Professional Documents
Culture Documents
BERBICARA/BERPIKIR.
BERBICARA/BERPIKIR ADALAH BERTANYA.
BERTANYA ADALAH MENCARI JAWABAN.
MENCARI JAWABAN ADALAH MENCARI
KEBENARAN.
MENCARI KEBENARAN TENTANG TUHAN, ALAM
DAN MANUSIA.
TEORI KEBENARAN
(THEORY OF TRUTH)
I. TEORI KOHERENSI/KONSISTENSI
(The Consistence/Coherence Theory of Truth):
1) Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui sebagai benar.
2) Suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran)
oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima
dan diakui benarnya.
Contoh: Semua manusia akan mati. Si Fulan adalah seorang manusia. Si Fulan
pasti akan mati. Sukarno adalah ayahanda Megawati. Sukarno mempunyai
puteri. Megawati adalah puteri Sukarno.
Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas teori ini adalah Plato (427347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Hegel
dan F.H. Bradley (1864-1924).
Kritik terhadap teori ini adalah tidak mungkinkah terdapat kumpulan proposisi
yang koheren yang semuanya salah?
2. TEORI KORESPONDENSI
(The Correspondence Theory of Thruth):
Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Contoh: Ibu kota Republik
Indonesia adalah Jakarta.
Teori ini digagas oleh Aristoteles (384-322 S.M.),
selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel
(1872-1970). Penganut teori ini adalah mazhab
realisme dan materialisme.
Kritik: how can we compare our ideas with
reality? Apabila sudah diketahui kenyataan
mengapa perlu dibuat perbandingan, padahal
kebenaran sedang dimiliki?
3. TEORI PRAGMATIS
(The Pragmatic Theory of Truth):
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis; dengan kata lain, suatu pernyataan
adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia. Kata kunci teori ini
adalah: kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability),
akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory
consequencies).
Pencetus teori ini adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan
William James.
Kritik: betapa kabur dan samarnya pengertian berguna
(usefull) itu.
1.
2.
3.
ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT
AGAMA
ILMU PENGETAHUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengertian
Objek Ilmu Pengetahuan
Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan
Sikap Ilmiah
Fungsi Ilmu Pengetahuan
Metode Ilmu Pengetahuan
Batas dan Relativitas Ilmu Pengetahuan
Pengertian
Ilmu
Pengetahuan
adalah
pengetahan
yang
mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu:
sistematik, rasional, empiris, eksperimental, umum dan
kumulatif.
Ilmu
Kemasyarakatan
Ilmu Humaniora
(ilmu agama, filsafat,
Bahasa, seni, jiwa,
Sejarah dsb.)
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh
setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya (mempelajari,
meneruskan,
menolak/menerima
serta
mengubah/
menambah suatu ilmu).
Sikap yang seharusnya dimiliki oleh ilmuwan adalah:
1. skeptif (ragu dan sanksi),
2. penasaran (minat, hasrat dan semangat),
3. objektif (menghindari sikap subjektif, emosi, prasangka),
4. jujur intelektual
5. lain-lain (rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb.).
Koleksi
Observasi
Seleksi
Klasifikasi
Interpretasi
Generalisasi
Perumusan hipotesis
Verifikasi/pengujian
Evaluasi/penilaian
Perumusan teori
Perumusan dalil/hukum.
3.
FILSAFAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENGERTIAN
APA YANG MENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
CARA MEMPELAJARI FILSAFAT
OBJEK PENELITIAN FILSAFAT
SISTEMATIKA FILSAFAT
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara bahasa, kata filsafat (bhs. Yunani) berasal dari kata philo dan sofia. Philo
artinya cinta, sophia artinya hikmah, kebijakan. Jadi filsafat berarti cinta
kebijakan (the love of wisdom).
Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, dan orang Yunani Purba sudah
mempunyai tradisi filsafat 500 tahun S.M., tidaklah berarti hanya orang
Yunanilah yang sudah berfilsafat. Azad (dalam Radhakrishna ed., 1952: 14)
menjelaskan: kita mengetahui bahwa Mesir dan Irak telah mengembangkan
tingkat peradaban yang tinggi jauh sebelum Yunani. Kita pun mengetahui bahwa
filsafat Yunani yang paling awal dipengaruhi oleh hikmah Purba Mesir. Plato
dalam tulisan-tulisannya menimba hikmah para pendeta Mesir dengan cara yang
menunjukkan betapa otoritas mereka itu sebagai sumber pengetahuan yang tidak
dapat disangkal. Bahkan Aristoteles maju lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa
para pendeta Mesir Purba adalah para filsuf pertama di dunia ini . Selain Mesir
Purba, yang memiliki tradisi filsafat lebih tua daripada Yunani adalah India dan
Cina.
Objek Filsafat:
1.
2.
Cabang-cabang Filsafat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aliran-aliran Filsafat:
1.
2.
3.
Aliran Metafisika
Aliran Etika
Aliran Teori Pengetahuan
METAFISIKA
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, Ta Meta Ta
Phisica yang berarti sesudah, melampaui, atau di
belakang realitas fisik. Jadi, metafisika berarti ada
melampaui realitas fisik. Sesuatu yang ada di balik
realitas fisik atau melampaui realitas fisik disebut
hakikat.
Karena filsafat, secara keseluruhan, memelajari hakikat,
maka metafisika selain sebagai bagian dari filsafat, juga
dapat dipandang sebagai suatu metode bagi filsafat,
yaitu bagi semua bagian filsafat.
SUBSTANSI
Secara umum substansi dapat disebut benda. Persoalan
yang timbul adalah: Apakah benda itu dapat dibedakan
dari sifat-sifatnya? Apakah di belakang sifat-sifat yang
berubah itu ada sesuatu yang tidak berubah?
ALIRAN METAFISIKA:
I. KUANTITAS:
1.1 Monisme
1.2 Dualisme
1.3 Pluralisme
II. KUALITAS:
2.1 Tetap:
2.1.1 spiritualisme
2.1.2 materialisme
2.2 Kejadian:
2.2.1 mekanisme
2.2.2 teleologi
2.2.3 determinisme
2.2.4 indeterminisme
I. KUANTITAS
1.1 Monisme: aliran yang mengemukakan bahwa
unsur pokok segala yang ada adalah esa, satu.
1.2 Dualisme: aliran yang berpendirian unsur
pokok segala sesuatu adalah dua, yaitu roh dan
benda.
1.3 Pluralisme: aliran yang berpendapat unsur
pokok hakikat kenyataan adalah banyak
(menurut Epmedokles: udara, api, air, dan
tanah).
II. KUALITAS
2.1 TETAP
2.1.1 Spiritualisme: hakikat itu bersifat roh.
2.1.2 Materialisme: hakikat itu bersifat materi.
2.2 KEJADIAN
2.2.1 Mekanisme: kejadian di dunia ini berlaku dengan
sendirinya menurut hukum sebab akibat.
2.2.2 Teologi: kejadian yang satu berhubungan dengan
kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab
akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang
sama.
REALITAS BENDA
Apakah realitas benda itu sesuai dengan penampakannya (appearance) atau sesuatu yang bersembunyi di balik penampakan itu? Menjawab pertanyaan itu muncul
5 aliran, yaitu:
1. Materialisme: hakikat benda adalah materi.
2. Idealisme: hakikat benda adalah ruhani.
3. Dualisme: hakikat benda ada 2, yaitu material dan
immaterial/benda dan roh.
4. Skeptisisme: ragu apakah manusia mengetahui
hakikat.
5. Agnotisisme: manusia tidak dapat mengetahui
hakikat benda.
KOSMOLOGI
Kosmologi adalah filsafat yang menyelidiki hakikat asal,
susunan, tujuan alam besar, bagaimana ia menjadi,
bagaimana ia berevolusi, dan sebagainya.
ANTROPOLOGI
Antropologi: membicarakan hakikat manusia dari segi
filsafat. Apakah manusia itu? Apa dan dari mana
asalnya? Apa akhir atau tujuannya?
TEOLOGI
Teologi: cabang filsafat yang membicarakan tuhan dari
segi pikiran/akal. Apakah tuhan itu ada? Bukti keberadaannya apa? Sifatnya, susunannya, kemauannya?
Mengenai hal ini muncul isme-isme:
1. Teisme: monoteisme, triniteisme, politeisme, panteisme.
2. Ateisme.
3. Agnotisisme.
ALIRAN ETIKA:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Naturalisme
Hedonisme
Utilitarisme
Idealisme
Vitalisme
Teologis
EPISTEMOLOGI
Membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh manusia melalui berbagai cara dan berbagai alat. Ada beberapa
aliran tentang ini:
1. Empirisme: manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (indera)-nya. John
Locke (1632-1704), yang dianggap sebagai bapak aliran ini, mengemukakan teori tabula
rasa (meja lilin). Maksudnya, bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan,
lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan.
Sesuatu yang tidak bisa diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar.
Kelemahan aliran ini adalah:
1) indera terbatas: benda yang jauh
2) indera menipu: orang sakit
3) objek menipu: fatamorgana
4) indera dan objek: tidak bisa melihat gajah secara keseluruhan.
Kesimpulannya: empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
2. Rasionalisme
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Bapak aliran ini adalah Rene Descartes
(1596-1650). Aliran ini dapat mengoreksi kelemahan
keterbatasan kemampuan indera.
Kerja sama empirisme dan rasionalisme melahirkan
metode sains; dari metode ini lahirlah
pengetahuan sains.
Kerja sama indera dan akal belum mampu
memperoleh pengetahuan yang utuh. Ia harus
dibantu oleh intuisi.
3. Positivisme
indera itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu
dan diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen
memerlukan ukuran yang jelas. Jadi, kebenaran
diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang
terukur. Terukur inilah yang merupakan sumbangan
positivisme.
Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857).
4. Intuisionisme
Tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas.
Akal hanya memahami suatu objek bila ia
mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi manusia
tidak mengetahui keseluruhan objek, tidak juga
memahami sifat-sifat yang tetap pada objek.
ALIRAN-ALIRAN LAINNYA:
1.
2.
3.
4.
5.
Eksistensialisme
Pragmatisme
Fenomenologi
Positivisme
Aliran Filsafat Hidup
FILSAFAT MORAL
I. Pengertian
1. Etika dan Moral
1.1 Pengertian etika:
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Secara ringkas, pengertian tadi bisa disebut
sebagai sistem nilai. Sistem nilai itu bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan
maupun pada taraf sosial.
Kumpulan asas atau nilai moral atau, disebut juga, kode etik.
Ilmu tentang yang baik dan yang buruk.
1.2 Pengertian moral:
Sama dengan etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
1. Agama
2. Kebudayaan
3. Nasionalisme
HATI NURANI
Hati nurani adalah penghayatan tentang baik
dan buruk berhubungan dengan tingkah laku
konkret. Hati nurani memerintahkan atau
melarang kita untuk melakukan sesuatu.
Tidak mengikuti hati nurani berarti menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.
Guilt culture adalah kebudayaan di mana pengertianpengertian seperti dosa (sin), kebersalahan (guilt),
dan sebagainya sangat dipentingkan. Sekalipun suatu
kesalahan tidak akan pernah diketahui oleh orang lain,
namun si pelaku merasa bersalah juga. Ia menyesal dan
merasa tidak tenang karena perbuatan itu sendiri,
bukan karena dicela atau dikutuk orang lain. Jadi bukan
karena tanggapan pihak luar. Dalam guilt culture,
sanksinya tidak datang dari luar, melainkan dari dalam,
dari batin orang bersangkutan. Dapat dimengerti bahwa
dalam guilt culture semacam itu hati nurani memegang
peranan sangat penting.
DAFTAR SUMBER:
Anshari, H. Endang Saifuddin. 1981. Ilmu, Filsafat dan