You are on page 1of 19

BAB II

ASIDOSIS
2.1 Pengertian Asidosis
Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis merupakan
petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik disebabkan
oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam
atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik terutama disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan

2.2 Patogenesis
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer
(penyangga) pada referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer
bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang
mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung
dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
CO2 + H2O <-> H2CO3
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk
kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak
sekali di dinding alveol paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase
juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi
dengan H2O untuk membentuk H2CO3
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil
H+ dan HCO3H2CO3 <-> H+ + HCO3-

Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk


secara dominan sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan
ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk
membentuk ion-ion bicarbonat

(HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+)

sebagai berikut :
NaHCO3 <-> Na+ + HCO3Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan
mendapatkan sebagai berikut :
CO2 + H2O <-> H2CO3 <-> H+ + HCO3- + Na+
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat
kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan
penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh
asam disangga oleh HCO3 :
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Sebagai

hasilnya,

lebih

banyak

H2CO3

yang

dibentuk.

Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat
bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO 3- untuk
membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian
membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang
pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini
berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh.

BAB II
2.1 ETIOLOGI
2.1.1 Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi


lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian
besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti
beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan
asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
3. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu
akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah
diabetes melitus tipe I.
4. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah
lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
5. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
6. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah
asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai
asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal

ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan


ginjal untuk membuang asam.
Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab umum seperti :
1. Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang
normalnya dibentuk di tubuh.
2. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
3. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan
4. Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)
Penyebab utama dari asidois metabolik:
A.

Gagal ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi

organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu


bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium

didalam

darah

atau

produksi

urine.

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Penyebab Gagal Ginjal
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit
serius yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan
berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit
yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

Adanya

sumbatan

pada

saluran

kemih

(batu,

penyempitan/striktur)

Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

tumor,

Menderita penyakit kanker (cancer)

Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada


organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)

Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh


infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya
disebut sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan

kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah;
Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka
bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,
Malaria,

Hepatitis,

Preeklampsia,

Obat-obatan

dan

Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang


semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam
jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.
Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami
penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah
/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel
Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya
gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan,
mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas,
pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil
pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein
selalu positif.
2.1.2 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Asidosis Tubulus Renalis adalah suatu penyakit dimana tubulus
renalis tidak dapat membuang asam dari darah ke dalam air kemih

secara adekuat.
Penyebab :
Asidosis

tubulus

renalis

bisa

merupakan

suatu

penyakit

keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat


atau penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau
sindroma Sjgren).
Gejala :
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam dari darah dan
membuangnya ke dalam air kemih.
Pada penyakit ini, tubulus renalis tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam
air kemih.
Sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam di dalam darah,
keadaan ini disebut asidosis metabolik, yang bisa menimbulkan masalah
berikut:
- rendahnya kadar kalium dalam darah
- pengendapan kalsium di dalam ginjal
- kecenderungan terjadinya dehidrasi
- perlunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri
(osteomalasia atau rakitis).
Terdapat 3 jenis asidosis tubulus renalis, yang masing-masing
memiliki gejala yang berbeda. Jika kadar kalium darah rendah, maka
terjadi kelainan neurologis seperti kelemahan otot, penurunan refleks
dan bahkan kelumpuhan. Pembentukan batu ginjal bisa menyebabkan
kerusakan pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal kronis.
Jenis-jenis asidosis tubulus renalis
1. Bisa merupakan penyakit keturunan, bisa dipicu oleh penyakit
autoimun atau obat-obat tertentu, Penyebabnya biasanya tidak
diketahui, terutama pada wanita. Gejala dan kelainan metabolik yang
terjadi : Ketidakmampuan untuk membuang asam ke dalam air

kemih, Tingginya keasaman darah, Dehidrasi ringan, Rendahnya


kadar kalium darah, menyebabkan kelemahan otot & kelumpuhan,
Tulang yg rapuh, Nyeri tulang, Batu ginjal (endapan kalsium), Gagal
ginjal
2. Biasanya disebabkan oleh suatu penyakit keturunan seperti sindroma
Fanconi, intoleransi fruktosa yg diturunkan, penyakit Wilson atau
sindroma Lowe. Bisa juga disebabkan oleh keracunan logam berat
atau obat tertentu. Gejala dan kelainan metabolik yang terjadi
:Ketidakmampuan untuk menyerap kembali bikarbonat dari air
kemih, sehingga bikarbonat terbuang, Tingginya keasaman darah,
dehidrasi ringan, Kadar kalium darah yg rendah.
3. Bukan merupakan penyakit keturunan,Penyebabnya adalah diabetes,
penyakit autoimun, penyakit sel sabit atau suatu penyumbatan pada
saluan kemih. Gejala dan kelainan metabolik yang terjadi :
Kekurangan atau ketidakmampuan untuk memberikan respon
terhadap aldosterom (hormon yg membantu mengatur pengeluaran
kalium & natrium di ginjal. Tingginya keasaman darah & kadar kalium
darah yg jarang menimbulkan gejala, kecuali jika kadar kalium
sangat

tinggi

sehingga

terjadi

gangguan

irama

jantung

&

kelumpuhan.
Diagnosa :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya atau hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan tingginya keasaman darah dan
rendahnya kadar kalium darah.
Pengobatan :
Pengobatan tergantung kepada jenis asidosis yang terjadi.
Jenis 1 dan 2 diobati dengan meminum larutan bikarbonat (baking soda)
setiap hari untuk menetralkan asam di dalam darah. Pengobatan ini akan
meringankan gejala dan mencegah gagal ginjal serta penyakit tulang
atau mencegah memburuknya penyakit.Juga diperlukan tambahan

kalium. Pada jenis 3, asidosisnya bersifat ringan sehingga tidak


diperlukan bikarbonat. Kadar kalium yang tinggi bisa diatasi dengan
minum banyak air putih dan obat diuretik.

2.1.3 Ketoasidosis diabetikum


Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis
Diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II)
Patofisiologi :
Adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada IDDM dapat
cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi
(1) Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa
(2) Ketidakseimbangan jumlah intake makanan dngan insulin
(3) Adolescen dan pubertas
(4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes
(5) Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan
emosional.

2.1.4 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)


Asidosis laktik adalah kondisi yang disebabkan oleh tingkat laktat
yang terlalu tinggi dalam aliran darah dan jaringan, sehingga tubuh tidak
mampu menguraikannya.
Asam laktik dan laktat dibuat saat glukosa diuraikan oleh sel
tubuh untuk membangkit tenaga. Lebih banyak laktat dibuat saat
penyediaan oksigen terbatas, seperti waktu kita berolahraga, atau pada
tipe sel tertentu, atau waktu mitokondria (organel dalam sel yang pada
umumnya

membangkitkan

tenaga)

tidak

berfungsi

sebagaimana

mestinya. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,


metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida. Kehilangan
basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,

ileostomi atau kolostomi.

Faktor Resiko Asidosis Metabolik ( Defisit HCO3- )


1. Kondisi dimana banyak plasma dengan asam metabolik (Gangguan
ginjal, DM)
2. Kondisi tejadi penurunan bikarbonat (diare)
3. Cairan infus yang berlebihan. (NaCl)
4. Napas berbau
5. Napas Kussmaul (dalam dan cepat)
6. Letargi
7. Sakit kepala
8. Kelemahan
9. Disorientasi

2.2 Asidosis Respiratorik


Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Keadaan ini
timbul akibat ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO 2 hasil
metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan
H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis.
Kecepatan

dan

kedalaman

pernafasan

mengendalikan

jumlah

karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul


karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang

mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan


lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis

respiratorik

terjadi

jika

paru-paru

tidak

dapat

mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi


pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1. Emfisema
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan
kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh
tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat
penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak
napas. Penyebab paling umum adalah merokok.
Gejala Emfisema ringan semakin bertambah buruk selama
penyakit terus berlangsung. Gejala-gejala emfisema antara lain:
- Sesak napas
- Sesak dada
- Mengurangi kapasitas untuk kegiatan fisik
- Batuk kronis
- Kehilangan nafsu makan dan berat
- Kelelahan
Pencegahan dan Pengobatan: Jika penderita adalah perokok
aktif, berhenti merokok dapat membantu mencegah penderita dari
penyakit ini. Jika emfisema sudah menjalar, berhenti merokok mencegah
perkembangan penyakit. Pengobatan didasarkan pada gejala yang
terjadi, apakah gejalanya ringan, sedang atau berat. Perlakuan termasuk
menggunakan inhaler, pemberian oksigen, obat-obatan dan kadangkadang operasi untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.

2. Bronkitis kronis

Bronkitis kronis adalah penyakit peradangan dari saluran nafas


(bronkus) di paru-paru yang menahun. Ketika saluran nafas mengalami
peradangan, terbentuk dahak tebal di dindingnya, sehingga terjadilah
batuk berdahak & sesak nafas menahun, kadang disertai nyeri dada.
Bronkitis kronis paling sering disebabkan oleh merokok, selain itu dapat
juga disebabkan oleh pencemaran udara dalam waktu lama, misalnya
cemaran kimia & debu di udara. Asap rokok atau pencemaran udara
menyebabkan peradangan pada saluran nafas yang dalam waktu lama
akan menyebabkan bronkitis kronis.
Kerusakan paru yang disebabkan oleh bronkitis kronis dapat
terlihat pada pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru, foto rontgen
dada, & tes darah, yang biasanya diminta oleh dokter. Pengobatan
bronkitis kronis sebaiknya dengan petunjuk dokter. Sehingga, jika
mengalami gejala batuk berdahak & sesak nafas dalam waktu lama,
segera berkonsultasi dengan dokter langganannya. Ketika gejala-gejala
tersebut muncul, dokter biasanya akan meresepkan obat-obat yang
bersifat melebarkan saluran nafas sehingga sesak nafas dapat
berkurang, biasanya dapat disertai obat pengencer dahak. Kadang,
diperlukan

pemberian

oksigen

untuk

sesak

nafas

yang

berat.

Obat antibiotik biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan bronkitis


kronis, terkecuali jika ditemukan infeksi saluran nafas yang menyertai,
yang biasanya ditandai dengan demam & banyak dahak yang berwarna
kuning atau hijau.
Cara

untuk

menghindari

terkena

bronkitis

kronis

atau

kambuhnya penyakit tersebut adalah menghindari faktor pencetusnya.


Jika bronkitis kronis disebabkan oleh merokok, berhentilah merokok. Jika
disebabkan oleh pencemaran udara yang menyebabkan peradangan
saluran nafas, hindari zat pencemar udara yang menyebabkan
peradangan saluran nafas tersebut. Selain itu, berolahraga secara rutin
dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga penderita
bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.

3. Pneumonia berat
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru

(alveoli).

Terjadinya

pnemonia

pada

anak

seringkali

bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut


bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas
sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat
adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau
lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak
dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia
Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke
dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang
dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat
berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis
sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan,
pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali
permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada
sebelah bawah ke dalam.
4. Asma.
Asma

adalah

keadaan

saluran

napas

yang

mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang


menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.
Penyebab:
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan
respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan
memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh
berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap,
udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami
kejang

dan

jaringan

yang

melapisi

saluran

udara

mengalami

pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan


lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari
saluran

udara

(disebut

bronkokonstriksi)

dan

penyempitan

ini

menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat


bernapas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit
diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan
ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan
leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu
ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon
terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen),
seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu
binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi
tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah
raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa
memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran
udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang
juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma
bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit
dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik
akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

GEJALA
Gejala

pertama

berupa

sakit

kepala

dan

rasa

mengantuk.

Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi


stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi
dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan
sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan
menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam
bahkan beberapa hari.
DIAGNOSA
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah
dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
PENGOBATAN
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi
dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa
diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan
emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang
berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan
ventilator mekanik.
Beberapa masalah respiratorik dibagi berdasarkan sebabnya :
1. Penurunan pernapasan
Penurunan pernapasan melibatkan perubahan fungsi neuron dalam
menstimulus inhalasi dan ekhalasi. Neuron mengurangi pada tingkat
sel tubuh melalui zat/agen kimia dan kerusakan fisik. Penurunan kimia
pada neuron dapat terjadi sebagai hasil agen anastesi, obat-obatan
(narkotik) dan racun dimana merintangi darah menuju ke otak dan
langsung menghalangi depolarisasi. Disamping itu ketidakseimbangan
elektrolit (hiponatrium, hiperkalsemia dan hiperkalami) juga secara
lambat menghalangi depolarisasi neural. Akibat neuron respiratorik
juga

akan

mengurangi

keadaan

fisik. Trauma sebagai hasil

langsung kerusakan fisik untuk neuron respirasi atau menimbulkan


hypoksia

sampai

iskemik

yang

dapat

mengganggu

atau

menghancurkan kemampuan neuron untuk membangkitkan dan

mengirimkan impuls ke otot skeletal yang membantu dalam respirasi.


Neuron respirasi dapat rusak atau hancur secara tidak langsung
apabila terdapat masalah di area otak karena meningkatnya tekanan
intrakranial. Meningkatnya tekanan intrakranial ini karena adanya
edema jaringan, dimana menekan pusat pernapasan (batang otak).
Trauma spinal cord, penyakit tertentu seperti polio adalah sebab yang
aktual bagi kerusakan diaxon dan penyakit lain seperti mistenia gravis,
dan syndrom Guillain-Barre yang mengganggu tranmisi

impuls

nervous ke otot skeletal)


2. Inadequatnya ekspansi dada
Karena ekspansi ini penting untuk mengurangi tekanan di dalam
rongga

dada

sehingga

terjadi

pernapasan.

Beberapa

kondisi

membatasi ekspansi dada sehingga menghasilkan inadequatnya


pertukaran gas walaupun jaringan paru sehat dan pusat pesan sudah
dimulai dan transmisi yang tepat. Beberapa orang mengalami masalah
dalam ekspansi dada dapat mencukupi pertukaran gas selama
periode istirahat sehingga retensi CO2 tidak terjadi pada waktu itu.
Bagaimanapun meningkatnya aktivitas atau kerusakan pada jaringan
paru

menghasilkan permintaan

untuk pertukaran

gas dimana

seseorang tidak dapat memenuhinya, hasilnya acidemia. Tidak


adekuatnya ekspansi dada dapat dihasilkan dari trauma skeletal atau
deformitas,

kelemahan

otot

respirasi.

Masalah

skeletal

yang

membatasi perpindahan pernapasan dalam dinding dada jika terdapat


kerusakan tulang atau malformasi tulang yang menyebabkan distorsi
dalam fungsi dada. Struktur tulang dada yang tidak berbentuk serasi
dapat membentuk deformasi pada rongga dada dan mencegah
penuhnya ekspansi pada satu atau kedua paru. Deformitas skeletal
mungkin congenital: hasil dari kesalahan pertumbuhan tulang ( seperti
skoliosis, osteodistropii renal, osteogenesis imperfecta dan syndrom
Hurlers) atau hasil yang tidak seimbang dari degenerasi jaringan
tulang (osteoporosis, metastase sel kanker).

Kondisi

kelemahan

otot

respirasi

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan elektrolit dan kelelahan.


3. Obstruksi jalan napas
Pencegahan perpindahan masuk dan keluarnya udara pada paru
melalui bagian atas dan bawah pada obstruksi jalan napas dapat
menimbulkan pertukaran gas yang tidak efektif, retensi CO2 dan
acidemia. Jalan napas bagian atas dan bawah dapat terobstruksi
secara internal dan eksternal. Kondisi eksterna yang menyebabkan
obstruksi jalan napas atas termasuk tekanan yang kuat pada daerah
leher, pembesaran nodus lympa regional. Sedangkan kondisi internal
yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk masuknya
benda asing pada saat bernapas, konstriksi otot halus bronkial dan
pembentukan edema pada jaringan luminal.
Obstruksi jalan napas bagian bawah terjadi melalui kontriksi otot
halus, pembentukan jaringan luminal, pembentukan lendir yang
berlebihan. Kondisi umum yang berhubungan dengan obstruksi jalan
napas bagian bawah yaitu karena terlalu lama menderita penyakit
inflamasi (bronchitis, emphysema dan asma) dan dan masuknya
bahan-bahan iritan seperti asap rokok, debu batu bara, serat asbes,
serat kapas, debu silikon dan beberapa partikel yang mencapai jalan
napas bagian bawah.
4. Gangguan difusi alveolar-kapiler
Pertukaran gas pulmonal terjadi oleh difusi di persimpangan alveolar
dan membran kapiler. Beberapa kondisi dimana mencegah atau
mengurangi proses difusi karena dapat meretensi CO2 dan terjadi
asidemia. Masalah difusi dapat terjadi pada membran alveolar,
membran kapiler atau area diantara keduanya.
Asidosis respiratorik sering terjadi akibat kondisi patologis yang
merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru
untuk mengeliminasikan CO2. Ada beberapa hal yang menyebabkan
keadaan asidosis respiratorik yaitu :

- gangguan sentral pada pusat pernapasan.


- penyakit otot-otot bantu pernapasan

misal mistenia gravis,

sindrom Guillain- Barre dan akibat obat yang merelaksasi otot.


- gangguan

eksfisitas

saluran

pulmonal, penyakit intestinal

napas

seperti

fibrosis

paru.

- obstruksi (empisema, asma, bronkitis, bronkhiolitis).

Faktor Resiko Asdidosis Respiratorik yang lain :


1. Kondisi paru yang akut dimana merubah O2 atau CO2 pada saat
terjadi pertukaran gas di alveolar (seperti pnemonia, edema
pulmonar akut, aspirasi pada tubuh luar, tenggelam)
2. Penyakit paru kronik (asma, kista fibrosis atau empisema)
3. Overdosis pada narkotik atau sedatif sehingga menekan tingkat
dan kedalaman pernapasan
4. Cidera kepala sehingga mempengaruhi pusat pernapasan.

Tanda Klinik ( Akut )


1.

Meningkatnya nadi dan tingkat pernapasan

2.

Pernapasan dangkal.

3.

Dyspnea

4.

Pusing

5.

Convulsi

6.

Letargi

Tanda Klinik ( Kronik )


1.

Kelemahan

2.

Sakit kepala

PENATALAKSANAAN ASIDOSIS
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi
keadaan yang telah

menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini

menjadi sulit terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan


fungsi paru atau gagal ginjal.
Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium
bicarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bicarbonat diabsorbsi dari
traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan bagian
bicarbonat pada sistem penyangga bicarbonat sehingga meningkatkan pH
menuju normal. Natrium bicarbonat dapat juga diberikan secara intravena.
Untuk pengobatan asidosis respiratorik dapat diberikan O 2 dan juga obatobatan yang bersifat broncodilator.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis
Metabolik :
1. Monitor nilai Arterial Gas Darah
2. Jika diperintah berikan IV sodium bicarbonat
3. Koreksi masalah pokok yang terjadi.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis
Respiratorik :
1. Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik,
O2 sesuai perintah.
2. Jaga keadequatan hidrasi (2 3 L cairan perhari)
3. hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.
4. Monitor intake dan output cairan, TTV, arteri gas darah dan pH.

PENGUKURAN KLINIS DAN ANALISIS ASIDOSIS


Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga
pengukuran dari suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat
plasma dan PCO2.
Dengan memeriksa

pH seseorang dapat

menentukan

apakah ini bersifat asidosis jika nilai pH kurang dari 7,4. Langkah kedua
adalah memeriksa PCO2 plasma dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal
untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk bicarbonat 24 mEq/L Bila
gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO 2 plasma meningkat.

Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik


sederhana adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan
peningkatan konsentrasi bicarbonat plasma setelah kompensasi ginjal
sebagian.
Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH
plasma. Gangguan utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat
plasma. Oleh karena itu pada asidosis metabolik, seseorang dapat
mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat plasma
rendah dan penurunan PCO2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.

You might also like