You are on page 1of 3

Aspek Hukum

Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan atau penganiayaan yang
menyebabkan kematian adalah sebagai berikut.
Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri mupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 354 KUHP
1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena
melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana paling lama
sepuluh tahun
Pasal 355 KUHP
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Prosedur Medikolegal
Penemuan
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan
dalam keadaan mati oleh warga masyarakat atau orang yang melihat dan menemukan.
Pelaporan
Dilakukan oleh orang yang menemukan ke pihak yang berwajib, contohnya
kepolisian RI.
Penyelidikan
Dilakukan oleh penyelidik yang menindak-lanjuti suatu pelaporan, untuk
mengetahui apakah benar ada kejadian pembunuhan seperti yang dilaporkan.
Penyidikan
Dilakukan oleh penyidik. Penyidikan merupakan tindak lanjut setelah
diketahui benar-benar telah terjadi pembunuhan pada kasus ini. Penyidik dapat
meminta bantuan seorang ahli. Dalam kasus pembunuhan yang mengenai tubuh
manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan
dan penyidikan dengan kedokteran forensik.

Penyidik wajib meminta secara resmi kepada kedokteran forensik untuk


melakukan pemeriksaan atas korban.
Pemberkasan perkara
Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya, termasuk
hasil pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter. Kemudian
hasil berkas perkara ini akan diteruskan ke penuntut umum.
Penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum di sidang pengadilan setelah berkas perkara
yang lengkap diajukan ke pengadilan.
Persidangan
o Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.
o Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa pembunuhan, para saksi dan juga
para ahli. Dan sebaiknya dokter atau pemeriksa korban dapat dihadirkan di
sidang pengadilan ini sebagai saksi ahli.
Putusan pengadilan
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan :
o Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu pembunuhan di
kasus ini dan terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut.
o Keyakinan hakim ini harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah.

Identifikasi Forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menemukan identitas seseorang. Identitas seseorang dipastikan bila paling
sedikit tiga metode yang digunakan memberikan hasil positif.
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual,
dokumen, pakaian dan perhiasan, identifikasi medik, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan
serologi, Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode DNA.
a) Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari
ante mortem. Setelah mengambil sidik jari jenazah (cap) hasil kita berikan kepada
pihak yang berwajib.
b) Metode visual
Jenazah Tn.A sudah membusuk, maka metode ini kurang efektif dilakukan,
karena metode visual hanya efektif apabila didapatkan jenazah yang belum mebusuk.
c) Pemeriksaan dokumen
Tidak ditemukannya dompet ataupun dokumen dan kartu identifikasi lainnya
pada pakaian korban.
d) Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dipakai jenazah, mungkin dapat diketahi
merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat
membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
Pada pemeriksaan didapatkan mayat berpakaian
Atas: kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek ukuran L yang
berlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh korban.
Bawah: celana panjang kain berwarna hitam tidak bermerek dengan dua buah
saku di bagian belakang dan satu buah saku masing-masing pada bagian kanan

dan kiri yang dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya.
Pada saku kiri belakang terdapat sehelai sapu tangan berwarna abu-abu
bergaris hitam. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah.
Celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang
dengan tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran
darah pada bagian depan atas sebelah kiri
e) Identifikasi medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna
mata, cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Metode ini mempunyai nilai cukup tinggi
karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan melakukan berbagai cara/modifikasi
sehingga ketepatannya cukup tinggi. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis
kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Pada pemeriksaan didapatkan bahwa mayat adalah seorang laki-laki bangsa
Indonesia, umur kurang lebih tiga puluh enam tahun, kulit berwarna sawo matang,
gizi cukup, panjang badan 165 cm dan berat badan 74 kg dan zakar disunat. Rambut
kepala berwarna hitam, tumbuh keriting tipis, panjang 13 cm. Alis berwarna hitam,
tumbuh lebat. Kumis berwarna hitam, tumbuh lebat dengan panjang 10mm. Hidung
berbentuk normal dan kedua daun telinga berbentuk normal. Alat kelamin berbentuk
normal, tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa tidak terdapat
kelainan.
f) Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan
gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Hasil dari pemeriksaan dibandingkan dengan
data ante mortem.
Pada mayat didapatkan gigi geligi lengkap kecuali geraham depan pertama
rahang bawah sebelah kiri yang tidak ada.
g) Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.
Pemeriksaan golongan darah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan
memeriksa rambut, kuku dan tulang.

You might also like