Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
Oleh :
Wendy Dreifyana M
111710201009/ TEP A
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan kebutuhan yang pada awalnya banyak ditemui di maritim seperti
Indonesia namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan air
semakin meningkat sehingga jumlah air tidak sebanding dengan banyaknya
kebutuhan yang menggunakan air. Oleh karena itu pemerataan pengelolaan air
sangat di butuhkan karena kebutuhan air tidak hanya berguna untuk kebutuhan
pertanian namun juga kebutuhan rumah tangga. Salah satu solusi pemerataan
pembagian air adalah dengan cara irigasi. Irigasi diselenggarakan dengan tujuan
mewujudkan kemanfaatan air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya
petani.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 77 Tahun 2007, Irigasi berfungsi
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil
pertanian yang optimal tanpa mengabaikan kepentingan lainnya. Pengelolaan
irigasi juga merupakan implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka Nasional
(RPJN) 2015-2025 karena Indonesia memiliki modal dasar berupa kekayaan alam
yang melimpah. Untuk
efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada
masyarakat petani, pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah secara terpadu dengan
memperhatikan aset irigasi dengan mengaplikasikan manajemen aset.Manajemen
aset irigasi adalah kegiatan inventarisasi, audit, perencanaan, pemanfaatan,
pengamanan aset irigasi, dan evaluasi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi daerah irigasi tentang jaringan irigasi,
sungai, bangunan dan petak.
2. Untuk mengetahui rata-rata FPR dan tata tanam.
3. Untuk mengetahui grafik debit, kebutuhan air, dan neraca air.
1.3 Lokasi
UPTD Sumbersari, DI Antirogo, Kabupaten Jember. Terletak pada
daerah tropis. Angka temperatur berkisar antara 23C -. 31C, dengan
musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus. Dan
sumber daya lahan berupa padi, polowijo dan tembakau.
pembangunan sebagaimana yang terjadi pada era Orde Baru, dimana pemerintah
sangat mendominasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan PP
(Peraturan Pemerintah) tentang irigasi Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 3,
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian,
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak. Berdasarkan PP (Peraturan Pemerintah) tentang irigasi
Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4, Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah
yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
2.1.1 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki
jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder.
bangunan
ingasi
diperlukan
untuk
menunjang
Komponen Mekanikal Elektrikal (ME) yang terdiri atas pintupintu air dan alat pengangkatnya.
c. Bangunan Gedung;
d. Peralatan OP; dan
e. Lahan.
dikenakan
pada
aset
yang mempunyai
fungsi
ikut
tempat
Alat
a. Komputer dengan aplikasi Microsoft Office, MapInfow, Map
Source dan Google Earth
b. GPS
c. camera digital
d. rollmeter
e. ring sampel
f. alat tulis
3.2.2
Bahan
a. peta daerah irigasi Antirogo
b. data tanaman, data hujan, data debit dan data pembagian air
c. sampel tanah tiap petak (BA1, BA2, BA3, BA4 & BA5)
Aplikasi MapInfow,
Google Earth
Aplikasi Microsoft
Office
GPS, Camera
Digital, Rollmeter,
Ring Sampel
Penulisan Laporan
Finish
Foto, pengukuran
kerusakan saluran,
Sampel Tanah
Rencana Tata
Tanam, Rencana
Pembagian Air
Rencana
Manajemen
Aset
Dari gambar digitasi Peta Daerah Irigasi Antirogo diatas, diketahui luas
daerah irigasi total adalah 115,1 Ha dengan luas masing-masing petak sebagai
berikut : BA1 Ki (petak 1), BA2 Ki (petak 2) luasnya berturut-turut adalah 22,9
Ha; 39,7 Ha. BA3 Ki (petak 3), BA4 Ki (petak 4) dan BA5 (petak 5) sebelah kiri
berturut-turut adalah 12,2 Ha; 16,6 Ha; dan 12,1 Ha. Luasan lahan untuk BA3 Ka
(petak 3), BA4 Ka (petak 4) sebelah kanan berturut-turut adalah 7,1 Ha; 2,1 Ha.
Sedangkan BA5 Te (petak 5) luasnya 2,6 Ha. Data tersebut berbeda dengan data
yang diperoleh dari dinas pengairan yaitu 144 Ha. Pada BA1 Ki (petak 1), BA2 Ki
(petak 2) luasnya berturut-turut adalah 42 Ha; 45 Ha. Untuk luasan pada BA3 Ki
(petak 3), BA4 Ki (petak 4) dan BA5 (petak 5) sebelah kiri berturut-turut adalah
15 Ha; 12 Ha; dan 19 Ha. Luasan lahan untuk BA3 Ka (petak 3), BA4 Ka (petak
4) sebelah kanan berturut-turut adalah 9 Ha; 5 Ha. Sedangkan BA5 Te (petak 5)
luasnya 9 Ha
Perbedaan perolehan data antara digitasi peta melalui map infow dengan
data yang diperoleh dari dinas pengairan kemungkinan dikarenakan beberapa
faktor antara lain kesalahan pada proses digitasi saat input data. Perbedaan data
juga dapat dikarenakan periode atau jangka waktu antara waktu praktikum dengan
data terakhir yang diperoleh jauh karena bisa jadi saat periode waktu tersebut
Luas Tekstur
Perkolasi
A.1 Ki
1,50 mm/hari
A. 2 Ki
1,50 mm/hari
A. 3 Ki
15
2,70 mm/hari
A. 3 Ka
1,50 mm/hari
A. 4 Ki
1,50 mm/hari
A. 4 Ka
A. 5 Te
A. 5 Ki
19
Jumlah
156
2,70 mm/hari
mm/hari
2,70 mm/hari
hand
feeling. Diambil beberapa sampel tanah pada bagian petak tersier dengan
menggunakan ring sample. Tekstur tanah yang terdapat pada wilayah DI Antirogo
adalah liat berdebu dan lempung liat berdebu dengan nilai perkolasi berturut-turut
senilai 1,5 dan 2,7 mm/ hari.
Tekstur dan jenis tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kebutuhan air tanaman. Dari jenis tanah atau tekstur tanah tersebut pula
dapat diketahui bagaimana cara pengolahan tanahnya, cara pemberian air dan
tanaman apa yang cocok untuk ditanam pada daerah tersebut. Berdasarkan tekstur
tanah yang sudah diketahui, tanaman yang cocok ditanam pada DI Antirogo
adalah jenis palawija dan padi.
Debit (lt/dtk)
350
300
250
200
150
100
50
0
Periode 1
Periode 2
Periode 3
Jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
Bulan
200
150
100
Defisit
Defisit
Curah Hujan
(CH)
50
Surplus
-50
10
15
Periode Bulan
Grafik neraca air umum diatas menunjukkan hubungan antara tinggi kolom air
dengan periode per bulan serta mengetahui jumlah air tersebut baik kelebihan
(surplus) maupun kekurangan (defisit). Kondisi air yang telah diketahui surplus
dan defisitnya dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta
dapat juga untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya. Bulan defisit terjadi pada
Januari hingga Mei dan surplus pada bulan Juni sampai September.
b. Neraca Air Lahan
200
150
100
Defisit
Defisit
50
ETP adj.
ETP adj. x Kc
Surplus
0
-50
10
15
Periode Bulan
Grafik neraca air lahan diatas menunjukkan hubungan antara tinggi kolom air
dengan periode per bulan serta mengetahui defisit yang menunjukkan bahwa
lahan kelebihan kuota debit air atau surplus yang menunjukkan lahan kekurangan
kuota debit.
Nomenklatur
1 D. Antirogo
Bendung
R. A. 1
Saluran 1
2 B. A. 1a
Talang
Drain
3 B. A. 1b
Inlet
4 B. A. 1c
TMH
Pelimpah
4 B. A. 1d
samping
Drain
B.A.1e
Inlet
6 B. A. 1f
Talang
Drain
Inlet dan
Plat
7 B. A. 1g
Titian
Bangunan
8 B. A. 1
sadap
R. A. 2
9 B. A. 2a
Talang
10 B. A. 2b
TMH
Plat
11 B. A. 2c
Titian
Bangunan
12 B. A. 2
sadap
14 R.A.3
Plat
13 B. A. 3a
Titian
Jembatan
14 B. A. 3b
kendaraan
15 B. A. 3c
Talang
Bangunan
16 B. A. 3
sadap
R.A.4
Bangunan
17 B. A. 4
sadap
R.A.5
Bangunan
18 B. A. 5
sadap
Luas
kondisi
(A)
(K)
Fungsi(F) Kondisi (P) Rangking
144
3
4
6,25
8
144
1
3 3,727499075
2
144
3
4
6,25
8
144
144
3
1
4
1
6,25
1
8
1
144
6,25
144
144
4
4
4
4
6,6
6,6
14
14
144
6,25
144
104
104
104
3
3
3
4
3
3
4
4
4,427499075
5,209824041
7,354355068
7,766198951
3
4
16
17
104
4 7,766198951
17
104
69
3
3
3 5,209824041
3 6,396099038
4
13
69
3 5,384857872
69
69
3
2
4 9,028938981
3 5,890478455
19
7
69
45
4
3
4 9,534559564
4 11,18033989
20
21
45
28
4
3
4 11,80643892
4 14,17366774
22
23
28
4 14,96739313
24
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA