You are on page 1of 10

DEGLOVING

Pendahuluan

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia, juga mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi
utama kulit adalah proteksi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan
pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya gesekan atau tarikan. Trauma
mekanis ini yang menyebabkan terjadinya degloving.(2)
Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan variasi
kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya struktur yang
menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya, kadang masih ada kulit yang
melekat dan ada juga bagian yang terpisah dari jaringan dibawahnya. Degloving dapat
juga berhubungan dengan permukaan pada jaringan lunak, tulang, persarafan ataupun
vaskuler. Jika trauma menyebabkan kehilangan aliran darah pada kulit, maka dapat
terjadi nekrosis. Trauma degloving ini seringkali membutuhkan debridement untuk
menghilangkan jaringan yang nekrosis. Trauma degloving dalam jumlah besar disertai
dengan jaringan yang lebih profunda menyebabkan jaringan terkelupas atau berupa
sayatan.(1)
Degloving paling sering terjadi pada daerah lengan maupun tungkai. Hal ini
biasanya disebabkan oleh trauma mekanis, biasanya oleh karena trauma pada
kendaraan bermotor, trauma akibat kipas angin. Namun juga bisa akibat trauma
tumpul.(3)
Anatomi

Kulit merupakan bagian yang sering mengalami degloving, karena merupakan


bagian dari organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dengan
lingkungan hidup manusia. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Luas

kulit orang dewasa 1.5 - 2 m2 , dengan berat kira-kira 15% berat badan. Tebalnya
antara 1.5 - 5 mm, bergantung pada letak kulit, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan
gizi. Kulit paling tipis di kelopak mata, penis, labium minor dan bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit yang tebal terdapat di telapak tangan dan kaki, punggung, bahu,
bokong.(2)
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu (2)
1. Lapisan epidermis
Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng yang sel selnya menjadi
pipih bila matang dan naik ke permukaan, yang terdiri dari stratum korneum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale dengan melanosit, juga
tidak terdapat pembuluh darah. Pada telapak tangan dan kaki, epidermis sangat
tebal untuk menahan robekan dan kerusakan yang terjadi pada daerah ini. Pada
bagian tubuh yang lainnya, misalnya pada bagian medial lengan atas dan kelopak
mata, kulit sangat tipis.

2. Lapisan dermis
Lapisan dermis ini lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas jaringan
ikat padat yang banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik dan
saraf. Dermis terdiri dari stratum papilare dan stratum retikulare. Tebalnya dermis
berbeda beda pada berbagai bagian tubuh dan cenderung menjadi lebih tipis
pada permukaan anterior dibanding dengan permukaan posterior. Dermis pada
perempuan lebih tipis dibandingkan pada laki laki.
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
yang berisi sel sel lemak. Berfungsi sebagai pengatur suhu dan pelindung bagi
lapisan kulit yang lebih superficial terhadap tonjolan tonjolan tulang.
Di dalam dermis, sebagian besar berkas serabut serabut kolagen berjalan sejajar.
Insisi bedah pada kulit yang dilakukan disepanjang atau antara berkas berkas ini
menimbulkan kerusakan minimal pada kolagen sehingga luka yang sembuh dengan

sedikit jaringan parut. Sebaliknya, insisi yang dibuat memotong berkas berkas
kolagen akan merusaknya dan menyebabkan pembentukan kolagen baru yang
berlebihan sehingga terbentuk jaringan parut yang luas dan jelek. Arah berkas
berkas kolagen ini dikenal sebagai garis insisi ( garis Langer ) dan garis garis ini
cenderung berjalan longitudinal pada extremitas dan melingkar pada leher dan batang
badan. (3)
Struktur lain yang ada pada kulit yaitu kuku, folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. (1)

Etiologi (1,2,3)

Trauma degloving dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain karena


kecelakaan lalu lintas seperti terlindas dari kendaraan atau kecelakaan akibat dari olah
raga seperti roller blade, sepeda gunung, acrobat dan skate board. Trauma degloving
ini mengakibatkan penurunan supplai darah ke kulit, yang pada akhirnya dapat terjadi
kerusakan kulit. Degloving yang luas dan berat biasanya diakibatkan oleh ikat
pinggang dan ketika tungkai masuk ke roda kendaraan. Adapun penyebab lainnya bisa
berupa kecelakaan pada escalator atau biasa juga disebabkan oleh trauma tumpul.
Degloving minimal biasa terjadi pada pasien yang sudah tua, misalnya
benturan terhadap meja. Selain pada extremitas, degloving juga biasa terjadi pada
mucosa mandibula, yang diakibatkan oleh high jump pada acrobat biking atau
kecelakaan lalu lintas.

Klasifikasi

(3,4)

Trauma degloving dibagi 2 yaitu

1. Trauma degloving dengan luka tertutup.(3,7)


Trauma ini jarang terjadi tapi penting diperhatikan karena terjadi pada pasien
dengan multiple trauma, dimana jaringan subkutan terlepas dari jaringan
dibawahnya. Klinis awalnya dari jenis ini seringkali tampak normal pada
permukaan kulit, dapat disertai dengan echimosis. Dan jika tidak dikoreksi, akan
menyebabkan peningkatan dari morbiditas yaitu jaringan yang terkena akan
mengalami necrosis. Untuk itu dilakukan drainase dengan membuat insisi kecil
yang bertujuan untuk kompresi, karena terdapat ruangan yang terisi oleh
hematome dan cairan. Luka degloving yang tertutup terjadi jika ada kekuatan
shear dengan energi yang cukup dalam waktu yang singkat sehingga kulit tidak
terkelupas. Tapi didalamnya kadang dapat terjadi pemisahan antara jaringan
dengan pembuluh darah, hal ini menyebabkan bagian yang atas dari jaringan yang
terpisah menjadi nekrosis karena tidak mendapat aliran darah. Komplikasi dari
traksi dapat mengakibatkan trauma degloving luka tertutup pada kulit sehingga
dapat menyebabkan terjadinya lesi pada kulit. Hal ini mungkin disebabkan oleh
usia lanjut dan kulit yang lemah. Jadi pada trauma degloving tertutup jaringan
subkutan terlepas dari jaringan dibawahnya, sedang bagian luar atau permukaan
kulit tanpa luka atau ada luka dengan ukuran yang kecil.

2. Trauma degloving dengan luka terbuka.


Trauma degloving ini terjadi akibat trauma pada tubuh yang menyebabkan jaringan
terpisah. Gambarannya berupa terangkatnya kulit dari jaringan dibawahnya disertai
dengan luka yang terbuka. Ini merupakan trauma degloving dengan luka terbuka.(3)

Gambaran klinis

Terkelupasnya lapisan kutis dan subkutis dari jaringan dibawahnya, dapat juga
masih terdapat bagian dari kulit yang melekat, ini terjadi pada trauma degloving

terbuka. Gejala klinik yang lain dapat pula ditemukan gambaran permukaan kulit
yang normal atau dapat disertai dengan echimosis, ini terjadi pada trauma degloving
tertutup.(4)
Penanganan

Jika terjadi kehilangan jaringan yang luas dapat terjadi syok dilakukan
penanganan dari syok. Penanganan dari trauma degloving ini berupa kontrol
perdarahan dengan membungkusnya dengan kassa steril pada luka dan sekitar luka,
debridement luka dan dilakukan amputasi bila jaringan tersebut nekrosis. Trauma
degloving seharusnya di lakukan pencucian atau debridemen dari benda asing dan
jaringan nekrotik juga dilakukan penutupan dari luka. Bila lukanya kotor maka
dilakukan perawatan secara terbuka sehingga terjadi penyembuhan secara sekunder,
lukanya bersih dilakukan penutupan luka primer.(8)
Pada trauma degloving tertutup sering tidak diketahui, dimana tidak terdapat
luka pada kulit, yang mana jaringan subkutan terlepas dari jaringan dibawahnya,
menimbulkan suatu rongga yang berisi hematoma dan cairan. Pada degloving tertutup
ini dapat dilakukan aspirasi dari hematome atau insisi kecil selanjutnya dilakukan
perban kompresi. Insisi dan aspirasi untuk mengeluarkan darah dan lemak nekrosis,
volume yang dievakuasi antara 15 - 800 ml ( rata-rata 120 ml ).(6)
Sedang pada trauma degloving dengan luka terbuka, yang mana terdapat
avulsi dari kulit, dilakukan pencucian dari jaringan tersebut yaitu debridement dari
benda asing dan jaringan nekrotik. Pada luka yang kotor atau infeksi dilakukan rawat
terbuka sehingga terjadi penyembuhan secara sekunder. Kulit dari degloving luka
yang terbuka dapat dikembalikan pada tempatnya seperti skin graft dan dinilai tiap
hari, keadaan dari kulit tersebut. Jika kulit menjadi nekrotik, maka dilakukan
debridemen dan luka ditutup secara split thickness skin graft.
Terapi degloving yang sekarang dipakai adalah Dermal Regeneration Template
(DRT), yaitu pembentukan neodermis dengan cara Graft Epidermal. Adapun
tekniknya berupa Full Thickness Skin Graft (FTSG), Split Thickness Skin Graft
(STSG), Pedical Flap atau Mikrovascular Free Flap. Penggunaan DRT merupakan
terapi terbaik untuk trauma degloving dan juga dapat dipertimbangkan sebagai terapi,
jika terdapat kehilangan jaringan sekunder yang bisa menyebabkan avulsi.(5)

Sebelum

dilakukan

FTSG

dan

STSG,

diperlukan

tindakan

berupa

mempersiapkan daerah luka dengan Vacum Assisted Closure ( VAC ). Tiga minggu
setelah terapi VAC, maka pada daerah luka terjadi revascularisasi disertai dengan
terbentuknya jaringan granulasi sehingga siap untuk di graft. Biasanya pada degloving
yang luas, terjadi drainase yang berlebihan, resiko kontaminasi bakteri yang luas dan
cenderung menyebabkan luka yang avaskuler. Ketiga hal tersebut mengakibatkan
sukar sembuh pada luka yang telah dilakukan skin graft. Oleh karena itu dengan VAC
diharapkan drainase lebih terkontrol, kontaminasi bakteri menurun serta terjadi
stimulasi jaringan granulasi pada dasar luka. (5)

Prognosis (4)
Bagian yang hilang pada degloving tidak dapat tumbuh kembali. Jika terjadi
kehilangan jaringan yang minimal, biasanya akan mengering dan sembuh sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, Wim de jong , Buku ajar ilmu bedah , edisi 2 , Jakarta ,
EGC , 2004 ,hal 320-321 , 310-317.
2. Wasitaatmadja. SM. Anatomi Kulit. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin , edisi
ketiga , FKUI ,Jakarta , 2001, hal 3-8.
3. Grant karen .R.N ,Degloving injury , accessed on www.goggle. Com oktober
2006.
4. Lozano.D ,The use of dermal regeneration template for the repair of degloving
injury : a case report , accessed on www.medscape.com , oktober 2006.
5. Wong .K.L , Robert .D.N , Tuner .L.A ,et all management of circumferential
lower extremity degloving injury with the use of vaccum assisted closure ,
accessed on www.medscape.com , oktober 2006.
6. Clifford R. Wheeless, Closed Degloving Injuries: Results following
Conservative Surgery , accessed on www.deroyal.com , may,1992.
7. Revuelta. R, Sandor. G.K.B. Degloving injury of the mandibular mucosa
following an extreme sport accident : A case report . Accessed on
www.goggle.com oktober 2006 .
8. Anonyma Management of specific wounds . Merck & Co , Inc . white
house , NJ USA , 2006.

Makalah 1

DEGLOVING INJURY

Oleh:
Ferdinandes

Pembimbing :
dr. Leonardo Riewpassa, Sp.B-Sp.BP

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS PPDS I


BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

You might also like