You are on page 1of 16

1

MAKALAHPPOK
DIDIK WISNU H
FAKULTAS KEDOKTERAN2013

2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangObstruksi saluran napas paru dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
yang terdapat pada lumen, dinding atau di luar saluran napas. Kelainan pada lumen
dapat disebabkan olehsekret atau benda asing. Pada dinding saluran napas, kelainan bisa
terjadi pada mukosanyaakibat peradangan, tumor, hipertrofi dan hiperplasi akibat iritasi
kronik; dapat juga terjadikelainan yang menimbulkan bronkokonstriksi otot polos. Berbagai
kelainan di luar salurannapas yang dapat menimbulkan obstruksi adalah penekanan oleh
tumor paru, pembesarankelenjar dan tumor mediastinum.Dua penyakit paru obstruktif yang
sering menjadi masalah dalam penatalaksanaannyaadalah penyakit asma bronkial dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Asma bronkialdidefinisikan sebagai suatu sindrom
klinik yang ditandai oleh hipersensitivitas trakeobronkialterhadap berbagai rangsangan.
Penyakit paru obstruktif kronik adalah kelainan yang ditandaioleh uji arus ekspirasi yang
abnormal dan tidak mengalami perubahan secara nyata padaobservasi selama beberapa bulan.
PPOK merupakan penyakit yang memburuk secara lambat,dan obstruksi saluran napas yang
terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukanusaha diagnostik yang tepat, agar
diagnosis yang lebih dini dapat ditegakkan, bahkan sebelumgejaladan keluhan muncul
sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah.1.2 TujuanMakalah ini diselesaikan guna
melengkapi tugas dalam menjalani ProgramPendidikan Profesi Dokter di Departemen
Penyakit Dalam, selain itu untuk memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca
mengenai penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DefenisiPenyakit paru obstruksi kronis (COPD) merupakan suatu istilah yang
seringdigunakan untuk sekelompok penyakit paru yang belangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.B
ronchitis kronik, emfisema, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut
COPD.Agaknya ada hubungan etiologi dan sekuensial antara bronchitis kronik dan
emfisema, tetapitampaknya tak ada hubungan antara kedua penyakit itu dengan asma.2.2
EpidemiologiInsidensi PPOK penduduk negeri belanda adalah 10-15 % pria dewasa, 5%
wanitadewasa dan 5% anak-anak.faktor resiko yang utama adalah rokok, perokok
mempunyairesiko 4 kali lebih besar dari pada bukan perokok,dimana faal paru cepat
menurun. Penderita pria : wanita = 3-10 : 1Pekerjaan penderita sering berhubungan erat
dengan faktor alergi dan hiperaktifitas bronkus. Didaerah perkotaan. Insidensi PPOK
1 kali lebih banyak dari pada di pedesaan.Bila seseorang pada saat anak-anak sering batuk,
berdahak, sering sesak, kelak pada masa tuasering timbul emfisema.2.3 EtiologiTerdapat
beberapa faktor lingkungan dan endogen termasuk faktor genetik
yang berperan dalam berkembangnya penyakit paru obstruktif kronis. Defisiensi enzim alfa 1
antitripsin merupakan faktor predisposisi untuk berkembangnya PPOK secara dini.1 Alfa
1antitripsin merupakan sejenis protein tubuh yang diproduksi oleh hati, berfungsi
dalammelindungi paru-paru dari kerusakan.2Enzim ini berfungsi untuk menetralkan tripsin
yang berasal dari rokok. Jika enzim ini rendah dan asupan rokok tinggi maka akan menggang
gusistem kerja enzim tersebut yang bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan. Defisiensi
4
enzim ini menyebabkan emfisema pada usia muda yaitu pada mereka yang tidak
merokok,onsetnya sekitar usia 53 tahun manakala bagi mereka yang merokok sekitar 40
tahun.Hiperresponsivitas dari saluran napas ditambah dengan faktor merokok
akanmeningkatkan resiko untuk menderita Penyakit paru obstruktif kronis disertai
dengan penurunan fungsi dari paruparu yang drastis. Selain itu, hiperaktivitas dari bronkus dapatterjadi akibat dari peradangan
pada saluran napas yang dapat diamati pada bronkitis kronis
yang berhubungan dengan merokok. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya remodelling
pada saluran napas yang memperparahkan lagi obstruksi pada saluran napas pada penderita p
enyakit paru obstruktif kronis.Faktor lingkungan seperti merokok merupakan penyebab
utama disertai resikotambahan akibat polutan udara di tempat kerja atau di dalam kota.
Sebagian pasienmengalami asma kronis yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.1 Faktor
resiko lainnyayang berimplikasi klinis termasuk selain hiperresponsif bronchial, bayi berat
lahir rendah,gangguan pertumbuhan paru pada janin, dan status sosioekonomi rendah.2.4
PatofisiologiPeradangan merupakan elemen kunci terhadap patogenesis PPOK. Inhalasi
asaprokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel epitel untuk
melepaskanfaktor kemotaktik yang merekrut lebih banyak makrofag dan neutrofil.
Kemudian, makrofagdan neutrofil ini melepaskan protease yang merusak elemen struktur
pada paru-paru. Proteasesebenarnya dapat diatasi dengan antiprotease endogen namun tidak
berimbangnyaantiprotease terhadap dominasi aktivitas protease yang pada akhirnya akan
menjadi predisposisi terhadap perkembangan PPOK. Pembentukan spesies oksigen yang sang
atreaktif seperti superoxide, radikal bebas hydroxyl dan hydrogen peroxide telah
diidentifikasisebagai faktor yang berkontribusi terhadap patogenesis karena substansi ini
dapatmeningkatkan penghancuran antiprotease.Inflamasi kronis mengakibatkan metaplasia
pada dinding epitel bronchial,hipersekresi mukosa, peningkatan massa otot halus, dan
fibrosis. Terdapat pula disfungsisilier pada epitel, menyebabkan terganggunya klirens

produksi mucus yang berlebihan.Secara klinis, proses inilah yang bermanifestasi sebagai
bronchitis kronis, ditandai oleh
batuk produktif kronis. Pada parenkim paru, penghancuran elemen structural yang dimediasi
5
protease menyebabkan emfisema. Kerusakan sekat alveolar menyebabkan berkurangnyaelasti
sitas recoil pada paru dan kegagalan dinamika saluran udara akibat rusaknya
sokongan pada saluran udara kecil nonkartilago. Keseluruhan proses ini mengakibatkan obstruksi paten pada saluran napas dan
timbulnya gejala patofisiologis lainnya yang karakteristik untuk PPOK.Obstruksi saluran
udara menghasilkan alveoli yang tidak terventilasi atau kurangterventilasi; perfusi
berkelanjutan pada alveoli ini akan menyebabkan hypoxemia (PaO2rendah) oleh
ketidakcocokan antara ventilasi dan aliran darah (V/Q tidak sesuai). Ventilasidari alveoli
yang tidak berperfusi atau kurang berperfusi meningkatkan ruang buntu (Vd),menyebabkan
pembuangan CO2 yang tidak efisien. Hiperventilasi biasanya akan terjadiuntuk
mengkompensasi keadaan ini, yang kemudian akan meningkatkan kerja yangdibutuhkan
untuk mengatasi resistensi saluran napas yang telah meningkat, pada
akhirnya proses ini gagal, dan terjadilah retensi CO2 (hiperkapnia) pada beberapa pasien den
ganPPOK berat.2.5 Gambaran klinis
Gejala cardinal dari PPOK adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung meningkat danmaksimal pada
pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan sekresi semalam sebelumnya.
Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring wakt
u. Sputum berwarna bening dan mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan ka
dang ditemukandarah selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik.Sesak napas setelah
beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit. Padakeadaan yang berat,
sesak napas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saatistirahat akibat
semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara. Pada penyakit yang moderathingga berat ,
pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan suara napas, ekspirasi yangmemanjang, rhonchi, dan
hiperresonansi pada perkusi. Karena penyakit yang berat kadang berkomplikasi menjadi
hipertensi pulmoner dan cor pulmonale, tanda gagal jantung kanan (termasuk distensi vena
sentralis, hepatomegali, dan edema tungkai) dapat pula ditemukan. Clubbing pada
jari bukan ciri khas PPOK dan ketika ditemukan, kecurigaan diarahkan pada ganguan
lainnya, terutamakarsinoma bronkogenik
Tanda obstruksi komplet saluran nafas atas yang mendadak sangat jelas. Pasien tidak dapat
bernafas, berbicara atau batuk dan pasien mungkin memengang kerongkongannyaseperti
mencekik, agitasi, panic dan napas yang tersengal-sengal dan diikuti sianosis. Dan

6
apabila ada sumbatan tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian dalam waktu 25hari.Kondisi klinis yang berhubungan dengan obstruksi saluran napas akut adalah1.
Penyebab obstruksi oleh karena gangguan fungsional depresi sistem saraf pusatTrauma
kepala, kecelakaan serebrovaskular, gagalnya system kardiorespiratori, syok,hipoksia,
overdosis obat, enselopati oleh karena proses metabolik 2.

Abnormalitas neuromuscular dan system saraf tepiRecurrent laryngeal nerve palsy (pasca
operasi, inflamasi atau infiltrasi tumor), obstrukstivesleep apnoe, spasme laring, miatenia
gravis, gullain bare polyneuritis, spasme pita suara olehkarena hipokalasemia3.
Penyebab obstruksi oleh karena gangguan mekanis aspirasi benda asing4.
Infeksi
Epiglottis,selulitis retropharangeal atau abses, angina ludwigs,
difteri dan tetanus, trakeitis bacterial, laringotrakeobronkitis5.
Edem laring6.
Perdarahan dan haematomPasca operasi, terapi antikoangulan7.
TraumaLuka nakar 8.
NeoplasmaKarsinoma laring, faring, dan trakheobronkiahal, poliposis pita suara9.
KogenitalVascular rings, laryngeal webs, laryngocele10.
Lain-lain
7
arthritis kriokoaritenoid,akalasia, stridor histerikal,miksedema2.6 DiagnosisUmunya
didasarkan pada anamnesa, pemeriksan fisik, pemeriksaan sinar X, pemeriksaan
faal paru, dan pemeriksaan labratorium patologi klinik. Menurut American Thoracicsociety
ATS adalah :
11.
AnamnesaUmumnya penderita adalah usia pertengahan ke atas. Sesak nafas yang
menjadi keluhanutama, sering disertai batuk, mengi, dahak, serta infeksi saluran nafas
berulang. Rokok serta polusi ditempat kerja patut ditanyakan.12.
Pemeriksaan fisik Dapat ditemukan tanda-tanda :

hiperinflasi paru

penggunaan otot nafas sekunder

perubahan pola nafas serta suara nafas yang abnormal


Inspeksi

Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)

Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)

Penggunaan otot bantu napas

Hipertropi otot bantu napas

Pelebaran sela iga

Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai

Penampilan pink puffer atau blue bloater Palpasi

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar Perkusi

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorongke bawah
8
Auskultasi

suara napas vesikuler normal, atau melemah

terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa

ekspirasi memanjang

bunyi jantung terdengar jauh


13.
Pemeriksaan Penunjang
Faal paru

Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP

Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi :
%VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %

VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK danmemantau
perjalanan penyakit.

Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurangtepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan
sore, tidak lebih dari 20%

Uji bronkodilator

Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.

Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit


kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai
awal dan < 200 ml

Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabilDarah rutin

Hb, Ht, leukositRadiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lainPada emfisema
terlihat gambaran :

Hiperinflasi

Hiperlusen

Ruang retrosternal melebar

Diafragma mendatar

Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)

Pada bronkitis kronik :

Normal

Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasusUji provokasi bronkusUntuk menilai derajat


hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat
ringanUji coba kortikosteroidMenilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
oral (prednison atau metilprednisolon)sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan
VEP1 pascabronkodilator > 20 %dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal
paru setelah pemberiankortikosteroidAnalisis gas darahTerutama untuk menilai :

Gagal napas kronik stabil

Gagal napas akut pada gagal napas kronik


2.7 diagnosis banding

Asma

SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Adalah penyakit obstruksi saluran


napasyang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.

Pneumotoraks

Gagal jantung kronik

Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed
stroyedlung.

10
2.8 TatalaksanaA. Penatalaksanaan umum PPOK Tujuan penatalaksanaan :

Mengurangi gejala

Mencegah eksaserbasi berulang

Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

Meningkatkan kualiti hidup penderitaPenatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :1.


Edukasi2. Obat - obatan3. Terapi oksigen4. Ventilasi mekanik 5. Nutrisi6 . Rehabilitasi

11
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel,
sehingga penatalaksanaan PPOK terbagi atas

Penatalaksanaan pada keadaan stabil dan

Penatalaksanaan padaeksaserbasi akut.1. EdukasiEdukasi merupakan hal penting dalam


pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi
pada asma. Karena PPOK adalah penyakitkronik yang ireversibel dan progresif, inti dari
edukasi adalah menyesuaikan keterbatasanaktiviti dan mencegah kecepatan perburukan
fungsi paru. Berbeda dengan asma yang
masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edu
kasiatau tujuan pengobatan dari asma.Tujuan edukasi pada pasien PPOK :1. Mengenal
perjalanan penyakit dan pengobatan2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal3. Mencapai
aktiviti optimal4 . Meningkatkan kualiti hidupEdukasi PPOK diberikan sejak ditentukan
diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapatdiberikan di poliklinik, ruang
rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan dirumah. Secara intensif edukasi
diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karenamemerlukan waktu yang khusus
dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkandapat mengurangi kecemasan
pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun denganketerbatasan aktiviti.
Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualiti
hidup pasien PPOK.Bahan dan cara pemberian edukasi harusdisesuaikan dengan derajat
berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dankondisi ekonomi
penderita.Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah1. Pengetahuan dasar
tentang PPOK

12

2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya3. Cara pencegahan perburukan penyakit4.
Menghindari pencetus (berhenti merokok)5. Penyesuaian ian aktivitiAgar edukasi dapat
diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti bahan edukasi
sebagai berikut :1. Berhenti merokok Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu
diagnosis PPOK ditegakkan2. Pengunaan obat - obatan

Macam obat dan jenisnya

Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )

Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu saja )

Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya3. Penggunaan oksigen

Kapan oksigen harus digunakan

Berapa dosisnya

Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen4. Mengenal dan mengatasi efek samping
obat atau terapi oksigen5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannyaTanda
eksaserbasi :

Batuk atau sesak bertambah

Sputum bertambah

Sputum berubah warna6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi7 . Menyesuaikan


kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
13
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok
permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya
diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemua
n.Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil,
karenaPPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibelPemberian edukasi
berdasar derajat penyakit :Ringan

Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain


berhentimerokok

Segera berobat bila timbul gejalaSedang

Menggunakan obat dengan tepat

Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini

Program latihan fisik dan pernapasanBerat

Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi

Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan

Penggunaan oksigen di rumah2. Obat - obatana. Bronkodilator Diberikan secara tunggal atau
kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikandengan klasifikasi derajat berat
penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakaninhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat beratdiutamakan pemberian obat
lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( longacting ).Macam - macam
bronkodilator :
14
- Golongan antikolinergik Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator jugamengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).- Golongan agonis
beta - 2Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan
dapatsebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya
digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk meng
atasieksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk
injeksisubkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.- Kombinasi antikolinergik dan
agonis beta - 2Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi,
karena keduanyamempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebihsederhana dan mempermudah penderita.- Golongan xantinDalam bentuk
lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama padaderajat sedang
dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk
suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang
diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah. b. AntiinflamasiDigunakan bila terjadi
eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsimenekan inflamasi yang

terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi
jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaituterdapat perbaikan
VEP1 pascabronkodilator meningkat >20% dan minimal 250 mg.c. AntibiotikaHanya
diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :- Lini I : amoksisilin, makrolid- Lini
II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid baru
15
Perawatan di Rumah Sakit :- Amoksilin dan klavulanat- Sefalosporin generasi II & III
injeksi- Kuinolon per oralditambah dengan yang anti pseudomonas- Aminoglikose per
injeksi- Kuinolon per injeksi- Sefalosporin generasi IV per injeksid. AntioksidanDapat
mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.Dapat
diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian
yang rutine. Mukolitik Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikaneksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangieksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.3. Terapi OksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan
berkepanjangan yang menyebabkan kerusakansel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.Manfaat oksigen antara lain :Mengurangi sesak - Memperbaiki aktiviti- Mengurangi hipertensi pulmonal

16
- Mengurangi vasokonstriksi- Mengurangi hematokrit- Memperbaiki fungsi neuropsikiatriMeningkatkan kualiti hidupIndikasi- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%- Pao2 diantara 55 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahanPpullmonal, Ht >55% dan
tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit parulainnya.Macam terapi oksigen :

Pemberian oksigen jangka panjang

Pemberian oksigen pada waktu aktiviti

Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napasTerapi oksigen dapat dilaksanakan
di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumahdiberikan kepada penderita PPOK
stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkandi rumah sakit oksigen diberikan
pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat darurat, ruangrawat ataupun ICU. Pemberian
oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumahdibedakan :- Pemberian oksigen jangka
panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT )- Pemberian oksigen pada waktu aktivitiPemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak Terapi oksigen jangka panjang yang
diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bilatidur atau sedang aktiviti, lama

pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengannasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi
oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemiayang sering terjadi bila penderita
tidur.
17
Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan
meningkatkankemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse
oksimetri.Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%.Alat bantu
pemberian oksigen- Nasal kanul- Sungkup venturi- Sungkup rebreathing- Sungkup
nonrebreathingPemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi
analisis gasdarah pada waktu tersebut.4. Ventilasi Mekanik Ventilasi mekanik pada PPOK
digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagalnapas akut pada gagal napas
kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napaskronik. Ventilasi mekanik dapat
digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.Ventilasi mekanik dapat dilakukan
dengan cara :- ventilasi mekanik dengan intubasi- ventilasi mekanik tanpa intubasi5.
NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan
energiakibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan
hiperkapnimenyebabkan terjadi hipermetabolisme.Kondisi malnutrisi akan menambah
mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan
analisis gas darah.Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :- Penurunan berat badan
18
- Kadar albumin darah- Antropometri- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan
diafragma, kekuatan otot pipi)- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)Mengatasi
malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasimasalah, karena
gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadiakibat
metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagnkalori
yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnalfeedings)
dengan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggilemak rendah
karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapatmeningkatkan ventilasi
semenit oxigen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksiadan hiperkapni. Tetapi
pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapatmenyebabkan kelelahan.
Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK
karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventila
si.Gangguan elektrolit yang terjadi adalah :- HipoPhosfatemia- Hiperkalemia- HipokalsemiaHipomagnesemiaGangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. Dianjurkan
pemberian nutrisi dengankomposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian
yang lebih sering.B. Penatalaksanaan PPOK stabilKriteria PPOK stabil adalah :- Tidak dalam
kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik - Dapat dalam kondisi gagal napas kronik
stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkanPCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
19
- Dahak jernih tidak berwarna- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat
PPOK (hasil spirometri)- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan- Tidak ada
penggunaan bronkodilator tambahanTujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil :Mempertahankan fungsi paru- Meningkatkan kualiti hidup- Mencegah
eksaserbasiPenatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala
ataudirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah

eksaserbasiPenatalaksanaan di rumah. Penatalaksanaan di rumah ditujukan untuk


mempertahankanPPOK yang stabil. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama di rumah,
baik oleh pasiensendiri maupun oleh keluarganya. Penatalaksanaan di rumah ditujukan juga
bagi penderitaPPOK berat yang harus menggunakan oksigen atau ventilasi mekanik.Tujuan
penatalaksanaan di rumah :a. Menjaga PPOK tetap stabil b. Melaksanakan pengobatan
pemeliharaanc. Mengevaluasi dan mengatasi eksaserbasi dinid. Mengevaluasi dan mengatasi
efek samping pengobatane. Menjaga penggunaan ventilasi mekanik f. Meningkatkan kualiti
hidu pPenatalaksanaan di rumah meliputi :1. Penggunakan obat-obatan dengan tepat.
20
Obat-obatan sesuai klasifikasi (tabel 2). Pemilihan obat dalam bentuk dishaler, nebuhaler
atautubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi neurologis
dankekuatan otot sudah berkurang. Penggunaan bentuk MDI menjadi kurang efektif.
Nebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus. Penggunaan nebuliser di rumah
sebaiknya bila timbul eksaserbasi, penggunaan terus menerus, hanya jika timbul
eksaserbasi.2. Terapi oksigenDibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK
derajat sedang oksigen hanyadigunakan bila timbul sesak yang disebabkan pertambahan
aktiviti. Pada PPOK derajat beratyang terapi oksigen di rumah pada waktu aktiviti atau terus
menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter 3.
Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya. Beberapa penderita PPOK
dapatmenggunakan mesin bantu napas di rumah4. Rehabilitasi- Penyesuaian aktiviti- Latihan
ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)- "Pursed-lips breathing"- Latihan ekstremiti
atas dan otot bantu napas5. Evaluasi / monitor terutama ditujukan pada :- Tanda eksaserbasiEfek samping obat- Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigenC. Penatalaksanaan
PPOK Eksaserbasi AkutEksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan
dibandingkan dengan kondisisebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor
lainnya seperti polusi udara,kelelahan atau timbulnya komplikasi.Gejala eksaserbasi :

21
- Sesak bertambah- Produksi sputum meningkat- Perubahan warna sputu mEksaserbasi akut
akan dibagi menjadi tiga :a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas b. Tipe II
(eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atasc. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1
gejala di atas ditambah infeksi saluran napas ataslebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain,
peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20%
baseline, atau frekuensi nadi > 20% baselinePenyebab eksaserbasi akutPrimer :- Infeksi
trakeobronkial (biasanya karena virus)Sekunder :- Pnemonia- Gagal jantung kanan, atau kiri,
atau aritmia- Emboli paru- Pneumotoraks spontan- Penggunaan oksigen yang tidak tepatPenggunaan obat-obatan (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat- Penyakit metabolik (DM,
gangguan elektrolit)- Nutrisi buruk - Lingkunagn memburuk/polusi udara- Aspirasi berulang
22
- Stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi )Penanganan eksaserbasi akut
dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan)ataudi rumah sakit (untuk
eksaserbasi sedang dan berat)Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah
oleh penderita yang telahdiedukasi dengan cara :- Menambahkan dosis bronkodilator atau
dengan mengubah bentuk bronkodilator yangdigunakan dari bentuk inhaler, oral dengan

bentuk nebuliser - Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur - Menambahkan
mukolitik - Menambahkan ekspektoranBila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus
segera ke dokter. Penatalaksanaaneksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara
rawat jalan atau rawat inap dandilakukan di :1. Poliklinik rawat jalan2. Unit gawat darurat3.
Ruang rawat4 . Ruang ICUPenatalaksanaan di poliklinik rawat jalanIndikasi :- Eksaserbasi
ringan sampai sedang- Gagal napas kronik - Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas
kronik - Sebagai evaluasi rutin meliputi :
23
a. Pemberian obat-obatan yang optimal b. Evaluasi progresifiti penyakitc .
EdukasiPenatalaksanaan rawat inapIndikasi rawat :- Esaserbasi sedang dan berat- Terdapat
komplikasi- infeksi saluran napas berat- gagal napas akut pada gagal napas kronik - gagal
jantung kananSelama perawatan di rumah sakit harus diperhatikan :1. Menghindari intubasi
dan penggunaan mesin bantu napas dengan cara evaluasi klinis yangtepat dan terapi
adekuat2. Terapi oksigen dengan cara yang tepat3. Obat-obatan maksimal, diberikan dengan
drip, intrvena dan nebuliser 4. Perhatikan keseimbangan asam basa5. Nutrisi enteral atau
parenteral yang seimbang6. Rehabilitasi awal7 . Edukasi untuk pasca rawatPenanganan di
gawat darurat1. Tentukan masalah yang menonjol, misalnya- Infeksi saluran napasGangguan keseimbangan asam basa

24
- Gawat napas2 . Triase untuk ke ruang rawat atau ICUPenanganan di ruang rawat untuk
eksaserbasi sedang dan berat (belum memerlukan ventilasimekanik)1. Obat-obatan adekuat
diberikan secara intravena dan nebuliser 2. Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan
ventury mask 3. Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas4 . Segera pindah ke ICU bila ada
indikasi penggunaan ventilasi mekanik Indikasi perawatan ICU1. Sesak berat setelah
penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat2. Kesadaran menurun, lethargi,
atau kelemahan otot-otot respirsi3. Setelah pemberian osigen tetap terjadi hipoksemia atau
perburukan4 . Memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif)Tujuan perawatan
ICU1. Pengawasan dan terapi intemsif 2. Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi gunakan
pola ventilasi mekanik yang tepat3 . Mencegah kematianPrinsip penatalaksanaan PPOK pada
eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasiyang terjadi dan mencegah terjadinya
gagal napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasiuntuk mencegah kematian. Beberapa
hal yang harus diperhatikan meliputi :1. Diagnosis beratnya eksaerbasi- Derajat sesak,
frekuensi napas, pernapasan paradoksal- Kesadaran
25
- Tanda vital- Analisis gas darah- Pneomonia2. Terapi oksigen adekuatPada eksaserbasi akut
terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama, bertujuanuntuk memperbaiki
hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa. dapatdilakukan di ruang gawat
darurat, ruang rawat atau di ICU. Sebaiknya dipertahankan Pao2 >60 mmHg atau Sat O2 >
90%, evaluasi ketat hiperkapnia. gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan
(ventury masks) 24%, 28% atau 32%. Perhatikan apakah sungkuprebreathing atau
nonrebreathing, tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai
kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik.
Dalam penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Pressure Ventil

ation(NIPPV), bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan intubasi.3. Pemberian
obat-obatan yang maksimalObat yang diperlukan pada eksaserbasi akuta. Antibiotik Peningkatan jumlah sputum- Sputum berubah menjadi purulen- Peningkatan sesa k Pemilihan
antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat dan komposisi kombinasiantibiotik yang
mutakhir. Pemberian antibiotik di rumah sakit sebaiknya per drip atauintravena, sedangkan
untuk rawat jalan bila eksaserbasi sedang sebaiknya kombinasi denganmakrolide, bila ringan
dapat diberikan tunggal. b. Bronkodilator Bila rawat jalan B-2 agonis dan antikolinorgik
harus diberikan dengan peningkatan dosis.Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan
cara yang tepat, nebuliser dapat digunakanagar bronkodilator lebih efektif. Hati-hati dengan
penggunaan nebuliser yang memakai
26
oksigen sebagai kompressor, karena penggunaan oksigen 8-10 liter untuk menghasilkan
uapdapat menyebabkan retensi CO2. Golongan xantin diberikan bersama-sama
dengan bronkodilator lainnya karena mempunyai efek memperkuat otot diafragma. Dalam
perawatandi rumah sakit, bronkodilator diberikan secara intravena dan nebuliser, dengan
pemberianlebih sering perlu monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi sebagai efek
samping bronkodilator.c. KortikosteroidTidak selalu diberikan tergantung derajat berat
eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedangdapat diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2
minggu, pada derajat berat diberikan secaraintravena. Pemberian lebih dari 2 minggu tidak
memberikan manfaat yang lebih baik, tetapilebih banyak menimbulkan efek samping.4.
Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan,dan
menghindari kelelahan otot bantu napas.5. Ventilasi mekanik Penggunaan ventilasi mekanik
pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi mortaliti danmorbiditi, dan memperbaiki
simptom. Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi
mekanik dengan intubasi.6. Kondisi lain yang berkiatan- Monitor balans cairan elektrolitPengeluaran sputum- Gagal jantung atau aritmia7. Evaluasi ketat progesiviti
penyakitPenanganan yang tidak adekuat akan memperburuk eksaserbasi dan menyebabkan
kematian.Monitor dan penanganan yang tepat dan segera dapat mencegah dan gagal napas
berat danmenghindari penggunaan ventilasi mekanik.Indikasi penggunaan ventilasi mekanik
dengan intubasi :

Sesak napas berat, pernapasan > 35 x/menit


27

Penggunaan obat respiratori dan pernapasan abdominal

Kesadaran menurun

Hipoksemia berat Pao2 < 50 mmHg

Asidosis pH < 7,25 dan hiperkapnia Paco2 > 60 mmHg

Komplikasi kardiovaskuler, hipotensi

Komplikasi lain, gangguan metabolik, sepsis, pneumonia, barotrauma, efusi pleura danemboli
masif

Penggunaan NIPPV yang gagal


28
DAFTAR PUSTAKA1.
2.
3.
Penyakit paru obstruksi kronik, last updated 2 desember 2008, available from :4.
Yunus F. Uji faal paru penyakit paru obstruktif. Last updated 1993. Available from :5.
Penyakit paru obstruksi kronik Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.

Last

updated 2003

You might also like