You are on page 1of 102

Pemicu 4A

Blok Kedaruratan Medik


Kelompok 4
Tutor: dr. Idawati Kartadidjaja MS, SpGK
25 Oktober 2010
FK Untar

Nama

NIM

Jabatan

Fransisca Alvionita

405070041

Sekretaris

Bramantyo Dwiputra

405070043

Anggota

Nico Lie

405070085

Anggota

Cynthia A. Loway

405070094

Anggota

Monica Handayani

405070102

Anggota

Clare Novialin

405070113

Ketua

Christina Hadi W.

405070120

Anggota

Fenny Fenorica

405070122

Anggota

Kasmianto Abadi

405070131

Anggota

Findha Yuliana N.

405070152

Anggota

Diah Permata Sari

40507156

Penulis

Charles Prakarsa

405070167

Anggota

Skenario

Pertandingan Persahabatan yang Tak Bersahabat


Seorang mahasiswa kedokteran berusia 20 tahun dibawa ke
IGD karena sisi kanan kepalanya terbentur tiang gawang saat
pertandingan sepak bola persahabatan dengan jurusan lain.
Menurut teman-temannya ia pingsan selama kurang lebih 30
detik.
Dua puluh menit setelah kejadian, saat ia diperiksa di IGD
didaptkan kesadaran compos mentis tanpa tanda-tanda defisit
neurologis lain kecuali amnesia anterograde dan luka lecet
pada kulit kepala sisi kanan. Dalam observasi di IGD, satu jam
kemudian secara mendadak ia kejang umum tonik klonik. CT
scan kepala yang segera dilakukan setelah kejang teratasi, tidak
menunjukkan kelainan apapun.

Pemeriksaan neurologis menunjukkan perburukan keadaan


klinis dalam 8 jam: sakit kepala, mual, muntah serta
penurunan fungsi kognitif.
Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.
Apakah yang dapat anda pelajari dari kasus ini?

Learning Objectives
Menjelaskan definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi
traum kepala.
Menjelaskan manifestasi klinis, patofisiologi serta
tanda-tanda kegawatdaruratan pada survey primer
akibat trauma kepala.
Menjelaskan prosedur penanganan trauma kepala.
Menjelaskan langkah-langkah penegakkan diagnosis
etiologi/ klasifikasi trauma kepala pada survey
sekunder (termasuk pemeriksaan fisik & penunjang).
Menjelaskan komplikasi & prognosis trauma kepala.
Menjelaskan penyebab trauama pada bagian tubuh
lain yang sering terjadi (trauma thorax & abdomen).

Istilah Asing

Amnesia Anterograde

Basic Anatomy
Scalp
Skull
Meninges
Dura Mater
Arachnoid
Pia Mater

Brain Tissue
CSF and Blood

Basic Anatomy - Meninges

P
A
D

IA MATER SOFT MOTHER

RACHNOID MEMBRANE

URA MATER TOUGH MOTHER

Intracranial Volume

80%
Brain Matter

10%
Blood

10%
CSF

TRAUMA/ CEDERA KEPALA


(Trauma Kapitis)
trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung maupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen.

Etiologi

Penyebab cedera kepala :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kecelakaan lalu lintas


Jatuh
Trauma benda tumpul
Kecelakaan kerja
Kecelakaan rumah tangga
Kecelakaan olahraga
Trauma tembak dan pecahan bom

Epidemiologi
Lebih dr 2 juta pasien di US per tahunnya
diobati di ER dan 25% dirawat.
Di AS, trauma kapitis terjadi tiap 7 detik dan
kematian karena brain injury tiap 5 menit.
Terjadi di semua umur, tapi pada puncaknya
pada usia 15-24 tahun.
Pria : wanita = 3-4 : 1.
Biasanya karena kecelakaan lalu lintas.

Epidemiologi
Amerika: kematian paling besar

Klasifikasi berdasarkan mekanisme, patologi,


lokasi lesi, derajat kesadaran & keparahan
Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi
durameter

Trauma tumpul :
Kecepatan tinggi, contoh : tabrakan otomobil
Kecepatan rendah, contoh : terjatuh, dipukul

Trauma tembus
Contoh : luka tembus peluru dan cedera
tembus lainnya
14

Berdasarkan Patologi
Komosio serebri
Kontusio serebri
Laserasio serebri

Berdasarkan Lokasi lesi


Lesi difus
Lesi kerusakan vaskuler otak
Lesi fokal
Kontusio dan laserasi serebri
Hematoma intrakranial
Hematoma ekstradural (epidural)
Hematoma subdural
Hematoma intraparenkhimal
Hematoma subarakhnoid
Hematoma intraserebral
Hematoma intraserebellar

Berdasarkan derajat kesadaran (SKG)


Kategori

SKG

Gambaran Klinik

CT Scan otak

Minimal

15

Pingsan (-), defisit


neurologi (-)

Normal

Ringan

13-15

Pingsan <10 mnt,


Defisit neurologik (-)

Normal

Sedang

9-12

Pingsan >10 mnt s/d 6


jam
defisit neurologik (+)

Abnormal

Berat

3-8

Pingsan >6 jam,


Defisit neurologik (+)

Abnormal

Catatan :
1.Pedoman triase di gawat darurat
2.Perdarahan intrakranial (CTscan) -->trauma kapitis berat

16

2 mekanisme kerusakan otak akibat cedera


kepala :
- Kerusakaan saat impaksi :
- Konstusio dan laserasi korteks serebri, biasanya lobus
frontal dan temporal pd sisi impaksi, atau pd sisi yg
berlawanan (cedera contre-coup)
- Lesi substansia alba akibat regangan akson dan disrupsi
akibat deselerasi

- Komplikasi sekunder (dpt segera diobati) :


-

Hematoma (ekstradural, subdural, intraserebral)


Edema serebri
Iskemia serebri
Coning
Infeksi

Mekanisme Trauma

Respon Tubuh Terjadap Trauma


Akibat pe volume
darah terutama ke
daerah trauma.
Daerah yg sehat akan
mengalami
kekurangan perfusi
darah pe CO2
vasodilator
Edema serebral bs
terjadi stlh 24-48 jam,
puncaknya 3-5 hari.

Dua faktor utama yg bs menyebabkan pe TIK:


Vasodilatasi (segera)
Edema serebral (24-48 jam)

AUTOREGULASI

Komponen utama pem.neurologis pd pasien


cedera kepala :
Bukti eksternal trauma laserasi
Tanda fraktur basis kranii

Hematoma periorbita bilateral


Hematoma pd mastoid
Hematoma subkonjungtiva
Keluarnya cairan serebrospinal dr hidung telinga
(jernih, tdk bwarna, + mengandung glukosa)
Perdarahan dr telinga

Tingkat kesadaran (GCS)


Pem.neurologis menyeluruh (reflek pupil)

Pemeriksaan penunjang
Radiografi kranium ada tdknya fraktur.
CT scan kranial jk tjd penurunan tingkat
kesadaran/fraktur kranium yg disertai
kebingunan, kejang, tanda neurogis fokal.
Angiografi
Lumbal pungsi untuk menentukan ada
tidaknya darah pada LCS harus dilakukan
sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma
EEG

Tata laksana
Ps hrs dirawat jk tdpt:
Penurunan tingkat kesadaran
Fraktur kranium
Tanda neurologis fokal

Cedera kepala ringan observasi neurologis


& membersihkan/menjahit luka/laserasi kulit
kepala.
Cedera kepala berat rujuk spesialis bedah
saraf.

Urutan Tindakan Menurut Prioritas


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Resusitasi Jantung Paru ABC


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan laboratorium
TIK meninggi
Keseimbangan cairan elektrolit
Nutrisi
Neurorestorasi/ rehabilitasi

TIK meninggi
Tjd akibat edema serebri/ hematoma intrakranial.
Bila ada fasilitas sebaiknya pasang monitor TIK.
Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan dgn
cara:
Hiperventilasi
Terapi diuretik
Diuretik osmotik (Manitol 20%)
Dosis: 0,5-1 g/ kgBB diberikan dlm 30 menit. u/ mencegah
rebound diberikan ulangan manitol stlh 6 jam dgn dosis
0,25-0,5 g/ kgBB dlm waktu 30 menit.
Monitor: osmolalitas tdk melebihi 310 mOsm.

Loop diuretik (Furosemid)


Pemberiannya bersama Manitol, karena mempunyai
efek sinergis & memperpanjang efek osmotik serum
Manitol. Dosis: 40 mg/ hari IV.

Posisi tidur
Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dgn
kepala & dada pd satu bidang.

Keseimbangan cairan elektrolit


Pd saat awal (hari 1-2), pemasukan cairan
dikurangi u/ mencegah bertambahnya edema
serebri dgn jumlah cairan 1500-2000 ml/ hari.
Yg dipakai NaCl 0,9% atau Ringer Laktat.
Stlh hari 3-4 dpt dimulai makanan peroral
melalui pipa nasogastrik.

Nutrisi

Makanan atau cairan. Pada trauma ringan


bila muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%,
aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3


hari), tidak terlalu banyak cairan. Dekstrosa
5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam
kedua dan dekstrosa 5% 8 jam ketiga. Pada
hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui nasogastric tube
(2500-3000 TKTP). Pemberian protein
tergantung nilai urea N.

Medikamentosa Lainnya
Antibiotik profilaksis fraktur basis kranii.
Antikonvulsan kejang
Pemberian analgetika
* KI obat2an narkotik & sedatif

KOMPLIKASI
Gejala sisa cedera kepala berat
Ketidakmampuan fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf
kranial)
Ketidakmampuan mental (g3 kognitis, perubahan
kepribadian)
Kebocoran cairan serebrospinal
Epilepsi pascatrauma terutama pd pasien yg kejang awal,
anemsia pascatrauma (>24jam), fraktur depresi kranium,
hematoma intrakranial.
Profilaksis: diberikan fenitoin (dilantin) dgn dosis 3-4 x 100
mg/ hari selama 7 hari.

Sindrom pascakonkusi
Nyeri kepala
Vertigo
Depresi
G3 konsentrasi

Hematoma subdural kronik

Infeksi
Risiko tinggi infeksi: fraktur tulang terbuka,
luka luar, fraktur basis cranii.
Profilaksis: ampisilin 3 x1 gram/ hari IV slm 10
hari. Bila curiga meningitis: ampisilin 4 x 3
gram IV + kloramfenikol 4 x 1 gram IV selama
10 hari.

Demam antipiretik.
Gangguan GIT
Kelainan Hematologis: anemia, trombositopenia,
hipohiperagregasi trombosit DIC.
Gelisah
Sesak nafas akut
Aspirasi
Tromboemboli, emboli lemak
Edema pulmonum

Tipe trauma kepala

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala tertutup (Komusio serebri/Gegar


otak, Kontusio serebri /Memar otak, Perdarahan
sub dural, Perdarahan Intraserebral )

TRAUMA TERBUKA

Trauma kepala terbuka


Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak
dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan
pada meatus akustikus interna, foramen jugularis
dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak
battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os
mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga).
Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala
hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar
tengkorak.

Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi


oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar.
Tanda-tanda klinik yang dapat membantu
mendiagnosa adalah :

Battle sign ( warna biru/ekhimosis di belakang telinga di


atas os mastoid )
Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )
Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa
trauma langsung )
Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

laceratio cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut
disertai dengan robekan piamater. Laceratio
biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan
subaraknoid traumatika, subdural akut dan
intercerebral.
Laceratio dapat dibedakan atas:
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala
yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen
fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.
Laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas
jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.

Komplikasi
Komplikasi pada trauma kepala terbuka
adalah infeksi, meningitis dan perdarahan /
serosanguinis.

TRAUMA TERTUTUP

KOMUSIO/ KONKUSIO
(Gegar otak)

Cedera kepala ringan.


Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
Hilang kesadaran sementara, < 10 20 menit.
Tanpa kerusakan otak permanen.
Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah
Disorientasi sementara.
Tidak ada gejala sisa.
MRS kurang 48 jam kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital.
Tidak ada terapi khusus.
Istirahat mutlak setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk
berdiri pulang.
Setelah pulang kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.

Terjadi akibat beban guncangan semata khususnya


akselerasi angulasi dan rotasi dan bukan karena
fenomena kontak.
Kebanyakan sembuh dalam beberapa detik atau menit.
Biasanya ada retrograde dan anterograde amnesia
CT atau MRI kelihatan normal, tidak ada perubahan
struktural.
Hanya 5% pasien terdapat perdarahan intrakranial
pada CT scan.
Beratnya concussion dilihat dari durasi hilang
kesadaran dan amnesia.

Post concussion syndrome


Menurut DSM-IV, kriteria untuk PCS meliputi:
a. Riwayat trauma kepala yang menyebabkan adanya konkusi
serebral yang signifikan.
b. Gangguan kognitif dan atau memori
c. Terdapat 3 dari 8 gejala (fatique, gangguan tidur, nyeri
kepala, dizziness, iritabel, gangguan afektif, perubahan
kepribadian, apatis) yang muncul setelah trauma dan
menetap selama 3 bulan.
d. Gejala-gejala muncul pada saat trauma atau memburuk
setelah trauma.
e. Mengganggu fungsi sosial
f. Dieksklusi adanya demensia pasca trauma atau kelainan lain
yang menerangkan gejala yang muncul.

KONTUSIO
(Memar Otak)
perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak
akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini
bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf
atau otak yang akan menimbulkan edema
jaringan otak di daerah sekitarnya

Ada memar otak.


Perdarahan kecil lokal/difusi
Gejala :
- Gangguan kesadaran lebih lama
- Kelainan neurologik positif, reflek patologik
positif, lumpuh, konvulsi.
- TIK meningkat.
- Amnesia retrograd lebih nyata

Biasanya tidak ada intervensi bedah dibutuhkan


untuk memar otak.

Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi


dibedakan atas koup kontusio dimana lesi
terjadi pada sisi benturan, dan tempat
benturan. Pada kepala yang relatif diam
biasanya terjadi lesi koup, sedang bila kepala
dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi
kontra koup.

HEMATOMA EPIDURAL

Hematoma Epidural
Perdarahan yang terjadi di antara tabula internaduramater
Hematoma massif akibat pecahnya
a.meningea media atau sinus venosus
Tanda diagnostik klinis:

Lucid interval (+)


Kesadaran makin menurun
Late hemipareseontralateral lesi
Pupil anisokor
Babinsky (+) kontralateral lesi
Fraktur di temporal

Hematoma Epidural di Fossa Posterior


Gejala dan Tanda Klinis:
Lucid interval tidak jelas
Fraktur kranii oksipital
Kehilangan kecadaran cepat
Gangguan serebellum, batang otak dan
pernapasan
Pupil isokor

Diagnostik:
CT scan otak gambaran hiperdens di tulang
tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal
dan tampak bikonveks.

Patofisiologi
Cedera disebabkan o/ laserasi arteri,
meningea media, vena meningea media,atau
sinus dura, dgn/ tanpa disertai fraktur
tengkorak.
Epidural hematoma kompresi, pergeseran,
peningkatan TIK.

Komplikasi Klinis
Komplikasi primer mekanisme direk
Menyebabkan cedera aksonal
Hilangnya kesadaran awal/depresi status mental

Komplikasi sekunder
Hematoma yg luas kemunduran neurologik

Tata laksana
Evaluasi bedah saraf emergensi & evaluasi
hematoma
Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi
sekuens cepat)
Stabilisasi sal.napas, sirkulasi
Pembatasan komplikasi sekunder

Epidural hematom

HEMATOMA SUBDURAL
Perdarahan terjadi di antara
duramater-arakhnoid akibat
robeknya bridging vein

Gejala klinis

Tjd 30% krn cedera kepala berat.


Perubahan kesadaran (hampir semua kasus).
Nyeri kepala, muntah, letargi.
Hemiparesis.
Interval lusid sblm gejala neurogik tampak.

Jenis:
Akut
Subakut
Kronik

: interval lucid
: interval lucid
: interval lucid

0-5 hari
5 hari minggu
>3 bulan

Perdarahan subdural akut sering dihubungkan


dengan cedera otak besar dan cedera batang
otak.
Tanda-tanda akan gejala klinis berupa
sakit kepala,
perasaan kantuk, dan kebingungan,
Respon yang lambat, dan gelisah.
Keadaan kritis terlihat dengan adanya
perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

Perdarahan subdural subakut, biasanya


berkembang 7-10 hari setelah cedera dan
dihubungkan dengan kontusio serebri yang
agak berat. Tekanan serebral yang terusmenerus menyebabkan penurunan tingkat
kesadaran yang dalam.

Perdarahan subdural kronik, terjadi karena


luka ringan. Mulanya perdarahan kecil
memasuki ruang subdural. Beberapa minggu
kemudian menumpuk di sekitar membran
vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala
mungkin tidak terjadi dalam beberapa
mingggu atau bulan. Keadaan ini pada proses
yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil
dan motorik.

Patofisiologi
Robeknya vena penghubung antara korteks
serebri & drainase sinus vena peningkatan
TIK.
Penyempitan ventrikel akibat volume bekuan.
Udem yg disebabkan cedera otak.

Diagnosis
Anamnesis difokuskan pd mekanisme
cedera & keadaan neurologik sblm & stlh
cedera.
Temuan radiografi dr CT scan kepala tanpa
kontras kumpulan darah bbtk bulan sabit
antara otak & dura.
Hilangnya sulkus & penyempitan ventrikel.
Pergeseran garis tengah akibat volume bekuan
yg besar.

Komplikasi

Peningkatan TIK
Udema otak
Perdarahan rekuren
Kejang

Tata laksana
Intervensi bedah saraf dini (4 jam)
Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi
sekuens cepat).

Subdural hematoma

HEMATOMA SUBARAKHNOID

Perdarahan Subarachnoid
Gejala dan tanda klinis:
kaku kuduk
nyeri kepala
bisa terdapat gangguan
kesadaran
Diagnosis:
CT Scan Adanya
perdarahan
di
ruang
subaraknoid

Subarachnoid Hemorrhage

Wanita
Pendarahan spontan biasanya diakibatkan dari
pecahnya secara tiba-tiba aneurysm di dalam arteri
cerebral.
Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala kerusakan
pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di
bawah ini :
Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian
tubuh (paling sering terjadi).
Kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh.
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
(aphasia).

Tanda dan Gejala


Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti
biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit
kepala thunderclap).
Nyeri muka atau mata.
Penglihatan ganda.
Kehilangan penglihatan sekelilingnya.

Diagnosa
Merasa sakit kepala hebat secara mendadak
dan mencapai puncak dalam hitungan detik
CT scan
LP
Cerebral angiography lokasi aneurism
Magnetic resonance angiography
CT angiography

Penatalaksanaan
Analgesik opioid sakit kepala
Pelembut tinja konstipasi
Nimodipine mencegah vasospasm dan
stroke ischemic
Memasang shunt mengeringkan cairan
cerebrospinal, menghilangkan tekanan dan
mencegah hydrocephalus

Komplikasi
Hydrocephalus
Vasospasm
Pecahan kedua

Prognosis
35% meninggal aneurism
5 % meninggal dalam beberapa minggu
pendarahan dari pecahan kedua
Orang yang bertahan untuk 6 bulan tetapi
yang tidak melakukan operasi untuk aneurysm
memiliki 3% kemungkinan mengalami
pecahan lainnya setiap tahun.

Gambaran perbedaan perdarahan


Intraserebral dan Subarachnoid

HEMATOMA INTRASEREBRAL

Hematoma Intraserebral
Adalah perdarahan parenkhim otak,
disebabkan karena pecahnya arteri
intraserebral mono atau multiple.

http://www.emsmagazine.com/article/photos/1242402277713_46-3.jpg

Diffuse axonal injury


Arah dan gerakan kepala berperan penting dlm
menentukan jmlh dan distribusi peristiwa kerusakan
aksonal.
Kepala lebih rentan thd kerusakan pada gerakan lateral dan
sagital.
Penyebabnya adalah beban guncangan bukan krn benturan.
Koma traumatik lebih dr 6 jam.
Jika durasinya 6-24 jam ringan.
>24 jam sedang atau berat.
Ps bisa sadar dlm bbrp hr, bln atau thn.
Mereka yang sembuh mungkin akan memiliki g3 kognitif
dan motorik sperti ataxia.

BASILAR FRACTURE

Fraktur Basis Cranii


Anterior
Rhinorrhea
Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis (raccoon eye)
Anosmia

Media
Otorrhea
Gangguan nervus VII dan VIII

Posterior
Bilateral mastoid ecchymosis/Battles sign

Diagnostik
Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal
CT scan

Trauma Thorax
luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan
pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam
atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
Gejala yang sering dilihat pada trauma
thorax adalah nyeri dada dan sesak nafas
atau nyeri pada waktu nafas.

INITIAL ASSESSMENT DAN


PENGELOLAAN
Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang
mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan
airway, breathing, dan circulation.
Resusitasi fungsi vital.
Secondary survey yang terinci.
Perawatan definitif.
Mengurangi dan menghilangkan nyeri.
Memantau kesadaran pasien.
Melakukan pembuatan x-ray dada kalau perlu
dua arah.

Kondisi Yang Perlu Pembedahan Segera


Obstruksi (ada sumbatan) pada jalan nafas,
hemotoraks massif (penggumpalan darah/perdarahan),
tamponade pericardium/jantung (tersumbatnya) yang
banyak disebabkan luka tusuk yang menembus
jantung,
tension pneumotoraks,
flail chest,
pneumotoraks terbuka,
kebocoran bronkus dan
trakeobronkial.

Kelainan Yg Dpt Tjd Pd Trauma Thorax


Pada dinding dada:
a) Patah tulang rusuk, tunggal dan jamak.
Tanda utama adalah tertinggalnya gerakan
nafas pada daerah yang patah, disertai nyeri
waktu nafas dan atau sesak.
b) Flailchest, ditandai dengan gerakan nafas
yang paradoksal.

Pada rongga dada:


a) Pneumotorak, ditandai dengan sesak napas.
b) Hemotoraks, ditandai dengan penurunan volume cairan
tubuh.
c) Kerusakan paru, ditandai dengan penurunan kemampuan
dalam bernapas.
d) Kerusakan trakea, bronkus dan sistem
trakeobronkoalveolar. Ditandai dengan sesak napas,
pembesaran pada leher serta adanya crepitasi pada dinding
dada.
e) Kerusakan jaringan jantung dan pericardium. Ditandai
dengan penurunan volume cairan tubuh, terjadi sumbatan
primer, serta penurunan nadi waktu inspirasi.

f) Kerusakan pada esofagus. Ditandai dengan


pasien yang nampak tak sehat serta bunyi yang
abnormal pada seperti mengunyah pada jantung
bila diperiksa dengan stetoskop.
g) Kerusakan Ductus torasikus. Ditandai dengan
sesak napas karena kolaps paru.
h) Kerusakan pada diafragma. Tidak memberikan
tanda yang khas, sesak nafas sering nampak dan
disertai tanda-tanda pneumotoraks atau gejala
hemotoraks.

Komplikasi
Yang terkait dengan tidak stabilnya dinding dada:
Nyeri berkepanjangan
Osteomylitis. Dilakukan squesterisasi dan fiksasi.
Retensi sputum, karena batuk tidak adequat dan dapat
menimbulkan pneumoni. Diperlukan pemberian mukolitik.
Yang terkait dengan perlukaan dan memar paru:
Infiltrat paru dan efusi pleura. Memerlukan pemasangan WSD
untuk waktu yang lama.
Empiema, yang terjadi lambat. Memerlukan WSD dan antibiotik.
Pneumoni, merupakan komplikasi yang berbahaya. Perlu diberi
pengobatan yang optimal, bila distress pernafassan berkelanjutan
maka diperlukan pemasangan respirator.
Fistel bronkopleural, ditandai dengan gejala kolaps paru yang tidak
membaik. Memerlukan tindak bedah lanjut berupa torakotomi
eksploratif dan penutupan fistelnya.

Komplikasi lain di luar paru dan pleura:


Mediastinitis, merupakan komplikasi yang sering fatal. Bila
terjadi pernanahan maka harus dilakukan drainase
mediastinum.
Fistel esofagus, dapat ke mediastinum dan menyebabkan
mediastinitis atau ke pleura dan menimbulkan empiema
atau efusi pleua. Diperlukan tindakan bedah untuk
menutup fistel.
Hernia diafragmatika lambat, memerlukan koreksi bedah.
Kelainan jantung, terutama pada luka tembus dan trauma
tajam pada jantung. Memerlukan tindakan bedah dan
pembedahan jantung terbuka.

TRAUMA ABDOMEN

Tanda dan gejala


1. Trauma tembus (trauma
perut dengan penetrasi
kedalam rongga peritonium)
- Hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ
- Respon stres simpatis
- Perdarahan dan
pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma


perut tanpa penetrasi
kedalam rongga
peritonium).
- Kehilangan darah.
- Memar/jejas pada
dinding perut.
- Kerusakan organ-organ.
- Nyeri tekan, nyeri ketok,
nyeri lepas dan kekakuan
(rigidity) dinding perut.
- Iritasi cairan usus

Komplikasi
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi

Pemeriksaan
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan
kelainan pada usus besar ;
Kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam
lambung
Kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi
pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
analisis urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan
laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan
terhadap trauma saluran kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma


tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam
rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai
dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang
ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran
bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga
perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis
melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga
peritonium

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung
dan mencegah aspirasi.
Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal :
syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera
melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli,
rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase
peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)

Kesimpulan & Saran


Berdasarkan kasus di atas, kemungkinan
mengalami cedera kepala tertutup, yaitu
epidural hematoma.
Disertai komplikasi kejang tonik klonik.
Monitoring gejala klinis, bila perlu dengan
melakukan CT-scan & EEG.
Melakukan pemeriksaan menyeluruh (secara
holistik) u/ mencari kemungkinan cedera di
bagian tubuh yg lain.

Daftar Pustaka

Color Atlas of Neurology


Drislane FW et all. Neurology. Blueprints. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 2006.
Essensial Neurology
Markam, Soemarmo. Penuntun Neurologi. Jakarta : Binarupa Aksara, 1992.
Prof. DR. Mahar mardjono dan prof. DR Priguna Sidharta. Neurologi Dasar Klinis. PT Dian
Rakyat.Jakarta,2009
Prof.dr.Arjatmo Tjokronegoro, PhD, SpAnd. Updates in Neuroemergencies. Jakarta: FKUI, 2002.
Sherwood L. Human Physiology.5th ed. Belmont : Thomson Learning,2004
Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Clinical Neurology. International Edition. Prentice Hall:
Appleton & Lange, 2009.
Sjamsuhidajat, R. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Cetakan Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005.
Sobotta, Atlas Anatomi Manusia, edisi 21, Jakarta, EGC, 2000
Stefan silbernagl, Teks & atlas berwarna PATOFISIOLOGI.EGC,2007
www.nejm.org
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000028.htm
Heegaard WG, Biros MH. Head. In: Marx J. Rosens Emergency Medicine: Concepts and Clinical
Practice. 7th ed. St. Louis, Mo: Mosby; 2009:chap. 38.
WHO

TERIMA KASIH

DISKUSI PLENO
Pertanyaan dr Agung Kelompok 2:
Kapan digunakan Manitol & Hiperventilasi?
Pemberian antibiotik u/ cedera kepala terbuka masih
kontroversi, bagamaina mnrt kelompok anda?
Pertanyaan dr Melissa Kelompok 2:
Bagaimana mekanisme cedera kepalapenjelasan setiap
jenis akselerasi?
Pd difuse aksonal injury yg plg srg tjd karena akselerasi
apa?Bagaimana mekanismenya?
Pertanyaan dr Melisa Kelompok 1:
Kelompok anda menyimpulkan jika pasien pd kasus di atas
mengalami epidural hematoma,kenapa CTscan nya Normal?

You might also like