Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif
pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan
sisik. Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama.
Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis. Penyebab dermatitis kadangkadang tidak diketahui penyebabnya. Namun, sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri, dan fungus.
Respons tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi ialah perubahan
kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah :
a. Bagaimana proses terjadinya dermatitis?
b. Apa penyebab dari dermatitis?
c. Bagaimana tanda dan gejala dermatitis?
d. Bagaimana cara mengidentifikasi tanda dan gejala dermatitis?
e. Bagaimana proses pemeriksaan fisik pasien dermatitis?
f. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada penderita dermatitis?
g. Bagaimana cara mencegah untuk tidak terjadinya komplikasi pada
penderita dermatitis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
I. Tujuan umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami tentang asuhan keperawatan
dengan penyakit dermatitis.
II. Tujuan khusus:
a) Mahasiswa mampu memahami definisi penyakit dermatitis.
b) Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dari penyakit dermatitis.
1
mampu
memahami
pemeriksaan
penunjang
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi
dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang
disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan,
kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.
Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah,
berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan. Selulit muncul pada seseorang yang
sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami
selulit dan eksim.
D. Faktor Predisposisi
Keringnya kulit.
Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
Menciptakan
kondisi
yang
terlalu
hangat
untuk
E. Gejala klinis
4
anak,
misalnya
Pada umumnya penderita dermatitis akan meneluh gatal, dimana gejala klinis
lainnya bergantung pada stradium penyakitnya.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
F. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui
kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulangulang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas
dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu,
dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul
karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
Pathway
5
Alergen
(Luar / eksogen : misalnya bahan kimia : deterjen, oli, semen :, fisik : sinar matahari,
suhu , mikroorganisme : mikroorganisme, jamur, dalam /endogen : misalnya dermatitis
atopik.)
Ditangkap oleh APC
MHC-II
complex peptide-MHCII
Dipresentasikan pd sel TH2 dilepas sitokin (IL-4 & IL-13) proliferasi sel B
sekresi IgE.
IgE berikatan pd mast cell melalui FcE receptors (FcERI)
Sensitivitas
Pruritus
Eritema,edema,
hiperpigmentasi,
skuama
Nyeri
Garukan
Gangguan
pola tidur
lichenifikasi
Kerusakan
integritas kulit
Tindakan terapi
Kurang pengetahuan
G. Klasifikasi
6
Gangguan citra
tubuh
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan
ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses
secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi
di
permukaan
kulit.
Selanjutnya
kompleks
HLA-DR-antigen
akan
4. Dermatitis Atopik
8
Dermatitis papulosa
Dermatitis vesikulosa
Dermatitis madidans
Dermatitis eksfloliative
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau agak lonjong,
berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal,
lesi akut berupa vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm ) kemudian membesar
dengan cara berkonploensi atau meluas kesamping. Membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam ( koin ), eritematosa, sedikit edematosa, dan
9
berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar numular.
H. Pemeriksaan fisik
Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a.
Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan
seseorang.
Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan yang
jernih, misalnya cacar air , herpes simpleks. Jika tonjolannya besarbesar lebih dari 1 cm disebut bula, misalnya luka bakar.
Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah, darah
dsb.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluhpembuluh darah setempat yang biasanya kongenital.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut
wanita hamil, orang- orang yang sangat gemuk (daerah gluteal, lipat
bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang melebihi ekstisitisitasnya).
2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin, hangat, deman )
kemudian kelembabannya, psien dehidrasi terasa kering dan pasien
hipertiroidisme berkeringat terlalu banyak.
a.
b.
Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat
kembali ke keadaan semula menunjukkan turgor turun pada pasien
dehidrasi.
c.
d.
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang
telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca
dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang
menguap.
12
Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang
sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal
tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
J. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya
dan perlindungan pada kulit.
Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak
kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa
topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis
14
2) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA)
dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan
histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah
sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear.
Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang
diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat
berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga
merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian
siklosporin
A topikal
menghambat
elisitasi
dari
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi
terdapat
pembebasan
16
histamin,
serotonin,
SRS-A,
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan
berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga
depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit,
mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat
pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan
MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong
dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8.
Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin
yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
17
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya
adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi.
Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin
Diet
Penatalaksanaan
diet
pada
dermatitis
msih
merupakan
masalah
yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab dari
dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi terhadap
makanan. Diet pada penyakit dermatitis adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi
Protein).
a. Tujuan diet dermatitis:
Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung
dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong,
kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,penyu, telur penyu, ular , kacang
tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.
18
Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu,
ragi, semangka, kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei,
stroberi,kayu manis, kakao, coklat
Pengkajian
Menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji
tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk
mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak
lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian,
pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga
ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan
dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri,
obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika,
kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan
mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul
dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat
mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi
regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa
kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan
serupa.
Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang
serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat,
yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
19
Rasa gatal.
Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat
tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas
seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk
memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya
jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak
menurun.
Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan
lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor
ekstremitas.
Dermatitis medikamentosa: adanya riwayat minum obat sebelumnya, setelah itu
timbul reaksi obat mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau
menyeluruh.
2.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri b/d agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula,
garukan berulang
Kerusakan
integritas kulit
20
Intervensi
No
Dx
Hasil
Intervensi
21
Rasional
Mengurangi nyeri px
dapat mengidentifikasi
Dengan KH :
untuk intervensi
selanjutnya.
Melaporkan nyeri
berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi
mengurangi persepsi
guided imagery.
Berpartisipasi dalam
pemberian obat
membantu mengurangi
maupun sistemik;
efek peradangan.
pentoksifilin
kondisi kulit px
menunjukan perbaikan
pelembab selama 2 4
Dengan KH :
Klien akan
mempertahankan kulit
dari kulit.
meningkat.
dengan:
panas.
meningkatkan pruritus.
-Mengungkapkan
peningkatan kenyamanan
kulit.
mengandung pelembab
pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan,
busa.
-Berkurangnya derajat
berkurangnya lecet
karena garukan,
meningkatkan keluhan.
Delegasi : oleskan/berikan
per hari.
Dengan KH :
nyaman meningkatkan
baik.
relaksasi.
Mempertahankan
kondisi lingkungan
yang tepat.
-
Menghindari
Menghindari minuman
konsumsi kafein.
Mengenali tindakan
menjelang tidur.
dikendalikan.
untuk meningkatkan
tidur.
-
Mengenali
pola istirahat/tidur
yang memuaskan.
Melaksanakan gerak
dikonsumsi.
menjelang tidur.
memberikan efek
menguntungkan bila
dilaksanakan di sore
hari.
Memudahkan peralihan
dari keadaan terjaga ke
keadaan tertidur.
pengembangan
kontak mata,ucapan
penyakit/keadaan yang
peningkatan penerimaan
Identifikasi stadium
dirinya berpengaruh
Mengembangkan
psikososial terhadap
peningkatan kemauan
perkembangan.
untuk menerima
keadaan diri.
-
stadium perkembangan,
Berikan kesempatan
pengungkapan perasaan
berpartisipasi dalam
kondisi kulitnya.
tindakan perawatan
-
pengalaman didengarkan
Melaporkan perasaan
dan dipahami.
dalam pengendalian
mengembangkan
situasi.
Menguatkan kembali
menetralkan kecemasan
masalahnya.
Mengutarakan
perhatian terhadap
situasi, ketakutanmerusak
adaptasi klien .
sehat.
Menggunakan teknik
penyembunyian
Memberikan kesempatan
klien membutuhkan
diri.
diri sendiri.
-
membantu meningkatkan
penerimaan diri dan
kekurangan dan
sosialisasi.
Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.
membantu meningkatkan
penerimaan diri dan
menekankan teknik
sosialisasi.
untuk meningkatkan
penampilan.
5
25
dan dijalankan
tentang penyakitnya.
Dengan KH :
-
Memiliki pemahaman
terhadap perawatan
mendapatkan informasi
kulit.
kebanyakan klien
kesalahan
merasakan manfaat.
dapat menjelaskan
konsepsi/informasi.
Melaksanakan mandi,
pembersihan dan
penggunaan obat-obatan
program.
lainnya.
Menggunakan obat
topikal dengan tepat.
alasan terapi.
-
rencana penyuluhan.
Memahami
pentingnya nutrisi
memungkinkan klien
memperoleh cara yang
tepat untuk melakukan
terapi.
dengan terjaganya
hygiene, dermatitis alergi
sukar untuk kambuh
kembali.
3. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan
26
4. Evaluasi
Diagnosa 1
Diagnosa 2
Diagnosa 3
Diagnosa 4
Diagnosa 5
A. Kesimpulan
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus.
Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tandatanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit
bertendensi residif dan menjadi kronis. Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak
diketahui penyebabnya.
Dermatitis kontak merupakan dermatitis yang disebabkan oleh oleh bahan
yang menempel pada kulit atau dermatitis kontak merupakan respon reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering
bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang
iritatif atau alergenik
B. Saran
Bagi orang-orang yang terkena penyakit dermatitis kontak, dengan timbul
gejala-gejala dan faktor predisposisi seperti di jelaskan,segera periksakan kedokter
atau ikuti petunjuk penatalaksanaan seperti dijelaskan tadi. Jika terjadi dermatitis
secara tidak langsung karena tidak cocok dengan bahan yang di gunakan sehingga
menimbulkan dematitis, sebaiknya bahan tersebut tidak dipergunakan lagi agar aman
dari kita.
28
C. Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Prosesproses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
29