Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur adalah diskontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan (R.
Syamsuhidayat, 1997).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang ditentukan oleh jenis dan
luasnya (Brunner dan Suddath, 2000).
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh (Reeves, 2000)
Fraktur lumbal adalah terputusnya discus invertebralis yang berdekatan dan
berbagai tingkat perpindahan fragmen tulang (Theodore, 1993).
Klasifikasi fraktur (Smeltzer, 2001) :
1
k. Fraktur impaksi
Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
dikelompokkan
dan
dinamai
sesuai
dengan
daerah
yang
ditempatinya.
a. 7 vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk
b. 12 vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang
thorak atau dada
c. 5 vertebra lumbalis atau ruas tulang punggung pinggang membentuk daerah
lumbal atau pinggang
d. 5 vertebra sakralis atau ruas tulang belakang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang
e. 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang ekor membentuk tulang koksigeus atau
tulang ekor. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan
sakrum.
Pada tulang leher, punggung dan pinggang ruas-ruasnya tetap tinggal jelas
terpisah selama hidup dan disebut ruas yag dapat bergerak. Ruas ruas pada dua
daerah bawah, sacrum dan keksigeus. Pada masa dewasa bersatu membentuk dua
tulang. Ini disebut ruas ruas tak bergerak.
Dengan perkecualian dua ruas pertama dari tulang leher maka semua ruas
yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Setiap vertebra terdiri atas dua
bagian, yang anterior disebut badan vertebra dan yang posterior disebut arkus neuralis
yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum tulang
belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
1
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali yang
pertama dan kedua, yang membentuk terbentuk istimewa, maka ruas tulang leher
pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut : badannya kecil dan persegi
panjang, lebih panjang dari samping ke samping dari pada dari depan ke
belakang. Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri di ujungnya
memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya atau taju sayat berlubang
lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus
spinosus tidak terbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada
ujungnya. Membuat gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian
bawah tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra
prominens.
Vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang servikal
dan sebelah bawah lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut
: badannya berbentuk lebar lonjong (bentuk jantung) dengan faset atau lekukan
kecil di setiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus
spinosus panjang dan mengarah ke bawah. Sedangkan prosesus tranversus, yang
membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat faset persendian
untuk iga.
3
Vertebra lubalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya sangat
besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal.
Prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya
lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan
langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sacrum pada sendi lumbo
sakral.
Medulla spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecilpada
bagian atas menuju ke bagian bawah samapi servikal dan torakal. Pada bagian ini
terdapat pelebaran dan vertebra servikal IV sampai vertebra torakal II. Pada
daerah lumbal pelebaran ini semakin kecil disebut konus medularis.
Konus ini berakhir pada vertebra lumbal I dan II, akar saraf yang berasal
dari lumbal bersatu menembus foramen interventebralis.
Penyebaran semua saraf medulla spinalis, dimulai dari torakal I sampai
lumbal III mempunyai cabang cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk
fleksus dan ini akan membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari :
1) Fleksus servikalis, dibentuk oleh cabang cabang saraf servikalis anterior.
Cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus assesorius.
2) Fleksus brakialis dibentuk oleh persatuan cabang cabang anterior dari saraf
servikal 4 dan torakal 1, saraf terpenting nervus mediana :
a. Nervus ulnaris redialis
b. Mempersarafi anggota gerak atas
3) Fleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12 saraf terbesar yaitu :
a. Nervus femoralis
b. Nervus obturatoir
4) Dibentuk oleh saraf dan lumbal dan sakral. Saraf skiatik yang merupakan
saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah.
-
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian
bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara ke dua tulang inominata (tulang
koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari
sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan
membentuk sendi intervertebral yang khas. Tapi anterior dari basis sacrum
Koksigeus atau tulang ekor terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimeter
yang bergabung menjadi satu.Di atasnya ia bersendi dengan sacrum.
Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari samping maka kolumna
C. Penyebab / etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu :
Kecelakaan
Kebanyakan fraktur terjadi karena kecelakaan lalu lintas
Osteoporosis
Lebih sering terjadi pada wanita usia di atas 45 tahun karena terjadi perubahan
hormon menopause
Malnutrisi
Pada orang yang malnutrisi terjadi defsit kalsium pada tulang sehingga tulang
rapuh dan sangat beresiko sekali terjadi fraktur
Kecelekaan
Kecerobohan di tempat kerja biasa terjadi, yang dapat menyebabkan fraktur.
(Reeves, 2000)
D. Patofisiologi
Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna bertebra tetapi
lebih sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas.
Pada dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah dislokasi tersebut
menjadi sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan atau kompresi pada
medulla spinalis atau rediks saraf spinalis.
Dengan
adanya
penekanan
atau
kompresi
yang
berlangsung
lama
E. Manifestasi Klinik
1
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi
Terjadi pemendekan tulang akibat kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur
Krepitus adalah derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perubahan yang mengikuti fraktur.
(Smeltzer, S, 2001)
F. Komplikasi
1
Infeksi
Sindrom kompartemen
G. Penatalaksanaan Medis
1
kebanyakan
kasus,
reduksi
tertutup
dilakukan
dengan
Traksi
Adalah alat yang digunakian untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya fraksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Imobilisasi fraktur
Adalah reduksi fraktur, fragmen tulang harus diimobilisasikan atau
dipatahkan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, fraksi, pen, teknik gips atau fiksator
eksterna. Fiksasi interna dengan implan logam yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4
Pemeriksaan diagnostik.
1
Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
(Doenges,1999)
H. Pengkajian Fokus
1
Aktivitas / istirahat
Tanda :
-
Sirkulasi
Tanda :
-
Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler
lambat, pucat pada bagian yang terkena.
Neurosensori
Gejala :
-
Tanda :
-
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
-
Nyeri berat tiba tiba pada saat edema (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf.
Keamanan
Tanda :
-
I. Pathways
kondisi patologis
osteoporosis
trauma langsung /
tidak langsung
fraktur
gangguan
imobilitas
fisik
perubahan
permeabilitas
kapiler
oedema/bengkak
lokal / hematoma
nyeri
intoleransi
aktivias
psikologi
perubahan
peran
takut,
cemas
gangguan
body image
kurang
informasi
kurang
pengetahuan
resti perubahan
perfusi jaringan
perifer
bedrest
defisit
perawatan
diri
penekanan
jaringan
tertentu
resti
gangguan
integritas kulit
Diagnosa Keperawatan
1
Gangguan harga diri / citra diri, penampilan peran berhubungan dengan fraktur
Intervensi :
1
Instruksikan pasien untuk Bantu dalam rentang gerak posisi aktif pada ekstremitas
yang sakit dan tidak sakit
Rasional : meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang rusuk, meingkatkan
tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah atropi.
DX 2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawatan diri pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1
Ajarkan klien dan keluarga tentang cara cara untuk memodifikasi perubahan
perawatan diri
Rasional : agar perawatan diri dapat terpenuhi
DX. 3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
primer
Kriteria hasil :
-
Mempertahankan perfusi jarinagn dibuktikan oleh tanda vital stabil, kulit hangat,
terabanya nadi
Intervensi
1
Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba tiba seperti penurunan suhu kulit dan
peningkatan nyeri
Rasional : dislokasi fraktur sendi dapat menyebabkan kerusakan arteri yang
berdekatan dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal.
DX. 4
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang sampai dengan hilang
Kriteria hasil :
-
Skala nyeri 0 2
Intervensi :
1
(Doenges, 2000)
DX. 5
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan pasien meningkat
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1
Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
fraktur
Rasional : mencegah
kekakuan
sendi,
kontraktur
dan
kelelahan
otot,
Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, misal nyeri berat,
demam menggigil, bau tidak enak, perubahan sensori
Rasional : intervensi cepat dapat menurunkan beratnya komplikasi seperti infeksi
/ gangguan sirkulasi.
(Doenges, 2000)
DX. 6.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi gangguan harga diri / harga diri
menjadi naik
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1
Bersikap realistik dan positif selama pengobatan dan menyusun tujuan dalam
keterbatasan
garis
komunikasi
dan
memberikan
DX. 7.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan integritas kulit lebih
lanjut.
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1
Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin