NETTI TINAPRILLA : Analisis efisiensi usaha tani tebu di Jawa Timur
165
166
Tabel 1.
SRI HERY SUSILOWATI dan NETTI TINAPRILLA : Analisis efisiensi usaha tani tebu di Jawa Timur
Tabel 2.
Table 2.
Parameter
delta 0
konstanta
delta 1
umur
delta 2
pendidikan
delta 3
tanggungan
delta 4
jml persil
delta 5
status lahan
delta 6
angg K.tani
delta 7
Akses bank
delta 8
Mata pench
delta 9
migrasi
delta 10
benih
delta 11
jarak tanam
delta 12
ikatan bisnis
delta 13
penyuluhan
sigma-squared (2)
Gamma ()
Nilai log likelihood metode
MLE
Nilai log likelihood metode
OLS
Rataan Indeks Efisiensi
Koefisien
-5,76028
0,03316
-0,58531
2,28946
-2,32443
-3,44764
2,86008
-0,39793
9,20022
-0,46846
-4,81723
0,35508
-2,18868
4,46277
4,47697
0,98588
-96.699
Galat
Baku
1,44783
0,03542
0,09105
0,20530
0,35769
1,02684
0,77092
0,79880
0,92483
0,99085
0,88887
0,96654
0,97337
1,17388
0,46221
0,00415
Ratio-t
-3,97856
0,93600
-6,42853
11,15191
-6,49837
-3,35751
3,70993
-0,49815
9,94806
-0,47278
-5,41948
0,36737
-2,24855
3,80174
9,68601
237,66126
Nyata
*
*
**
***
**
*
*
***
**
*
*
-220.270
0.6724
lebih dari tiga kali kepras dan bibit yang digunakan adalah
bibit lokal. Sebagai implikasinya, untuk meningkatkan
efisiensi usaha tani tebu perlu adanya intervensi pemerintah berupa dukungan bibit unggul, teknik budidaya, dan
permodalan untuk melakukan bongkar ratoon.
Dari sepuluh variabel yang berpengaruh secara
nyata terhadap inefisiensi usaha tani tebu, 6 (enam)
variabel yang berada pada urutan terbesar yang menunjukkan elastisitas inefisiensi, adalah: jumlah persil, status
penguasaan lahan, keanggotaan kelompok tani, status
usaha tani tebu sebagai mata pencaharian utama, jenis
bibit yang dipakai (unggul atau lokal), dan keikutsertaan
pada penyuluhan. Hal ini menunjukkan variabel-variabel
tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
inefisiensi usaha tani tebu dibandingkan variabel lainnya.
Apabila digunakan batasan secara umum indeks
efisiensi usaha tani >0,8 dikatakan memiliki tingkat
efisiensi yang baik dan indeks efisiensi <0,8 dikatakan
memiliki tingkat efisiensi usaha tani yang kurang baik
(COELLI, 1998), maka sebaran petani berdasarkan tingkat
efisiensi dari enam variabel utama diuraikan sebagai
berikut.
Jumlah Persil
Jumlah persil berpengaruh nyata terhadap efisiensi
dengan koefisien negatif, artinya semakin banyak persil
yang dimiliki maka akan menurunkan inefisiensi atau
167
Tabel 4.
168
SRI HERY SUSILOWATI dan NETTI TINAPRILLA : Analisis efisiensi usaha tani tebu di Jawa Timur
169
DAFTAR PUSTAKA
and CHU. S,F, 1977. On estimating the industri
production function. American Economic Review,
58(4): 826-839.
AIGNER D.J,
NASIONAL
2010-2014
(REVISI).
Kementerian
Pertanian. 6.
PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN. 2011.
170
SRI HERY SUSILOWATI dan NETTI TINAPRILLA : Analisis efisiensi usaha tani tebu di Jawa Timur
Lampiran 1. Produksi, produktivitas, dan luas areal tebu di Indonesia Tahun 1990-2010
Appendix 1. Production, productivity and area of sugarcane in Indonesia (1990-2010)
171
No.
Variabel / Variable
1,
2,
Pendidikan / Education
3,
4,
5,
6,
7,
8,
9,
10,
Benih / Seed
11,
12,
13,
14,
Migrasi / Migration
15,
16,
172
Kriteria / Criteria
50 muda
>50 tua
SD
SLTP
SLTA
2
3 sd 5
5
<0,5 sempit
0,5-1,0 sedang
1,0 luas
pemilik
bukan pemilik
<2
2 sd 3
>3
sebagai matapencaharian utama
bukan matapencaharian utama
anggota
bukan anggota
menerima penyuluhan
tidak menerima penyuluhan
berlabel
tidak berlabel
teratur
tidak teratur
ada ikatan
tidak ada ikatan
pernah meminjam
tidak pernah meminjam
melakukan migrasi
tidak melakukan migrasi
<10
10-70
70
<70
70-140
140
Jumlah petani /
Number of farmers
Persentase /
Percentage
093
039
081
021
030
063
063
006
099
030
003
129
003
045
075
012
033
099
054
078
012
120
048
084
120
012
033
099
075
057
006
126
021
099
012
060
066
006
70,45
29,55
61,36
15,91
22,73
47,73
47,73
04,55
75,00
22,73
02,27
97,73
02,27
34,09
56,82
09,09
25,00
75,00
40,91
59,09
09,09
90,91
36,36
63,64
90,91
09,09
25,00
75,00
56,82
43,18
04,55
95,45
15,91
75,00
09,09
45,45
50,00
04,55
173