You are on page 1of 5

KEDUDUKAN HUKUM SURAT KUASA MENJUAL TERHADAP OBJEK

JAMINAN YANG DIBEBANI DENGAN HAK TANGGUNGAN


Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen : Muhammad Fajar Hidayat S.H., M.H.

Disusun Oleh
Anggra Satria Sitindaon
NPM 120710047

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Putera Batam
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi nikmat dan kasih sayang Nya kepada penulis karena hanya
dengan izin Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Metodologi Penelitian ini dengan baik.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen Pengantar Hukum
Indonesia yang telah memberikan pengarahan, bantuan serta dukungannya kepada
penulis selama membuat tugas karya tulis ilmiah ini.
Seperti kata pepatah Tak ada gading yang tak retak penulis pun
menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun ini masih banyak kekurangan
baik secara sistematika penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu,
penulis memohon saran serta pendapat yang dapat membuat penulis menjadi lebih
baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah mudahan karya tulis yang
penulis buat menjadi bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi
pembacanya.

Batam, Oktober 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaminan pemberian kredit pada hakikatnya berfungsi untuk menjamin
kepastian akan pelunasan utang debitor bila debitor cidera janji atau dinyatakan
pailit. Oleh karena itu dengan adanya jaminan pemberian kredit tersebut maka
akan memberikan jaminan perlindungan bagi keamanan dan kepastian hukum
kreditor bahwa kreditnya akan tetap kembali walaupun nasabah debitornya
wanprestasi, yakni dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit bank yang
bersangkutan.(Gazali dkk, 2010) Untuk memperkecil risiko dalam memberikan
kredit bank harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan iktikad baik dan
kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta
bunganya. Hal-hal tersebut dikenal dengan prinsip 5 C yakni Character (watak),
Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of
economy (kondisi keuangan).( Muhammad, 2010).
Manusia maupun badan hukum tentunya dalam melakukan hubungan hukum
atau perbuatan hukum dapat melakukannya sendiri secara langsung tetapi juga
dapat memberikan kuasa atau perwakilan atau pendelegasian kewenangan kepada
orang lain, dan dalam ilmu hukum, hal ini dikenal dengan istilah Perjanjian
Pemberian Kuasa (lastgeving).(Try Widiyono, 2006). Dalam Perjanjian kredit hal
yang sangat penting adalah adanya subjek dan objek hukum. Subjek hukum
Perjanjian kredit bank adalah para pihak yang akan mengikatkan diri dalam
hubungan hukum di dalam perjanjian kredit. Dalam hal ini pihak yang memberi
kredit adalah Bank dan pihak yang menerima kredit adalah perorangan ataupun
badan hukum.(Johannes Ibrahim, 2004).
Salim HS,( Salim HS., 2006) menjelaskan bahwa perjanjian kredit itu adalah
perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor, dimana kreditor berkewajiban
untuk memberikan uang atau kredit kepada debitor, dan debitor berkewajiban
untuk membayar pokok dan bunga, serta biaya-biaya lainnya sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati antara keduanya. Ahmadi Miru(Ahmadi Miru,
2007) menjelaskan, walaupun dikatakan bahwa kontrak (perjanjian) lahir pada

saat tercapainya kesepakatan mengenai hal yang pokok dalam kontrak tersebut,
namun masih ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu syarat sahnya kontrak
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 BW (KUHPerdata) yaitu :Sepakat mereka
yang mengikatkan dirinya;Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;Suatu hal
tertentu;Suatu sebab yang halal. Perjanjian pemberian kuasa merupakan salah satu
jenis perjanjian bernama. Oleh karena itu, perjanjian pemberian kuasa ini diatur
dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUHPerdata.(Handri Raharjo,
2009)Pada umumnya Pemberian suatu kuasa dapat disamakan dengan pemberian
penawaran yang mengikat. Apabila suatu penawaran telah diterima, maka
terjadilah pengikatan antara pihak yang memberikan penawaran dengan pihak
yang menerima penawaran walaupun kelak ternyata bahwa sebelum penawaran
dilaksanakan, pemberi mencabut penawarannya. Dalam hal demikian penawaran
yang telah diterima harus tetap berlaku, walaupun ada perubahan dalam kehendak
dari pihak yang memberikan penawaran. Setelah penawaran yang diberikan
diterima, pihak yang memberikan penawaran secara kontraktuil terikat dan harus
dianggap melepaskan kewenangannya untuk membatalkan kehendaknya semula.
( Komar Andasasmita, 1990).
Jaminan berupa hak atas tanah dapat memberikan perlindungan dan kepastian
hukum bagi kreditor, karena dapat memberikan keamanan bagi bank dari segi
hukumnya maupun dari nilai ekonomisnya yang pada umumnya meningkat terus.
Namun, tidak semua hak atas tanah dapat menjadi jaminan utang dengan dibebani
Hak Tanggungan, hanya hak atas tanah atau benda yang memenuhi persyaratan
yakni : (Rachmadi Usman, 2011) Hak atas tanah yang hendak dijaminkan dengan
utang harus bernilai ekonomis, bahwa hak atas tanah yang dimaksud dapat dinilai
dengan uang, sebab utang yang dijamin berupa uang; Haruslah hak atas tanah
yang menurut peraturan perundang-undangan termasuk hak atas tanah wajib
didaftarkan dalam daftar umum sebagai pemenuhan asas publisitas, sehingga
setiap orang dapat mengetahuinya;Menurut sifatnya, hakhak atas tanah tersebut
dapat dipindahtangankan, sehingga apabila diperlukan dapat segera direalisasikan
untuk membayar utang yang dijamin pelunasannya; Hak atas tanah tersebut
ditunjuk atau ditentukan oleh undang-undang.

Pasal 20 ayat (2) dan (3) UUHT mengatur tentang Tata Cara Penjualan Objek
Hak Tanggungan secara di bawah tangan dengan syarat-syarat atas kesepakatan
pemberi dan penerima Hak Tanggungan, jika dengan demikian itu akan dapat
diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Pelaksanaan
penjualan hanya dapat dilakukan setelah lewat satu bulan sejak diberitahukan
secara tertulis oleh pemberi dan atau pemegang Hak Tanggungan kepada pihakpihak yang berkepentingan (Pihak debitor dan Pihak ketiga) dan diumumkan
sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar di daerah yang bersangkutan dan atau
media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.
Penjualan objek Hak Tanggungan secara di bawah tangan sebagaimana yang
diatur undang-undang tersebut Tentunya dapat menjadi pilihan bagi penanganan
kredit macet debitor oleh pihak bank dan untuk pelaksanaannya sangat diperlukan
kerja sama dari debitor yang bersangkutan.( M. Bahsan, 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyimpulkan beberapa
permasalahan :
1. Apakah Surat Kuasa Menjual mempunyai kekuatan mengikat terhadap
objek yang dibebani hak tanggungan ?
2. Apakah Surat Kuasa Menjual mempunyai kedudukan hukum terhadap
objek yang dibebani hak tanggungan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah Surat Kuasa Menjual mempunyai kekuatan
mengikat terhadap objek yang dibebani hak tanggungan
2. Untuk mengetahui Apakah Surat Kuasa Menjual mempunyai kedudukan
hukum terhadap objek yang dibebani hak tanggungan
D. Manfaat
1. Sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa terutama jurusan ilmu
hukum tentang surat kuasa menjual
2. Sebagai panduan tentang bagaimana kekuatan mengikat dari surat kuasa
menjual

You might also like