Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN
1. Mengukur kelarutan barium iodat dalam larutan KCl dengan berbagai kekuatan
ion.
2. Menghitung kelarutan barium iodat ada I = 0 dengan jalan ekstrapolasi.
3. Menghitung koefisien aktivitas rata-rata barium iodat pada berbagai nilai I dan
menguji penggunaan hukum Debye-Huckle.
B. DASAR TEORI
Bronsted, Bjerrum dan other memperlihatkan bahwa laju reaksi ionik
bergantung pada kekuatan ionik dari larutan, karena kekuatan ionik dari larutan
dapat dirubah dengan penambahan garam ionic, ini dikenal sebagai efek garam
primer. Jika ion bermuatan sama (bermuatan positif), dan komplek teraktivasi
membentuk muatan rangkap positif. Molekul-molekul pelarut didekat ion
disebabkan oleh gaya elektrotatik
mereka.
Efek
ini disebut
solver
pengurangan dalam entropi. Jika ion muatan sama faktor frekwensi lebih kecil dari
pada normal.
Dalam suatu reaksi antara ion-ion berlawanan muatan, muatan terasosia
dengan komplek aktifasi menurun, akibatnya menurunkan elektrichor dan entropy
aktivasi positif (Nurwachid, 2006).
Salah satu cara untuk menunjukkan hubungan antara kekuatan ion dan
aktvitas ion adalah mempelajari perubahan kelarutan elektrolit yang sedikit larut
(misalnya Ba (IO3)2) sebagai aikbat adanya penambahan elektrolit lain (bukan ion
senama, misalnya KCl). Agar hukum Debye-Huckel dapat diterapkan, konsentrasi
larutan elektrolit sedikit larut tersebut harus diukur dengan tepat walaupun
konsentrasinya rendah. Selain itu kelarutannya dalam air harus berada dalam
batas kisaran hukum Debye-Huckel, yaitu kelarutan ion<0,01 M untuk elektrolit 1-1
(uni-univalen).
Salah satu elektrolit yang memenuhi kriteria di atas adalah Ba(IO 3)2 yang
konsentrasinya dapat di tentukan dengan menggunakan metode volumetrik yang
sederhana. Dengan menganalisis data yang diperoleh akan didapat koefisien
ativitas rata-rata ().
Aktivitas atau koefisien aktivitas suatu individu ion secara percobaan tidak
dapat ditentukan, karena itu di definisikan aktivitas rata-rata a, dan koefisien
aktivitas rata rata y yang untuk elektrolit 1-2 (uni-bivalen) didefinisikan sebagai
berikut:
a = (a+ a-2)1/3
= ( + -2)1/3
(1)
2 1/3
c = (c+ c- )
Bila nilai konsentrasi (c) dinyatakan dalam mol/liter, maka berdasarkan definisi
diatas di peroleh:
a = .c = Ka1/3 = konstanta
(2)
Dalam hal ini, a adalah hasil kali aktivitas kelarutan yang dapat di turunkan
sebagai berikut:
Ba2+ + 2IO3-
Ba(IO3)2
(3)
2
Ka aBa2 .aIO
(4)
Misalnya dalam larutan terdapat elektrolit lain yang tidak mengandung ion senama
dengan Ba(IO3)2 (misal KCl) dan anggap kelarutan Ba(IO3)2 dalam air adalah s
mol/liter, maka c+ (konsentrasi ion Ba2+ dalam larutan) = s mol/liter dan c(konsentrasi ion IO3- dalam larutan)= 2s mol/liter.
Dari persamaan (1) akan diperoleh:
c = 1,59 s
(5)
(6)
Dalam hal ini so adalah kelarutan teoritis bila y mendekati 1 satu (=1) yaitu
pada keadaan dimana kekuatan ion sama dengan nol (I=0). Karena y selalu
menurun dengan meningkatnya kekuatan ion, maka baik kelarutan dan hasil kali
kelarutan, Ksp (dinyatakan dalam konsentrasi, bukan dalam aktivitas) dari
elektrolit yang sedikit larut akan meningkat dengan adanya penambahan elektrolit
lain yang tidak mengandung ion senama. Jika nilai so dapat ditentukan dengan
jalan ekstrapolasi ke kekuatan ion sama dengan nol, maka y pada berbagai
konsentrasi akan dapat dihitung ( = so/s).
Pada larutan elektrolit, s bergantung pada kekuatan ion yang didefinisikan
sebagai:
I 1/ 2 ci Z i2
(7)
Keterangan:
ci = konsentrasi ion ke-i dalam mol/liter
zi = muatan ion ke-i
Kekuatan ion (I) harus dihitung berdasarkan semua ion yang berada di
dalam larutan. Nilai I terendah yang dapat digunakan untuk mengukur kelarutan
dibatasi oleh kelarutan elektrolit dalam air. Ekstrapolasi ke kekuatan ion sama
dengan nol, dilakukan berdasarkan teori Debye-Huckle untuk elektrolit kuat.
Teori Debye-Huckle menyatakan bahwa untuk larutan dengan kekuatan ion
yang rendah (I<0,01) untuk eletrolit univalen (1-1), koefisien aktivitas rata-rata
suatu elektrolit yang berdisosiasi menjadi ion bermuatan Z+ dan Z- dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Log = -A|Z+.Z-| I )
(8)
A = tetapan dan untuk larutan dengan pelarut air pada suhu 25C nilainya adalah
0,509. Gabungan persamaan (6) dan (8) untuk Ba(IO3)3 diperoleh:
Log s = log so + 2A I
Jadi, pada kekuatan ion yang rendah kurva log s sebagai fungsi
I akan berupa
garis lurus.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
1. Labu erlenmeyer 250 ml
2. Buret
3. Pipet 25 ml
2. Bahan
KCl 0,1 M
Ba(IO3)2 (dapat disiapkan dari pencampuran NaIO3 dan BaCl2)
Na2S2O3 0,01 M
HCl 1 M
KI 0,5 g/L
Kanji
D. CARA KERJA
E. DATA PENGAMATAN
Nomor Labu
Konsentrasi
Volume
Konsentrasi
Kelarutan
Erlenmeyer
larutan KCl
tiosulfat
larutan
(s)
(M)
untuk titrasi
jenuh IO3-
Ba(IO3)2
(mL)
(M)
(M)
Log s
0,1
24
0,104
0,052
-1,283
0,05
13
0,096
0,048
-1,318
0,02
12
0,042
0,021
-1,678
0,01
11,5
0,022
0,011
-1,959
0,005
11
0,011
0,0055
-2,259
0,002
10
0,005
0,0025
-2,602
Aquades
9,5
Nomor Labu
so/s =
Log
0,178
0,42
0,019
-0,427
0,122
0,349
0,442
-0,354
0,0515
0,227
0,571
-0,243
0,0265
0,163
0,682
-0,166
0,01325
0,1151
0,764
-0,117
0,00575
0,076
0,836
-0,077
Erlenmeyer
Grafik
terhadap Log
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Log
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
y = -1.0161x - 0.002
R = 0.9986
-0.5
Grafik
I terhadap log s
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
Log s
-0.5
y = 4.5311x - 2.8061
R = 0.9489
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
Huckle memprediksi bahwa logaritma koefisien ionik rata-rata adalah fungsi linear
dari akar pangkat dua kekuatan ionik dan slopenya bernilai negatif. Koefisien aktivitas
ionik hanya bergantung pada muatan ion dan konsentrasinya. Hubungan antara
keduanya dapat dilihat dari grafik yang diperoleh dari hasil perhitungan. Sesuai grafik
dapat dilihat bahwa koefisien aktivitas ionik rata-rata naik dengan turunnya
konsentrasi.
Hasil percobaan kurang sempurna, mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya:
1. Kekurangtelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat menimbang
bahan.
2. Validitas alat yang digunakan.
3. Kekeliruan analisis data.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Kelarutan barium iodat semakin menurun dalam larutan KCl yang
konsentrasinya semakin rendah dengan kekuatan ion yang semakin besar.
b. Kelarutan barium iodat pada I = 0 dengan ekstrapolasi adalah 1,5 x 10 -3 M.
c. Koefisien aktivitas rata-rata barium iodat ( ) pada berbagai nilai I dapat
dilihat pada tabel lampiran.
d. Koefisien aktivitas ionik rata-rata semakin meningkat dengan turunnya
konsentrasi.
2. Saran
a.
b.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Reaksi Dalam Larutan. OnLine dengan alamat www. Althafunishablog-bab-8-reaksi-dalam-larutan-htm, diakses tanggal 27 April.
Budi Santosa, Nurwachid. 2006. KIMIA FISIKA II. Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES
Tim Dosen Kimia Fisika. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang.
Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Wahyuni, Sri. 2003. Buku Ajar KIMIA FISIKA 2. Semarang. Unnes.
Mengetahui,
Dosen Pengampu
I.
JAWABAN PERTANYAAN
1.
T = 25C
Konstanta dielektrik = 78,5
e = 1,6. 10-19
NA = 6,02.10-23 mol
k = 1,381.10-23 J/mol
A = ......?
H+ + OH-
H2O
e 3 Z1 Z 2
ln =
2N A 1
100
KT 3 / 2
1/ 2
|
]
= 9,5387.10-56.
I= [ c+ ] [ c- ]2
2.
0.01
= c2
0.02
= c2
= 0.141
c = ( c+c-2)1/3
= ( 0.141x0.1412)1/3
= 0.141
Log = -A|Z+.Z-| I )
= -0.509| +1.-2|0.011/2)
= -0.1018
= 0.791
= .c = 0.791x0.141 = 0.11153
J. Lampiran
A. Erlenmeyer 1
1. Konsentrasi larutan jenuh IO3V lar dlm Erleneyer
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0,1 M
V tiosulfat
= V2
= 24 ml
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0.1 M
= 15 ml x M2
M2
= 0,104 M
s
]
2 IO32s
= 0,167 M
= 2s
= 0, 104 /2
0,052 M
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
1/2
= 0. 1781/2 = 0,42
6. log so
= log s - |2A- I |
= -1,283 ( 2 x 0.509 x 0,42)
= -1,71
so = antilog -1, 71
= 0,019
7.
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0.05 M
10
V tiosulfat
= V2
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0.05 M
= 13ml x M2
M2
=13 ml
= 0,096 M
IO3-
s
]
2 IO32s
= 0,096 M
= 2s
= 0,096/2
= 0,048 M
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
= log s - |2A- I |
= -1,318 ( 2 x 0,509 x 0,349)
= -1,673
so = antilog -1,673
= 0,0212
7. so/s = y
= 0,0212 / 0,048
= 0,442
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0,02 M
V tiosulfat
= V2
= 12ml
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0.02 M
= 12ml x M2
M2
= 0,042M
11
IO3-
s
]
2 IO32s
= 0,05 M
= 2s
= 0,042/2
= 0,021 M
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
= log s - |2A- I |
= - 1,678 ( 2 x 0.509 x 0,227)
= - 1,909
so = antilog -1,909
= 0,012
7. so/s = y
= 0,012/ 0,021
= 0,571
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0.01 M
V tiosulfat
= V2
= 11,5 ml
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0,01 M
= 11,5 ml x M2
M2
= 0,022 M
2 IO32s
12
[ IO3- ]
= 0,02 M
= 2s
= 0,022/2
= 0,011 M
Jadi, Kelarutan
Ba(IO3)2
= s = 0,011 M
3. Log s
Log s = Log 0,011 = -1,959
4. Kekuatan ion (I)
KCl K+
Ba(IO3)2
I
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
= log s - |2A- I |
= --1,959 ( 2 x 0,509 x 0,163)
= - 2,125
so = antilog -2,125
= 0,0075
7. so/s = y
=0,0075 / 0,011
= 0,682
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0.005 M
V tiosulfat
= V2
= 11 ml
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0,005 M
= 11 ml x M2
M2
= 0,011 M
2 IO32s
[ IO3- ]
= 0,011 M
= 2s
= 0,011/2
= 0,0055 M
Jadi, Kelarutan
Ba(IO3)2
= s = 0,0055 M
3. Log s
13
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
= log s - |2A- I |
= -2,259 ( 2 x 0,509 x 0,1151)
= -2,376
so = antilog -2,476
= 0,0042
7. so/s = y
=0,0042/0,0055
= 0,764
= V1
= 25 ml
[ KCl ]
= M1
= 0.002 M
V tiosulfat
= V2
= 10 ml
V1.M1
= V2.M2
25 ml x 0,002 M
= 10 ml x M2
M2
= 0,005 M
2 IO32s
[ IO3- ]
= 0,005 M
= 2s
= 0,005/2
= 0,0025 M
Jadi, Kelarutan
Ba(IO3)2
= s = 0,0025 M
3. Log s
Log s = Log 0,0015 = - 2,602
4. Kekuatan ion (I)
KCl K+
Ba(IO3)2
+
Ba2+
Cl+
2 IO3-
14
= log s - |2A- I |
= - 2,602 ( 2 x 0,509 x 0,076)
= - 2,679
so = antilog -2,679
= 0,0021
7. so/s = y
= 0,0021 / 0,0025
= 0,836
= gr.1000/(Mr.V)
= 0.0769x1000/ (214x100)
= 0.00359 mol/lt
= V KIO3
= 5ml
M1
= M KIO3
= 0.00359 mol/lt
V2
= V Na.tiosulfat
M1 x V1
= M2 x V2
0.00359 M x 5 ml
= M2 x 2.1 ml
M2 = 0.00855 mol/lt
= konsentrasi Na.tiosulfat
15