Professional Documents
Culture Documents
Nama
NIM
Jabatan
Fransisca Alvionita
405070041
Sekretaris
Bramantyo Dwiputra
405070043
Anggota
Nico Lie
405070085
Anggota
Cynthia A. Loway
405070094
Anggota
Monica Handayani
405070102
Anggota
Clare Novialin
405070113
Ketua
Christina Hadi W.
405070120
Anggota
Fenny Fenorica
405070122
Anggota
Kasmianto Abadi
405070131
Anggota
Findha Yuliana N.
405070152
Anggota
40507156
Penulis
Charles Prakarsa
405070167
Anggota
Skenario
Learning Objectives
Menjelaskan definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi
traum kepala.
Menjelaskan manifestasi klinis, patofisiologi serta
tanda-tanda kegawatdaruratan pada survey primer
akibat trauma kepala.
Menjelaskan prosedur penanganan trauma kepala.
Menjelaskan langkah-langkah penegakkan diagnosis
etiologi/ klasifikasi trauma kepala pada survey
sekunder (termasuk pemeriksaan fisik & penunjang).
Menjelaskan komplikasi & prognosis trauma kepala.
Menjelaskan penyebab trauama pada bagian tubuh
lain yang sering terjadi (trauma thorax & abdomen).
Istilah Asing
Amnesia Anterograde
Basic Anatomy
Scalp
Skull
Meninges
Dura Mater
Arachnoid
Pia Mater
Brain Tissue
CSF and Blood
P
A
D
RACHNOID MEMBRANE
Intracranial Volume
80%
Brain Matter
10%
Blood
10%
CSF
Etiologi
Epidemiologi
Lebih dr 2 juta pasien di US per tahunnya
diobati di ER dan 25% dirawat.
Di AS, trauma kapitis terjadi tiap 7 detik dan
kematian karena brain injury tiap 5 menit.
Terjadi di semua umur, tapi pada puncaknya
pada usia 15-24 tahun.
Pria : wanita = 3-4 : 1.
Biasanya karena kecelakaan lalu lintas.
Epidemiologi
Amerika: kematian paling besar
Trauma tumpul :
Kecepatan tinggi, contoh : tabrakan otomobil
Kecepatan rendah, contoh : terjatuh, dipukul
Trauma tembus
Contoh : luka tembus peluru dan cedera
tembus lainnya
14
Berdasarkan Patologi
Komosio serebri
Kontusio serebri
Laserasio serebri
SKG
Gambaran Klinik
CT Scan otak
Minimal
15
Normal
Ringan
13-15
Normal
Sedang
9-12
Abnormal
Berat
3-8
Abnormal
Catatan :
1.Pedoman triase di gawat darurat
2.Perdarahan intrakranial (CTscan) -->trauma kapitis berat
16
Mekanisme Trauma
AUTOREGULASI
Pemeriksaan penunjang
Radiografi kranium ada tdknya fraktur.
CT scan kranial jk tjd penurunan tingkat
kesadaran/fraktur kranium yg disertai
kebingunan, kejang, tanda neurogis fokal.
Angiografi
Lumbal pungsi untuk menentukan ada
tidaknya darah pada LCS harus dilakukan
sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma
EEG
Tata laksana
Ps hrs dirawat jk tdpt:
Penurunan tingkat kesadaran
Fraktur kranium
Tanda neurologis fokal
TIK meninggi
Tjd akibat edema serebri/ hematoma intrakranial.
Bila ada fasilitas sebaiknya pasang monitor TIK.
Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan dgn
cara:
Hiperventilasi
Terapi diuretik
Diuretik osmotik (Manitol 20%)
Dosis: 0,5-1 g/ kgBB diberikan dlm 30 menit. u/ mencegah
rebound diberikan ulangan manitol stlh 6 jam dgn dosis
0,25-0,5 g/ kgBB dlm waktu 30 menit.
Monitor: osmolalitas tdk melebihi 310 mOsm.
Posisi tidur
Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dgn
kepala & dada pd satu bidang.
Nutrisi
Medikamentosa Lainnya
Antibiotik profilaksis fraktur basis kranii.
Antikonvulsan kejang
Pemberian analgetika
* KI obat2an narkotik & sedatif
KOMPLIKASI
Gejala sisa cedera kepala berat
Ketidakmampuan fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf
kranial)
Ketidakmampuan mental (g3 kognitis, perubahan
kepribadian)
Kebocoran cairan serebrospinal
Epilepsi pascatrauma terutama pd pasien yg kejang awal,
anemsia pascatrauma (>24jam), fraktur depresi kranium,
hematoma intrakranial.
Profilaksis: diberikan fenitoin (dilantin) dgn dosis 3-4 x 100
mg/ hari selama 7 hari.
Sindrom pascakonkusi
Nyeri kepala
Vertigo
Depresi
G3 konsentrasi
Infeksi
Risiko tinggi infeksi: fraktur tulang terbuka,
luka luar, fraktur basis cranii.
Profilaksis: ampisilin 3 x1 gram/ hari IV slm 10
hari. Bila curiga meningitis: ampisilin 4 x 3
gram IV + kloramfenikol 4 x 1 gram IV selama
10 hari.
Demam antipiretik.
Gangguan GIT
Kelainan Hematologis: anemia, trombositopenia,
hipohiperagregasi trombosit DIC.
Gelisah
Sesak nafas akut
Aspirasi
Tromboemboli, emboli lemak
Edema pulmonum
TRAUMA TERBUKA
laceratio cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut
disertai dengan robekan piamater. Laceratio
biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan
subaraknoid traumatika, subdural akut dan
intercerebral.
Laceratio dapat dibedakan atas:
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala
yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen
fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.
Laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas
jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
Komplikasi
Komplikasi pada trauma kepala terbuka
adalah infeksi, meningitis dan perdarahan /
serosanguinis.
TRAUMA TERTUTUP
KOMUSIO/ KONKUSIO
(Gegar otak)
KONTUSIO
(Memar Otak)
perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak
akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini
bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf
atau otak yang akan menimbulkan edema
jaringan otak di daerah sekitarnya
HEMATOMA EPIDURAL
Hematoma Epidural
Perdarahan yang terjadi di antara tabula internaduramater
Hematoma massif akibat pecahnya
a.meningea media atau sinus venosus
Tanda diagnostik klinis:
Diagnostik:
CT scan otak gambaran hiperdens di tulang
tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal
dan tampak bikonveks.
Patofisiologi
Cedera disebabkan o/ laserasi arteri,
meningea media, vena meningea media,atau
sinus dura, dgn/ tanpa disertai fraktur
tengkorak.
Epidural hematoma kompresi, pergeseran,
peningkatan TIK.
Komplikasi Klinis
Komplikasi primer mekanisme direk
Menyebabkan cedera aksonal
Hilangnya kesadaran awal/depresi status mental
Komplikasi sekunder
Hematoma yg luas kemunduran neurologik
Tata laksana
Evaluasi bedah saraf emergensi & evaluasi
hematoma
Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi
sekuens cepat)
Stabilisasi sal.napas, sirkulasi
Pembatasan komplikasi sekunder
Epidural hematom
HEMATOMA SUBDURAL
Perdarahan terjadi di antara
duramater-arakhnoid akibat
robeknya bridging vein
Gejala klinis
Jenis:
Akut
Subakut
Kronik
: interval lucid
: interval lucid
: interval lucid
0-5 hari
5 hari minggu
>3 bulan
Patofisiologi
Robeknya vena penghubung antara korteks
serebri & drainase sinus vena peningkatan
TIK.
Penyempitan ventrikel akibat volume bekuan.
Udem yg disebabkan cedera otak.
Diagnosis
Anamnesis difokuskan pd mekanisme
cedera & keadaan neurologik sblm & stlh
cedera.
Temuan radiografi dr CT scan kepala tanpa
kontras kumpulan darah bbtk bulan sabit
antara otak & dura.
Hilangnya sulkus & penyempitan ventrikel.
Pergeseran garis tengah akibat volume bekuan
yg besar.
Komplikasi
Peningkatan TIK
Udema otak
Perdarahan rekuren
Kejang
Tata laksana
Intervensi bedah saraf dini (4 jam)
Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi
sekuens cepat).
Subdural hematoma
HEMATOMA SUBARAKHNOID
Perdarahan Subarachnoid
Gejala dan tanda klinis:
kaku kuduk
nyeri kepala
bisa terdapat gangguan
kesadaran
Diagnosis:
CT Scan Adanya
perdarahan
di
ruang
subaraknoid
Subarachnoid Hemorrhage
Wanita
Pendarahan spontan biasanya diakibatkan dari
pecahnya secara tiba-tiba aneurysm di dalam arteri
cerebral.
Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala kerusakan
pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di
bawah ini :
Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian
tubuh (paling sering terjadi).
Kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh.
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
(aphasia).
Diagnosa
Merasa sakit kepala hebat secara mendadak
dan mencapai puncak dalam hitungan detik
CT scan
LP
Cerebral angiography lokasi aneurism
Magnetic resonance angiography
CT angiography
Penatalaksanaan
Analgesik opioid sakit kepala
Pelembut tinja konstipasi
Nimodipine mencegah vasospasm dan
stroke ischemic
Memasang shunt mengeringkan cairan
cerebrospinal, menghilangkan tekanan dan
mencegah hydrocephalus
Komplikasi
Hydrocephalus
Vasospasm
Pecahan kedua
Prognosis
35% meninggal aneurism
5 % meninggal dalam beberapa minggu
pendarahan dari pecahan kedua
Orang yang bertahan untuk 6 bulan tetapi
yang tidak melakukan operasi untuk aneurysm
memiliki 3% kemungkinan mengalami
pecahan lainnya setiap tahun.
HEMATOMA INTRASEREBRAL
Hematoma Intraserebral
Adalah perdarahan parenkhim otak,
disebabkan karena pecahnya arteri
intraserebral mono atau multiple.
http://www.emsmagazine.com/article/photos/1242402277713_46-3.jpg
BASILAR FRACTURE
Media
Otorrhea
Gangguan nervus VII dan VIII
Posterior
Bilateral mastoid ecchymosis/Battles sign
Diagnostik
Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal
CT scan
Trauma Thorax
luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan
pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam
atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
Gejala yang sering dilihat pada trauma
thorax adalah nyeri dada dan sesak nafas
atau nyeri pada waktu nafas.
Komplikasi
Yang terkait dengan tidak stabilnya dinding dada:
Nyeri berkepanjangan
Osteomylitis. Dilakukan squesterisasi dan fiksasi.
Retensi sputum, karena batuk tidak adequat dan dapat
menimbulkan pneumoni. Diperlukan pemberian mukolitik.
Yang terkait dengan perlukaan dan memar paru:
Infiltrat paru dan efusi pleura. Memerlukan pemasangan WSD
untuk waktu yang lama.
Empiema, yang terjadi lambat. Memerlukan WSD dan antibiotik.
Pneumoni, merupakan komplikasi yang berbahaya. Perlu diberi
pengobatan yang optimal, bila distress pernafassan berkelanjutan
maka diperlukan pemasangan respirator.
Fistel bronkopleural, ditandai dengan gejala kolaps paru yang tidak
membaik. Memerlukan tindak bedah lanjut berupa torakotomi
eksploratif dan penutupan fistelnya.
TRAUMA ABDOMEN
Komplikasi
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi
Pemeriksaan
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan
kelainan pada usus besar ;
Kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam
lambung
Kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi
pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
analisis urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan
laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan
terhadap trauma saluran kencing.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung
dan mencegah aspirasi.
Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal :
syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera
melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli,
rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase
peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)
Daftar Pustaka
TERIMA KASIH
DISKUSI PLENO
Pertanyaan dr Agung Kelompok 2:
Kapan digunakan Manitol & Hiperventilasi?
Pemberian antibiotik u/ cedera kepala terbuka masih
kontroversi, bagamaina mnrt kelompok anda?
Pertanyaan dr Melissa Kelompok 2:
Bagaimana mekanisme cedera kepalapenjelasan setiap
jenis akselerasi?
Pd difuse aksonal injury yg plg srg tjd karena akselerasi
apa?Bagaimana mekanismenya?
Pertanyaan dr Melisa Kelompok 1:
Kelompok anda menyimpulkan jika pasien pd kasus di atas
mengalami epidural hematoma,kenapa CTscan nya Normal?