Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
IMAN AKBAR
JEFRY NOVENANTO
AB RENDRA WIJAYA K
D3 TEKNIK KIMIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul HAKIKAT MANUSIA MENURUT
ISLAM
Makalah ini berisikan tentang informasi HAKIKAT MANUSIA MENURUT
ISLAM atau yang lebih khususnya membahas konsep manusia, ekstensi dan tanggung jawab
manusia, hubungan manusia dengan agama dalam islam. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang HAKIKAT MANUSIA
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penyusun
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku
yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil
proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
3
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam Al-Quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam Al-Quran disebutkan 37 kali salah satunya Al-Kahfi : Innama
anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (Al-Muminuum :
33).
Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (Al-Alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (Al-Ahzar : 72). Insan adalah
makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti Al-Zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia
dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1.
Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2.
Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan
4
baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan
memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan
oleh Allah di antanya adalah:
Belajar
Mengajarkan ilmu
Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam
ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun naran
(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT
Manusia
diserahi
tugas
hidup
yang
merupakan
amanat
dan
harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta pegolaan dan
pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan
yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu
hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada
henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok hewan selama
manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia tidak
mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya
6
seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta pancaindera secara baik dan benar, ia akan
menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan:
" Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayatayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
(manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah
(lagi) dari binatang." (QS 7:179)
Di dalam Al-Quran manusia disebut antara lain dengan al-insan (QS 76:1), an-nas
(QS 114:1), basyar (QS 18:110), bani adam (QS 17:70). Berdasarkan studi isi Al-Quran dan
Al-Hadits, manusia (al-insan) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk
beriman kepada Allah dan dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan
mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, mempunyai rasa tanggung jawab
atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A. Rasyid, 1983: 19). Berdasarkan rumusan
tersebut, manusia mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan Tuhan
yang paling sempurna.
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya." (QS 95:4)
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan)
beriman kepada Allah.
" Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi. " (QS 7:172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS 51:56)
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi.
Manusia sebagai makhluk illahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima tahap: (1)
alam gaib, (2) alam rahim, (3) alam dunia, (4) alam barzakh, dan (5) alam akherat. Dari
kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan di dunia merupakan tahap yang
menentukan tahap kehidupan selanjutnya, sehingga manusia dikaruniai Allah dengan
berbagai alat perlengkapan dan bekal agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi,
serta pedoman agar selamat sejahtera di dunia dalam perjalanannya menuju tempatnya yang
kekal di akherat nanti. Pedoman itu adalah agama.
Sesunguhnya manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apa arti ibadah?
Apakah secara ritual menyembah Allah, shalat lima waktu, puasa, zakat, dan berhaji saja?
Bila memang itu maknanya, lalu bagaimana dengan usaha mempertahankan hidup? Apakah
hanya dengan shalat maka hidangan akan disediakan Allah begitu saja? Tentu tidak, kita
sebagai manusia harus berusaha memperoleh makan dan minum. Sebagai manusia kita harus
bekerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Bila ibadah hanya
diartikan sebatas pada ibadah ritual belaka dan tidak memasukkan bekerja sebagai suatu
ibadah pula, maka merugilah manusia karena hanya sedikit dari waktunya untuk beribadah,
bila dibandingkan ibadah dalam artian luas yang tidak terbatas pada ibadah ritual belaka.
Tujuan ibadah:
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertaqwa." (QS 2:21)
10
kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan
bagi manusia menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Islam telah mengatur berbagai perihal
dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang
mengatur ibadah ritual belaka.
Sayangnya, pada saat ini, kebanyakan kaum muslim tidak memahami hal ini. Mereka
memahami ajaran Islam sebagaimana para penganut agama lain memahami ajaran agama
mereka masing-masing, yakni bahwa ajaran agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah
dan dilaksanakan secara ritual, tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
biasanya disebabkan karena dua hal: Pertama, terjadinya gerakan pembaruan di Eropa yang
fikenal sebagai Renaissance dan Humanisme, sebagai reaksi masyarakat yang dikekang oleh
kaum gereja pada masa abad pertengahan atau Dark Ages, kaum gereja mendirikan
mahkamah inkuisisi yang digunakan untuk menghabisi para ilmuwan, cendikiawan, serta
pembaharu. Setelah itu, pada masa Renaissance, masyarakat menilai bahwa Tuhan hanya
berkuasa di gereja , sedangkan di luar itu masyarakat dan rajalah yang berkuasa. Paham
dikotomis ini kemudian dibawa ke Asia melalui penjajahan yang dilakukan oleh bangsabangsa Eropa; Kedua, masih adanya ulama-ulama yang jumud, kaku dalam menerapkan
syariat-syariat Islam, tidak dapat atau tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Padahal
selama tidak melanggar Al-Quran dan Hadits, ajaran-ajaran Islam adalah luwes dan dapat
selalu mengikuti perkembangan zaman. Akibat kejumudan tersebut, banyak kalangan
masyrakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan
menilainya tidak aplikatif. Ini membuat masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.
Paham dikotomis melalui sekularisme tersebut antara lain dipengaruhi terutama oleh
pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842)
mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap:
(1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan
filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui
sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran manusia
tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia masih tetap
percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan
mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka.
Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1)
11
Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup
yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala
masalah di masa lalu tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia
secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama,
untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan
hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama
Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya
memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat
quraniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akherat.
Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
12