Professional Documents
Culture Documents
UJI TERTRAZOLIUM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat
viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya
proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel
embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari
pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan polapola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk
pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk
pengujian yang indikasinya berupa kecambah.
Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti
terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam
pelaksanaan usahatani. Selain itu, benih yang baik atau unggul ditunjang
dengan kultur teknik yang baik, akan dapat meningkatkan berbagai produk
pertanian. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas
benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen,
penjual maupun konsumen benih karena mereka bisa memperoleh
keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu
benih.
Salah satu cara untuk mengetahui viabilitas benih yaitu dengan cara
uji tetrazolium. Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih)
menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga
disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis
karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung
di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Kegunaan uji tetrazolium
cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan
ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui
hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya
berkecambah benih.
22
23
24
sel
hidup
bahan
ini
ikut
serta
dalam
proses
reduksi
25
yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan
berwarna putih (Priandoko 2011).
Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang
efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan
group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah diamati perubahan
warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2) juga merupakan uji
yang efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang lain, yang membentuk
transisi menjadi pengujian kecambah (Hasanah et al 2006).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara II yang berjudul Uji Tetrazollium dilaksanakan pada
hari Rabu, 16 Oktober 2013 pukul 16.30-17.00 WIB di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas, Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. Gelas piala
b. Petridish
c. Oven
d. Kertas pH meter
3. Bahan
a. Benih tanaman jagung (Zea mays)
b. Benih tanaman kacang tanah (Arachis hipogaea)
c. Garam tetrazolium
d. KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O
4. Cara Kerja
a. Merendam benih jagung dan kacang tanah dalam larutan KNO3 1%, 2%,
3%, 4%, dan HNO3
b. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9.078 g KH2PO4
dan 11.876 g Na2HPO4.2H2O (masing-masing dalam 1000 ml air)
c. 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua dicampurkan
d. Mengetes pH larutan dengan pH meter
26
27
Warna
Keterangan
Merah cerah
Benih viabel
Merah cerah
Benih viabel
Merah muda
Benih viabel
Merah muda
sebagian
Benih mati
Merah muda
Benih viabel
lemah
Merah muda
Benih viabel
lemah
Jagung
(Zea mays)
2
Gambar 3.4.2 Foto Benih
Jagung 2
3
Gambar 3.4.3 Foto Benih
Jagung 3
1
Gambar 3.4.4 Foto Benih
Kedelai 1
Kedelai
(Glycine max)
2
Gambar 3.4.5 Foto Benih
Kedelai 2
3
Gambar 3.4.6 Foto Benih
Kedelai 3
28
2. Pembahasan
Uji tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas
benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Metode pengujian tidak
langsung (uji cepat) dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan informnasi
yang cepat, akurat dan efisien, yaitu dianalis dengan berdasarkan proses
metabolisme serta kondisi fisik. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Erni
(2010) bahwa uji tetrazolium merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mengetahui viabilitas benih ataupun untuk mengetahui mati dan hidupnya
benih. Uji Tetrazolium disebut metode tidak langsung karena didasarkan
pada proses metabolisme serta kondisi fisik yang merupakan indikasi tidak
langsung.
Jagung merupakan tumbuhan monokotil yang mempunyai struktur biji
antara lain endosperma, plamula, kotiledon dan radikula. Kedelai
merupakan tumbuhan dikotil yang mempunyai biji yang membelah dan
memiliki struktur biji antara lain plumula, epikotil, hipokotil dan memiliki
kotiledon, sedangkan kacang hijau juga merupakan tumbuhan dikotil yang
mempunyai biji yang dapat membelah dan memiliki struktur biji meliputi
testa, kotiledon, plumula dan radikula. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat
Indah (2009) bahwa biji tanaman dikotil seperti kacang-kacangan, apabila
dibelah menjadi dua, akan mendapatkan struktur biji yang terdiri atas
plumula, hipokotil, radikula, kotiledon dan embrio. Sedangkan, struktur biji
tanaman monokotil, misalnya jagung terdiri atas koleoptil, plumula,
radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma.
Identifikasi struktur tumbuh dilakukan dengan cara membelah benih
searah longitudinal. Pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio,
bukan proses perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih
lama. Prinsip metode tetrazolium adalah bahwa setiap sel hidup akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan
berwarna putih.
29
30
31
2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan uji tetrazolium dalam pengulangannya
diperbanyak lagi supaya praktikan lebih mengerti dan jelas dalam uji
tetrazolium pada benih.
DAFTAR PUSTAKA
Dina, Eny W, Baran W, dan Satiyas I 2007. Pola Topografi Pewarnaan
Tetrazolium sebagai Tolok Ukur Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai
(Glycine max L.Merr.) untuk Pendugaan Pertumbuhan Tanaman di
Lapangan. Buletin Agronomi 35 (2) : 88-95.
Erni 2010. Uji Tetrazolium. http://eni.uji_tetrazolium.com. Diakses tanggal 29
Oktober 2013.
Hasanah M D, Rusmin 2006. Teknologi pengelolaan benih beberapa tanaman obat
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 2(25):68-73.
Indah
2009.
Perkembangan
dan
Pertumbuhan
http://indah.tumbuhan.com. Diakses tanggal 29 Oktober 2013.
tumbuhan.
McDonald M B 2006. Seed Moisture and the Equilibrium Seed Moisture Content
Curve. Journal Seed Tecnology 1 (29) : 7-10.
Priandoko Satriyo 2011. Pengujian Benih di Laboratorium. http://distan.pemdadiy.go.id. Diakses tanggal 29 Oktober 2013.
Soejadi, Nugraha U S, Rasam 2005. Evaluasi Mutu Benih Beberapa Genotype
Padi Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Paertanian Pangan 20 (3) :
17-22.
Utomo Bambang 2009. Uji Tetrazolium dan Daya Hantar Listrik, Salah Satu
Metode Uji Cepat Penduga Mutu Benih. Surabaya: BBP2TP.
Warisno. 2008. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius.