Professional Documents
Culture Documents
Oleh
A.
Pengendalian gulma
Istilah gulma terjemaan dari bahasa inggris weed. Sebagai tumbuhan penganggu. Menurut
klingman (1964),gulma adalah tumbuhan yang tumbu di tempat yang tidak di kehendaki oleh
manusia.
1.
Pada kakao muda (tanaman belum menghasilkan), kelompok rumput: alang-alang
(imperata cylindrical), pahitan (paspalum conjugatum), tulangan (otochloa nodosa), lemur
(ischaemum timorense), pahitan lanang (axonopus compressus), jambean (seteria plicata).
kelompok teki: teki (cyperus royundus),teki udelan (cyperus kyllingia). kelompok berdaun
lebar: sambung rambat (mikania micrantha), nocan (alternatera brasiliana), wedusan
(ageratum conyzoides).
2.
Pada kakao dewasa (tanaman menghasilkan), kelompok rumput: alang-alang (imperata
cylindrical), jambean (setaria plicata), pahitan (paspalum conjugatum). kelompok berdaun
lebar: sambung rambat (mikania micrantha).
3.
Kelompok gulma di atas pohon: lumut (berbagai sepsis), picisan (drimoglossum piloseloides).
Pengendalian gulma secara mekanis: yaitu pengendalian dapat dilakukan dengan tenaga
manusia atau alat-alat mekanisasi. Teknik pengendalian: membersikan gulma dengan sabit atau alatalat lain yang serupa,mencabut dan membersikan gulma dengan tangan mengunakan cangkul atau
garpu, mengunakan alat-alat mekanis/traktor.
Pengendalian secara kultur teknis yaitu: dengan pemberian mulsa, penanaman penutup
tanah, penanaman naungan, dan tanaman sela. cara yang lain dengan mengatur cara bercocok
tanam mengunakan pola tertentu dengan tujuan menekan pertumbuhan gulma.
Pengendalian secara biologi: yaitu mengunakan jasad hidup tertentu, yakni untuk menekan
pertubuhan gulma. Sebagai contoh, untuk mengendalikan kriyut (chromolaena odorata (L) R.M.
King) dapat mengunakan serangan prareuchaetes pseudoinsulata rego barros. Serangan ini diketahui
dapat memakan daun,pucuk, tunas muda, dan kulit batang C. Odorata sehinga dapat mematikan
gulma tersebut.
Pengendalian secara kimiawi: yaitu mengunakan bahan-bahan kimia tertentu, yakni untuk
mematikan atau menekan pertumbuhan gulma. Bahan kimia yang di gunakan biasa disebut
herbisida.
a.
Pengendalian gulma alang-alang (L.cylindrica): gulma ini termasuk gulma yang sulit di
kendalikan. Namun, pengendalianya dapat ditempu dengan cara mekanis atau kimiawi.
secara mekanis: di lakukan dengan mencankul pada interfal waktu tertentu agar alang-alang
tidak sempat membentuk anakan yang baru. Pencangkulan harus dilakukan secara terus
menerus sampai kebun benar-benar terbebas dari alang-alang. secara kimiawi: hamparan
alang-alang yang merata dapat mengunakan campuran herbisida sebagai berikut. Dalapon (8
kg bahan aktif/ha) + urea (8 kg/ha) + perata/perekat (2 1/ha), glifosat (3-6 Lt/ha) + ZA (0,5%),
asulam +dalapon (16-18 kg/ha). Masing-masing campuran tersebut dilarutkan dalam 8001.000 liter air, kemudian disemprotkan keseluruh permukan alang-alang. Alang-alang
setempat-setempat, dapat dilakukan penyemprotan setempat (spot spraying), yakni berupa
campuran sebagai berikut. Dalapon (1,25-1,50%) + perata/perekat (0,2%). Glifosat (0,75 %).
secara mekanis dan kimiawi: alang-alang yang tumbuh secara individual an tersebar,
pengendaliannya dapat di tempuh dengan cara mekanis maupun kimiawi. Secara mekanis
yakni dengan mencabut alang-alang rutin mengunakan koret/garpu. Secara kimiawi. Yakni
dengan melakukan wiping/mengusapkan dengan tangan herbisida dalapon 1-1,5% atau
glifosat 0,75-1%.
b.
Pengendalian gulma sembung rambat (M. Micrantha). secara mekanis: dapat dilakukan
dengan menarik satu persatu atau mengulungnya berupa lembaran, kemudian dijemur
diatas para-para. Secara kimiawi: dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida
pascatumbuh, yakni mengunakan 2,4 D amine dengan dosis 1,5-2 1/ha. Kemudian diulang
dengan interfal 3-4 minggu melalui penyemprotan setempat. Dosis yang digunakan adalah
0,5-1 1/ha.
c.
Pengendalian gukma rumput teki (cyperus sp). Teki yang umum terdapat diperkebunan
kakao adalah C. Rotundus dan C. Kyllingia. Pengendalian teki secara mekanis masi sulit
dilaksanakan karena perlu dikerjakan secara terus menerus dan membutukan waktu lama.
Pengendalian yang kurang sempurna (misalnya banyak umbi teki yang terpotong tetapi tidak
ikut diangkat kepermukan tanah) justru dapat meningkatkan populasi teki. Pengendalian
secara kimiawi: yang efektif adalah mengunakan herbisida glifosat dosis 1-2 kg bahan
aktif/ha yang dilarutkan dalam air 100-200 lt air/ha. Volume pelarutnya jugah melebihi 200
1/ha karena bisa mengurangi kualitas hasil.
d.
B.
Pemangkasan
Pada tanaman buah seperti kakao, pemangkasan ditujukan untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan produksi buah. Kebun kakao yang dipangkas dengan benar biasanya hampir semua
berbuah dan buahnya puntersebar mulai dari permukaan tanah sampai kecabang-cabang yang
tinggi, selain itu pemangkasan juga membuat tanaman terjaga kelembabanya sehinga takmudah
terserang hama dan penyakit. Pemangkasan dibedakan menjadi empat. Yaitu pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi, dan pemangkasan produksi dan pemangkasan
peremajaan.
1.
Pemangkasan bentuk yaitu, agar tanaman kakao memiliki bentuk/kerangka yang baik
sehinga pertumbuhanya seimbang dan semua daun terkenal sinar matahari secara merata.
Untuk mengoptimalkan tujuan hasil pemangkasan sebaiknya tanaman dipangkas pada saat
berumur 8-12 bulan (tanaman muda) dan pada saat berumur 18-24 bulan (tanaman remaja).
Cara yang dapat dilakukan dalam pemangkasan bentuk adalah sebagai berikut: hilangkan
cabang-cabang primer yang sudah tidak layak lagi (lemah), biarkan hanya tersisa 3-4 cabang
yang memiliki kondisi sehat dengan arah pertumbuhan merata ke segalah arah, buang
cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat jorket (sekitar 30-60 cm dari jorket),
atur agar cabang-cabang sekunder jaraknya tidak terlalu dekat satu dengan yang lainnya,
upayakan agar arah sebarang cabang-cabang sekunder tersebut berbentuk zig-zag, potong
cabang-cabang yang mengantung dan batasi pertumbuhannya agar tidak terlalu tinggi,
upayakan agar tinggi tanaman kakao selalau terjaga 3-4 m.
2.
3.
4.
5.
6.
C.
Pemupukan
Pemupukan pada dasarnya dilakukan dengan tujuan menambah unsur-unsur hara yang
kurang atau tidak tersedia didalam tanah. Umumnya, pemupukan tanaman kakao mengunakan
pupuk urea atau ZA sebagai sumber N, pupuk TSP sebagai sumber P, dan pupuk KCl sebagai sumber
K. selain pupuk buatan tersebut, pada tanaman kakao bisa juga ditambahkan pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos. Hasil analisis jaringan tanaman kakao menunjukan bahwa sekitar 200
kg N, 25 kg P, 300 kg K, dan 140 kg Ca setiap hektar diperlukan untuk membentuk kerangka dan
kanopi kakao sebelum tanaman mulai berbuah. Diantara sekian banyak jenis pupuk yang ada, jenisjenis pupuk yang umum diberikan dalam budidaya tanaman kakao adalah sbb: Urea (46% N), ZA
(21% N), TSP (46% P2O5), KCl (60% K2O), kiserit (27% MgO).
1.
Waktu pemupukan, pemupukan bisanya dilakukan dua kali dalam satu tahun, waktu yang
ideal untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan atau pada akhir
musim hujan (maret-april atau oktober-navember).
2.
Aplikasi pemupukan, aplikasi pupuk sangat menentukan efektif atau tidaknya pupuk yang
diberikan. Ketidak tepatan dalam melakukan pemberian pupuk biasa efektifitas tanaman
sehinga hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal. Pemupukan tanaman kakao secara
umum di bedakan menjadi dua metode berikut. Metode pemupukan melalui tanah, metode
pemupukan melalui daun.
Pemberian pupuk anorganikyang di aplikasikan melalui tanah dapat diberikan dengan cara
meletakan pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar disekeliling pohon dan kemudian ditutup
kembali. Penutupan di maksutkan untuk mengurangi hilangnya pupuk akibat penguapan (urea) dan
erosi.
Pupuk yang di aplikasikan melalui daun dapat diberikan apabilah telah tampak gejala
kekurangan, kekahatan atau hanya dilakukan pada pemupukan unsur mikro (seperti Cu, Zn,
Fe atau Mn). Unsur mikro sering diberikan melalui daun karena pemberiannya dilakukan
dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga jika diberikan melalui tanah, akan banyak yang
diikat oleh tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman.untuk meningkatkan efektifitas
pupuk dan penyemprotan dilakukan secara merata pada permukaan bagian bawah dari
daun dan menghindari penyemprotan menjelang turun hujan. Ditinjau dari kebutuhan
biayanya, pemupukan melalui daun akan membutukan biaya yang jauh lebih tinggi karena
harga pupuk daun umumnya jauh lebih mahal di bandingkan pupuk yang diberikan melalui
tanah. Selai itu, biayan tenaga kerja untuk mengaplikasikan juga jau lebih mahal.
Rujukan
Puji Yanto. T. Wahyudi. T. R. Panggabean. Paduan Lengkap Kakao Manejemen Agribisnis
dari Hulu hinga Hilir (Cetakan ke 1 Jakarta 2008. PS)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Paduan Lengkap Budi Daya Kakao (Cetakan ke
enam 2008)