You are on page 1of 26

Judul

: Penerapan
Metode
Eksperimen
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi
Penghantar Panas Pada Siswa Kelas VI SD
Negeri 001 Tana Lia

Nama

: Nurhayati

NIM

: 822162111

Email

: pkpnurhayati@gmail.com

ABSTRAK
Nuhayati. 2014.2. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Materi Penghantar Panas Pada Siswa Kelas VI
SD Negeri001 Tana Lia
Kata Kunci : Metode Eksperimen, Hasil Belajar IPA, Penghantar Panas

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk


meningkatkan hasil belajar IPA materi penghantar panas pada siswa kelas VI SD
Negeri 001 Tana Lia melalui metode eksperimen. Metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal,
mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif untuk hasil observasi
dan kuantitatif untuk hasil belajar. Dari hasil penelitian, diketahui pada siklus I
dari 30 orang siswa hanya 67% siswa yang dapat dinyatakan dan proses
pembelajaran dinilai cukup, sedangkan pada siklus II dari 30 orang siswa terdapat
83% siswa dinyatakan tuntas dan proses pembelajaran dinilai baik. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas VI
SD Negeri 001 Tana Lia pada materi Penghantar Panas setelah diterapkan metode
eksperimen mengalami peningkatan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan

mempunyai

peranan

yang

sangat

penting

dalam

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya pendidikan


sangat perlu untuk dikembangkan dari berbagai ilmu pengetahuan, karena
pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan kecerdasan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional
yang ikut meningkatkankan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan
juga merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dimana
peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung
upaya manusia dalam mengarungi kehidupan.
Ilmu

Pengetahuan

Alam

merupakan

mata

pelajaran

yang

mempermudah siswa untuk terlibat langsung dan menemukan sendiri


pengetahuan mengenai sesuatu karena hakikat IPA secara garis besar
mempunyai tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap
ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,
merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta,
prinsip, konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hatihati, objektif, dan jujur. Maka siswa harus memiliki keterampilan untuk
mengkaji peristiwa-peristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan
metode eksperimen dalam pembelajaran IPA. Melalui eksperimen, siswa
dapat melakukan secara langsung percobaan untuk membuktikan suatu teori
dan konsep IPA yang dipelajari dengan alat dan bahan yang sudah disediakan.
Melalui metode eksperimen pembelajaran jadi lebih berarti dan tidak
membosankan

sehingga

pembelajaran IPA.

dapat

meningkatkan

motivasi

siswa

dalam

Pembelajaran IPA, dalam pelaksanaannya tidak jarang ditemukan siswa


yang malas, takut, jenuh, bosan, dan merasa terpaksa mengikuti pelajaran
tersebut. Hal ini disebabkan karena pelajaran IPA itu sulit, membosankan,
terlalu banyak konsep ditambah lagi dengan guru yang metode pengajaran
yang tidak menarik perhatian siswa untuk mengikutinya. Jika hal ini terus
berlanjut, tentuakan menimbulkan dampak negatif pada hasil pembelajaran
yang menyebabkan hasil siswa akan sangat rendah dan tidak memuaskan. Hal
ini pula yang terjadi di SD Negeri 001 Tana Lia Kabupaten Tana Tidung kelas
VI yang nilai IPA siswanya masih tergolong rendah yang dapat diuraikan
sebagai berikut
1. Identifikasi Masalah
a) Ketika guru bertanya, hanya beberapa siswa yang berani menjawab.
b) Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pelajaran.
c) Siswa kurang memahami konsep pembelajaran.
d) Siswa malu bertanya kepada guru maupun temannya jika kurang
memahami materi.
e) Kurangnya

kosentrasi

siswa

sehingga

beberapa

siswa

tidak

memperhatikan penjelasan guru.


2. Analisis Masalah
a) Selama proses pembelajaran guru hanya menerapkan metode ceramah
sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.
b) Kurangnya media yang digunakan oleh guru saat pembelajaran IPA.
c) Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
d) Guru kurang memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran.
e) Guru kurang memberikan contoh materi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Salah satu cara yang dapat untuk mengatasi pemahaman siswa
terhadap konsep materi yang diajarkan oleh guru adalah dengan
menerapkan metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Djamarah
(2002) adalah cara penyajian pelajaran, di manasiswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam

proses belaja rmengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi


kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri ,mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan dari proses yang dialami.
Sesuai dengan pendapat tersebut, jadi dengan menerapkan metode
ekperimen siswa dilibatkan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
proses pembelajaran akan lebih menarik serta tidak terasa membosankan
karena siswa dituntut melakukan suatu percobaan untuk membuktikan
sesuatu yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan tidak lepas dari
bimbingan guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
permasalahan pada penelitian ini adalah

Bagaimana meningkatkan hasil

belajar IPA materi penghantar panas pada siswa kelas VI SD Negeri 001 Tana
Lia Kabupaten Tana Tidung melalui metode eksperimen?.
C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian
perbaikan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA
materi penghantar panas pada siswa kelas VI SD Negeri 001 Tana Lia
Kabupaten Tana Tidung melalui metode eksperimen.
D. Manfaat Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian perbaikan pembelajaran diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, sebagai motivator agar siswa lebih aktif dalam belajar IPA.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan menerapkan metode eksperimen
untuk dijadikan metode dalam mengajar IPA.

3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman baru untuk menambah pengetahuan


guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran IPA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan
dalam tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil

pengalamannya sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,


2003).
Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan dalam pribadi
siswa

yang

meliputi

pengetahuan,

keterampilan,

sikap,

kebiasaan,

pemahaman maupun pola pikir dan kemampuan lainnya. Perubahan tersebut


dapat dilihat dalam bentuk sikap dan perilaku siswa setelah melewati suatu
proses. Semakin banyak siswa belajar, maka semakin banyak perubahan sikap
atau tingkah laku dalam diri siswa.
Menurut Sanjaya (2006), belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perialaku. Aktivitas mental itu
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Gagne berpendapat bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.
(Suprijono, 2009)
Berdasarkan

beberapa

pendapat

para

ahli

di

atas,

penulis

menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai pengealamn individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.

B. Hasil Belajar
Menurut Bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognititif,
afektif,

dan

psikomotorik.

Domain

kognitif

meliputi

pengetahuan,

pemahaman, menerapkan, menguraikan, merencanakan dan menilai. Domain


afektif meliputi sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi dan
karakterisasi. Domain psikomotorik meliputi keterampilan produktif, tehnik,
fisik, sosial, manajerial dan intelektual. (Suprijono, 2009)
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimiyati dan Mujiono, 2006).
Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku seseorang yang
telah mengalami proses belajar yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku yang dimaksud adalah
unsurmotoris, unsur yang hasil belajarnya dapat dilihat secara nyata atau
jasmaniah (Hamalik,2003).
Hasil belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor (Sudjana, 2009), yaitu :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri manusia sendiri. Faktor
internal terdiri dari faktor biologis (usia, kematangan, kesehatan) dan
faktor psikologis.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia. Faktor
eksternal terdiri dari faktor manusia (keluarga, teman, masyarakat) dan
faktor non manusia.
Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa, baik
pengetahuan maupun keterampilan setelah adanya proses interaksi antara
guru dan siswa, untuk memecahkan masalah yang ada melalui dengan
melibatkan seluruh potensi yang ada pada guru dan siswa.
C. Metode Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (2009) metode pembelajaran ialah cara yang


dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran. Sedangkan Dimiyati (2006) menyatakan, Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya
untuk mencapai tujuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah
sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat
sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan
guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar
(Hamalik, 2003). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah
tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.
Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu
mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai suatu cara,metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang
paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika
memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno
Surakhmad dalam Djamarah (2002) pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
1. Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.
Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana
yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan
instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf
kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya
sama dari hari ke hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan situasi yang diciptakan itu
4. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang
belajar anak didik di sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk
praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.
5. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru
diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan
metode.

D. Metode Eksperimen
Winataputra (2005) mengungkapkan bahwa metode eksperimen
adalah metode mengajar yang dalam penyajian dan pembahasan materinya
dilakukan melalui percobaan atau mencoba sesuatu serta mengamati secara
proses. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) menjelaskan
bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan proses
percobaan.
Roestiyah (2001) mengungkapkan bahwa metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal,

mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil


pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Pengguaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai jawaban dan persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang telah dipelajari.
Menurut Sumiati (2008) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam
melakukan metode ekperimen yaitu :
1. Memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh siswa.
2. Melakukan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja atau pedoman
eksperimen.
3. Melakukan penguatan dari temuan-temuan yang diperoleh dengan cara
tanya jawab, diskusi dan penugasan.
4. Membuat kesimpulan
Sedangkan prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001) adalah
sebagai berikut :
1. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui ekperimen.
2. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol
dengan ketat, urutan eksperimen dan hal-hal yang perlu dicatat.
3. Selama ekperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.
bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen.
4. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil percobaan
siswa, mendiskusikan di kelas dan mengevaluasi dengan tes dan Tanya
jawab.
Menurut Roestiyah (2001), agar penggunaan metode eksperimen itu
efesien dan efektif, maka perlu diperhatika hal-hal berikut ini:
1. Dalam ekperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka

jumlah alat dan bahan atau materi harus cukup bagi tiap siswa.
2. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan harus baik dan bersih.
3. Dalam eksperimen siswa harus teliti dan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
4. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, makaperlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan siswa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu.
5. Tidak semua masalah dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, segi kehidupan sosial dan kenyakinan manusia. Kemungkinan
lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Adapun keunggulan dan kelemahan metode eksperimen menurut
Winataputra (2005) yaitu sebagai berikut:
Keunggulan metode eksperimen yaitu:
1. Membangkitkan rasa ingin tahu.
2. Membangkitkan rasa ingin menguji atau membuktikan sesuatu.
3. Menimbulkan rasa kurang puasa tau ingin lebih baik.
4. Mengaktualisasikan isi pelajaran.
5. Mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.
Sedangkan kelemahan metode eksperimen yaitu:
1. Memerlukan alat dan biaya.
2. Memerlukan waktu yang relatif banyak.
3. Memerlukan motivasi yang cukup.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

E. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitan


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini adalah mata
pelajaran IPA dengan topik penghantar panas.
2. Tempat Penelitian
SD Negeri 001 Tana Lia Kabupaten Tana Tidung yang beralamat di Jalan
Jl. Lapangan RT. 4 Tanah Merah, Kec. Tana Lia.
3. Waktu Pelaksanaan
a. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 08 Oktober 2014
b. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014

F. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Suharmi Arikunto (2007), penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan dan (d) refleksi.
Secara rinci prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
a) Permasalahan

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah : (1) kurang


aktifnya siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang
memahami konsep materi pembelajaranyang disampaikan (2) guru masih
menggunakan metode konvensionaldan siswa kebanyakan terfokus pada
guru sebagai sumber dalam proses pembelajaran(3) serta dengan melihat
nilai ulangan harian IPA untuk pokok bahasan sebelumnya, lebih dari
50% siswa belum mencapai nilai KKM untuk mata pelajaran IPA yaitu
70.
b) Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini
adalah sebagai berikut:
(1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan metode
eksperimenpada sub materi kemampuan benda menghantar panas.
(2) Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk suatu
eksperimen.
(3) Membuat lembar kerja siswa sebagai petunjuk eksperimen untuk
dikerjakan dikelas secara berkelompok.
(4) Membuat alat evaluasi hasil belajar IPA siswa yang dilaksanakan
pada setiap akhir siklus.
(5) Membuat lembar observasiuntuk melihatkondisi belajar mengajar
di kelas pada saat metode eksperimendilaksanakan.
c) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada penelitian ini, setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan yang
masing-masing berlangsung selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Pada
pertemuan I dan II, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dengan alokasi waktu masing-masing
selama 2 jam pelajaran. Pada setiap pertemuan, satu jam pelajaran
pertama

digunakan

untuk

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran

sedangkan satu jam pelajaran selanjutnya digunakan untuk melaksanakan


tes akhir siklus.
d) Tahap Pengamatan

Pada tahap observasi, peneliti bertindak sebagai guru melakukan


kegiatan

belajar

mengajar

dengan

metode

eksperimen,

untuk

mengobservasi aktivitas guru dan siswa di dalam kelas dilakukan oleh


seorang supervisor 2 dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan
untuk mengobservasi hasil belajar siswa dengan tes tiap akhir siklus.
e) Tahap Refleksi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini, peneliti bersama
supervisor 2 mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya pada siklus I. Apakah
terdapat kelemahan dan kelebihan perencanaan serta pelaksanaan
penelitian perbaikan pembelajaran pada setiap siklusnya.
2. Siklus II
a) Permasalahan
Pada siklus I diperoleh hasil belajar bahwa dari 30 siswa hanya 20
orang siswa yang dinyatakan tuntas dengan persentase 67%. Hal ini di
karenakan kerjasama siswa dalam kelompok belum lancar, siswa masih
kesulitan dengan metode yang diterapkan.
b) Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini
adalah sebagai berikut:
(1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan metode
eksperimenpada sub materi kemampuan benda menghantar panas.
(2) Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk suatu
eksperimen.
(3) Membuat lembar kerja siswa sebagai petunjuk eksperimen untuk
dikerjakan dikelas secara berkelompok.
(4) Membuat alat evaluasi hasil belajar IPA siswa yang dilaksanakan
pada setiap akhir siklus.
(5) Membuat lembar observasiuntuk melihatkondisi belajar mengajar
di kelas pada saat metode eksperimendilaksanakan.

c) Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pada penelitian ini, setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan yang
masing-masing berlangsung selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Pada
pertemuan I, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang telah dibuat dengan alokasi waktu masing-masing selama 2
jam pelajaran. Pada setiap pertemuan, satu jam pelajaran pertama
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sedangkan satu
jam pelajaran selanjutnya digunakan untuk melaksanakan tes akhir
siklus.
d) Tahap Pengamatan
Pada tahap observasi, peneliti bertindak sebagai guru melakukan
kegiatan

belajar

mengajar

dengan

metode

eksperimen,

untuk

mengobservasi aktivitas guru dan siswa di dalam kelas dilakukan oleh


seorang supervisor 2 dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan
untuk mengobservasi hasil belajar siswa dengan tes tiap akhir siklus.
e) Tahap Refleksi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini, peneliti bersama
supervisor 2 mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya pada siklus II. Apakah
terdapat kelemahan dan kelebihan perencanaan serta pelaksanaan
penelitian perbaikan pembelajaran pada setiap siklusnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan analisis
data kuantitatif. Data yang diolah secara kualitatif adalah data hasil observasi
berlangsungnya

proses

pembelajaran

yang

menerapkan

metode

eksperimen.Sedangkan data yang diolah secara kuantitatif, adalah data hasil


belajar IPA siswa setelah diterapkan metode eksperimen digunakan rumus
sebagai berikut :

Keterangan :E = Presentase ketuntasan belajar siswa

n = Jumlah siswa yang mencapai nilai 70 dari skor maksimal


N = Jumlah seluruh siswa(Sudjana,2009)
Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah :
1. Ketuntasan perorangan, seseorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila
telah mencapai skor 70 dari skor maksimal 100.
2. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat
minimal 80% dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan individual.
(Depdiknas : 2003)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sebelum

melaksanakan

metode

eksperimen,

permasalahan

yang

diperoleh yaitu nilai ulangan harian pokok bahasan sebelumnya, jumlah siswa
yang tuntas hanya 53% dengan nilai rata-rata 67,50. Hal ini berarti indikator
keberhasilan belum tercapai, sehingga perlu diadakan perbaikan.
Perbaikan ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari
satu pertemuan. Setiap pembelajaran dalam siklus, aktivitas guru dan siswa
akan observasi oleh supervisor 2 dengan menggunakan lembar observasi dan
pada akhir siklus akan diberikan tes akhir siklus untuk mengetahui kemampuan
siswa. Kemudian hasil tes dan observasi tersebut dianalisis untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan hasil belajar dan proses pembelajaran IPA dengan
menerapkan metode eksperimendan juga sebagai bahan refleksi. Apabila
permasalahan tersebut belum terselesaikan, maka akan dipecahkan pada siklus
berikutnya. Adapun hasil penelitian pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran yang
berkaitan dengan konduktor dan isolator. Pada setiap pertemuan
diberikan penjelasan singkat mengenai materi, setelah itu diberikan tugas
kelompok berupa LKS dan alat serta bahan untuk melakukan suatu
eksperimen. Dalam pembelajaran ini, siswa ditekankan untuk bekerja
sama dengan teman kelompoknya untuk melakukan suatu eksperimen
dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan melalui petunjuk

yang ada di LKS. Setiap akhir siklus guru mengadakan tes, selain itu
peneliti mempersiapkan lembar observasi.

b. Pelaksanaan
Peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada siklus I kegiatan
awalnya guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara heterogen, lalu
guru menjelaskan metode yang akan diterapkan kepada siswa kemudian
memberikan apersepsi. Setelah itu, guru menjelaskan materi secara
singkat. Kemudian guru memberikan masing-masing siswa LKS dan alat
serta bahan yang selanjutnya harus mereka kerjakan secara berkelompok
untuk melakukan suatu eksperimen.
Selama proses pembelajaran berlangsung masih banyak dari
anggota kelompok yang masih belum bisa bekerja sama, hal ini
dikarenakan siswa yang pandai tidak mau berbagi dengan anggota
kelompoknya yang masih kurang.
c. Hasil Observasi
Hasil observasi siklus I dilakukan oleh supervisor II dengan
menggunakan pedoman penilaian observasi untuk mengetahui aktivitas
pembelajaran pada saat menerapkan metode eksperimen. Berdasarkan
hasil observasi, aktivitas pembelajaran dengan menerapkan metode
eksperimen belum terlaksana secara maksimal. Hal ini dilihat dari
beberapa deskriptor pada lembar observasi siklus I masih dinilai cukup.
Seperti guru masih kurang dalam memotivasi siswa, pemberian
penguatan pada penemuan yang diperoleh belum maksimal, dan siswa
belum secara aktip pada saat proses tanya jawab.
d. Hasil belajar
Hasil belajar siklus I diperoleh untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai pembelajaran IPA khususnya untuk sub pokok
bahasan konduktor dan isolator dengan menerapkan metode eksperimen.

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar siswa, seseorang siswa dikatakan


tuntas belajar apabila telah mencapai skor 70 (Nilai KKM) dari skor
maksimal 100.
Dari tabel diatas diperoleh bahwa dari 30 orang siswa terdapat 10 siswa
tidak tuntas dengan persentase 33% dan hanya 20 siswa yang tuntas
dengan persentase 67%.
e. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi, maka terdapat kelebihan dan
kekurangan pembelajaran pada siklus I, diantaranya :
Kelebihan, diantaranya :
(1) Sebagian besar siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
(2) Siswa mulai tidak malu bertanya kepada guru maupun teman
sekelompoknya.
(3) Siswa tidak hanya terfokus kepada guru pada proses pembelajaran.
(4) Guru menjadi lebih siap dalam pembelajaran.
Kekurangan. Diantaranya :
(1) Siswa masih asing dengan metode yang diterapkan dan masih
bingung dengan apa yang harus dikerjakan dengan alat dan bahan
yang disediakan.
(2) Beberapa siswa masih enggan bekerja sama dengan teman
sekelompoknya dalam menyelesaikan eksperimen.
(3) Suasana ribut ketika mengerjakan tugas kelompok, karena adanya
perbedaan pendapat beberapa dalam kelompok dan rasa ingin kerja
sendiri karena merasa lebih pintar dari temannya sehingga
kurangnya rasa kepercayaan kepada teman sekelompoknya.
(4) Guru kurang menyampaikan secara terperinci tentang apa saja yang
harus dilakukan siswa sebelum lembar kerja siswa dibagikan dan
kurang membimbing semua kelompok secara merata.
(5) Guru harus membiasakan diri menggunakan bahasa yang sederhana
sehingga siswa kurang mengerti penjelasan guru.
2. Siklus II

a. Perencanaan
Berdasarkan hasil diskusi pada siklus I, peneliti mempersiapkan
rencana kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II. Sama halnya pada
siklus I, peneliti mempersiapkan rencana pembelajaranyang berkaitan
dengan rangkaian listrik seri dan paralel. Tes dilakukan pada setiap akhir
siklus.
Pada tahap ini guru akan melakukan beberapa tindakan perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, yaitu:
(1) Guru menyampaikan secara terperinci metode yang diterapkan.
(2) Guru menjelaskan materi dengan bahasa yang sederhana.
(3) Guru

lebih

membimbing

kelompok

siswa

secara

merata

dalampembelajaran agar seluruh siswa memahami materi yang


merekapelajari dan menggunakan alat dan bahan dengan benar untuk
melakukan eksperimen.
(4) Guru memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar siswa
salingbekerjasama dalam melakukan eksperimen dan bertindak
tegasterhadap siswa yang ribut sehingga

suasana pembelajaran

berjalankondusif.
b. Pelaksanaan
Pada siklus II, guru melaksanakan pembelajaran sesuai rencana
pembelajaran. Selain berpedoman pada rencana pembelajaran yang
dibuat, guru juga melaksanakan beberapa tindakan perbaikan seperti
yang telah direncanakan. Sebelum materi dimulai guru memotivasi
kepada siswa mengenai pentingnya bekerja sama dalam pelaksanaan
metode eksperimen ini, dalam satu anggota kelompok siswa yang merasa
mampu harus mau menjelaskan kepada teman kelompoknya yang belum
mampu.
Selanjutnya

guru

memberikan

apersepsi.

Kemudian

guru

menjelaskan materi secara singkat. Setelah itu, guru memberikan masingmasing siswa LKS dan alat serta bahan yang selanjutnya harus mereka
kerjakan secara berkelompok untuk melakukan suatu eksperimen.

Pada siklus ini, beberapa kelompok mengalami perubahan yang


lebih baik, masing-masing kelompok telah mampu bekerja sama. Hal itu
tidak lepas dari adanya bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh guru
secara merata kepada tiap kelompok siswa.
c. Hasil Observasi
Proses pembelajaran siklus II sudah maksimal dan lebih baik dari
siklus I. Hal ini berdasarkan penilaian supervisor 2 dengan meggunakan
lembar observasi bahwa secara keseluruhan deskriptor yang muncul pada
lembar observasi siklus II dinilai baik oleh supervisor 2. Penguasaan
kelas pada siklus II sudah baik dan bimbingan guru kepada siswa untuk
melakukan eksperimen dengan alat dan bahan sudah merata.
d. Hasil belajar
Hasil belajar siklus II diperoleh untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai pembelajaran IPA khususnya untuk sub pokok
bahasan kegunaan benda yang bersifat konduktor dan isolatordengan
menerapkan metode eksperimen. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
siswa, seseorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai
skor 70 dari skor maksimal 100.
Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa dari 30 orang siswa
yang belum tuntas ada 5 orang dengan persentase 17% dan 25 orang
yang dinyatakan sudah tuntas dengan persentase 83%.
d. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi, maka pada siklus II ini terdapat
kelebihan-kelebihan

setelah

menerapkan

metode

eksperimen,

diantaranya:
(1) Peneliti sebagai pengajar telah melakukan persiapan yang baik
dalam mengajar.
(2) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran daripada pembelajaran
sebelum diterapkannya metode eksperimen.Hal ini dikarenakan guru
selalu memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang
teraktif, terkompak dan termaju.

(3) Siswa sudah saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas


kelompok. Hal ini karena adanya kepercayaan yang tinggi diantara
anggota kelompok.
(4) Siswa lebih memahami konsep IPA, hal ini dikarenakan setiap
pertanyaan dari guru atau dari temannya ketika diskusi kelompok
selalu dijawab dengan baik dan rasa ingin tahu yang tinggi dari
beberapa siswa.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebelum melaksanakan proses metode eksperimen, permasalahan dalam
perbaikan ini adalah rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran IPA siswa
pokok sebelumnya hanya 53% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dikarenakan pada umumnya dalam proses belajar
siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami konsep dan guru tidak memberi
kesempatan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

Aktivitas guru juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa,


sehingga menurut pengamatan peneliti yang juga sebagai guru menyadari
bahwa 1) selama proses pembelajaran guru hanya menerapkan metode
ceramah; 2) kurangnya media yang digunakan oleh guru saat pembelajaran IPA
; 3) Guru kurang memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran; 4)
Guru kurang memberikan contoh materi dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga
menyebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA.
Akibatnya hasil belajar IPA tergolong rendah.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi, maka peneliti
terdorong untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran dengan metode
eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diterapkan, terlihat
bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi dan sesuai dengan indikator
dan format panduan observasi. Dalam melaksanakan metode eksperimen
terlebih dahulu diperkenalkan kepada siswa, bahwa pembelajaran yang akan

dilaksanakan berbeda dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. Metode


eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang
suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dalam pelaksanaan

metode eksperimen tetap harus mengutamakan indikator-indikator yang akan


dicapai pada setiap rencana pembelajaran yang telah dibuat. Langkah-langkah
dalam pelaksanaan pembelajaran berperan sangat penting, terutama dalam
melakukan suatu percobaan untuk membuktikan suatu pernyataan.
Berdasarkan hasi observasi pembelajaran IPA pada siklus I diperoleh
bahwa proses pembelajaran belum dikatakan maksimal berdasarkan penilaian
lembar observasi, karena terdapat indikator-indikator yang masih dinilai cukup
oleh supervisor 2. Hal ini karena, penguasan kelas dinilai cukup dan bimbingan
guru terhadap siswa dinilai cukup. Sedangkan hasil belajar diperoleh bahwa
dari 30 orang siswa hanya 20 orang siswa dengan persentase 67% yang dapat
menguasai materi secara tuntas, dengan nilai 70. Artinya kriteria ketuntasan
belajar belum tercapai. Sehingga peneliti dan supervisor 2 memutuskan untuk
melanjutkan

pembelajaran

kesiklus

selanjutnya

untuk

memperbaiki

pembelajaran pada siklus sebelumnya.


Berdasarkan hasil refleksi siklus I bahwa terdapat kekurangankekurangan proses pembelajaran pada siklus I yang menyebabkan indikator
keberhasilan belum tercapai. Dengan melihat kekurangan-kekurangan proses
pembelajaran pada siklus I. diantaranya: guru kurang menjelaskan secara
teperinci tujuan dan langkah-langkah eksperimen, sehingga sebagian besar
siswa masih bingung melakukan suatu percobaan, siswa masih kurang paham
dengan apa yang harus dilakukan dengan alat dan bahan yang disediakan. Oleh
karena itu, guru diharapkan pada pertemuan siklus II lebih memberi penjelasan,
penguatan dan pengawasan kepada setiap kelompok dalam melakukan suatu
percobaan.
Pada proses pembelajaran siklus II setelah diterapkan metode eksperimen
diketahui bahwa dari 30 siswa terdapat 25 siswa dengan persentase 83%
memperoleh nilai 70 serta proses pembelajaran termasuk dalam kriteria baik

menurut supervisor 2, ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat
menonjol dari siklus sebelumnya, baik dari jumlah siswa yang tuntas
belajarnya, maupun dari hasil observasi. Oleh karena itu, perbaikan
pembelajaran pada siklus II dapat dinyatakan tuntas, karena 80% dari jumlah
siswa kelas VI telah mencapai nilai KKM untuk mata pelajaran IPA yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dan rencana pembelajaran terlaksana dengan
baik. Oleh karena itu, peneliti dan supervisor 2 memutuskan untuk tidak
melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya. Hal ini dikarenakan hasil yang
diperoleh pada siklus II. Semua siswa terlibat aktip dalam melakukan suatu
percobaan, siswa mulai mengerti apa yang harus dilakukan dengan alat dan
bahan yang disediakan berdasarkan instruksi yang ada pada LKS, setiap
kelompok siswa mampu membuktikan suatu konsep dengan bereksperimen.
Hal ini

dikarenakan adanya penjelasan, penguatan, dan bimbingan serta

pengawasan guru yang lebih maksimal dari siklus sebelumnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPS pada materi pokok penghantar panas siswa kelas VI
SD Negeri 001 Tana Lia tahun pembelajaran 2014/2015 setelah diterapkan
pembelajaran

dengan

menerapkan

metode

eksperimen

mengalami

peningkatan hasil belajar setiap siklusnya dan rencana pembelajaran yang


direncanakan terlaksana sesuai yang direncanakan. Hal ini dapat dilihat pada
peningkatan ketuntasan hasil belajar setiap siklusnya dan hasil observasi.
Pada siklus I dari 30 orang siswa terdapat 20 siswa dinyatakan tuntas dengan
persentase ketuntasan hanya 67% serta proses pembelajaran dinilai cukup.
Sedangkan pada siklus II meningkat dari 30 orang siswa nilai terdapat 25
siswa dinyatakan tuntas dengan persentase ketuntasan 83% serta proses
pembelajaran dinilai baik.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan setelah melaksanakan
penelitian, anatara lain:
1. Bagi siswa, agar dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA di
kelas, salah satunya bagi siswa yang telah memahami materi dapat
menjelaskan kepada siswa lain yang belum memahami.
2. Bagi guru, bila menerapkan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil
belajar diharapkan dapat lebih memperhatikan pengelolaan kelas dengan
baik dan membimbing siswa dengan merata.
3. Bagi peneliti, agar dapat mengkaji penelitian ini untuk menambah
pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya
pelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi
Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta :
Depdiknas
Dimiyati, dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, M. N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah NK.1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.0
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Sumiati.2008. Metode Pembelajaran. Bandung : wacana prima.
Suprijono, A. 2009.Cooperative Learning.Yogyakarta :PustakaPelajar
Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winataputra, Udin S. 2005. StrategiBelajarMengajar. Jakarta :Universitas
Terbuka.

You might also like