You are on page 1of 7

Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Akuntansi
BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan Indonesia,
jika tidak ada standar akuntansi BLU yang bersangkutan dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis
layanannya dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.
Pelaporan
BLU menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan kepada menteri/pimpinan lembaga berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan dan Laporan keuangan yang lengkap (termasuk neraca dan ikhtisar laporan keuangan) pada
setiap semester dan tahunan. Laporan-laporan tersebut disampaikan paling lambat satu bulan setelah periode pelaporan berakhir. Laporan
keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan dikonsolidasikan oleh BLU dan menjadi lampiran laporan keuangan BLU.
Laporan keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian/lembaga sesuai standar akuntansi pemerintahan dan
diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pertanggungjawaban
Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas keberhasilan pencapaian sasaran program berupa hasil (political accountability),
sedangkan pimpinan BLU bertanggung jawab atas keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan berupa keluaran (operational accountability)
dan terhadap kinerja BLU sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA.
Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan
Pembinaan
Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga, sedangkan pembinaan di bidang keuangan dilakukan oleh Menteri
Keuangan.
Pengawasan
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan BLU dapat dibentuk dewan pengawas. Pembentukan dewan pengawas hanya berlaku pada BLU
yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan (menurut laporan realisasi anggaran) atau nilai aset (menurut neraca) memenuhi syarat
minimum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pertanyaan: proses dan persyaratan serta persiapan yang harus dilakukan dalam pembentukan blud
jawab
a. berdasarkan permendagri 61 tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan blud, antara lain diatur bahwa :
1) yang dapat ditetapkan sebagai blud adalah :
a) skpd;
b) unit kerja skpd; dan
c) gabungan beberapa skpd/beberapa unit kerja yang memiliki kesamaan sifat dan jenis layanan.
2) skpd/unit kerja/gabungan skpd/unit kerja di lingkungan pemda tersebut dapat menerapkan ppk blud apabila tusinya bersifat operasional
dalam menyelenggarakan pelayanan umum.
3) pembinaan teknis blud dilakukan oleh :
a) sekretaris daerah untuk blud skpd;
b) kepala skpd, untuk blud unit kerja skpd;
b. berdasarkan pengaturan tersebut, saudara perlu melakukan reviu apakah unit kerja saudara telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki
tusi bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum, sehingga bisa menerapkan ppk blud.
c. dalam rangka mendapatkan bimbingan teknis dan manajemen pembentukan blud, saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut kepada :
1) sekretaris daerah, apabila unit kerja saudara merupakan skpd, atau
2) kepala skpd, apabila unit kerja saudara merupakan unit kerja di bawah skpd.
d. untuk mengetahui lebih lanjut dasar hukum pembentukan blud, saudara dapat mempedomani :
1) peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum, sebagaimana yang telah diubah
dengan peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2012.
2) peraturan menteri dalam negeri nomor 61 tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan BLUD
pertanyaan: sumber dana operasional satker blu
jawab
1. badan layanan umum (blu) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. dana operasional blu, sesuai pasal 14 peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2005,
terdiri atas:
a. penerimaan anggaran yang berasal dari apbn/apbd
b. pendapatan yang berasal dari jasa layanan kepada masyarakat

c. hibah tidak terikat


d. hibah terikat
e. hasil kerjasama satker blu dengan pihak lain dan hasil usaha lainnya
Penerimaan pada poin (a) merupakan penerimaan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian/lembaga/pemerintah daerah,
yang berarti terjamin ketersediaan dananya pada dokumen pelaksanaan anggaran. penerimaan apbn/apbd digunakan untuk belanja
operasional (belanja pegawai, barang, dan jasa) dan belanja investasi (belanja modal). belanja dilakukan dengan mekanisme pengajuan
surat perintah membayar ke kantor pelayanan perbendaharaan negara (kppn).
pendapatan pada poin (b), (c), dan (e) di atas merupakan penerimaan negara bukan pajak (pnbp) bagi satker blu dan dapat
digunakan/dibelanjakan langsung untuk kegiatan operasional blu tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara. pendapatan
dan belanja ini kemudian dilakukan pengesahan ke kantor pelayanan perbendaharaan negara (kppn) melalui mekanisme surat perintah
pengesahan pendapatan dan belanja (sp3b) blu sehingga tercatat dalam pembukuan bendahara umum negara.
2. dalam pelaksanaan apbn, sebelum dilakukan belanja terlebih dahulu harus ada anggaran yang tertuang ke dalam dokumen pelaksanaan
anggaran. anggaran dapat dikatakan suatu "jaminan" bahwa pelaksanaan belanja yang akan dilakukan oleh satker blu tersedia dananya.
dokumen pelaksanaan anggaran dalam konteks apbn disebut dengan dipa. di dalam dipa ini, tereatat semua program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan serta output yang akan dicapai oleh satker blu selama satu tahun mendatang.
untuk mencairkan dana dipa dalam rangka membiayai kegiatan operasional blu, dilakukan dengan mekanisme pengajuan surat
perintah membayar (spm) ke kppn. atas dasar spm ini kppn melakukan pengujian. hasil pengujian ada 2 (dua), pertama apabila spm
tidak memenuhi syarat maka akan ditolak/dikembalikan kepada satker, kedua apabila memenuhi syarat maka akan diterbitkan surat
perintah pencairan dana (sp2d) yang akan mendebet rekening kas negara untuk membayar tagihan yang tercantum pada spm tersebut.
uang yang sudah keluar dari rekening kas negara atas penerbitan sp2d sebagaimana dimaksud di atas diakui sebagai belanja negara dan
tidak dikembalikan lagi ke negara.
Pertanyaan: cara mengetahui bahwa suatu satker BLU telah mengalami peningkatan kinerja
Jawab
1. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pasal 4 ayat 1 diatur
bahwa aspek substantif, teknis, dan administratif merupakan persyaratan suatu instansi/satker pemerintah dapat diizinkan menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan BLU (menjadi Satker BLU).
2. Terkait dengan penilaian/pengukuran kinerja suatu instansi/satker pemerintah setelah ditetapkan sebagai instansi/satker BLU telah
diterbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor PER-36/PB/2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan Satker BLU yang
mencakup penilaian aspek keuangan dengan indikator antara lain rasio lancar, rasio kas, perputaran aset tetap, dan rasio belanja
operasional terhadap pendapatan operasional serta aspek kepatuhan dengan indikator antara lain ketepatan penyampaian
pertanggungjawaban, pola tata kelola, dan memiliki tarif layanan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Oleh karena itu, dapat kami tegaskan bahwa pengukuran kinerja suatu instansi/satker pemerintah setelah ditetapkan menjadi Satker
BLU bukan didasarkan pada persyaratan pembentukannya melainkan diukur dari indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan
sebagaimana peraturan tersebut diatas.
Pertanyaan: penilaian kinerja satker BLU hanya dari aspek kinerja keuangan
Jawab
Untuk menilai kinerja BLU, dilakukan dengan mempertimbangkan 2 (dua) aspek yaitu aspek keuangan dan aspek kepatuhan pengelolaan
keuangan BLU. Aspek keuangan meliputi penilaian terhadap rasio keuangan dan rasio pendapatan PNBP (Pendapatan Negara Bukan
Pajak) terhadap biaya operasional. Sedangkan aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU meliputi antara lain penilaian terhadap
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), penyampaian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tarif Iayanan dan lain
sebagainya (terdapat 11 kriteria penilaian sebagaimana disebutkan di dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER36/PB/2012).
Terdapat banyak faktor yang dijadikan dasar dalam penilaian BLU. Mengingat tujuan pembentukan BLU adalah pelayanan kepada
masyarakat dan tidak berorientasi mencari keuntungan, maka penilaian atas aspek keuangan saja tidak akan mampu menggambarkan
kinerja pelayanan yang dilakukan oleh BLU . Demikian juga apabila penilaian didasarkan atas aspek kepatuhan pengelolaan keuangan
BLU saja, maka penilaian tersebut tidak akan mampu menggambarkan kinerja keuangan yang telah dilaksanakan.
Dalam hal penilaian, tujuan dilakukan penilaian terhadap aspek keuangan adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengelolaan keuangan
BLU telah diselenggarakan berdasarkan praktek-praktek bisnis yang sehat (best practice) yang tercermin dari laporan keuangannya.
Pertanyaan: sumber dana operasional satker BLU
Jawab
1. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Dana operasional BLU, sesuai pasal 14 Peraturan Pemerintah nomor
23 tahun 2005, terdiri atas:a. Penerimaan anggaran yang berasal dari APBN/APBD b. Pendapatan yang berasal dari jasa layanan
kepada masyarakat c. Hibah tidak terikat d. Hibah terikat e. Hasil kerjasama satker BLU dengan pihak lain dan hasil usaha lainnya.

Penerimaan pada poin (a) merupakan penerimaan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian/lembaga/pemerintah daerah,
yang berarti terjamin ketersediaan dananya pada dokumen pelaksanaan anggaran. Penerimaan APBN/APBD digunakan untuk belanja
operasional (belanja pegawai, barang, dan jasa) dan belanja investasi (belanja modal). Belanja dilakukan dengan mekanisme
pengajuan surat perintah membayar ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Pendapatan pada poin (b), (c), dan (e) di atas merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi satker BLU dan dapat
digunakan/dibelanjakan langsung untuk kegiatan operasional BLU tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara.
Pendapatan dan belanja ini kemudian dilakukan pengesahan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui mekanisme
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) BLU sehingga tercatat dalam pembukuan Bendahara Umum Negara.
2. Dalam pelaksanaan APBN, sebelum dilakukan belanja terlebih dahulu harus ada anggaran yang tertuang ke dalam dokumen
pelaksanaan anggaran. Anggaran dapat dikatakan suatu "jaminan" bahwa pelaksanaan belanja yang akan dilakukan oleh satker BLU
tersedia dananya. Dokumen pelaksanaan anggaran dalam konteks APBN disebut dengan DIPA. Di dalam DIPA ini, tereatat semua
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta output yang akan dicapai oleh satker BLU selama satu tahun mendatang.
Untuk mencairkan dana DIPA dalam rangka membiayai kegiatan operasional BLU, dilakukan dengan mekanisme pengajuan Surat
Perintah Membayar (SPM) ke KPPN. Atas dasar SPM ini KPPN melakukan pengujian. Hasil pengujian ada 2 (dua), pertama apabila
SPM tidak memenuhi syarat maka akan ditolak/dikembalikan kepada satker, kedua apabila memenuhi syarat maka akan diterbitkan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan mendebet rekening kas negara untuk membayar tagihan yang tercantum pada SPM
tersebut.
Uang yang sudah keluar dari rekening kas negara atas penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud di atas diakui sebagai belanja negara
dan tidak dikembalikan lagi ke negara.
Pertanyaan: perbedaan satker BLU dan satker biasa
Jawab
a. Perbedaan utama antara satker PK BLU penuh dengan satker biasa adalah diberikannya kepada satker BLU penuh fleksibilitas
pengelolaan keuangan berupa pengecualian atas asas universalitas dan fleksibilitas lainnya, yaitu:
1. Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Negara.
2. Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang batas tertentu.
3. Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU yang hasilnya menjadi
pendapatan BLU.
4. Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang sampai batas tertentu.
5. Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab pelunasan berada pada
BLU.
6. Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri Keuangan.
7. Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan dapat mengalihkan
barang inventaris.
8. Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan profesionalisme.
9. Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat dimintakan dari APBN
untuk Public Service Obligation (PSO).
10. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.
11. Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada Kementerian/Lembaga dan
BLU yang bersangkutan dengan seijin Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
b. Pemberian fleksibilitas tersebut dimaksudkan untuk mendorong satker BLU penuh agar dapat menerapkan prinsip bisnis yang sehat.
Penerapan bisnis yang sehat merupakan suatu upaya untuk mengadopsi prinsip dan kaedah manajemen yang baik dalam pengelolaan
keuangan negara. Fungsi-fungsi manajemen diadaptasi dengan tujuan agar tercipta tata kelola organisasi yang baik, akuntabel dan
transparan dalam pengelolaan keuangan negara.
Pertanyaan: penyusunan Laporan Keuangan satker BLU
Jawab
1. Satuan kerja (satker) instansi pemerintah yang akan menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU harus memenuhi 3 (tiga)
persyaratan, yaitu: substantif, teknis, dan administratif. Salah satu dokumen dalam persyaratan administratif adalah laporan keuangan
pokok yang berlaku bagi instansi tersebut, termasuk laporan relisasi anggaran/laporan operasional keuangan, laporan posisi keuangan,
laporan arus kas (dalam hal berlaku), dan catatan atas laporan keuangan, serta neraca/prognosa neraca. Jadi kalau satker RSUD
tersebut semula berbentuk satker swadana atau satker PNBP, maka laporan keuangan yang disajikan sebagai persyaratan administratif
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) terakhir. Laporan Keuangan
yang telah disusun tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan metode analisa horisontal dan vertikal, serta memakai berbagai teknik
analisa, antara lain: analisa perubahan laporan keuangan, analisa persentase per komponen, analisa trend, analisa rasio, dan analisa
kesesuaiannya dengan rencana strategis bisnis.

2. BLU diberi jangka waktu 2 tahun untuk mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi keuangan sesuai dengan jenis layanan
BLU dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan yang berbasis akrual (pendapatan dan belanja dicatat saat diakui). Sistem
ini setidaknya meliputi tiga sistem besar, yaitu : Sistem Akuntansi Keuangan, Sistem Akuntansi Aset Tetap dan Sistem Akuntansi
Biaya. Disamping itu, BLU juga mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang mengacu kepada Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berbasis kas (pendapatan dan belanja dicatat saat kas diterima /dikeluarkan) dalam rangka pengintegrasian Laporan
Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga.
3. Apabila suatu RS telah menerapkan sistem akuntansi yang umum berlaku di dunia bisnis berdasarkan kaidah-kaidah akuntansi yang
secara umum berlaku, maka pada dasarnya tidak terdapat perbedaan berarti dalam penerapan sistem akuntansi ketika nantinya manjadi
satker BLU. Sepengetahuan kami Kementerian Kesehatan mempunyai Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (PARS) yang berbasis akrual
sebagai rujukan pelaksanaan akuntansi keuangan di lingkungan rumah sakit.
Pertanyaan: remunerasi BLU dan hubungannya dengan kinerja pegawai
Jawab
Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat
tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi BLU tersebut ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
atas usulan menteri/pimpinan lembaga (Pasal 36 PP 23/2005). Peraturan lebih lanjut tentang remunerasi diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 jo PMK Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas dan Pegawai BLU.
2. Komponen remunerasi terdiri dari:
a. Gaji, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh pejabat pengelola dan pegawai BLU.
b. Honorarium, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas.
c. Tunjangan (Tetap) adalah, tambahan pendapatan di luar gaji yang diterima oleh pejabat pengelola dan pegawai BLU, yang diberikan
berdasarkan prestasi kerja, lokasi kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi, dan unsur pertimbangan rasional lainnya.
d. Bonus atas prestasi, adalah pemberian pendapatan tambahan bagi pejabat pengelola, pegawai, Dewan pengawas dan sekretaris dewan
pengawas BLU yang hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi.
3. Besaran remunerasi ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor:
a. Proporsionalitas
Yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola oleh BLU serta tingkat pelayanan. Pertimbangan ini sejalan dengan
compensable factor, meliputi segala jenis faktor yang dipilih untuk menentukan seberapa besarnya nilai suatu jabatan. Pertimbangan yang
bisa digunakan untuk mengukur proporsionalitas atas besaran remunerasi adalah:
1) Posisi Jabatan. Posisi jabatan yang sama, untuk jenis layanan yang berbeda ataupun berdasarkan besar kecilnya unit yang dikelola
tentunya tidak bisa disamakan besaran remunerasinya. Misal: Rektor Universitas Indonesia tidak bisa disamakan besaran remunerasinya
dengan Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran pada Kementerian Perhubungan.
2) Individu yang bersangkutan. Pegawai dengan reputasi atau pengalaman tertentu tentunya tidak bisa disamakan dengan orang yang
belum punya reputasi atau pengalaman. Misal: Meskipun menangani pekerjaan yang sama, orang yang punya pengalaman biasanya akan
menghasilkan hasil kerja yang lebih baik.
3) Kinerja. Pegawai yang mempunyai kinerja lebih baik tentunya tidak bisa disamakan remunerasinya dengan pegawai dengan kinerja
yang biasa-biasa saja.
b. Kesetaraan
Yaitu dengan memperhatikan industri sejenis. Industri sejenis tersebut bisa berupa yang bidang usahanya sama ataupun pada wilayah
yang sama. Untuk posisi tertentu, misal: akuntan, tidak bergantung pada bidang usaha karena akuntan bisa bekerja pada berbagai
perusahaan yang berbeda-beda bidang usahanya. Selanjutnya juga yang perlu dibandingkan adalah gaji dasar (base salary) dan total
penghasilan (total cash). Masing-masing satker BLU kemungkinan menerapkan remunerasi yang bervariasi sesuai dengan desain
remunerasi yang mereka susun.
c. Kepatutan
Yaitu menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan BLU yang bersangkutan. Proporsi pendapatan yang digunakan untuk remunerasi
juga menjadi salah satu pertimbangan yang digunakan untuk memberikan justifikasi atas usulan remunerasi yang diajukan.
d. Kinerja Operasional
Yaitu kinerja operasional BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga, yang sekurang-kurangnya mempertimbangkan indikator
keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat dari masyarakat. Kinerja operasional ini bisa dijadikan pertimbangan dalam penentuan
remunerasi ataupun dasar pemberian bonus atas prestasi kerja.
4. Agar diperoleh remunerasi yang dapat dikaitkan dengan kinerja pegawai, tahapan dalam pengelolaan remunerasi dapat dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Analisa dan Uraian Jabatan (Job Description and Analysis)
Analisa jabatan adalah proses secara sistematis untuk mendapatkan informasi-informasi yang penting dan relevan mengenai suatu Jabatan.

Sedangkan uraian jabatan adalah menjelaskan mengenai apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan, dan secara
ringkas bagaimana mengerjakannya.
b. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)
Adalah proses secara sistematis untuk menilai besar-kecilnya atau bobot (secara relatif) jabatan-jabatan yang terdapat dalam suatu
organisasi. Berdasarkan penilaian jabatan akan diperoleh pemeringkatan jabatan (Job Grading). Yang dibutuhkan untuk menilai suatu
jabatan adalah:
1) Compensable Factor adalah segala jenis faktor yang dipilih untuk menentukan besarnya nilai jabatan; dan
2) Faktor tersebut memiliki beberapa derajat/tingkatan pengukuran.
Compensable factor yang umum terdiri dari:
1) Kemampuan (Skill) yang meliputi: pengetahuan (formal maupun non-formal), kemampuan analitik, kemampuan fisik/visual,
kreativitas, dan kemampuan berkomunikasi.
2) Aktivitas (effort) yang meliputi aktivitas fisik dan aktivitas mental.
3) Tanggung jawab (responsibility) yang meliputi: akibat terhadap organisasi, pengambilan keputusan, hubungan internal atau eksternal
organisasi, dan akuntabilitas.
4) Kondisi kerja (working condition) yang meliputi: tingkat resiko lingkungan kerja dan tingkat kenyamanan tingkat kerja.
c. Struktur Remunerasi
Struktur remunerasi adalah untuk mendapatkan perimbangan/interaksi dari keadilan internal, kesetaraan eksternal, dan kemampuan BLU.
Struktur remunerasi ditentukan dengan menentukan skala remunerasi tertinggi dan skala remunerasi terendah berdasarkan pemeringkatan
jabatan.
d. Penilaian Kinerja
Untuk kepentingan penghargaan atas pekerjaan, maka setiap peringkat pekerjaan dapat ditetapkan indeks berupa nilai atau angka. Indeks
kinerja ini ditetapkan indeks kinerja individu dan indeks kineraj unit. Indeks kinerja individu berupa perbandingan antara pencapaian total
target individu dengan Satuan Kerja Individu pada faktor-faktor yang ditentukan targetnya. Total target wajib dideskripsikan secara
spesifik, terukur, realistis, dapat dicapai, menantang dan jelas waktu pencapaiannya.
Sedangkan indeks kinerja unit, pencapaian total target unit kerja sesuai struktur organisasi. Tujuannya adalah agar setiap individu
memberikan perhatian tinggi pada pencapaian kinerja unit kerjanya. Penilaian kinerja ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan reward
(misal:bonus) dan punishment.
Pertanyaan: perubahan anggaran (APBD) yang berakibat pd perubahan pendapatan maupun belanja yang telah ditetapkan di dalam RBA
Jawab: Direktorat PK BLU Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu berdasarkan PP 23 Tahun 2005 yang ditindaklanjuti dengan PMK dan
Perdirjen Perbendaharaan, BLU dapat melaksanakan revisi RBA dan DIPA sesudah adanya APBN P (perubahan). Hal tersebut diatur
pada PMK 91 tahun 2013 dan Perdirjen 55 tahun 2012. Sedangkan bagi BLUD dalam rangka pengelolaannya didasarkan kepada PP 23
tahun 2005 dan Peraturan Pengelolaan Keuangan Daerah oleh karena itu permasalahan perubahan RBA BLUD setelah perubahan APBD
dilaksanakan dalam kerangka fleksibilitas sebagai BLU dan juga dalam kerangka Pengelolaan Keuangan Daerah, mengingat BLUD
merupakan satker daerah, lebih lanjut mengenai hal ini dapat ditanyakan kepada Kemendagri sesuai dengan kewenangannya.
Pertanyaan: Ada kegiatan tahun yang lalu masih belum terbayarkan, bisakah kegiatan ini dibayarkan tahun berjalan untuk satker BLU?
Jawab: Pada prinsipnya pembayaran tunggakan tahun yang lalu dapat dilakukan pada tahun anggaran berjalan dengan melakukan
perubahan atau pergeseran rincian belanja/anggaran. Apabila sumber dana kegiatan dimaksud berasal dari RM APBN, maka perubahan
atau pergeseran rincian belanja agar mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-15/PB/2012 tentang Tata Cara Revisi DIPA
Tahun Anggaran 2012. Sedangkan apabila sumber dana untuk membiayai tunggakan dimaksud berasal dari PNBP/Pendapatan BLU,
maka agar merujuk pd Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi RBA Definitif dan Revisi DIPA BLU.
Pertanyaan: penarikan kembali PNBP yang telah di setorkan oleh satker BLU
Jawab
1. Menunjuk UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus tercatat dalam APBN dan mempunyai masa berlaku satu tahun anggaran.
2. Ketentuan mengenai penggunaan surplus dikecualikan hanya untuk satker BLU, sebagaimana dinyatakan dalam UU mengenai APBN
bahwa penggunaan saldo kas satker BLU ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Menunjuk ketentuan butir 1 dan 2 di atas dan mengingat Universitas Mataram ditetapkan sebagai satker yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU pada tahun 2012, maka permohonan pengembalian sisa PNBP yang dapat ditarik kembali adalah hanya PNBP
yang disetor pada tahun Universitas Mataram ditetapkan menjadi satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU, yaitu hanya
untuk tahun 2012 saja, dengan syarat dana PNBP yang telah disetor tersebut belum dipergunakan atau belum diterbitkan SP2D-nya.
4. Mekanisme penarikan PNBP dimaksud agar mengikuti ketentuan mekanisme pengembalian sisa PNBP sesuai Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2008 tanggal 22 Desember 2008 tentang Mekanisme Pengembalian Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Yang Diterima Sebelum Ditetapkan Sebagai Satuan Kerja Yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU).

Pertanyaan: pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum khususnya dalam hal penggunaan pendapatan terkait
Jawab
1. PNBP yang diperoleh pada tahun berjalan yang melebihi target yang telah ditetapkan atau PNBP tersebut tidak masuk dalam RBA
maka atas PNBP tersebut dapat digunakan secara langsung mendahului revisi DIPA selama masih dalam ambang batas fleksibilitas.
Sedangkan pengunaan PNBP yang melampaui ambang batas fleksibilitas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan.
2. Dalam melakukan revisi DIPA BLU karena terlampauinya target PNBP, langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:
a. Satker BLU harus melakukan revisi terhadap RBA definitif. Revisi RBA definitif yang berakibat perubahan pada data RKAKL dan
perubahan DIPA BLU, diikuti dengan penyusunan ikhtisar revisi RBA definitif.
b. Ikhtisar revisi RBA definitif ditelaah oleh pejabat keuangan BLU dan disahkan oleh pemimpin BLU dan diketahui oleh dewan
pengawas BLU. Ikhtisar RBA definitif yang telah disahkan digunakan sebagai dasar dalam melakukan revisi DIPA BLU.
c. PA/Kuasa PA menyusun dan menandatangani Revisi DIPA BLU untuk selanjutnya mengajukan usulan pengesahan kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
d. Usulan pengesahan revisi DIPA BLU dilampiri dengan:
- Arsip Data Komputer (ADK) usulan revisi DIPA BLU;
- Resume revisi RBA definitif dengan format sesuai Lampiran II Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 55/PB/ 2011;
- Ikhtisar Revisi RBA definitf;
- Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) revisi DIPA BLU dengan format sesuai Lampiran III Perdirjen Perbendaharaan
Nomor PER- 55/PB/ 2011.
3. Target PNBP tahun berjalan tidak perlu dilakukan revisi.
4. Dasar hukum yang dapat dipedomani adalah Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER- 55/PB/ 2011 tentang Tata Cara Revisi RBA
Definitif dan Revisi DIPA BLU dan Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta
Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.
Pertanyaan: Tata Cara Penggunaan Dana Operasional Rumah Sakit Badan Layanan Umum
Jawab
1. Penggunaan dana operasional rumah sakit Badan Layanan Umum harus dicantumkan terlebih dahulu didalam dokumen Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA) dan rencana kerja dan anggaran SKPD satker BLU yang bersangkutan, dan penggunaan dana operasional
rumah sakit tercantum dalam APBD.
2. Pada saat penyusunannya, RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima
dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.
3. Adapun pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional BLU.
4. Untuk kelancaran dan ketertiban penggunaan dana operasional, satker BLU perlu menyusun SOP pengelolaan keuangan sebagai
pedoman dalam penggunaan dana tersebut.
Pertanyaan: tentang pengangkatan pegawai non PNS pada satker BLU
Jawab
1. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Pasal 33
ayat (1) disebutkan bahwa Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional
non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU. Penjelasan untuk isi Pasal 33 ayat (1) dimaksud adalah Pejabat pengelola
BLU dan Pegawai BLU tenaga profesional non pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dapat dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak.
2. Pada Pasal 33 ayat (2) disebutkan bahwa syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal
dari pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian.
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengangkatan Tenaga Profesional Non PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 PP 23 Tahun 2005 adalah dalam rangka pengelolaan bisnis BLU dan pengangkatan tersebut lebih ditujukan
untuk meningkatkan kinerja BLU sesuai kompetensi dan profesionalitasnya. Penetapan beban kerja dan kualifikasi tenaga kerja
profesional non PNS serta besaran satuan biaya honorarium merupakan tanggungjawab Pimpinan BLU yang bersangkutan
Pertanyaan: tentang pedoman pelaksanaan pola keuangan BLU rumah sakit
Jawab
1. PP No.23 Tahun 2005 merupakan pedoman utama bagi satker yang ingin menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU. Disamping itu,
satker yang telah menerapkan PK BLU perlu mempedomani berbagai peraturan teknis baik berupa Peraturan Menteri Keuangan maupun
Peraturan Dirjen Perbendaharaan.
2. Agar satker pemerintah dapat menerapkan pengelolaan keuangan BLU, terlebih
dahulu harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Substantif:
- Instansi pemerintah menyelenggarakan layanan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa, pengelola dana khusus, atau
pengelola kawasan atau wilayah.
b. Teknis :
- Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah layak dikelola
dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU. Penilaian ini dilakukan oleh menteri
teknis.
- Kinerja keuangan instansi pemerintah harus sehat.
c. Administratif
Selanjutnya apabila kedua persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka menteri teknis mengusulkan instansi/satker berkenaan kepada
Menteri Keuangan untuk dilakukan penilaian melalui dokumen persyaratan administratif yaitu:
- Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja
- Pola Tata Kelola
- Rencana Strategis Bisnis
- Laporan Keuangan Pokok
- Standar Pelayanan Minimum (SPM)
- Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit.
3. Berdasarkan hasil penilaian atas dokumen administratif tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan ketetapan suatu instansi pemerintah
layak atau tidak layak ditetapkan sebagai satker BLU.
4. Terkait pertanyaan berkenaan dengan pemenuhan persyaratan substantif dan teknis rumah sakit, kami menyarankan agar yang
bersangkutan menghubungi satker BLU terkait dan Kementerian Kesehatan.
Pertanyaan: penggunaan pendapatan dari jasa layanan untuk belanja modal
Jawab
1. Menanggapi pertanyaan diatas dapat disampaikan sebagai berikut :
a. Pasal 13 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU menyatakan bahwa penyusunan, pengajuan, penetapan, dan
perubahan RBA dan dokumen pelaksanaan anggaran BLU (termasuk penggunaan pendapatan dan jasa layanan), diatur oleh Menteri
Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
b. Untuk BLU di lingkungan Pemerintah Pusat, Menteri Keuangan telah mengatur dalam pasal 9 dan 10 PMK No. 92/PMK.05/2011
tentang RBA serta Pelaksanaan Anggaran BLU, bahwa pendapatan jasa layanan BLU dapat digunakan untuk membiayai :
1) Belanja Barang, meliputi gaji dan tunjangan, barang/jasa, pemeliharaan, perjalanan, dan penyediaan barang/jasa BLU lainnya.
2) Belanja Modal, meliputi tanah; peralatan dan mesin; jalan, irigasi, dan jaringan; serta fisik lainnya.
c. Sedangkan untuk BLU di lingkungan Pemerintah Daerah, dalam pasal 64 dan 73 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD dinyatakan bahwa belanja BLUD meliputi belanja pegawai, barang/jasa,
pemeliharaan, lain-lain, serta investasi/modal.
2. Berdasarkan angka 1 diatas, penggunaan pendapatan dari jasa layanan BLUD boleh digunakan untuk membiayai Belanja Modal.

You might also like