You are on page 1of 5

PEMELIHARAAN DAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L)

Oleh

Yulfin Punya, Dewi Buaya, Delila Namotemo, dan Semuel Gogugu


Mahasiswa Agroteknologi - Semester V (UNIERA)
Pendahuluan
Tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika tengah dan dibagian utara
Amerika selatan. Tanaman kakao pertama kali dibudidayakan, serta digunakan sebagai bahan
makanan dan minuman cokelat oleh suku Maya dan suku Astek (Aztec). Suku indian Maya adalah
suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut Guatemala, Yucatan, dan Honduras (Amerika
Tengah).
Bangsa spanyol memperkenalkan tanaman kakao di Indonesia pada tahun 1560 tempat di
Celebes (sekarang sulawesi) minahasa. Ekspor kakao di awali dari pelabuhan manado ke manila pada
tahun 1825-1838 dengan jumlah ekspor sekitar 92 ton. Setelah itu, ekspor kakao dikabarkan
menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Hal ini yang membuat ekspor kakao
Indonesia terhenti sekitar tahun 1928. Pada tahun 1888, Henri D. Maegilavry orang yang mengenal
sifat-sifat baik kakao dari Venezuela, terutama mengenai mutunya mendatankan puluhan semai
kakao jenis baru dari Venuzuela, tetapi sangat disayangkan karena yang bertahan hidup hanya satu
pohon.
Sistematika tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dapat disebut sebagai berikut.
Divisi: Spermatophyta. Anak Divisi: Angiospermae. Kelas: Dicotyle Doneae. Anak Kelas: Dialy Petalea.
Bangsa: Malvales. Suku: Sterculiaceae. Marga: Theobroma. Jenis: Theobroma Cacao L.
Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 100 LS-100 LU dan pada ketinggian 0-600 m
dpl. Faktor iklim yang turut mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao antara lain, suhu minimum
18-210C dan maksimum 30-320C, curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah
1.500-2.500 mm/tahun. Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1.200 mm/tahun, proses
evapotranspirasi lebih besar dari curah hujan hujannya, pada kisaran curah hujan (yang lebih dari
3.000 mm/tahun), Biasanya banyak kendalah yang dijumpai seperti serangan hama dan penyakit.
Tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah tanah yang bertestur geluh lempung (Clay loam)
yang merupakan perpaduan antara 50% pasir, 10-20% debu, dan 30-40% lempung berpasir. Tekstur
tanah ini diangap memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang
baik.

A.

Pengendalian gulma

Istilah gulma terjemaan dari bahasa inggris weed. Sebagai tumbuhan penganggu. Menurut
klingman (1964),gulma adalah tumbuhan yang tumbu di tempat yang tidak di kehendaki oleh
manusia.
1.
Pada kakao muda (tanaman belum menghasilkan), kelompok rumput: alang-alang
(imperata cylindrical), pahitan (paspalum conjugatum), tulangan (otochloa nodosa), lemur
(ischaemum timorense), pahitan lanang (axonopus compressus), jambean (seteria plicata).
kelompok teki: teki (cyperus royundus),teki udelan (cyperus kyllingia). kelompok berdaun
lebar: sambung rambat (mikania micrantha), nocan (alternatera brasiliana), wedusan
(ageratum conyzoides).
2.
Pada kakao dewasa (tanaman menghasilkan), kelompok rumput: alang-alang (imperata
cylindrical), jambean (setaria plicata), pahitan (paspalum conjugatum). kelompok berdaun
lebar: sambung rambat (mikania micrantha).
3.
Kelompok gulma di atas pohon: lumut (berbagai sepsis), picisan (drimoglossum piloseloides).

Pengendalian gulma secara mekanis: yaitu pengendalian dapat dilakukan dengan tenaga
manusia atau alat-alat mekanisasi. Teknik pengendalian: membersikan gulma dengan sabit atau alatalat lain yang serupa,mencabut dan membersikan gulma dengan tangan mengunakan cangkul atau
garpu, mengunakan alat-alat mekanis/traktor.
Pengendalian secara kultur teknis yaitu: dengan pemberian mulsa, penanaman penutup
tanah, penanaman naungan, dan tanaman sela. cara yang lain dengan mengatur cara bercocok
tanam mengunakan pola tertentu dengan tujuan menekan pertumbuhan gulma.
Pengendalian secara biologi: yaitu mengunakan jasad hidup tertentu, yakni untuk menekan
pertubuhan gulma. Sebagai contoh, untuk mengendalikan kriyut (chromolaena odorata (L) R.M.
King) dapat mengunakan serangan prareuchaetes pseudoinsulata rego barros. Serangan ini diketahui
dapat memakan daun,pucuk, tunas muda, dan kulit batang C. Odorata sehinga dapat mematikan
gulma tersebut.
Pengendalian secara kimiawi: yaitu mengunakan bahan-bahan kimia tertentu, yakni untuk
mematikan atau menekan pertumbuhan gulma. Bahan kimia yang di gunakan biasa disebut
herbisida.
a.
Pengendalian gulma alang-alang (L.cylindrica): gulma ini termasuk gulma yang sulit di
kendalikan. Namun, pengendalianya dapat ditempu dengan cara mekanis atau kimiawi.
secara mekanis: di lakukan dengan mencankul pada interfal waktu tertentu agar alang-alang
tidak sempat membentuk anakan yang baru. Pencangkulan harus dilakukan secara terus
menerus sampai kebun benar-benar terbebas dari alang-alang. secara kimiawi: hamparan
alang-alang yang merata dapat mengunakan campuran herbisida sebagai berikut. Dalapon (8
kg bahan aktif/ha) + urea (8 kg/ha) + perata/perekat (2 1/ha), glifosat (3-6 Lt/ha) + ZA (0,5%),
asulam +dalapon (16-18 kg/ha). Masing-masing campuran tersebut dilarutkan dalam 8001.000 liter air, kemudian disemprotkan keseluruh permukan alang-alang. Alang-alang
setempat-setempat, dapat dilakukan penyemprotan setempat (spot spraying), yakni berupa
campuran sebagai berikut. Dalapon (1,25-1,50%) + perata/perekat (0,2%). Glifosat (0,75 %).
secara mekanis dan kimiawi: alang-alang yang tumbuh secara individual an tersebar,
pengendaliannya dapat di tempuh dengan cara mekanis maupun kimiawi. Secara mekanis
yakni dengan mencabut alang-alang rutin mengunakan koret/garpu. Secara kimiawi. Yakni
dengan melakukan wiping/mengusapkan dengan tangan herbisida dalapon 1-1,5% atau
glifosat 0,75-1%.
b.
Pengendalian gulma sembung rambat (M. Micrantha). secara mekanis: dapat dilakukan
dengan menarik satu persatu atau mengulungnya berupa lembaran, kemudian dijemur
diatas para-para. Secara kimiawi: dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida
pascatumbuh, yakni mengunakan 2,4 D amine dengan dosis 1,5-2 1/ha. Kemudian diulang
dengan interfal 3-4 minggu melalui penyemprotan setempat. Dosis yang digunakan adalah
0,5-1 1/ha.
c.
Pengendalian gukma rumput teki (cyperus sp). Teki yang umum terdapat diperkebunan
kakao adalah C. Rotundus dan C. Kyllingia. Pengendalian teki secara mekanis masi sulit
dilaksanakan karena perlu dikerjakan secara terus menerus dan membutukan waktu lama.
Pengendalian yang kurang sempurna (misalnya banyak umbi teki yang terpotong tetapi tidak
ikut diangkat kepermukan tanah) justru dapat meningkatkan populasi teki. Pengendalian
secara kimiawi: yang efektif adalah mengunakan herbisida glifosat dosis 1-2 kg bahan
aktif/ha yang dilarutkan dalam air 100-200 lt air/ha. Volume pelarutnya jugah melebihi 200
1/ha karena bisa mengurangi kualitas hasil.

d.

Pengendalian gulma picisan (drymoglossum piloselloides) termasuk golongan tumbuhan


paku (pakis) dari suku padipadiaceae, kemudian dikenal sebagai tumbuhan penempel yang
pertumbuhanya cepat sehinga dapat menutup seluru permukaan batang, daun, cabang,
bahkan sampai kedaun. Bentuk daun picisan sebagian ada yang bulat dan sebagian lainnya
memanjang. Alat perkembang biakan berupa spora yang dihasilkan dari daun dengan bentuk
memanjang. Pertumbuhan koloni picisan dimulai dari satu tunas dan dapat mencapai 70 cm
pertahun untuk setiap tunas. Kerugian akibat gulma ini adalah terhambatnya pertumbuhan
cabang kakao dan bila tidak segera dikendalikan, bisa mengakibatkan tanaman kering, patah,
bahkan matih. Beberapa alternatif tindakan yang bisa dilakukan untuk pengendalian gulma
ini adalah sebagai berikut. Mengadakan pemeriksaan secara rutin keseluruh kebun, minimal
sekali setahun. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi perkembangan secara dini, mencegah
agar tanaman lain (baik didalam maupun diluar kebun) tidak ditumbuhi picisan karena bisa
menjadi sumber spora. Membersikan koloni picisan dini sebelum picisan membentuk spora.
Mencegah perkembangan populasi picisan pada tahap awal jauh lebih mudah dari pada
mengendalikan pada saat populasi telah melimpah.
Kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman kakao yaitu: menghambat pertumbuhan
tanaman muda dan memperpanjang prekositas atau menunda masa tanaman menghasilkan,
menurunkan produksi sebagai dampak persaingan (hara, air, cahaya, ruang tumbuh), menimbulkan
kerusakan langsung terhadap tajuk tanaman, menurunkan kualitas hasil karena kontaminasi atau
karena menurunnya ukuran biji sehinga menurunkan grade kualitas, menyulitkan pekerjaan dikebun
sehinga menurunkan prestasi kerja dan kualitas hasil kerja, menjadi inang hama dan penyakit,
meningkatkan kelebaban kebun sehingga sehinga mendorong perkembangan hama dan penyakit
atau menyebapkan mikroklimat menjadi kurang optimal untuk tanaman pokok.

B.

Pemangkasan

Pada tanaman buah seperti kakao, pemangkasan ditujukan untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan produksi buah. Kebun kakao yang dipangkas dengan benar biasanya hampir semua
berbuah dan buahnya puntersebar mulai dari permukaan tanah sampai kecabang-cabang yang
tinggi, selain itu pemangkasan juga membuat tanaman terjaga kelembabanya sehinga takmudah
terserang hama dan penyakit. Pemangkasan dibedakan menjadi empat. Yaitu pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi, dan pemangkasan produksi dan pemangkasan
peremajaan.
1.
Pemangkasan bentuk yaitu, agar tanaman kakao memiliki bentuk/kerangka yang baik
sehinga pertumbuhanya seimbang dan semua daun terkenal sinar matahari secara merata.
Untuk mengoptimalkan tujuan hasil pemangkasan sebaiknya tanaman dipangkas pada saat
berumur 8-12 bulan (tanaman muda) dan pada saat berumur 18-24 bulan (tanaman remaja).
Cara yang dapat dilakukan dalam pemangkasan bentuk adalah sebagai berikut: hilangkan
cabang-cabang primer yang sudah tidak layak lagi (lemah), biarkan hanya tersisa 3-4 cabang
yang memiliki kondisi sehat dengan arah pertumbuhan merata ke segalah arah, buang
cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat jorket (sekitar 30-60 cm dari jorket),
atur agar cabang-cabang sekunder jaraknya tidak terlalu dekat satu dengan yang lainnya,
upayakan agar arah sebarang cabang-cabang sekunder tersebut berbentuk zig-zag, potong
cabang-cabang yang mengantung dan batasi pertumbuhannya agar tidak terlalu tinggi,
upayakan agar tinggi tanaman kakao selalau terjaga 3-4 m.

2.

3.

4.

5.

6.

Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara tanaman kakao sehinga


pertumbuhannya bisa berlangsung sukses tanpa ada gangguan hama atau penyakit. Selain
itu untuk memacu pembentukan organ-organ tanaman seperti daun, bunga dan buah. Halhal yang perlu dilakukan dalam pemangkasan pemeliharaan adalah sbb: kurangi sebagian
daun pada tajuk tanaman yang terlalu rimbun, yakni dengan cara memotong ranting-ranting
yang sangat ternaungi. Pangkas cabang yang tumbuh dengan ketinggian >3-5 m. buang
daun-daun yang mengantung agar tidak menghalangi pertumbuhan cabang-cabang. Dalam
pemangkasan pemeliharaan, dikenal istilah wiwilan bisa dilakukan secara manual
mengunakan tangan.
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan pemeliharan. Tujuannya
adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman. Cara ini dilakukan dengan memangkas
daun-daun agar tidak terlalu rimbun sehinga sinar matahari bisa tersebar merata keseluru
organ daun. Dengan demikian proses fisiologis terpentig dari tanaman, yakni fotosintesis
bisa berjalan lancar sehingga sirkulasi makanan dari daun keseluruh organ tanaman juga
lancar. Tanaman pun akhirnya dapat berproduksi secara optimal.
Kerusakan tanaman akibat salah pangkas. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan
pemangkasan produksi guna mencega kerusakan tanaman akibat salah pangkas. Upayakan
untuk tidak selalu memangkas cabang-cabang besar karna akan memacu tanaman untuk
bertunas intensif terus menerus. Hal ini bisa membuat tanaman menjadi lemah karena
energinya banyak digunakan untuk menopang pertumbuhan tunas-tunas baru. jorket di
usahakan selalu terlindung dari penyinaran langsung karena sel-selnya dapat kering, daun
cabang menjadi rapuh sehinga berisiko patah. Cabang-cabang primer sebaiknya selalu
terlindung dari penyinaran langsung karena bantalan bunga dapat mati. Tidak mengunakan
alat pangkas yang tumpul karena bisa menyebapkan kulit, batang dan bantalan bungga
rusak.
Jatwal pangkas, kususnya pangkas produksi yang tepat didasarkan atas pola panen yang
berkaitan erat dengan sebaran curah hujan. Untuk kawasan yang puncak panennya
berlangsung pada bulan oktober/november serta mei/juni, pemangkasan produksi sebaiknya
dilaksanakan pada bulan april, oktober-november, atau menjelang musim hujan. Di sela-sela
pangkas produksi dilakukan pangkas pemeliharaan dengan frekuesi 2-3 bulan. Sementara itu
(pembuangan tunas air) dilakukan setiap bulan.
Tanaman penaung pada tanaman kakao, berfungsi sebagai konservasi lahan, utamanya
untuk mencega erosi, menambah pendapatan sampingan perkebunan, kususnya bila
tanaman penaung yang digunakan berupa spesis tanaman yang produktif seperti tanaman
pisang (musa sp), kelapa (cocos nucifera), moghania marcophylla, lamtoro (leucaeena sp.),
dan gamal (gliricidia sp).

C.

Pemupukan

Pemupukan pada dasarnya dilakukan dengan tujuan menambah unsur-unsur hara yang
kurang atau tidak tersedia didalam tanah. Umumnya, pemupukan tanaman kakao mengunakan
pupuk urea atau ZA sebagai sumber N, pupuk TSP sebagai sumber P, dan pupuk KCl sebagai sumber
K. selain pupuk buatan tersebut, pada tanaman kakao bisa juga ditambahkan pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos. Hasil analisis jaringan tanaman kakao menunjukan bahwa sekitar 200
kg N, 25 kg P, 300 kg K, dan 140 kg Ca setiap hektar diperlukan untuk membentuk kerangka dan
kanopi kakao sebelum tanaman mulai berbuah. Diantara sekian banyak jenis pupuk yang ada, jenisjenis pupuk yang umum diberikan dalam budidaya tanaman kakao adalah sbb: Urea (46% N), ZA
(21% N), TSP (46% P2O5), KCl (60% K2O), kiserit (27% MgO).
1.
Waktu pemupukan, pemupukan bisanya dilakukan dua kali dalam satu tahun, waktu yang
ideal untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan atau pada akhir
musim hujan (maret-april atau oktober-navember).
2.
Aplikasi pemupukan, aplikasi pupuk sangat menentukan efektif atau tidaknya pupuk yang
diberikan. Ketidak tepatan dalam melakukan pemberian pupuk biasa efektifitas tanaman
sehinga hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal. Pemupukan tanaman kakao secara
umum di bedakan menjadi dua metode berikut. Metode pemupukan melalui tanah, metode
pemupukan melalui daun.
Pemberian pupuk anorganikyang di aplikasikan melalui tanah dapat diberikan dengan cara
meletakan pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar disekeliling pohon dan kemudian ditutup
kembali. Penutupan di maksutkan untuk mengurangi hilangnya pupuk akibat penguapan (urea) dan
erosi.

Pupuk yang di aplikasikan melalui daun dapat diberikan apabilah telah tampak gejala
kekurangan, kekahatan atau hanya dilakukan pada pemupukan unsur mikro (seperti Cu, Zn,
Fe atau Mn). Unsur mikro sering diberikan melalui daun karena pemberiannya dilakukan
dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga jika diberikan melalui tanah, akan banyak yang
diikat oleh tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman.untuk meningkatkan efektifitas
pupuk dan penyemprotan dilakukan secara merata pada permukaan bagian bawah dari
daun dan menghindari penyemprotan menjelang turun hujan. Ditinjau dari kebutuhan
biayanya, pemupukan melalui daun akan membutukan biaya yang jauh lebih tinggi karena
harga pupuk daun umumnya jauh lebih mahal di bandingkan pupuk yang diberikan melalui
tanah. Selai itu, biayan tenaga kerja untuk mengaplikasikan juga jau lebih mahal.

Rujukan
Puji Yanto. T. Wahyudi. T. R. Panggabean. Paduan Lengkap Kakao Manejemen Agribisnis
dari Hulu hinga Hilir (Cetakan ke 1 Jakarta 2008. PS)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Paduan Lengkap Budi Daya Kakao (Cetakan ke
enam 2008)

You might also like