You are on page 1of 27

Salehuddin S.Sos.,S.

Fil
Ketua DPRD Kab. Kutai kartanegasra

Pendahuluan
Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di

daerah, instrumen utama yang digunakan dalam


kebijakan fiskal adalah melalui APBD.
Pelaksanaan APBD dimaksud diharapkan dapat
mendorong pertumbuhanekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di
berbagai sektor.
Perwujudan pelayanan publik di daerah berkorelasi
erat dengan kebijakan belanja daerah

Gambaran APBD
Pendapatan
PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain Pdpt yang Sah
Belanja :
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung

2010
4,357.10
175.58
3,940.27
241.24
4,639.03
1,743.82
2,895.22

2011
4,151.29
130.30
3,495.44
525.55
4,632.24
1,592.89
3,039.35

2012
3,765.01
231.16
3,533.84
720.23
6,684.27
2,162.41
4,521.86

2013
5,999.80
317.52
4,887.92
794.35
9,242.95
2,715.65
6,527.30

2014
5,685.80
344.60
4,470.98
870.21
7,308.39
2,663.54
4,644.84

Surplus/ (Defisit)
(281.94) (2,919.27) (2,919.27) (3,243.15) (1,622.59)
Pembiayaan Netto :
281.94
480.96 2,199.06 3,243.15 1,914.70
Penerimaan Pembiayaan
560.93
644.64 2,441.49 3,447.90 1,914.70
SiLPA TA sebelumnya
560.93
644.64 2,441.49 3,447.90 1,914.70
Pengeluaran Pembiayaan
279.00
163.68
242.43
204.74
SILPA Thn Berkenan
292.11
Jumlah APBD
4,918.03 4,795.93 6,206.50 9,447.70 7,600.50
Sumber: APBD-P Berbagai tahun
Ket: Fungsi DPRD adalah Budgeting, sedangkan Pelaksana Anggaran adalah Eksekutif

Gambaran APBD
Baik pendapatan maupun Belanja cenderung

meningkat
Namun realisasi anggaran seringkali tidak sesuai
keinginan DPRD.
Misal :
Pada 2013 pengelolaan anggaran Belanja Rp9,242
triliun terealisasi sebesar Rp7,3 triliun atau 79,8
persen.
SiLPA yg tinggi terjadi setiap tahun, hal ini
mengindikasikan kinerja pelaksanaan anggaran tidak
menggembirakan.

Indikator APBD
Pandangan DPRD terhadap APBD disasarkan pada

rasio-rasio yang umum diterima untuk mengetahui


bagaimana kebijakan dan politik anggaran dijalankan.

A. ANALISIS RASIO-RASIO APBD


A. ANALISIS PENDAPATAN DAERAH
1.
Rasio Pajak (Tax Ratio)
2. Pajak per Kapita (Tax per Capita)
3. Ruang Fiskal (Fiscal Space) .
4. Rasio Ketergantungan Daerah
B. ANALISIS BELANJA DAERAH
1.
2.
3.
4.

Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah


Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Rasio Belanja Modal terhadap Jumlah Penduduk.
Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah.

C. Analisis Surplus/(Defisit)
D. Analisis Pembiayaan

1.1. Rasio pajak


Rasio pajak (tax ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan perbandingan jumlah penerimaan


pajak dengan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Tax Ratio dapat juga digunakan untuk melihat
efektifitas pemungutan Pajak Daerah.
PDRB yang akan digunakan dalam analisis ini adalah
PDRB atas dasar harga berlaku yang merupakan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun.

1.1. Perhitungan Rasio Pajak


2010
Pajak Daerah (Jt
Rupiah)

2011

11,712.63

17,028.05

PDRB (Jt Rupiah) 100,398,266.00

123,767,605.00

Rasio Pajak

0.012%

0.014%

2012
30,650.00

2013
73,443.03

132,095,972.00 128,460,000.00

0.023%

0.057%

Melihat data diatas efektifitas pemungutan pajak

semakin baik, namun nilai tersebut masih lebih


rendah rata-rata Kabupaten&Kota di kaltim yakni
sebesar 0,2 % pada tahun 2013.

1.2. Pajak per kapita


Pajak per kapita (tax per capita) belum banyak digunakan

dalam menghitung tingkat keberhasilan pajak sebagai


sumber Pendapatan Daerah.
Namun begitu, pajak per kapita dapat digunakan sebagai
alternatif dalam menghitung efektifitas pemungutan pajak
daerah.
Pajak per kapita merupakan perbandingan antara jumlah
penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan
jumlah penduduknya, yang berarti pula menunjukkan
kontribusi setiap penduduk pada pajak daerah.
Pajak per kapita dihitung dengan mengalikan rasio pajak
dengan PDRB per kapita, sehingga diperoleh pajak/PDRB x
PDRB/personal=pajak / personal.
Dalam teori Jika PDRB meningkat, maka pajak Daerah
meningkat

1.2. Perhitungan pajak perkapita


2010
Pajak Daerah

2011

2012

2013

11,712.63

17,028.05

30,650.00

73,443.03

100,398,266.00

123,767,605.00

132,095,972.00

128,460,000.00

0.012%

0.014%

0.023%

0.057%

626,680

651,069

676,408

727,872

PDRB Perkapita
(Rp)

160,206,590.29

190,099,060.16

195,290,375.04

176,487,074.65

Pajak Perkapita
(Rp)

18,689.97

26,153.99

45,312.89

100,901.03

PDRB (RP Juta)

Rasio Pajak
Jumlah Penduduk

Pajak Perkapita semakin tahun semakin meningkat dan Rp 100,901 pada


tahun 2013, Namun nilai tersebut masih dibawah kab/Kota di kaltim yaitu
sebesar Rp 176.000 pada tahun 2013

1.3. Ruang Fiskal

Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu konsep untuk

mengukur fleksibilitas yang dimiliki pemerintah daerah


dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan
yang menjadi prioritas daerah.
Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki suatu daerah,
maka akan semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki
oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan
belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas
daerah, seperti pembangunan infrastruktur daerah.
Ruang fiskal daerah diperoleh dengan menghitung total
Pendapatan Daerah dikurangi dengan pendapatan hibah,
pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya
(earmarked) yaitu DAK, Dana Otonomi Khusus dan Dana
Penyesuaian serta Dana Darurat, dan belanja yang sifatnya
mengikat, yaitu Belanja Pegawai dan Belanja Bunga, dan
selanjutnya dibagi dengan total pendapatannya.

1.3. Ruang Fiscal..lanjutan


Indikator Ruang Fiskal menunjukkan jumlah dana

netto yang masih bisa digunakan oleh Pemda setelah


pendapatan nonearmarked dikurangkan dengan
belanja pegawai tidak langsung.
Penurunan Ruang Fiskal daerah menunjukkan bahwa
kemampuan dan fleksibilitas daerah untuk
menggunakan anggaran mereka untuk kebutuhan
belanja yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
riil mereka menjadi semakin sempit
Note: Ruang Fiskal = Total Pendapatan (DAK +
Pendapatan Hibah + Dana Darurat + Dana
Penyesuaian/otsus) Belanja Pegawai Tidak langsung )
dibagi Total Pendapatan

1.3. Perhitungan Ruang Fiscal


2010
Ruang
Fiscal
(Juta Rp)
Ruang
Fiscal %

2011

2012

2013

2014

3,180,009.387 3,077,337.89 3,185,117.88 3,192,075.27 2,970,894.79


78.30%

74.13%

75.22%

64.25%

56.84%

Ruang fiscal semakin menurun, hal ini berarti fleksibilitas yang


dimiliki oleh pemerintah Kab KUKAR untuk mengalokasikan
belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas daerah,
seperti pembangunan infrastruktur daerah semakin MENURUN

1.3. Trend Ruang Fiscal


Ruang Fiscal %
100.00%

80.00%

78.30%

74.13%

75.22%

60.00%

64.25%

56.84%

40.00%
20.00%
0.00%
2010

2011

2012

2013

2014

Ruang Fiscal diatas rata-rata nasional (35 %) dan juga diatas


Rata-rata Provinsi (55 %) pada tahun 2014

1.4. Rasio Ketergantungan Daerah

Rasio ketergantungan daerah menggambarkan tingkat

ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan pihak


eksternal, baik yang bersumber dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah lain. Rasio ini ditunjukkan oleh
rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasio dana
transfer terhadap total pendapatan. Rasio PAD terhadap
total pendapatan memiliki arti yang berkebalikan dengan
rasio dana transfer terhadap total pendapatan.
Semakin besar angka rasio PAD maka ketergantungan daerah
semakin kecil. Sebaliknya, semakin besar angka rasio dana
transfer, maka semakin besar tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak eksternal.
Dengan demikian, daerah yang memiliki tingkat
ketergantungan yang rendah adalah daerah yang memiliki
rasio PAD yang tinggi, sekaligus rasio dana transfer yang
rendah.

1.4. Perhitungan Rasio Ketergantungan Daerah


2010

2011

2013

2014

PAD (Rp Juta)


94,813.94 130,299.89 354,437.46 344,599.33
Total
Pendapatan
(Rp Juta)
4,444,237.04 5,626,909.48 5,925,375.71 5,685,797.23
Rasio
Kemandirian
2.13%
2.32%
5.98%
6.06%
Sumber : Realisasi APBD kecuali Th 2014 adalah APBD-P
Pada tahun 2014 rata-rata rasio PDA thg Pendapatan sebesar
18,08% sedangkan di Kaltim rata-rata 22.05%.
Rasio Kukar masih dibawah Kaltim maupun Nasional

B. ANALISIS BELANJA DAERAH


Implementasi atas kebijakan perencanaan dan penganggaran

tersebut adalah melalui Belanja Daerah APBD.


Anggaran Belanja Daerah akan mempunyai peran riil dalam
peningkatan kualitas layanan publik dan sekaligus menjadi stimulus
bagi perekonomian daerah apabila dapat direalisasikan dengan baik.
Dengan demikian, Belanja Daerah seharusnya dapat menjadi
komponen yang penting dalam meningkatkan akses masyarakat
terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat, yang pada gilirannya diharapkan akan
memberikan dampak nyata pada perekonomian daerah secara luas.
Anggaran Belanja Daerah yang tercantum dalam APBD
mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala
prioritas terkait program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam satu tahun anggaran.

Komponen analisis Belanja


1. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja
Daerah
2. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

Daerah
3. Rasio Belanja Modal terhadap Jumlah Penduduk.
4. Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total
Belanja Daerah.

2.1. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah


2010

2011

2012

2013

2014

Belanja
Pagawai
(Juta)
946,091.08 1,023,682.76 1,375,562.31 1,790,108.31 1,900,134.22
Total Belanja
(Juta)
4,639,033.24 4,632,243.76 6,684,272.12 9,242,954.64 7,308,387.44
rasio belanja
20.39%
22.10%
20.58%
19.37%
26.00%
pegawai
Sumber : Diolah Dari APBD P
Rata-rata nalional rasio blj Pegawai sebesar 40,87% tahun 2014 dan 44,07%
tahun 2013.
Rata-rata Kaltim 27,53 % tahun 2014
Trend Kukar rasio belanja pegawai cenderung naik, namun masih dibawah ratarata nasional dan rata-rata Provinsi.

2.2. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja


Daerah
2010
Blj Modal
(Juta Rp)
Total Blj
(Juta Rp)
Rasio Blj
Modal

2011

2012

2013

2014

1,551,043.51 1,734,710.77 2,880,393.65 4,269,729.23 3,022,386.51

4,639,033.24 4,632,243.76 6,684,272.12 9,242,954.64 7,308,387.44

33.43% 37.45% 43.09% 46.19% 41.36%

Sumber : Diolah Dari APBD P

Rasio blj Modal th 2014 secara nasional sebesar 25,86%


Porsi belanja modal, merupakan komponen yang sangat
penting karena mempunyai multiplayer effect dalam
menggerakkan roda perekonomian.
Kukar memiliki rasio diatas rata-rata nasional

2.3. Rasio Belanja Modal terhadap Jumlah


Penduduk
2010
Blj Modal
(Juta)

2011

2012

2013

2014

1,551,043.51 1,734,710.77 2,880,393.65 4,269,729.23 3,022,386.51

Jlh Pdd
626,680
651,069
676,408
727,872
781,169
Rasio Blj
Modal Tah Jlh
Pdd (Rp)
2,475,016.77 2,664,403.88 4,258,367.21 5,866,044.07 3,869,055.87

Trend rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk


memiliki kecenderungan naik, dalam 5 tahun terakhir tahun
2013 memiliki rasio paling besar yaitu Rp 5,8 Juta per jiwa.
Tahun 2014, Rasio Kukar lebih tinggi dari rasio Nasional yang
hanya sebesar Rp 1,248 ,000 namun lebih rendah dari rata-rata
kaltim yaitu sebesar Rp 3,9 juta

2.4. Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja


Daerah
2010
Blj bansos
(Juta)

108,120.08

2011
87,127.30

2012
124,384.00

2013

2014

89,610.00

73,180.00

Total Blj (Juta) 4,639,033.24 4,632,243.76 6,684,272.12 9,242,954.64 7,308,387.44


Rasio Blj
2.33%
1.88%
1.86%
0.97%
1.00%
bansos

Secara nasional tahun 2014 rasio belanja bansos sebesar 0,87 %.


Rata-rata kaltim 0,64 %.
Kukar pada tahun 2014 memiliki rasio diatas nasional maupun
kaltim, namun dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan
menurun

3. Analisis Surplus/(Defisit)
Kukar Selama ini menerapkan pola anggaran defisit

selain ditujukan untuk menutupi kebutuhan anggaran


belanja, juga ditujukan untuk menampung SiLPA
tahun anggaran sebelumnya.
rasio defisit terhadap pendapatan, yang berarti
semakin besar persentase rasionya, maka semakin
besar pula Penerimaan Pembiayaannya (SiLPA dan
Pinjaman Daerah) yang diperlukan untuk menutupi
anggaran belanjanya.

Rasio Defisit
2010
Defisit

(281.94)

Pendapatan 4,357.10

2011

2012

2013

2014

(2,919.27)

(2,919.27)

(3,243.15)

(1,622.59)

4,151.29

3,765.01

5,999.80

5,685.80

-6.47% -70.32% -77.54% -54.05% -28.54%

Rasio Defisit

RASIO DEFISIT
0.00%
-10.00%
-20.00%

-6.47%

2010

2011

2012

2013

2014
-28.54%

-30.00%

-40.00%
-50.00%

-54.05%

-60.00%
-70.00%
-80.00%
-90.00%

-70.32%

-77.54%

Kondisi yang perlu


diperbaiki (ratarata nasional th
2014 sebesar 7,7%
, rata2 kaltim 33,9%

Penutup
Catatan Penting :
1. Secara umum perlu diapresiasi PAD selalu

meningkat, namun sebagian besar diperoleh dari


penerimaan bunga bank dengan memanfaatkan
dana yang beloum terpakai, sedangkan sumbangan
pajak dan restribusi masih rendah dan perlu
ditingkatkan,
2. Pada belanja langsung (Belanja Barang/Jasa dan
Belanja Modal) serapannya masih jauh dari harapan
DPRD, perlu dilakukan pembenahan pada
pelaksanaan pengadaan yang lebih transparan dan
efektifitas ULP perlu ditingkatkan.

Bio Data
Nama : Salehuddin, S.Sos, S.Fil
Tempat tanggal lahir :
Pendidikan :

Jabatan : Ketua DPRD Periode 2010 sd 2015


Isteri :
Anak :
Alamat :
Mail :
Tlp :

TERIMAKASIH

You might also like