You are on page 1of 19

Volume 1, No 1 Juni 2010

ISSN: 2087-1872

EFEKTIF
jurnal Bisnis dan Ekonomi
Peta Potensi Ekonomi Usaha M ikro, Kecil Dan Menengah (UM KM ) Di Kabupaten

Ridwan

Kulon Progo, Daerah Istim ew a Yogyakarta

Faktor-F aktor Yang

Mempengaruhi Terjalinnya

Pemasaran

Relasional

Pada

Konsumen Bisnis Eceran Modern (Studi Pada Konsumen Progo Sw alayan)

Kinorika Dewi

Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah

Andrean Ronald dan


Dwi Sarniiyatiningsih

Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Kulon Progo

Persepsi W isataw an M ancanegara Terhadap M utu Produk W isata Di Kabupten


Bantul

Cahya Purnomo

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi S tru ktu r Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan
M a nufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Titop Dwiwinarno

Manaiemen Laba Di sekitar Penawaran Harga Saham Perdana (Initial Public


Offcring/IPO ) Pada Perusahaan M a nufaktur Yang T e rdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Handoko A. Hastoro dan


Anatias Yuliana

Ketahanan Pangan Nasional Dan Teori "Population Trap"

Agnes Ratih Ari indrayani

Pengaruh S tru ktu r Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Dan Return On Asset
Terhadap S tru ktu r Modal Pada Perusahaan M a nufaktur Di Bursa Efek Jakarta

Meyulinda Aviana dan


Yusfarita

EFEKTIF
Jurnal Bisnis dan Ekonomi
ISSN: 2087 - 1872
Adalah kelanjutan dari Jurnal Ekonomi JANAVISI
dengan nomor ISSN : 1410-8372 diadopsi mulai Juni 2010 dengan frekuensi
penerbitan setahun 2 kali, yakni pada bulan: JUNI dan DESEMBER.

PelliNhm*
Drs. Mohamad NaJmudin, MM
Dekan Fakultas Ekonomi

Ptnangfuntfawab
Eni Andari, SE., M.Si
Ketua PPE

Pimpinan Redabsi
jc rs ita s ja n a b a d u a

Dra. Kusmaryati D. Rahayu, Dipl.Kff

Dewan Redabti
Drs. Basri, MM
Vuwono, SE., M.Si
Drs. Sunardi, Akt., M.Si
Dra. Vuni Pratiwi, MM
Dekan

Henry Sarnowo, SE., M.Si


Drs. I Ketut Mangku, M.Si

Sekretaris Redabti
Vohana, SSi
Alamat Redabti
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Vogyatearta 55231
Telp/fax (0274)552209 e-m ail: efektifJet^b@ycrfiooLcaid

Volume 1, No 1 Juni 2010

ISSN: 2087-1872

Jurnal Bisnis dan Ekonomi


*stansi Ekonomi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kabupaten
ta m * a jo , Daerah Istimewa Yogyakarta

Ridwan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjalinnya Pemasaran Relasional Pada


(snsumen Bisnis Eceran Modem (Studi Pada Konsumen Progo Swalayan)

Kinorika Dewi

Anlisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah


B&eflakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Kulon Progo

Andrean Ronald dan


Dwi Sarmiyatiningsih

Hrsepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Mutu Produk Wisata Di Kabupten


Bantul

Cahya Purnomo

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan


Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Titop Dwiwinarno

Hanajemen Laba Di sekitar Penawaran Harga Saham Perdana (Initial Public


r*fuig/IPO) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Handoko A. Hastoro dan


Anatias Yuliana

atasan Pangan Nasional Dan Teori "Population Trap"

Agnes Ratih Ari Indrayani

Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Dan Return On Asset


Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta

Meyulinda Aviana dan


Yusfarita

ISSN: 2087-1872
DAFTAR ISI

Peta Potensi Ekonomi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Ridwan

......................................................................................................................................

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teijalinnya Pemasaran Relasional Pada Konsumen


Bisnis Eceran Modem (Studi Pada Konsumen Progo Swalayan)
Kinorika Dewi
.........................................................................................................................

16

Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah


Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Kulon Progo

Andrean Ronald dan Dwi Sarmiyatiningsih

................................. ...................................

31

Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Mutu Produk Wisata Di Kabupaten Bantul


Cahya Purnomo
....................................................................................................................

43

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan-peru


sahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Titop Dwiwinarno

................................................................................................................

54

Manajemen Laba Di Sekitar Penawaran Harga Saham Perdana (Initial Public Offeringl
IPO) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Handoko A. Hastoro dan Anatias Yuliana ........................................................................

67

Ketahanan Pangan Nasional Dan Teori Population Trap

Agnes Ratih Ari Indrayani

....................................................................................................

81

Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Dan Return On Asset


Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta

Meyulinda Aviana Elin dan Yusfarita.........................................................................................

88

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi


VoL I, No. 1, Juni 2010, 1 - 15

PETA POTENSI EKONOMI


USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
DI KABUPATEN KULON PROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ridwan
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengenal dan memahami perkembangan UMKM di Kabupaten
Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menyangkut profil, peluang dan potensi UMKM.
Profil UMKMdianalisls berdasarkanjumlah dan penyebaran UMKM beserta tenaga kerjayang diserap,
keterkaitan sektoral maupun aksesibilitas UMKM terhadap kredit perbankan. Potensi UMKM diteliti
berdasarkan potensi kemampuan manajerial..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM di Kabupaten Kulon Progo sebagian besar berada
pada sektor industri pengolahan, disusul sektor perdagangan dan pertanian Daya serap UMKM atas
angkatan kerja cukup besar bila dibandingkan dengan industri besar dan industri sedang. Aspek
kemampuan manajerial dan kewirausahaan pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah
termasuk kategori baik, sebahagian besar pengusaha UMKM sudah berorientasi pada pasar dan
mengutamakan kualitas pwduksinya.
Kata kunci : Profil UMKM, kemampuan manajerial dan kewirausahaan, komoditi potensial.
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Pengembangan dan pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
kerangka pem ulihan ekonomi nasional
memegang peranan yang cukup penting. Hal ini
dapat dilihat dari jum lah UMKM secara
keseluruhan di Indonesia sebesar 40 juta, jumlah
tenaga kerja 88%, kontribusi terhadap PDB
sebesar 56,7%. Disamping itu pada saat teijadi
krisis ekonomi, industri kecil justru dapat
bertahan dan menjadi tumpuan dalam rangka
pemulihan ekonomi Indonesia.
Beberapa faktor kendala yang dihadapi
UMKM dalam meningkatkan daya saing
produknya, adalah: modal kecil, Sumber Daya
Manusia kurang berkualitas, rendahnya
kemampuan dan pemahaman pada sains dan
teknologi, manajemen, keterbatasan akses kepada
sumber teknologi dan akses pasar.

Penyelenggaraan pembangunan di
Kabupaten Kulon Progo Propinsi DIY meliputi
berbagai bidang dan sektor, bertujuan
mewujudkan masyarakat sejahtera dan
berkeadilan
melalui
penyelenggaraan
pemerintahan yang baik serta mengembangkan
ekonomi kerakyatan dengan mengutamakan
usaha kecil menengah dan koperasi yang
bertumpu pada agrobisnis. Salah satu upaya
Pemda Kulon Progo dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan dan
pemberdayaan usaha-usaha kecil. UMKM di
Kabupaten Kulon Progo merupakan sektor
industri yang menyerap tenaga kerja terbanyak
dibandingkan sektor industri lain. UMKM juga
memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kulon
Progo, khususnya kontribusi dari sektor industri
pengolah hasil pertanian dan kehutanan, pengolah
mesin, logam dan kimia. Jumlah UMKM yang

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi

ada di Kabupaten Kulon Progo sampai tahun


2008 sebanyak 3.525 unit dengan jumlah tenaga
keija sebanyak 11.243 jiwa (www.kulonprogo.
go.id).
Kebijaksanaan pembangunan Pemda Kulon
Progo yang tertuang dalam rencana stratejik
dengan sasaran terwujudnya pengembangan
UMKM menjadi pengusaha kecil tangguh
sebanyak 45 unit pada tahun 2005, 50 unit pada
tahun 2006,55 unit pada tahun 2007, dan 60 unit
pada tahun 2008. Pengusaha kecil tangguh
menjadi pengusaha kecil mandiri sebanyak 7 unit
pada tahun 2005, dan 10 unit pada tahun 2006.
Sedangkan pengusaha kecil mandiri menjadi
pengusaha menengah sebanyak 1 unit per tahun
sampai dengan tahun 2008. Oleh karena itu
diperlukan suatu pola kem itraan antara
Pemerintah Daerah dengan sektor swasta. Pola
kemitraan itu hendaknya mencakup pembentukan
institusi-insitusi baru, pembangunan industriindustri altematif, perbaikan kapasitas tenaga
kerja, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan, dan pengembangan usaha-usaha
baru dengann cara menciptakan iklim yang
kondusif bagi pembangunan dunia usaha,
khususnya UMKM.
2.

Perumusan Masalah

1.

sektor/subsektor usaha atau komoditi yang


manakah
yang
potensial
untuk
dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo
Profil dan peluang usaha (baca: UMKM)
apakah di Kabupaten Kulon Progo yang
berpotensi berkembang di masa yang akan
datang, khususnya yang menghendaki
adanya penanganan lebih lanjut.

2.

TINJAUAN TEORI
1. Definisi Usaha Kecil
a.

M enurut Sensus Industri 1974-75 :


perusahaan yang mempekerjakan 1-4 orang
dan tenaga mesin, atau 1-9 orang tanpa
tenaga mesin,.kemudian berubah menjadi
yang mempekerjakan 5- 19 orang.

b.
c.
d.

e.

f.

2.

Juni

Departemen Perdagangan: apabila


permodalannya kurang dari Rp 25 juta.
Departemen Perindustrian: yang mempunyai
aset tidak lebih dari Rp 600 juta.
KADIN : yang aset maksimal Rp 250 juta,
tenaga kerja paling banyak 300 orang dan
nilai penjualan di bawah Rp 100 juta.
Departemen Koperasi dan PPK, Bank Indo
nesia: omset usaha tidak lebih dari Rp 2
milyar dan kekayaan (tidak termasuk tanah
dan bangunan) tidak lebih dari Rp 600 juta.
UU No. 9 Th 1995: kekayaan bersih paling
banyak Rp 200juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; Omzet per tahun
paling banyak Rp 1 milyar, milik Warga
Negara Indonesia; berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha
besar; berbentuk badan usaha orang
perseorangan, tidak berbadan hukum, atau
berbadan hukum, termasuk koperasi.
Profil Usaha Kecil

Karakteristik usaha kecil : a) tidak adanya


pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan
pengelola perusahaan, tenaga keija dari keluarga
dan kerabat b) rendahnya akses terhadap lembaga
kredit formal, c) belum berstatus badan hokum,
d) sebagian besar bergerak pada kelompok usaha
industri makanan, minuman dan tembakau
(ISIC31)
Pada umumnya usaha kecil tidak mampu
berkembang dinamis, proses pertumbuhan
terham bat, bukan proses yang kontinum,
melainkan terpatah-patah seperti anak tangga.
Sebagai akibatnya, terjadilah kekosongan yang
besar di tengah (hollow middle) (Basri, 1995:
146). Fenomena ini terjadi antara lain karena
struktur proteksi Pemerintah yang condong
kepada industri besar dan sosio-kultural yang
menghambat dinamika kewirausahaan.

3.

Pentingnya Mengembangkan Usaha Kecil

Alasan menumbuh kembangkan Industri


Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKRT)
Pertama, menyerap banyak tenaga keija, intensif
dalam menggunakan sumberdaya alam lokal,
pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan
dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan
ekonomi di perdesaan (Simatupang, et.al., 1994;
Kuncoro, 1997). Kedua, memegang peranan
penting dalam ekspor non-migas, Ketiga, adanya
urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk
piram ida pada PJPT I menjadi semacam
gunungan pada PJPT II.
4.

Tantangan Bagi Usaha Kecil

Pertama, bagi pengusaha kecil dengan omset


kurang dari Rp 50 ju ta adalah menjaga
kelangsungan hidup usahanya, yakni dapat
berjualan dengan aman, membutuhkan modal
sekadar untuk kelancaran cashflow. Kredit dari
BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan
Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal
kerja mereka.
Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset
antara Rp 50 juta hingga Rp 2 milyar adalah, a)
sistem administrasi keuangan dan manajemen
belum baik, b) ketidakmampuan menyusun pro
posal dan studi kelayakan untuk memperoleh
pinjaman bank, modal ventura, c) belum memiliki
perencanaan bisnis, d) tidak punya akses terhadap
teknologi dan informasi, e) kesulitan peroleh
bahan baku berkualitas, f) minim kemampuan
dalam perbaikan kualitas barang dan g) sulit
mendapatkan tenaga kerja yang terampil (Pusat
Konsultasi Pengusaha Kecil UGM,)
5.

Ridwan

Juni

Strategi Pemberdayaan Usaha kecil

Strategi pemberdayaan yang telah


diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan
dalam: pertama, aspek manajerial, yang meliputi:
peningkatan produkstivitas/om set/tingkat
utilisasi/tingkat hunian., meningkatkan
kemampuan pemasaran, dan pengembangan

sumberdaya manusia. Kedua, aspek permodalan,


yang meliputi: bantuan modal (KUPEDES, KUK,
KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).
Ketiga, mengembangkan program kemitraan
dengan usaha besar baik lewat sistem BapakAnak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward
linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura ataupun subkontrak.
Keempat, pengembangan sentra industri kecil
dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK
(Permukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan
Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri
Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan
Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
Kelima, pembinaan untuk bidang usaha dan
daerah tertentu melalaui KUB 9Kelompok Usaha
Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil
dan Kerajinan)
METODOLOGI PENELITIAN
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara terhadap para pengelola
UMKM (pengusaha kecil) serta pimpinan dinas
dan instansi teknis, Pemerintah Daerah dan
perbankan, sedangkan data sekunder diperoleh
dari Kantor Statistik, Bappeda maupun buku
laporan yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah, lembaga-lembaga swasta dan pihak
perbankan.
2

Penentuan Sample

UMKM di Kabupaten Kulon Progo


seluruhnya sebanyak 3.525 unit usaha, terdiri atas
industri kecil bidang pengolah hasil pertanian dan
kehutanan sebanyak 3.163 unit, industri kecil
pengolah mesin, logam dan kimia sebanyak 213
unit, dan bidang aneka usaha/industri sebanyak
72 unit. Usaha/industri kecil tersebut tersebar di
12 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten
Kulon Progo (www. kulonprogo.go.id).

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonoml

Jumlah sample daiam penelitian ini


ditentukan dengan menggunakan indek Location
Quotients (LQ). Dengan indek LQ ini akan
diketahui potensi keunggulan komparatif dan
kemampuan sektor/subsektor industri atau
komoditi bila dibandingkan dengan sektor/
subsektor industri atau komoditi yang lain.
3

Metode Analisis

3.1 Analisis Deskriptif


Analisis yang dipakai terutama adalah
analisis kualitatif deskriptif berdasarkan atas
pengamatan dan hasil-hasil perhitungan atas dasar
data dari daftar pertanyaan.
Profil UMKM dianalisis berdasarkan jumlah
dan penyebaran industri kecil beserta tenaga keija
yang diserap, kontribusi terhadap PDRB dan
modal investasi yang ditanamkan, keterkaitan
sektoral maupun aksesibilitas industri kecil
terhadap kredit perbankan.
Kecenderungan ekonomi dianalisis dengan
melihat perkembangan sektoral untuk mengetahui
sektor mana yang tumbuh dengan cepat serta
memiliki potensi untuk berkembang di masa yang
akan datang. Untuk mengetahui sejauh mana
pertumbuhan suatu sektor disebabkan pengaruh
sektor lainnya, terutama penekanan pada peranan
industri kecil, dilakukan analisis keterkaitan
antarsektor atau subsektor bidang ekonomi.
Proses identifikasi juga memperhatikan
faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan UMKM, yaitu kebijakan
pemerintah/instansi terkait, perbankan dan
keterlibatan pihak BUMN/Swasta.
Kebijakan pemerintah dalam pembinaan
UMKM dinilai berdasarkan perhatian masingmasing dinas atau instansi terkait melalui kegiatan
pembinaan terhadap UMKM. Peranan
pemerintah daerah dan perbankan, dinilai dalam
kapasitasnya untuk meningkatkan kemampuan
UMKM melalui berbagai bentuk bantuan teknis
serta kebijakan kredit untuk UMKM. Sedangkan
penilaian terhadap keterlibatan pihak swasta

Juni

dilakukan untuk dapat memberikan gambaran


tentang peranan kelembagaan di Kabupaten
Kulon Progo dalam rangka pengembangan
UMKM.
Potensi kemampuan manajerial UMKM
diteliti berdasarkan potensi atau kemampuan
dalam pemasaran, keuangan atau permodalan,
produksi, pengadaan, personalia, organisasi,
administrasi dan pembinaan usaha. Sedangkan
kemampuan kewirausahaan dinilai berdasarkan
analisis kemampuan pengusaha UMKM dalam
membuat keputusan, kemandirian, keberanian
mengambil risiko, kemampuan beradaptasi,
kemampuan dalam menghadapi tantangan,
penghargaan terhadap waktu, orientasi ke depan,
penghargaan terhadap pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, ketekunan dan
orientasi pada tujuan.
Untuk mendukung analisis UMKM melalui
faktor kewirausahaan dan manajerial tersebut
dilakukan analisis aksesibilitas UMKM terhadap
kredit perbankan, analisis potensi permintaan
kredit dan potensi industri kecil menurut instansi
terkait dan perbankan.
3.2 Indek Location Quotients (LQ)
LQ Dipergunakan untuk menentukan sektor/
subsektor atau komoditi mana yang memiliki
potensi/keunggulan. Kriteria penggolongan
sektor/subsektor yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dilihat dari aspek pendapatan yang
diukur dari kontribusi (nilai tambah) sektor/
subsektor industri kecil tersebut terhadap PDRB
Kabupaten Kulon Progo.
Rumus menghitung LQ adalah:
v/ v

v /V ,

v /i v t

v /V ,

LQ =

v ,: pendapatan (nilai tambah) dari sektor/subsektor


UMKM
vt : pendapatan total sektor/subsektor tersebut

Ridwan

Juni

V .: pendapatan dari industri kccil sejenis secara regional


V ,: pendapatan (PDRB) Kabupaten Kulon Progo
Kriteia sektor/subsektor industri kecil yang memiliki
potensi atau keunggulan didasarkan pada indek LQ
berikut ini:
(i) Bila indek LQ > 1 menyatakan bahwa sektor/subsektor
tersebut memiliki keunggulan dibandingkan sektor/
subsektor industri kecil yang lain di Kabupaten Kulon
Progo.
(ii) Bila indek LQ < 1 menyatakan bahwa sektor/subsektor
tersebut kurang potensi daripada sektor/subsektor
industri kecil yang lain.
(iii) Bila indek LQ = 1 menunjukkan bahwa potensi
sektor/subsektor tersebut seimbang dengan potensi
sektor/subsektor UMKM yang lain di Kabupaten
Kulon Progo.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. UMKM di Kabupaten Kulon Progo
Bila kita menggunakan definisi usaha kecil
menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM), di mana usaha mikro, kecil dan
menengah adalah semua usaha yang memiliki
hasil penjualan (omset) tahunan lebih kecil dari

lima puluh miliar rupiah, maka dari seluruh usaha


kecil non pertanian di Kabupaten Kulon Progo
sebesar 20.376 unit merupakan usaha mikro, kecil
dan menengah. Jumlah ini adalah sebesar 25,50
persen dari banyaknya usaha kecil di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sebaran usaha kecil di
Kabupaten Kulon Progo berdasarkan lapangan
usahanya adalah seperti ditunjukkan oleh Tabel
1 di bawah ini.
Dari tabel di atas dapat ditarik beberapa fakta
menarik yaitu sebagian besar (60,41 %) UMKM
di Kabupaten Kulon Progo bergerak di sektor
industri pengolahan pangan, industri kerajinan
dan umum sebesar 27,75%, industri kimia dan
bahan bangunan 4,42%, industri sandang dan
kulit sebesar 4,15%, sedangkan industri logam
dan jasa sebesar 3,26%.
Selanjutnya, bila kita mendefinisikan usaha
kecil berdasarkan definisi yang diberikan Badan
Pusat Statistik (BPS), di mana industri kecil
adalah usaha yang mempekerjakan kurang dari
19 orang tenaga kerja, maka sebaran lokasi usaha

Tabel 1
Potensi Industri Kecil Berdasarkan Keiompok Industri
di Kabupaten Kulon Progo, Tahun 2007
No.

Keiompok Industri

Industri Pengolahan Pangan

Industri Sandang dan Kulit

Industri Kimia
Bangunan

Industri Logam dan Jasa

Industri Kerajinan dan Umum

dan

Jumlah

Bahan

Jumlah
Unit
Usaha
12.310

Jumlah TK
(orang)

Nilai
Investasi
(Rp 000)
21.656.691

32.045

Nilai
Produksi (Rp
000)
192.948.000

845

2.826

17.852.652

7.690.824

2.182.070

901

3.199

39.936.779

20.328.946

8.480.763

665

1.844

8.061.707

4.203.936

1.638.885

5.655

15.836

64.080.862

30.565.622

18.069.446

20.376

55.750

322.880.000

151.753.600

52.027.855

Sumber: Dinas Perindagkoptam Kabupaten Kulon Progo, 2007

Nilai Tambah
(Rp 000)
89.019.640

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi

kecil di Kabupaten Kulon Progo seperti


ditunjukkan oleh Tabel 2.
2.

Daya Serap UMKM Atas Angkatan Kerja


Pada tahun 2001, jumlah tenaga kerja yang

Juni

terserap di sektor industri ini ada 51.649 orang


(9.913 orang di sektor industri kecil, sisanya
41.736 orang terserap di industri menengah) yang
tersebar dalam 19.854 unit usaha (3.624 unit
usaha kecil dan 16.420 unit usaha menengah).
Sementara pada tahun 2003 dari 20.018 unit

Tabel 2.
Sebaran Lokasi Usaha Kecil di Kabupaten Kulon Progo
Lokasi
No.

K om oditi

J u m l ah
D esa

Kecamatan
J

Batik

Temon,

T ahu

Gamping

T em on, Galur, Sentolo,


Pengasih
T e m o i, Pengasih

K onvelcsi

Temon,

Krimpying

W ates

Lendah, Kokap

W ates, N a n g g u l a n

E m ping

W ates. P engas ih

T em pe

W ates, P a n j a t a n , S en t o l o

M ebel Kayu

W ates, G alu r , L e n d a h , S e n to lo ,
Pem gasih, K okap, Girimulyo
W ates

Kulur, Sidorejo,
H ar g om uiyo
Kulur, Brosot, Tuksono,
T awangsari
Kulut, Karangsari

27
101
27

K a r a n g W ul uh , W ates,
K em b a n g
G iri P e n i

30

W at es, K a r a n g s a r i ,
Sidomulyo
Ngestiharjo, Depok,
Salam rejo
W ates, G a l u r , N g e n t a k r e j o ,
Kalibawang, Karangsari,
Pengasih, Hargorejo,
Kalirejo, Jatim ulyo,
G iripurwo

120

53

125

B ordir

10

P a n d e Besi

W ates

Bendungan

33

11

K aleng

W ates

B endungan

10

W ates

12

M ebel Logam

W ates

W ates

10

13

J e n i n g A l ot

Panjatan

D epok

18

14

Sabut Kelapa

Galur

Brosot

24

15

A nyaman
B ambu

Lendah, Nanggulan,
Girimulyo, Kalibawang

16

Gula Kelapa

Lendah. Kokap, Kalibawang

17

G erabah

Lendah

B umirejo

G enteng

Lendah, Kokap, Nanggulan,


Kalibawang

B um irejo, W ah y u h a r jo ,
Jatirejo, G ulurejo,
H argom ulyo, Hargorejo
T im u r, H argorejo Barat,
Jatisarono, W ijimulyo,
B aniaroyo

Lendah

G ulurejo

18

Gulurejo, Kem bang,


Giripurw o, Jatimulyo,
B a n i a r A r u m , B anjar Asri
Ngentakrejo, Hargorejo,
Kalirejo, Hargowilis,
H argom ulyo, Hargotirto,
Banjarharjo, Banjaroyo

200

1.478
35

207

19

I m itasi

20

A ny am an Agel

Sentolo

Sentolo

105

21

W ayang Golek

Sentolo

Sentolo

11

22

M ebel B a m b u

Sentolo

Sentolo

23

Tenun ATBM

Sentolo, N anggulan

K aliag u n g , Jatisarono

13

24

Kulit

Sentolo

Tuksono

Siimber: www.kulonprogo.go.id, data diolah.

usaha, tenaga kerja yang terserap 52.778 orang,


dan pada tahun 2004 dengan 20.065 unit usaha,
tenaga kerja yang terserap 54.505 orang.
Kenaikan jum lah tenaga kerja ini mengikuti
kenaikan nilai investasi dan nilai produksi. Nilai
investasi sektor industri pada tahun 2003 sebesar
Rp 44.062.695.000 dengan nilai produksi Rp
183.368.735.000, sedangkan pada tahun 2004
nilai investasi sektor ini naik m enjadi Rp
47.411.687.000 dengan nilai produksi Rp
268.113.181.000 Kondisi inilah yang kemudian
membuat terjadinya penyerapan jumlah tenaga
keija yang cukup besar. Kenaikan nilai investasi
yang ada dibarengi dengan konsekuensi logis bagi
peningkatan nilai produksi membutuhkan jumlah
tenaga keija yang diperbesar.
3.

Ridwan

Juni

Thbel 3
Kondisi Produksi UMKM Di Kabupaten
Kulon Progo
No.

Modus

Proporsi

a. Orientasi Pasar

65,6%

b. Segmen Pasar

57,4%

c. Mencari Informasi Pasar

52,5%

d. Informasi Pasar Ekspor

30,5%

e. Pemanfaatan Peluang Eskpor

18,4%

f. Banyaknya Pesaing

78,5%

g. Trend Permintaan

44,7%

a. Kualitas Produksi

66,2%

b. Pemilikan Merek Produk

47,7%

c. Upaya Pengembangan Produk

48,5%

Komponen Kondisi Produksi

Karakteristik Pasar

Komposisi Produksi

Peluang UMKM

B erbagai kebijakan yang telah dan


sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah (dinas pembina teknis tiap
sektor), dan dunia perbankan akan mempengaruhi
gerak dinamis usaha kecil.
3.1. Kondisi Produksi dan Permintaan Produksi
Tabel 3 menggambarkan bahwa secara
keseluruhan, k arak teristik p asar UMKM
tergolong dalam kriteria baik. Selain sudah lebih
berorientasi pasar, juga sudah relatif baik dalam
segmentasi pasar dan pemilihan pasar sasaran.
Dari karakteristik pasar ini, pengusaha kecil
masih lemah dalam cara pencarian informasi
pasar, dan pemanfaatan peluang ekspor. Sebagian
besar pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon
Progo sudah mencari informasi dari berbagai
sumber tertentu, khususnya informasi pasar
ekspor tetapi mereka tetap masih lemah dalam
pemanfaatan peluang ekspor.

Sumber: Data Primer, diolah.

Dilihat lebih jauh, pengusaha UMKM


terutama berada dalam pasar yang sangat
kompetitif. Meskipun persaingan sangat tinggi,
tingkat kecenderungan permintaan akan produk
UMKM di masa depan cenderung meningkat.
Tingkat keunggulan kualitas produk
UMKM tergolong dalam klasifikasi sedang.
Komponen lain dalam komposisi produksi
UMKM adalah pada pemilikan merek produksi.
UMKM tidak memiliki merek untuk produk
yang d ih asilk an n y a, karena k urangnya
pengetahuan para pengusaha UMKM tentang
Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Sebagian besar pengusaha UMKM di Kabupaten
Kulon Progo sudah berorientasi pasar dan telah
melakukan segmentasi dan memiliki pasar
sasaran yang jelas. Dalam hal mencari informasi
pasar, baik ekspor maupun non ekspor,
pengusaha UMKM telah m em anfaatkan
berbagai sarana informasi pasar yang disediakan
baik oleh Pemerintah Daerah maupun dari
berbagai sumber. Namun tetap masih rendah
dalam hal pemanfaatan peluang ekspor yang ada
d i k a r e n a k a n le m a h n y a k e m a m p u a n

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi

komunikasi para pengusaha UMKM dengan para


pembeli asing.
Tingkat persaingan antar pengusaha UMKM
di daerah Kabupaten Kulon Progo relatif tinggi.
Sedangkan berdasarkan trend permintaan atas
produk-produk UM KM , sebagian besar
pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo
beranggapan bahw a trend perm intaan atas
produk-produknya akan terus meningkat.
3.2 Saluran Distribusi Pemasaran Produk UMKM
Sebagian b esar pengusaha UMKM di
K abupaten Kulon Progo tidak atau belum
melakukan saluran distribusi formal. Pemasaran
sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon
Progo adalah pada tingkat lokal/kabupaten/regional karena pengetahuan ekspor dari para
pengusaha UMKM belum memadai. Demikian
juga dengan kemampuan pengusaha UMKM
mem berikan trade margin belum term asuk
kategori baik. Namun demikian sebagian besar
pengusaha kecil sudah relatif mampu dalam
menjamin persediaan produk.
Tabel 4
Sistem Distribusi UMKM di Kabupaten
Kulon Progo
No.

Saluran Distribusi Pemasaran Usaha Kedl

Modut

Proporsi

SiOan Distribusi

Juni

para pemilik usaha. Sebaliknya, cara penjualan


dengan promosi sudah didominasi oleh para
pengusaha UMKM tersebut. Juga terlihat bahwa
sebagian besar pengusaha UMKM beranggapan
bahwa cara promosi yang sudah dilakukan sesuai
dengan sasarannya.
Tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar
pengusaha UMKM mampu memenuhi pesanan
dengan tepat, namun respon terhadap perubahan
perm intaan m asih dalam kategori sedang.
A kibatnya, tin g k at pertum buhan volum e
penjualan UMKM pun masih tergolong dalam
kategori sedang.
Tabel 5
Keterpaduan Penjualan UMKM di
Kabupaten Kulon Progo
No.

Saluran Distribusi Pemasaran


Usaha Kecil

Modus

Proporsi

57,76%

45,70%

60,75%

6S,58%

52,34%

Ketejpaduan Penjualan
1

Keterlibatan karyawan
dalam pemasaran

Respon terhadap konsumen

Sistem penjualan

Ketepatan memenuhi pesanan


Pertumbuhan volume penjualan

Sumber: Dala Primer, diolah.

Pemanfaatan saluran distribus formal

6,73%

Rung lingkup danah pemasaran

65,42%

Pengetahuan ekspor

28^5%

Cara melakukan ekspor

19,55%

Kemampuan membenkan Irak margin

28,85V.

Jaminan persediaan produk

685%

Golongan konsumen tJrhir

65,00%

Sumber: Data Primer, diolah.

Pengusaha UMKM sudah mulai mening


galkan cara penjualan secara pribadi, dan berganti
dengan m enggunakan cara prom osi yang
terencana. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa cara
penjualan secara pribadi hanya dilakukan oleh

3.3 Keterkaitan Sektor UMKM


Keterkaitan sektor UMKM ditunjukkan oleh
Tabel 6. Keterkaitan sektor UMKM dilihat dari
aspek sumber bahan baku dan tujuan penjualan
produk UMKM. Aspek sumber bahan baku
ditentukan oleh sumber bahan baku, transportasi
bahan baku, kualitas bahan baku, jenis pemasok
bahan baku, jumlah pemasok bahan baku, potensi
penyediaan bahan baku, pola kebutuhan bahan
baku, dan tingkat stabilitas harga bahan baku.
Sedangkan aspek penjualan produk usaha
UMKM, ditentukan oleh ruang lingkup daerah
pemasaran, kemampuan memberikan trade mar
gin, dan golongan konsumen akhir.

Ridwan

Juni

D ilihat dari sumber bahan bakunya,


keterkaitan UMKM dengan pemasok bahan baku
sudah relatif kuat. Sebagian besar UMKM di
Kabupaten Kulon Progo memperoleh bahan baku
dari daerah sekitar Propinsi DIY. Beberapa alasan
mengapa sumber bahan baku UMKM berasal dan
propinsi DIY adalah karena: transportasi bahan
baku tergolong lancar, kualitas bahan baku sudah
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pengusaha UMKM, potensi penyediaan bahan
baku tergolong melimpah setiap musim. Namun
demikian, walaupun pola kebutuhan bahan baku
cenderung ada setiap musim, namun tingkat harga
bahan baku yang dihadapi oleh pengusaha
UMKM tergolong dalam kategori tidak stabil.

usaha kecil dengan kegiatan ekonomi lainnya.


Dalam hal trade margin, pengusaha UMKM
sudah relatif mampu memberikannya. Selain itu,
karena sifat UMKM yang relatif sederhana dan
keadaan ekonomi makro Kabupaten Kulon Progo
yang termasuk dalam kategori menengah, maka
golongan konsumen akhir dari pengusaha
UMKM terutam a terfokus pada golongan
konsumen berpendapatan menengah.
4

Aksesibilitas UMKM

4.1 Akses UMKM Terhadap Informasi


Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa aksesibilitas
UMKM di Kabupaten Kulon Progo terhadap
informasi sudah relatif baik. Sebagian besar

Tabel 6
Keterkaitan Sektor UMKM di Kabupaten Kulon Progo
No.
A.

M odus

P roporsi

3
2

75,60%
80,60%

3. Kualitas bahan baku


4. Jenis pemasok bahan baku
5. Jumlah pemasok bahan baku

75,85%

3
2

45,50%

6. Potensi ketersediaan bahan baku

70,50%

7. Pola kebutuhan bahan baku

55,20%

8. Tingkat stabilitas harga bahan baku

60,75%

1. Ruang lingkup daerah pemasaran


2. Kemampuan memberikan trade margin

74,55%

3. Golongan konsumen akhir

25,80%
60,30%

Aspek K eterk aitan


Kriteria Potensi Bahan Baku
1. Sumber bahan baku
2. Transportasi bahan baku

B.

43,45%

Penjualan Produk

Sumber: Data Primer, diolah.

Dari aspek penjualan produknya, keterkaitan


UMKM juga sudah cukup baik. Ruang lingkup
daerah pemasaran produk usaha kecil adalah pada
tingkat lokal/kabupaten/regional. Kemampuan
memberikan trade margin juga merupakan salah
satu indikator yang dapat memperkuat keterkaitan

pengusaha kecil masih mencari informasi secara


pasif/seadanya, seringkali mengetahui peluang
ckspor tetapi kurang mampu memanfaatkannya,
kemampuan menggunakan saluran distribusi formal masih rendah, dan belum mengetahui
berbagai informasi tentang program pembinaan
usaha kecil dari pemerintah.

10

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi

4.2 Akses UMKM Terhadap Bahan Baku


Pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon
Progo telah memiliki tingkat aksesibilitas yang
tinggi terhadap bahan baku, artinya sangat mudah
mendapatkan bahan baku (karena terutama
berasal dari dalam propinsi), transportasi dari
sumber bahan baku ke lokasi produksi sudah
lancar, bahan baku yang tersedia sudah sesuai
dengan kebutuhan pengusaha UMKM, jumlah
pemasok bahan baku relatif banyak, dan
ketersediaan bahan baku melimpah di setiap
musim.
4.3 Akses UMKM Terhadap Teknologi
Sebagian besar pengusaha UMKM di
Kabuapaten Kulon Progo masih memiliki tingkat
aksesibilitas sedang. Sebahagian besar pengusaha
UMKM masih menggunakan teknologi
tradisional, namun akibat adanya pembinaan
pemasaran yang cukup baik, pengusaha UMKM
sudah berupaya untuk secara terus menerus
melakukan pengembangan produk, melakukan
pengawasan usaha, dan peningkatan kondisi
kualitas produksi hingga sesuai dengan standar
industri.
4.4 Akses UMKM Terhadap Kredit
Aksesibilitas UMKM terhadap kredit, masih
sangat rendah. Dari tabel 7 menunjukkan bahwa
walaupun struktur modal sudah hampir seimbang
(modal sendiri sama dengan modal pinjaman),
tetapi kredit yang dibutuhkan masih lebih besar
daripada realisasi pinjaman yang disetujui oleh
perbankan, dan hubungan bank dengan UMKM
masih sebagai nasabah (penabung).
Sebahagian besar pengusaha UMKM tidak
pernah mengalami kemacetan pengembalian
kredit yang diperolehnya. Walaupun ada juga
pengusaha UMKM yang pernah mengalami
kredit macet, namun bukan karena faktor intern
tetapi akibat perubahan-perubahan eksternal yang
tidak bisa diantisipasi oleh pengusaha UMKM.

Juni

Potensi Pengembangan UMKM

5.1 Kemampuan Kewirausahaan


Faktor-faktor yang menentukan potensi
pengembangan UMKM itu dapat bersumber dari
luar lingkungan usaha kecil (faktor eksternal) baik
yang sifatnya mikro maupun makro, dan dari
dalam usaha kecil itu sendiri (faktor internal).
Beberapa faktor lingkungan eksternal itu adalah:
kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah;
perkembangan kegiatan ekonomi di semua sektor;
kebijakan khusus dari sistem perbankan; dan lainlain, yang pada akhimya akan menentukan tingkat
aksesibilitas UMKM. Sedangkan dari lingkungan
internal, faktor yang sangat penting dalam
pengembangan UMKM adalah kemampuan
kewirausahaan, dan kemampuan manajerial dari
pengusaha UMKM itu sendiri. Semakin baik
kemampuan kewirausahaan dan kemampuan
manajerial dari pengusaha kecil semakin tinggi
pula potensi pengembangannya.
Pada tabel 8 ditunjukkan kondisi obyektif
sikap kewirausahaan pengusaha UMKM di
Kabupaten Kulon Progo. Terdapat sebelas sikap
kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang
pengusaha UMKM agar perkembangan usaha
yang dijalakannya dapat berjalan secara serasi
dengan perubahan lingkungan usahanya.
Dari tabel 8 di bawah terlihat bahwa
sebahagian besar pengusaha UMKM mempunyai
sikap kewirausahaan yang baik. Pengusaha
UMKM telah mampu menggunakan waktu secara
efisien, menunjukkan kesungguhan dalam
mengelola usahanya, selalu merencanakan setiap
kegiatan usaha, memahami arti kegagalan usaha
sebagai bahan pelajaran demi keberhasilan,
responsif terhadap perubahan-perubahan yang
akan selalu terjadi, memahami arti disiplin dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, sudah
berani berdiri sendiri atau independen, sudah
dapat melihat dan memanfaatkan kesempatan
yang ada, dan menghargai kepercayaan yang
diberikan oleh orang lain pada dirinya. Namun

Juni

Ridwan

Tabel 7
Aksesibilitas UMKM di Kabupaten Kulon Progo

No. Aksesibilitas Usaha Kecil


A. Akses Terhadap Informasi
1. Cara memperoleh informasi pasar
2. Cara memperoleh informasi ekspor
3. Penggunaan saluran distribusi formal
4. Informasi ttg. Pembinaan UMKM
B. Akses Terhadap Bahan Baku
1. Sumber bahan baku
2. Transportasi bahan baku
3. Kesesuaian bahan baku dng. Kebutuhan
4. Jumlali pemasok bahan baku
5. Potensi penyediaan bahan baku
C. Akses Terhadap Teknologi
1. Penggunaan Teknologi
2. Pemilikan merek produk
3. Pengemabngan produk
4. Respon terhadap permintaan konsumen
5. Perencanaan usaha
6. Pemabgian tugas
7. Pengawasan usaha
8. Kualitas produksi
9. Pembinaaan manajemen
10. Pembinaan pemasaran
D. Akses Terhadap Kredit
1. Sumber modal usaha
2. Besar kredit yang dibutuhkan
3. Kredit yang telah diperoleh
4. Struktur permodalan
5, Pembinaan bank thd. UMKM
6. Hubungan bank dengan UMKM
Sumber: Data Primer, diolah.

Modus

Proporsi

3
2
2
1

54,25%
22,45%
65,55%
58,55%

2
3
2
3
3

75,45%
74,50%
75,55%
55,50%
65,30%

1
2
3
2
3
2
3
2
1
3

40,75%
50,60%
55,75%
54,50%
40,25%
45,75%
60,25%
70,45%
50,50%
50,25%

2
3
1
3
2
2

45,00%
40,80%
45,75%
47,25%
79,00%
80,65%

12

EFEKTIF Jurnal Bisnis dan Ekonomi

demikian, ada dua sikap kewirausahaan yang


masih harus terus diperbaiki, baik oleh dirinya
sendiri maupun oleh pembinaan eksternal. Kedua
sikap tersebut adalah keberanian dalam
mengambil risiko yang masih lemah, dan sikap
hemat.
5.2 Kemampuan Manajerial
Kemampuan manjerial biasanya akan
semakin tinggi bila pengusaha UMKM memiliki
pendidikan dan pengalaman yang memadai. Pada
penelitian ini, kemampuan manajerial akan
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu
manajemen keuangan, manajemen produksi,
manajemen sumberdaya manusia (personalia) dan
manajemen umum (organisasi).
Kondisi obyektif kemampuan manajerial
pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo
adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel 9.
Terlihat bahwa secara keseluruhan, kemampuan
manajerial para pengusaha kecil masih rendah.
5.3 Kemampuan Dalam Manajemen Keuangan
Pada aspek manajemen keuangan,
sebahagian besar pengusaha UMKM yang ada
di Kabupaten Kulon Progo belum melakukan

Juni

pemisahan keuangan. Namun, sistem pembukuan


sudah dilakukan walaupun masih sederhana,
sedangkan perencanaan keuangan sudah
dilakukan walaupun belum tertulis.
5.4 Kemampuan
Dalam
Manajemen
Sumberdaya Manusia
Manajemen personalia usaha kecil masih
rendah akibat kaderisasi tenaga keija, pelatihan
dan perputaran karyawan yang belum baik.
Jumlah pekerja yang terutama ada pada UMKM
adalah 5 hingga 20 orang karyawan. Dasar
rekruitmen tenaga kerja sudah berdasarkan pada
hubungan usaha dan bukan hubungan keluarga,
tetapi belum berdasarkan tingkat pendidikan
karena lebih mengutamakan yang dapat dibayar
murah, bukan profesional.
5.5 Kemampuan Dalam Manajemen Produksi
Sebahagian besar pengusaha UMKM sudah
memiliki kemampuan pengelolaan yang baik.
Para pengusaha telah memasang semua kapasitas
produksinya dan telah mampu memanfaatkan
secara optimal kapasitas produksi yang terpasang.
Namun demikian, tetapi kualitas produksinya
masih belum sesuai dengan standar industri.

Tabel 8
Kondisi Kemampuan Kewirausahaan UMKM
di Kabupaten Kulon Progo

Komponen Kemampuan Kewirausahaan UMKM


No.
Penggunaan waktu
1
Kesungguhan
2
Perencanaan
3
Arti kegagalan
4
Keberanian dalam mengambil risiko
5
Keterbukaan pada perubahan
6
Disiplin dan tanggung jawab
7
Kepercayaan pada diri sendiri
8
Pemanfaatan situasi
9
Arti penting kepercayaan
10
Sikap hemat
11
Sum >er: Data Primer, diolah.

Modus
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2

Proporsi
58,85%
80,50%
55,75%
75,25%
60,20%
70,55%
65,35%
70,60%
56,80%
87,25%
65,45%

Keadaan ini berarti bahwa manajemen produksi


UMKM masih terfokus pada pencapaian
kuantitas daripada kuaiitas.

dem ikian, para pengusaha UMKM telah


melakukan fungsi pengawasan usaha dengan
baik.

Tabel 9
Kondisi Kemampuan Manajerial Pengusaha
UMKM di Kabupaten Kulon Progo

6.

No.

\ a.

b.

j c-

\ &

13

Ridwan

Juni

Komponen Kemampuan Manajerial

Modus

Proporsi

49,80%

Produksi
1. Kapasitas produksi terpasang

2. Kapasitas produksi terpakai

52,50%

3. Standar kuaiitas

40,50%

Keuangan
1. Pemisahan keuangan

50,00%

2. Pengelolaan keuangan

50,40%

3. Sumbre modal

53,60%

4. Sistem pembukuan

50,30%

5. Perencanaan keuangan

45,60%

45,30%

Personalia
1. Dasar rekruitmen karyawan

2. Jumlah tenaga kerja

40,50%

3. Kaderisasi tenaga kerja

40,15%

4. Pelatihan

40,56%

5. Perputaran tenaga kerja

70,70%

Manajemen & Organisasi


1. Perencanaan usaha

45,60%

2. Pembagian tugas

45,80%

3. Pengawasan usaha

60,60%

45,80%

40,20%

4. Kesesuaian pekeijaan harian dengan


rencana
5. Struktur organiasasi

Sumber: Data Primer, diolah.

5.6 Kemampuan Dalam Manajemen Umum Dan


Organisasi
Komponen kemampuan m anajerial
pengusaha UMKM lainnya yang termasuk dalam
kategori sedang adalah kemampuan manajemen
dan organisasi. Pada umumnya para pengusaha
UMKM sudah memiliki perencanaan usaha, dan
pembagian tugas,. Namun demikian, struktur
organisasi yang jelas belum ada, hingga
kesesuaian pekeijaan harian dengan rencana pun
termasuk dalam kategori sedang. Namun

Prioritas Pengembangan UMKM

6.1 Komoditi Sangat Potensial


Secara umum komoditas yang termasuk
dalam kategori sangat potensial adalah komoditi
yang memiliki keunggulan pada aspek
pemasaran, kewirausahaan, bahan baku, prospek
pertumbuhan, dan dukungan kebijakan dari
pemerintah. Komoditas dalam kriteria sangat
potensial di Kabupaten Kulon Progo terbanyak
adalah industri pengolahan. Komoditasnya terdiri
atas kerajinan kayu, sarung tangan, kerajinan
bambu, dan kerajinan kulit. Sektor lain yang
termasuk kriteria sangat potensial adalah
angkutan, sektor perdagangan dan pertanian.
Sedangkan pada sektor pertanian, komoditi yang
sangat potensial adalah tanaman obat-obatan.
6.2 Komoditi Potensial
Ciri dari komoditi potensial ditunjukkan oleh
keunggulan yang dim iliki dalam bidang
pemasaran, kewirausahaan, dan dukungan
kebijakan. Kondisi aspek pemasaran termasuk
dalam kategori unggul karena tren permintaan
atas komoditi yang bersangkutan cenderung
m eningkat sepanjang waktu. Di bidang
kew irausahaan, yang diperhatikan adalah
motivasi dan mental pengelolanya dalam
menjalankan usahanya. Kelemahan utama
komoditi yang termasuk kategori potensial adalah
ketersediaan bahan baku, prasarana, dan prospek
pertumbuhan yang masih dalam kategori kurang
baik.
Kelemahan utama dari beberapa komoditi
yang termasuk dalam kategori potensial adalah
ketersediaan bahan baku dan prospek
pertumbuhan yang masih rendah. Kondisi
ketersediaan bahan baku dan prospek
pertumbuhan termasuk kategori kurang baik.
Kondisi ketersediaan bahan baku masih sangat

14

EFEKTIF Jurnal Blsnis dan Ekonoml

rendah karena lokasi yang jauh, transportasi


kurang lancar, stabilitas harga tidak menentu, dan
persediaan bahan baku yang jumlahnya tidak
pasti. Sedangkan aspek prospek pertumbuhan
sangat rendah karena kurangnya ketersediaan
prasarana yang masih minim dan ongkos
trasnportasi yang mahal.
SIMPULAN DAN SARAN
1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis potensi ekonomi
UMKM di Kabupaten Kulon Progo dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut.
1) Sebaran UMKM di Kabupaten Kulon Progo
terbanyak di sektor industri pengolahan
pangan (60,41%), disusul sektor industri
kerajinan dan umum sebesar 27,75%.
2) Lokasi UMKM di Kabupaten Kulon Progo
tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan
Lendah, Kokap, Kalibawang merupakan
kecamatan yang mempunyai UMKM
terbanyak yakni sebesar 1.478 unit usaha.
3) Daya serap angkatan kerja UMKM di
Kabupaten Kulon Progo termasuk cukup
besar yakni sebesar 72,40%, dari
keseluruhan angkatan kerja. Namun
demikian, daya serap angkatan keija usaha
kecil per satu unit usaha tergolong rendah
yakni hanya 3 orang tenaga keija per unit
usaha, sedangkan usaha besar dan sedang
mampu menyerap tenaga keija sebanyak 121
tenaga kerja per unit usaha.
4) Karakteristik pasar UMKM di Kabupaten
Kulon Progo sudah termasuk kriteria baik.
sudah berorientasi pasar, juga sudah relatif
baik dalam segmentasi pasar dan pemilihan
pasar sasaran, namun masih lemah dalam
cara pencarian inform asi pasar, dan
pemanfaatan peluang ekspor.
5) Dilihat dari kepemilikan merek, UMKM
Kulon Progo belum memiliki merek untuk
produk yang dihasilkannya. Namun
demikian secara umum, pengusaha kecil

6)

7)

8)

9)

10)

Juni

selalu melakukan pengembangan produk


sesuai permintaan yang dihadapinya.
Sebagian besar pengusaha UMKM di
Kabupaten Kulon Progo tidak atau belum
melakukan saluran distribusi formal.
Lingkup pemasarannya : lokal/kabupaten/
regional, karena pengetahuan ekspor dari
para pengusaha UMKM belum memadai.
Dilihat dari sumber bahan bakunya,
keterkaitan UMKM dengan pemasok bahan
baku sudah relatif kuat. Sebagian besar
UMKM di Kabupaten Kulon Progo
memperoleh bahan baku dari daerah sekitar
Propinsi DIY.
Sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon
Progo masih menggunakan teknologi
tradisional, namun mereka secara terus
menerus melakukan pengembangan produk,
peningkatan pengawasan usaha dan kualitas
produksi.
Kemampuan manajerial pengusaha UMKM
di Kabupaten Kulon Progo masih rendah,
terutama kemampuan manajemen keuangan
dan personalia, namun sudah menggunakan
sistem pembukuan sederhana.
Kemampuan kewirausahaan pengusaha
UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah
relatif baik, kecuali yang segera perlu
dikembangkan adalah keberanian dalam
mengambil risiko dan sikap hcmat.

Saran

a.

Diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak.


Pemerintah Daerah beserta instansi terkait
perlu membuka akses yang lebih luas dalam
hal informasi tentang peluang pasar baik
yang sifatnya regional maupun pasar ekspor,
mendorong para pengusaha UMKM untuk
selalu menjaga kualitas dan kontinuitas
produksi dengan melakukan pembinaan
dalam hal penggunaan teknologi yang lebih
modem.

Juni
b.

c.

e.

15

Ridwan

Bagi pihak perbankan, perannya sangat


diperlukan untuk memudahkan UMKM
dalam akses permodalan. Prosedur
pemberian kredit lebih disederhanakan dan
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
manajemen UMKM. Perbankan juga dapat
berperan dalam pembinaan manajemen
keuangan UMKM, penyediaan barangbarang modal dan pemberian informasi
mengenai cara-cara promosi yang baik.
Bentuk pendampingan oleh Perguruan
Tinggi berupa konsultasi bisnis dalam upaya
meningkatkan kemampuan manajemen dan
kemampuan kewirausahaan pengusaha
UMKM.
Pengusaha UMKM juga dituntut selalu
berusaha meningkatkan kemampuannya
dalam mengelola usahanya, baik melalui
pelatihan-pelatihan teknis maupun
manajemen, harus dapat memahami kondisi
lingkungan eksternal mikro maupun agar
mampu menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dengan cepat.
Perlu diformulasikan sebuah mekanisme
kelembagaan koperasi yang mewadahi para
pelaku UMKM. Inisiatif oleh Pemda Kulon
Progo. Keberadaan koperasi akan baik dalam
memenuhi stok bahan baku maupun
menampung barang-barang hasil olahan.

DAFTARPUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 1997, Sensus Ekonomi
1996 Propinsi DIY, BPS, Yogyakarta.
_________________ , 1999, Statistik Ekonomi
Indonesia 1998, BPS, Jakarta.
_________________ , 2002, Kabupaten Kulon
Progo Dalam Angka 2007. BPS dan
BAPPEDA, Kabupaten Kulon Progo.
Bank Indonesia dan PAU Ekonomi UGM, 1999,
Penelitian Dasar Potensi Ekonomi
(Baseline Economic Survev) Propinsi
Daerafr. Istimgwa Yogyakarta, Ringkasan
eksekutif, kerjasama Bank Indonesia
dan PAU Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Basri, Faisal, 1995, Perekonomian Indonesia
Menjelang Abad XXI: Distorsi, Peluang
dan Kendala, Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, M udrajat., 1997, Ekonomi
Pembangunan: Teori, Masalah dan
Kebijakan, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
McCawley, Peter & Anne Booth (eds) (1990),
Ekonomi Orde Baru, LP3ES, Jakarta.
Rachbini, J. Didik, 1999, Peluang Kemitraan
Kawasan dan Perdesaaan. dalam Hasan
Basri (penyunting), Pembangunan
Ekonomi Rakyat di Pedesaan, Bina
Rena Pariwara, Jakarta.
Suparmoko, 1996, Metode Penelitian Praktis:
BPFE, Yogyakarta.
www.kulonprogo.go.id

You might also like