You are on page 1of 6

Batasan Pengusaha Kena Pajak dan Implikasinya

Indra Trinata
XC/16, DIV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan
indratrinata@gmail.com

Abstrak Berbagai kebijakan diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak. PMK
173/PMK.03/2013 yang mengatur batasan pengusaha kecil PPN menjadi salah satu kebijakan yang
diambil. Salah satu pertimbangan utama dalam memilih batasan adalah kebutuhan untuk trade off
antara pendapatan pajak yang hilang ketika batasan dinaikkan dengan biaya administrasi dan biaya
kepatuhan yang dihemat oleh pengelola pajak dan pembayar pajak. Penentuan batasan juga perlu
melihat kebijakan yang diambil di negara lain, untuk mempelajari dasar kebijakan yang lebih baik
agar nantinya tujuan yang diharapkan berhasil dicapai dan dapat mengantisipasi dampak yang
ditimbulkan untuk menghindari dampak buruk dan memastikan tercapainya target penerimaan
pajak.

Kata Kunci: pengusaha kena pajak; batasan omzet

1.

PENDAHULUAN
Sektor

pajak

173/PMK.03/2013 dapat meningkatkan tidak


saat

ini

masih

hanya penerimaan PPN tetapi juga secara

merupakan sumber penerimaan terbesar bagi

total penerimaan negara dari sektor pajak.

negara

2.

LANDASAN TEORI

2.1

Aturan

untuk

membiayai

pembangunan.

Berbagai kebijakan diambil oleh pemerintah


untuk meningkatkan penerimaan pajak. Disini

Menentukan

dibutuhkan kebijakan yang benar-benar bijak

Kena Pajak

agar fungsi pajak yang digunakan tidak hanya

Salah

budgeter tetapi juga reguleren.

satu

Sederhana

Dalam

Batasan

Pengusaha

pertimbangan

utama

dalam memilih batasan adalah kebutuhan

Penetapan kenaikan batasan omzet

untuk trade off antara pendapatan pajak yang

Pengusaha Kena Pajak diambil dalam rangka

hilang ketika batasan dinaikkan dengan biaya

menjalankan fungsi reguleren. Dan juga untuk

administrasi dan biaya kepatuhan yang

mendorong para pengusaha kecil untuk lebih

dihemat oleh pengelola pajak dan pembayar

aktif terlibat dalam skema perpajakan yang

pajak (Keen & Mintz, 2000). Fokus pada trade-

selama ini dirasa sangat kurang kontribusinya

off

pada

sederhana untuk mendapatkan batasan yang

penerimaan

Diharapkan

dengan

pajak

penghasilan.

terbitnya

PMK

tersebut

optimal.

akan

menimbulkan

aturan

2.2

negara

Batasan

Pengusaha

Kena

Pajak

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan

Menurut OECD

wajib memungut, menyetor, dan melaporkan

Tidak ada konsensus di antara negara-

PPN yang terutang. Dengan adanya PMK ini,

OECD

pada

kebutuhan

untuk

artinya pengusaha dengan omzet

tidak

menentukan ambang batas pengenaan PPN.

melebihi Rp4,8 miliar setahun dan memilih

Alasan utama untuk tidak memasukkan bisnis

menjadi Non PKP, tidak diwajibkan menjadi

"kecil" adalah bahwa biaya untuk administrasi

PKP dan menjalankan kewajiban perpajakann

pajak yang tidak proporsional terhadap

yang melekat.

pendapatan PPN dari aktivitas mereka dan,

Peraturan

Menteri

Keuangan

ini

biaya kepatuhan PPN akan tidak proporsional

diterbitkan dengan maksud untuk mendorong

bagi banyak usaha kecil. Tingkat ambang

Wajib Pajak dengan omzet tidak melebihi

batas seringnya merupakan hasil dari trade-

Rp4,8

off antara meminimalkan kepatuhan dan

berpartisipasi menggunakan Skema Pajak

biaya administrasi dan kebutuhan untuk

Penghasilan (PPh) Final menurut Peraturan

menghindari hal yang akan membahayakan

Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang

pendapatan PPN atau mendistorsi persaingan.

telah berjalan sejak Juli 2013 lalu karena tidak

3.

PEMBAHASAN

kuatir lagi dengan efek perpajakan PPN-nya.

3.1

Batasan Omzet Pengusaha Kena

Juga, dengan naiknya batasan omzet ini, maka

Pajak di Indonesia

bagi PKP dengan omzet tidak melebihi Rp4,8

Mulai 1 Januari 2014, Batasan omzet

miliar dan memilih untuk menjadi non PKP,

pengusaha kecil yang wajib dikukuhkan

tidak diwajibkan lagi untuk membuat Faktur

sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau

Pajak dan tidak perlu lagi melaporkan Surat

menjadi wajib PPN dinaikkan menjadi Rp4,8

Pemberitahuan (SPT) Masa PPN sehingga

miliar setahun dari sebelumnya Rp600 juta

biaya

setahun. Perubahan ini tercantum dalam

compliance) menjadi lebih rendah.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor :

3.2

miliar

setahun

kepatuhan

lebih

perpajakan

banyak

(cost

of

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

197/PMK.03/2013 yang ditetapkan tanggal 20

197/PMK.03/2013

Sebagai

Desember 2013.

Pelengkap PP Nomor 46/2013

Sebelumnya, sebagaimana disebutkan

Di Indonesia, belum ada kajian yang

dalam Pasal 3A UU PPN, bahwa pengusaha

dipublikasi oleh perumus kebijakan yang

yang melakukan penyerahan Barang Kena

menyatakan

Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, kecuali

batasan Pengusaha Kena Pajak Rp4.8M.

pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan

Namun Kepala Seksi Hubungan Eksternal DJP

oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan

menyatakan bahwa tujuan diterbitkannya

penyebab

dari

diambilnya

PMK ini tak lain dan tak bukan untuk

Juga, dengan naiknya batasan omzet

mendorong Wajib Pajak dengan omzet tidak

ini, maka bagi PKP dengan omzet tidak

melebihi Rp4,8 miliar setahun lebih banyak

melebihi Rp4,8 miliar dan memilih untuk

berpartisipasi menggunakan skema Pajak

menjadi non PKP, tidak diwajibkan lagi untuk

Penghasilan (PPh) Final menurut Peraturan

membuat Faktur Pajak dan tidak perlu lagi

Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang

melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

telah berjalan sejak Juli 2013 lalu karena tidak

PPN sehingga biaya kepatuhan perpajakan

kuatir lagi dengan efek perpajakan PPN-nya.

(cost of compliance) menjadi lebih rendah.

Sebagaimana dimuat di berbagai media PP

3.3

Batasan

Pengenaan

PPN

pada

nomor 46/2013 yang mewajibkan pengusaha

Negara-Negara OECD

kecil dengan omzet tidak lebih dari Rp4,8

Pada negara-negara yang tergabung

miliar setahun untuk membayar PPh final

dalam OECD, pengecualian atas pengenaan

sebesar 1% dari omzet bruto menuai protes

PPN bisa dilakukan berdasarkan atas barang

dari para pengusaha kecil. PP tersebut tidak

dan jasa tertentu atau berdasarkan jenis

memerhatikan

bisnis tertentu. Namun metode yang paling

apakah

pengusaha

kecil

untung atau rugi, mereka tetap dikenakan

umum

digunakan

adalah

dengan

PPh 1% dari total penjualan yang dinilai

pengecualian perusahaan kecil dari sistem

memberatkan.

PPN dengan adanya batasan dan perusahaan

PP nomor 46/2013 sendiri memiliki

dibawah batasan tersebut tidak perlu untuk

tujuan untuk menjaring pengusaha kecil untuk

mengenakan dan mengumpulkan PPN-nya.

membayar

mau

Ada dua jenis batasan, pertama, batasan

membayar pajak maka PP nomor 46/2013

registrasi yang menghilangkan pemasok dari

dikeluarkan

keharusan untuk mendaftarkan diri dan

pajak.

Agar

untuk

mereka

memudahkan

penghitungan pajak oleh pengusaha kecil

mengumpulkan

dengan model penghitungan final ditambah

pengumpulan bagi Wajib Pajak, walaupun

kemudahan membayar yang diperbolehkan

berada dibawah batasan, namun tetap harus

memakai ATM sehingga pelaporan dan

mendaftarkan diri dalam sistem PPN, tetapi

pembayaran pajak bagi pengusaha kecil

dibebaskan dari keharusan mengumpulkan

benar-benar dimudahkan. Peraturan Menteri

pajak sampai melewati batasan. Pembebasan

Keuangan

dari

Nomor

197/PMK.03/2013

keharusan

pajak,

kedua,

mendaftarkan

diri

dan

ini

mungkin

juga

industri

tertentu

atau

melengkapi kemudahan bagi para pengusaha

mengumpulkan

kecil dengan omzet tidak lebih dari Rp4,8

disediakan

miliar tidak wajib menjadi PKP, maka tidak

perusahaan-perusahaan tertentu.

wajib memungut PPN.

bagi

batasan

pajak

Tingkatan batasan ini berbeda-beda

a. Penurunan penerimaan dari PPN

diantara antara negara OECD dan dapat

Dalam jangka pendek, dikhawatirkan akan

dipisahkan dalam tiga kelompok besar:

menyebabkan hilangnya potensi penerimaan

a. Batasan yang relatif tinggi (lebih dari

PPN. Hal ini disebabkan oleh makin sedikitnya

USD30.000) di Australia, Austria, Rep.

jumlah PKP yang harus menyetorkan PPN.

Ceko, Estonia, Prancis, Hungaria, Irlandia,

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

Itali, Jepang, Selandia Baru, Polandia, Rep.

menghitung berapa besar hilangnya potensi

Slowakia, Swiss, dan Inggris.

penerimaan negara. Dan apakah hilangnya

b. Batasan yang relatif rendah (diantara

potensi tersebut dapat ditutupi dengan

USD1.500 dan USD 30.000) di Belgia,

penghematan atas biaya administrasi serta

Kanada, Denmark, Finlandia, Jerman,

pegawai pajak yang dapat lebih fokus pada

Yunani, Islandia, Korea, Luxembourg,

pengawasan PKP yang memiliki potensi

Belanda, Norwegia, Portugal, dan Swedia.

penerimaan PPN lebih besar.

c. Tanpa batasan di Chile, Meksiko, Spanyol


dan Turki.

b. Potensi kenaikan penerimaan dari PPh


Sesuai dengan tujuan utama dari beberapa

Atas batasan yang rendah, pengusaha kecil

kebijakan yang diambil oleh DJP, diharapkan

yang masih harus mengikuti sistem PPN dirasa

kebijakan-kebijakan

sulit untuk mematuhinya. Di pihak lain,

dengan

batasan yang tinggi dapat memberikan

pengusaha kecil bisa dijaring untuk membayar

keuntungan

kecil,

pajak penghasilan. Selama ini pengusaha kecil

menciptakan gangguan atas kompetisi dengan

masih belum tergali potensi perpajakannya,

pengusaha

Sebagai

dan hal tersebut salah satunya disebabkan

tambahan, beberapa bisnis akan melihat

oleh rumitnya penghitungan dan pembayaran

batasan ini sebagai halangan untuk tumbuh

pajak yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak.

atau sebagai pendorong untuk menghindari

c. Adanya dorongan bagi Wajib Pajak untuk

bagi

yang

pengusaha

lebih

besar.

PPN dengan membagi kegiatan usahanya.


3.4

Dampak

berlakunya

Menteri

Keuangan

Peraturan
Nomor

197/PMK.03/2013
Ada

beberapa

tersebut

menaikkan

batasan

termasuk
omzet

PKP

melakukan kecurangan
Dengan adanya beberapa kebijakan yang
diberikan

oleh

DJP

yang

memberikan

kemudahan kepada pengusaha kecil akan


dampak

yang

memberikan

kecemburuan

dan

distorsi

diakibatkan oleh kenaikan batasan omzet

terhadap persaingan usaha. Wajib Pajak

Pengusaha Kena Pajak, baik dari sisi DJP

dengan omzet diatas batasan akan tergoda

maupun dari sisi Wajib Pajak serta dari sisi

untuk menurunkan nilai omzetnya menjadi di

perekonomian secara umum:

bawah

batasan

dengan

tujuan

untuk

menghindari dipotong pajak lebih besar

pemerintah

dan

menimbulkan

dengan cara membagi usaha mereka menjadi

untuk melakukan kecurangan.

dorongan

unit-unit kecil dan hal ini harus menjadi


catatan tersendiri bagi DJP.

4.

KESIMPULAN

Celah ini harus secepatnya diantisipasi oleh

1. Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri

DJP, dengan memastikan tidak ada omzet

Keuangan

yang disembunyikan oleh Wajib Pajak. Hal ini

adalah

akan menjadi sedikit lebih sulit karena

pengusaha

berkurangnya fungsi pengawasan dari faktur

berpartisipasi menggunakan skema Pajak

pajak yang selama ini dapat digunakan untuk

Penghasilan

mengetahui omzet Wajib Pajak.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46

d. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Tahun 2013

Dengan

ditingkatkannya

mendorong
kecil

(PPh)

175/PMK.03/2013
Wajib
lebih

Pajak
banyak

Final

menurut

omzet

2. Penerapan batasan omzet PKP yang

Pengusaha Kena Pajak, pengusaha kecil akan

berlaku di Indonesia bisa dikombinasikan

membayar pajak lebih sedikit dan juga

dengan metode pengecualian lain seperti

mengurangi compliance cost mereka. Hal

yang sudah dilakukan oleh Negara OECD,

tersebut diharapkan agar dapat memberikan

seperti pengecualian pada barang dan

pengaruh positif bagi perkembangan usaha

bisnis tertentu.

pengusaha

kecil

dan

batasan

Nomor

untuk

membantu

3. Pemberian batasan atas pengenaan PPN

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun

akan memberikan dampak baik bagi DJP

kebijakan dari sisi pajak saja belum cukup,

sendiri maupun Wajib Pajak serta dari sisi

pengusaha kecil masih harus dibantu dengan

perekonomian secara umum. Dampak ini

kemudahan mereka untuk mendapatkan

harus bisa dikelola dengan baik tidak

permodalan, kemudahan mengakses pasar

hanya oleh DJP tapi juga oleh pengambil

dan infrastruktur yang lebih baik.

keputusan terkait perekonomian secara

Secara umum kebijakan ini memberikan

umum, untuk menghindari munculnya

distorsi persaingan yang memberikan dampak

dampak yang negatif.

yang berbeda. Di satu sisi pemerintah


berharap kemudahan ini akan menjaring
pengusaha kecil untuk membayar pajak dan
pengusaha kecil dapat lebih mengembangkan
usahanya, namun di sisi lain pengusaha yang
memiliki omzet diatas batasan akan merasa
tersaingi dan dianaktirikan oleh kebijakan

DAFTAR REFERENSI
Budi,

Chandra.

Pengusaha

Kecil

2014.

Batasan

Wajib

PPN

Omzet

Dinaikkan.

(http://www.pajak.go.id/content/batasanomzet-pengusaha-kecil-wajib-ppn-dinaikkan,
diakses tanggal 26 November 2014).

Mulai 2014 Pengusaha Beromzet 4,8 Milyar

China

Tak

(www.proquest.com,

Wajib

PKP.

(http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/0
1/mulai-2014-pengusaha-beromzet-48milyar-tak-wajib-pkp/,

diakses

tanggal

November 2014).
Nurhayat,

Wiji.

2014.

Ada

Pajak

1%,

Pengusaha Bakal Tergoda Pangkas Omzet di


Bawah

Rp4,8

Miliar.

(http://finance.detik.com/read/2013/07/01/1
42719/2289052/4/ada-pajak-1-pengusahabakal-tergoda-pangkas-omzet-di-bawah-rp48-miliar, diakses tanggal 1 November 2014).
Organization for Economic Co-operation an
Development 2012. Consumption Tax Trends
2012: VAT/GST and Excise Rates, Trends and
Asministration

Issues.

OECD

Publishing

(http://www.keepeek.com/Digital-AssetManagement/oecd/taxation/consumptiontax-trends-2012_ctt-2012-en#page1, diakses
tanggal 21 November 2014).
Pelengkap

PP

46

Tahun

2013.

(http://pajaktaxes.blogspot.com/2014/01/pel
engkap-pp-46-tahun-2013.html,

diakses

tanggal 1 November 2014).


Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

197/PMK.03/2013 tentang Perubahan Atas


Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

68/PMK.03/2010 Tentang Batasan Pengusaha


Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
Rrumbullaku, Oltion. 2011. VAT Threshold and
Some Implication in Albania. Journal of US-

Public

November 2014).

Administration.
diakses

tanggal

You might also like