You are on page 1of 14

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

OLEH:
NAMA

: ANJA AFRILUDDIN ALMAYROBBI


: MUHAMMAD DARMAWAN
: MUHAMMAD RENALDI SETIAWAN

KELOMPOK

: VI (enam)

JURUSAN ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan petunjuk -Nyalah makalah yang berjudul
kerukunan antar umat beragama ini dapat diselesai.
Dengan karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya pula, makalah ini pun
dapat rampung tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama. Disamping itu juga bertujuan
untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai materi kerukunan
antar umat beragama
Kami menyadari sepenuhnya, makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sebagai penyusun mengharapkan berbagai saran dan kritik
yang bersifat membangun, agar nantinya dapat dijadikan pedoman bagi kami
dalam penyusunan makalah berikutnya.

Palembang, 5 september 2014


Penyusun:

(ANJA A. ALMAYROBBI)

NIM: 061430311084

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR| i
DAFTAR ISI| ii
BAB I Pendahuluan| 1
1.1. Latar Belakang Masalah| 1
1.2. Rumusan masalah| 2
1.3. Tujuan| 2
BAB II Pembahasan| 3
2.1. Agama Islam Sebagai Rahmatan Lil alamin| 3
2.2. Kebersamaan Dalam Pluralitas Agama | 4
2.3. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah| 6
2.4. Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Perdamaian| 7
2.4.1. Pengertian perdamaian| 7
2.4.2. Perintah meredam pertikaian| 8
2.4.3. Solusi pemecahan masalah| 9
Daftar Pustaka| 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Sejak penyebaran islam yang paling awal keluar dari Arab, islam telah
menjadi suatu agama dari berbagai suku ras, dan kelompok masyarakat. Islam
adalah suatu agama dunia, dengan demikian pada umumnya kita dapat
menemukan di sebagian besar tempat-tempat utama dan diantara masyarakat yang
ada di dunia. Islam merupakan agama yang disebarkan, muslim diperintahkan
untuk membawa pesan Tuhan kepada manusia di muka bumi ini dan untuk
membuat kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat yang baik secara moral. Islam
adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia dan
akhirat dan merupakan jalan satu-satunya yang harus di tempuh. Islam memiliki
ciri-ciri Robbaniyah yaitu bahwa islam bersumber dari Allah, bukan hasil
pemikiran manusia. Islam merupakan satu kesatuan yang padu yang terfokus pada
ajaran tauhid,

Allah berikan kepada manusia agama yang sempurna. Islam

mencakup seluruh aspek kehidupan, tak satu aspek pun terlepas dari islam karena
ajaran yang bersifat integral (lengkap) dan islam tidak terbatas dalam waktu
tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua tempat.
Dalam islam di temukan kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami,
sederhana dan mudah di praktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia
karena sumber ajaran islam adalah Al-Quran, Hadits dan Ijtihad sehingga islam
menjadi agama rahmatan lil alamin.

1.2. Rumusan masalah


1. Mengapa agama Islam sebagai rahmatan lil alamin?
2. Apa itu kebersamaan dalam pluralitas agama?
3. Apa saja makna dari ukhuwa islamiyah dan ukhuwah insaniyah?
4. Bagaimana peran umat beragama dalam mewujudkan kedamaian?

1.3. Tujuan
Memberikanu informasi kepada pembaca tentang makna kata dari
Rahmatan lil alamin, kebersamaan pluralitas agama, ukhuwa islamiyah dan
ukhuwa insaniyah, peran umat beragama dalam mewujudkan kedamaian.
Menyadarkan masyarakat akan betapa pentingnya menjaga ukhuwa
sehingga masyarakat ikut menjaga kerukunan dengan sesama muslim maupun
beda agama.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Agama Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama rahmatan lil alamin artinya islam merupakan agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Pernyataan islam dalah agamanya
yang rahmatan lil alamin sebenarnya ada kesimpulannya dari firman Allah swt:
Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) bagi
semesta alam. (QS Al-Anbiyah: 107)
Disini Allah swt berfirman kepada kita bahwa Dia telah menciptakan
Muhammad saw sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), artinya,
Dia mengirim rahmat untuk semua orang. Barang siapa yang menerima rahmat ini
dan menerima atas berkah ini, dia akan bahagia dunia dan akhirat. Namun, barang
siapa menolak dan mengingkarinya, dunia dan akhirat akan terlepas darinya
seperti Allah swt firmankan:
Tidak lah kamu perhatiakan orang-orang menukar nikmat Allah (perintah
dan ajaran-ajaran Allah) dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya
kelembah kebinasaan? Yaitu neraka jahanam; mereka masuk kedalamnya;
itulah tempat seburuk-buruknya kediaman. (QS. Ibrahim: 28-29)
Dan Allah swt berfiraman dalam Al-Quran:
Katakanlah: Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawaar bagi orangorang mukmin. Dan orang-orang tidak beriman, pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka (tidak

memberi petunjuk bagi mereka). Mereka itu adalah (seperti) dipanggil dari
tempat yang jauh. (QS. Fushshilat: 44)
Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah,
lihat saja sabda Rasulullah sebagaiman yang terdapat dalam riwayat al-Iman alHakim:
Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung atau hewan lain
yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban
kepadanya.
Sungguh begitu indahnya islam itu, bukan. Dengan hewan saja tidak boleh
sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami
dan mengamalkan jaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya
dunia ini. Nabi Muhammad saw dengan membawa ajaran islam, maka islam
adalah rahmatan lil alamin, islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat
artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata lain rahmat
dapat di artikan dengan kasih sayang.

2.2. Kebersamaan Dalam Pluralitas Agama


Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada
serangkaian tantangan baru yang tidak berbeda dengan yang belum dialami
sebelumnya. Pluralitas agama adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan.
Pluralitas merupakan hukum alam, (sunnatullah) yang tidak mungkin terelakkan.
Ia sudah merupakan kodrati dalam kehidupan. Q.S. Al-Hujurat (49) : 13 yang
menggambarkan adanya pluralitas sudah cukup kuat mengindikasikan semangat
pluralitas itu.
Namun, pluralitas tidak semata menunjukan pada kenyataan tentang
adanya kemajemukan, tetapi lebih dari itu, perlu adanya keterlibatan aktif
terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Pluralitas agama dapat kita jumpai
dimana-mana. Di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat bekerja, dipasar

tempat belanja, bahkan di perguruan tinggi tempat belajar. Seseorang baru


dikatakan memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat
berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata
lain, pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak
hanya mengakui keberdaan dan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha
memahami perbedaan dan persamaan guna tercapai kerukunan dan kebersamaan.
Dalam mewujudkan kerukunan dan kebersamaan dalam pluralitas agama,
dalam Q.S. An-Nahl (16) : 125, menganjurkan dialog dengan baik. Dalam dialog,
seorang muslim hendaknya menghindari mengklaim dirinya sebagai orang yang
berada dalam pihak yang benar. Dialog tersebut dimaksudkan untuk saling
mengenal dan saling menimba pengetahuan tentang agama kepada mitra dialog.
Dialog tersebut dengan sendirinya akan memperkaya wawasan kedua belah pihak
dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk
hidup rukun dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah
yang bersifat semu, tetapi yang memberi rasa aman pada jiwa setiap manusia.
Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan adalah mewujudkannya dalam
setiap diri individu, stselah itu melangkah pada unit terkecil pada masyarakat,
yakni keluarga, lalu beralih kemasyarakat luas, seterusnya kepada seluruh bangsa
di dunia ini. Dengan damikian dapat tercipta kerukunan, kebersamaan, dan
perdamaian dunia.
Itulah ajaran pluralitas dalam islam. Kalau pun kenyataan berbeda dengan
konsep ideal tersebut, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, tetapi pelaku
atau manusianyalah yang dipersalahkan.

2.3. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah


Ukhuwah biasa diartikan sebagai persaudaraan. Terambil dari akar kata
yang pada mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa
persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa
bersaudara.
Orang islam mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Terkesan bahwa istilah
tersebut hanya persaudaraan yang dijalin sesama muslim, atau dengan kata lain
persaudaraan antar sesama muslim, sehingga kata Isalamiyah dijadikan pelaku
ukhuwah itu. Pemahaman ukhuwah seperti itu kurang tepat. Kata islamiyah yang
dirangkai dengan ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektif, sehingga
ukhuwah islamiyah berarti persaudaraan yang bersifat islami atau persaudaraan
yang diajarkan islam.
Ada dua istilah yang walaupun tidak secara tegas disebutkan dalam AlQuran, tetapi subtansinya adalah persaudaraan, yakni 1) ukhuwah insaniyah
(persaudraan sekemanusiaan), Al-Quran menyatakan bahwa semua manusia
diciptakan oleh Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan (Adam dan
Hawa). Ini berarti bahwa semua manusia adalah seketurunan, dengan demikian
bersaudara; dan 2) ukhuwah Ubudiyah (persaudaraan semakhluk atau
seketundukkan). Allah menyatakan bahwa jenis binatang yang ada dibumi dan
burung yang terbang adalah satu umat seperti manusia.
Lahirnya persaudaraan dalam arti luas maupun sempit adalah karena
adanya persamaan. Persamaan dan rasa dan cita merupakan faktor yang
mendahului lahirnya persaudaraan hakiki yang pada akhirnya menjadikan
seseorang merasakan suka dan duka saudaranya, mengulurkan tangan sebelum
diminta, serta membantu saudaranya tanpa pamrih apapun. Keberadaan manusia
sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman pada saat berada diantara
sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor lainnya yang
melahirkan

rasa

persaudaraan.

Islam

menekankan

persaudaraan

dan

menganjurkan mencari titik singgung dan titik temu persaudaraan, tidak hanya
terhadap sesama muslim, tetapi juga kepada non muslim.

2.4. Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan perdamaian


2.4.1. Pengertian perdamian
Perdamian dalam arti kata yang sebenarnya tidaklah hanya mencakup sematamata keamanan fisik atau tidak adanya perang dan pertikaian yang terjadi diantara
manusia yang ada di bumi kita ini. Kendati pun pengertian diatas mengandung arti
yang sangat penting dan juga inti dari perdamaian sesungguhnya, tetapi keadaan
perdamian yang dilukiskan demikian itu hanya lah suatu segi pasif dan terbatas
dari arti sesungguhnya, apalagi kalau kita hendak membandingkannya dengan
pengertian yang lebih luas lagi.
Perdamian adalah penyesuaian dan pengarahan yang lebih baik dimana pihak
bersangkutan dapat menyelesaiakan masalah atau pertentangannya dengan cara
damai dikarenakan ditemukan jalan keluar yang sama-sama tidak merugikan
sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif. Namun dalam arti yang lebih
luas perdamaian adalah penyesuaian dan pengarahan yang baik dari orang
seorang terhadap penciptanya pada satu pihak dan kepada sesamanya pada pihak
yang lain. Hal ini berlaku pada keseluruhan hubungan konsentris (bertitik pust
yang sama) antara seorang dengan orang lainnya, seorang dengan masyarakat
dengan masyarakat, bangsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan
umat manusia satu sama lainnya, dan antara manusia dan alam semesta.
Perdamaian yang juga mencakup segala bidang kehidupan fisik, intelektual,
akhlak dan kerohanian. Perdamian yang beginilah yang merupakan ruang
perhatian yang utama dari agama.
Sejak dari seabad yang lalu agama telah mendapat takanan-tekanan dari
berbagai jurusan, dalam berbagai aspek kehidupan dibebagai tempat diseluruh
dunia ini. Adapun mereka menaruh perhatian pada agama, kendatipun mereka

dalam keadaan mayoritas dari umat mausia, namun mereka masih dapat
merasakan dan menyadari akan hal ini. Bahwasnya tekanan-takanan itu telah
mengakibatkan agama akan mengarah menuju keterasingan dari penghayatan
pemeluk-pemeluknya.
Kencendrungan ini sangat jelas nampak sekali pada sebagian genarasi muda
dalam berbagai ragam masyarakat, selanjutnya merebak luas dengan cepatnya
pada berbagai kalangan lainnya di berbagai belahan dunia. Perdamaian yang
menjadi arahan dan tujuan yang hendak diwujudkan islam itu adalah merupakan
dorongan hati nurani yang bertitik tolak dari dalam batin manusia.
Tak seorangpun akan dapat mempunyai hubungan damai dengan saudaranya,
kalau dia sendiri tidak berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri, jika
dia tidak mempunyai hubungan damai dengan penciptanya. Masyarakat adalah
perkalian dari orang-orang dan umat manusia adalah perkalian dari masyarakat
dan kebudayaan-kebudayaan. Jadi, inti dn saripati dari masalah perdamaian adalah
bahwa seseorang harus berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan
umat manusia dan dengan sebagai akibat dari penempatan dirinya dalam
hubungan dalam dengan penciptannya.
2.4.2. Perintah meredam pertikaian
Tantangan bagi perdamian adalah pertikaian. Dimana ada pertikaian berarti
ada perbedaan paham atau alternatif-alternatif bertindak atau kepentingankepentingan yang saling mengecualikan. Selanjutnya ada dua kemungkinan untuk
memecahkan pertikaian, yaitu secara damai, atau secara paksa. Paksaan bisa
bersifat fisik (saling memukul, berkelahi denga senjata atau tanpa senjata). Atau
secara

damai

(sosial)

dalam

berbagai

dimensi

(saling

menekan

atau

memaksautnuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Apabila pertikaian


beralih menjadi perkelahian, maka sama halnya dengan pihak-pihak yang
bersangkutan tidak mau memecahkannya secara damai. Dalam perkelahian atau
perang yang menang adalah yang lebih kuat, bukan yang lebih benar. Oleh karena
itu upaya-upaya untuk meredam pertikaian ataupun perkelahian harus

dilaksanakan. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dalam surah
Al-Hujuraat ayat 9 yang berbunyi:
dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka
damaikanlah diantara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap yang
lain, maka lawan lah puak yang zalim itu sehingga ia mematuhi perintah Allah;
jika ia kembali patuh maka damaikanlah diantara keduanya dengan adil (menurut
hukum Allah), serta berlakulah adillah kamu (dalam segala perkara);
sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.
Dengan demikian tugas pengelolaan pertikaian atau pun perkelahian yang baik
dapat dirumuskan dengan lebih tajam; konflik harus dikelolah dengan berorientasi
pada ide keadilan yaitu, rasional, etis dan efektif; bukan melalui perkelahian,
perang atau paksaan. Begitu pula suatu keadaan yang nampak tenang hanya
merupakan perdamaian dalam arti yang sebenarnya apabila bukan berdasarkan
paksaan, melainkan keadilaan.
2.4.3. Solusi pemecahan masalah
solusi pemecahan maslah merupakan salah satu pokok bahasan yang
menarik untuk di simak. Bagaimana tidak, semua orang memiliki masalah dan
masalah tidak akan pernah ada habisnya, terlebih masalah pertikaian. Namun,
mengatasi maslah tetap harus dilakukan meski kita akan masuk ke masalah lain.
Sebab jika masalah saat ini tidak diatasi maka maslah akan numpuk dan hidup
kita akan semakin sulit. Jika kita mampu menyelesaikan setiap masalah yang
datang, maka hidup akan terasa ringan dan indah. Ada berbagai cara dalam
penyelesaian masalah, khususnya masalah pertikaian, diantaranya:

Compromise adalah suatu bentuk penyelesaian masalah dimana pihakpihak yang terliabat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselishan yang ada.

Arbitration merupakan salah satu cara untuk mencapai compromise


apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggupmencapaiannya

sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh


kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang lebih tinggi dari kedudukan
pihak-pihak yang bertentangan.

Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundang lah


pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak
ketiga

tersebut

adalah

mengusahakan

penyelesaiansecara

damai.

Kedudukan pihak ketiga adalah hanya penasihat belaka, dia tidak


berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan
tersebut.

Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginakeinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi suatu persetujuan
bersama.

Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Penyelesaian msalah apa pun, fondasinya pada kemampuan untuk tetap berfikir
positif, agar pikiran tetap jernih karena sebesar apapun masalahnya, insyaallah
sanggup untuk mengatasinya. Seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Quran, yaitu
dalam suarah Al-Baqarah ayat: 286 yang berbunyi:
Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia
mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya., dan ia juga menanggung dosa
kejahatan yang diusahakannya. (mereka berdoa dengan berkata): "wahai Tuhan
kami! Jangan lah engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami
tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah engkau bebankan kami beban yang berat
sebagaimana yang telah engkau bebankan kepada orang yang terdahulu daripada
kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak berdaya kami memikulnya, dan maafkanlah kesalahan kami, serta
ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah penolong
kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mrncapai kemenangan terhadap kaum-kaum
yang kafir.

DAFTAR PUSTAKA

Iberani, Jamal Syarif dan M.M. Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta Selatan:
eL-KAHFI.
Bahi, Muhammad. 1995. Pemikiran islam dan perkembangannya. Jakarta:
Risalah.
Ali, Hasan. 1998. Islam membangun peradapan dunia. Jakarta: Pustaka jaya.
Al-Qardhawi, yusuf. 2003. Menuju pemahaman Islam yang kaffah. Jakarta: insan
cemerlang.
Ridwan ubis, M. 2010. Agama dalam perbincangan sosiologi. Bandung
citapustaka media.
Nasution, Harun. 1973. Filsafat agama. Jakarta: PT.Bulan binatng.
Sukarno. 1985. Pancasila dan perdamaian. Jakarta: inti idayu press.

You might also like