You are on page 1of 8

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No.

3 Januari 2011: 142 -149

HUBUNGAN STRUKTUR TURUNAN


N-KLOROBENZOILAMOKSISILIN DAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERINYA TERHADAP Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853
Ika Trisharyanti Dian Kusumowati1, Siswandono2, Marcellino Rudyanto2
1

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,


2
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Ika Trisharyanti D.K., Apt., M.Farm.


Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos 1
Pabelan Kartasura Surakarta 57162, email: kyandika@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of this research is to determine structure-activity relationship Nchlorobenzoylamoxicillin derivatives against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.
Antibacterial activities of the N-benzoylamoxicillin derivatives against Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853 were tested using dilution method. The result showed that there
was significance MIC of amoxycillin with N-benzoylamoxycillin, N-2-chlorobenzoylamoxycillin,
and N-3-chlorobenzoylamoxycillin. Non linier regression between log MIC and lypophilic
2
parameter N-chlorobenzoylamoxycillin derivatives showed -log KHM = 3,963 - 3,001 2,477, r = 0,906. To see more clearly quantitative strucuture-activity relationship of Nbenzoylamoxicillin derivatives, further similar studies need to be done by increasing numbers
of another N-benzoylamoxicillin derivative compounds.
Keywords : amoxicillin, Structure-Activity Relationship, Pseudomonas aeruginosa

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan struktur-aktivitas antibakteri senyawasenyawa turunan N-kolorobenzoilamoksisilin terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC
27853. Uji aktivitas antibakteri turunan senyawa N-klorobenzoilamoksisilin terhadap
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dilakukan dengan metode dilusi. Nilai KHM
menunjukkan adanya perbedaan aktivitas yang bermakna antara amoksisilin dengan Nbenzoilamoksisilin,
N-2-klorobenzoilamoksisilin,
dan
N-3-klorobenzoilamoksisilin.
Persamaan non linier log KHM dengan sifat lipofilik senyawa turunan N2
klorobenzoilamoksisilin diperoleh -log KHM = 3,963 - 3,001 - 2,477, dengan harga r =
0,906.
Kata kunci : amoksisilin, hubungan struktur-aktivitas, Pseudomonas aeruginosa

PENDAHULUAN
Turunan penisilin merupakan pilihan
pertama untuk infeksi bakteri yang
peka terhadap penisilin karena efek
toksiknya terhadap organ tubuh relatif
kecil
bila
dibandingkan
dengan
142

antibiotik lain. Perubahan struktur


senyawa penisilin berpengaruh dalam
mempertahankan kestabilan terhadap
asam dan ketahanan terhadap laktamase (1). Perkembangan senyawa
turunan
penisilin
dimulai
dari
benzilpenisilin
yang
berspektrum

Hubungan struktur dan aktivitas antibakteri turunan N-klorobenzoilamoksisilin


(Ika Trisharyanti DK, Siswandono, Marcellino Rudyanto)

sempit, tidak tahan terhadap asam


lambung sehingga diberikan secara
injeksi, dan tidak tahan terhadap enzim
-laktamase
yang
dihasilkan
Staphylococcus
aureus.
Perkembangan dilanjutkan dengan
penambahan gugus penarik elektron
pada posisi struktur benzilpenisilin,
seperti pada ampisilin, senyawa ini
meningkat
stabilitasnya
terhadap
hidrolisis asam lambung, sehingga
senyawa dapat diberikan secara oral (2,
3).
Ampisilin adalah antibiotik dengan
spektrum luas, merupakan turunan
penisilin yang tahan asam tetapi tidak
tahan terhadap enzim penisilinase.
Absorbsi obat dalam saluran cerna
kurang baik ( 30-40%), obat terikat
oleh protein plasma 20%, kadar
darah maksimalnya dicapai dalam 2
jam setelah pemberian oral. Ampisilin
tidak aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa yang merupakan salah satu
bakteri Gram negatif yang sulit dibasmi.
Bakteri ini mempunyai kecenderungan
resisten terhadap antibiotik, termasuk
terhadap golongan -laktam (2, 4).
Hubungan kuantitatif antara struktur
dan aktivitas turunan N-benzoilampisilin
dinyatakan melalui persamaan Hansch:
-log KHM = a (jumlah sifat lipofilik) + b
(jumlah sifat elektronik) + c (jumlah sifat
sterik) + tetapan (5), yaitu :

turunan N-benzoilampisilin mempunyai


aktivitas yang lebih besar, baik
terhadap bakteri Gram positif maupun
Gram negatif (5).
Amoksisilin adalah turunan penisilin
yang strukturnya mirip dengan ampisilin,
dengan perbedaan adanya gugus
hidroksi pada posisi para cincin
benzena.
Diharapkan,
dengan
mengganti senyawa induk ampisilin
dengan senyawa amoksisilin akan
diperoleh
senyawa-senyawa
baru
dengan aktivitas antibakteri yang lebih
tinggi dibanding senyawa induknya.

Terhadap Staphylococcus aureus


100 (bakteri Gram positif)
-log KHM = 0,333 ( 0,109) f +
1,412 ( 0,289) m + 0,032 ( 0,127)
(n = 15, r = 0,857, F = 16,566)
Terhadap Proteus mirabilis A3280
(bakteri Gram negatif)
- log KHM = 0,970 ( 0,237) m +
0,520 ( 0,183) p 1,941 ( 0,084)
(n = 15, r = 0,783, F = 10,293)

Beberapa keuntungan amoksisilin


dibanding ampisilin adalah absorbsi
obat dalam saluran cerna lebih
sempurna sehingga kadar darah dalam
plasma lebih tinggi. Kadar darah
maksimalnya dicapai dalam 1 jam
setelah pemberian oral. Namun, seperti
halnya ampisilin, amoksisilin tidak
efektif
terhadap
Pseudomonas
aeruginosa (5).
Salah satu contoh turunan penisilin
yang aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa
adalah
piperasilin.
Piperasilin
adalah
ureidopenisilin
spektrum luas yang digunakan secara
injeksi untuk pengobatan infeksi,
terutama
yang
disebabkan

Kedua
persamaan
tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang
kuat antara sifat lipofilisitas (f),
elektronik (m), dan sterik (p) terhadap
aktivitas antibakteri (-log KHM). Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini,

NH

CH3

NH 2
N

CH3

O
COOH

ampisilin
HO
O

NH

CH3

NH 2
N

CH3

O
COOH

amoksisilin
Gambar 1. Struktur senyawa ampisilin
dan amoksisilin (4)

143

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 142 -149

pseudomonas (5). Hasil penelitian


Karlowski et al, 2003 (3) menunjukkan
bahwa sebesar 85% Pseudomonas
aeruginosa rentan terhadap piperasilin.
Piperasilin mempunyai struktur mirip
dengan N-benzoilampisilin, dengan
perbedaan substituen yang masuk
pada gugus amina primer rantai
samping ampisilin, seperti terlihat pada
gambar 1.2.
O

HN

CH 3

METODE PENELITIAN

NH
N
O

CH 3

O
COOH

N-benzoilampisilin

HN

CH 3

NH
N
O

CH 3

O
N

sehingga senyawa ini dapat dijadikan


sebagai
senyawa
induk
untuk
dikembangkan lebih lanjut dalam usaha
mendapatkan senyawa baru dengan
aktivitas yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan
struktur
turunan
Nklorobenzoilamoksisilin (senyawa N-2klorobenzoilamoksisilin, N-3-klorobenzoilamoksisilin, dan N-4-klorobenzoilamoksisilin) dan aktivitasnya terhadap
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853.

COOH

Bahan dan Alat


Bila tidak dinyatakan lain, semua
bahan yang digunakan mempunyai
derajat
kemurnian
pro
analisis.
Amoksisilin trihidrat (pharmaceutical
grade); Media agar antibiotika 1
(Merck); Media nutrient broth (Difco);
Natrium klorida
(Merck); Metanol
(Merck);
Bakteri
Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853
(Fakultas
Farmasi Unair); Air suling.
Alat yang digunakan antara lain:
Autoklave elektrik (series Vertical Type
Steam Sterilizer); Laminar Air Flow
Cabinet (Dalton); Spectrophotometer
UV (Lambda EZ 201 Perkin Elmer);
Inkubator (Memmert C 406 1095);
Micropipet (Socorex); Tabung reaksi.

CH 2

CH 3

piperasilin
Gambar 2. Struktur senyawa Nbenzoilampisilin dan
piperasilin
Soekardjo et al, 1999 (5) telah
berhasil membuat N-benzoilamoksisilin
dengan mereaksikan benzoil klorida
dengan gugus amina dari amoksisilin.
Senyawa
hasil
yang
diperoleh
mempunyai
aktivitas
antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa
lebih besar dibanding amoksisilin (6),
144

Cara Kerja
Bakteri yang digunakan untuk uji
aktivitas
adalah
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853
yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Farmasi
Universitas
Airlangga
Surabaya.
Bakteri
disiapkan
dengan
cara
digoreskan 1 ose pada agar miring
(media agar antibiotika 1 steril),
kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37 C. Untuk pengujian,
disiapkan satu seri tabung reaksi,
dimasukkan 2,0 ml nutrient broth.
Kemudian
tabung-tabung
tersebut
disterilkan dengan autoklave pada suhu

Hubungan struktur dan aktivitas antibakteri turunan N-klorobenzoilamoksisilin


(Ika Trisharyanti DK, Siswandono, Marcellino Rudyanto)

121 C selama 15 menit. Satu seri


pengujian
untuk
satu
senyawa,
disiapkan 9 tabung reaksi, yaitu 1
tabung kosong steril dan 8 tabung yang
berisi media nutrient broth steril.
Secara aseptik dimasukkan 0,5 ml
larutan uji yang sudah disiapkan,
sehingga diperoleh kadar larutan
1200,0 g/ml untuk tabung 1 dan 2,
kadar 600,0 g/ml untuk tabung 3,
kadar 300,0 g/ml, 150,0 g/ml, 75,0
g/ml untuk tabung 4-6, dan kadar
37,50 g/ml untuk tabung 7-8. Kecuali
tabung
8,
pada
tiap
tabung
ditambahkan 0,02 ml suspensi bakteri
uji yang telah diukur transmitansinya
25%.
Tabung-tabung
tersebut
dihomogenkan kemudian diinkubasi
pada suhu 37 C selama 24 jam. Kadar
Hambat Minimal adalah kadar terendah
obat pada tabung yang ditunjukkan
dengan hasil biakan yang tampak jernih,
yang berarti, tidak ada pertumbuhan
mikroba. Dilakukan replikasi 5 kali.
Cara Pengolahan dan Analisis Data
Hubungan
Struktur-Aktivitas
senyawa-senyawa
N-klorobenzoilamoksisilin, melalui parameter lipofilik,
elektronik,
dan
sterik,
terhadap
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853 dapat dinyatakan melalui
persamaan
statistika,
persamaan
regresi linier dan non linier yang
dihitung dengan bantuan program
komputer SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji aktivitas antibakteri terhadap
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853
menunjukkan
nilai
KHM
senyawa amoksisilin adalah 600 g/ml;
KHM
senyawa
N-3-klorobenzoilamoksisilin yaitu 300 g/ml; KHM
senyawa
N-2-klorobenzoilamoksisilin
adalah 360 g/ml. Hasil uji aktivitas
antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853 menunjukkan
adanya perbedaan bermakna antara
senyawa amoksisilin, dengan senyawa

N-2-klorobenzoilamoksisilin dan N-3klorobenzoilamoksisilin. Senyawa N-3klorobenzoilamoksisilin


berbeda
bermakna
dengan
N-4-klorobenzoilamoksisilin, serta senyawa N-4klorobenzoilamoksisilin
berbeda
bermakna dengan N-benzoilamoksisilin.
Hasil di atas menunjukkan bahwa
posisi gugus kloro (meta, dan para)
turunan
N-benzoilamoksisilin
berpengaruh pada aktivitas antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853.
Pada umumnya, aktivitas senyawa
hasil modifikasi lebih besar dibanding
senyawa
amoksisilin.
Terjadinya
substitusi gugus benzoil pada gugus
amina
primer
rantai
samping
amoksisilin menyebabkan senyawa
menjadi
lebih
asam
dibanding
amoksisilin. Peningkatan keasaman ini
menjadikan kemampuan ionisasi gugus
NH2 semakin kecil sehingga senyawa
lebih stabil dalam bentuk molekul,
sehingga absorbsi akan meningkat dan
masuknya senyawa ke dalam sel
bakteri akan lebih baik. Dibandingkan
senyawa
N-benzoilamoksisilin,
senyawa-senyawa
N-klorobenzoilamoksisilin mempunyai aktivitas lebih
kecil.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa
merupakan salah satu bakteri Gram
negatif yang sulit dibasmi, yang sering
dijumpai di lingkungan sekitar kita
karena membran luar sel mempunyai
permeabilitas rendah terhadap obat,
dan terdapat sistem yang dapat
memompa obat untuk keluar apabila
obat telah masuk sel. Pada bakteri
Gram negatif, obat harus menembus
membran terluar selubung bakteri
secara difusi pasif melalui saluran yang
terbentuk oleh pori protein. Sesudah
menembus membran terluar, senyawa
masuk melalui dinding sel melewati
ruang periplasma dan mencapai
sasaran, yaitu enzim serin protease
yang terdapat pada membran terdalam
(sitoplasma).
Enzim
inilah
yang
bertanggung
jawab
terhadap
145

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 142 -149

biosintesis dinding sel. Kerja obat laktam


merupakan
penghambat
sintesis dinding sel bakteri, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri (5,
8).
Perbedaan sifat lipofilik () dan sifat
elektronik () substituen senyawa
turunan N-benzoilamoksisilin serta sifat
lipofilik (log P) dan sifat sterik (MR)
senyawa turunan N-benzoilamoksisilin
diharapkan memberikan perbedaan
terhadap
aktivitas
antibakterinya
terhadap bakteri uji. Parameter dan
log P (sifat lipofilik), yang menentukan
kemampuan senyawa obat dalam
penembusan
membran
biologis;

parameter (sifat elektronik) dan


parameter MR (sifat sterik) yang
mempengaruhi interaksi obat-reseptor
(8) menunjukkan adanya peningkatan
dari senyawa N-benzoilamoksisilin
dengan turunannya. Data parameter
sifat kimia fisika ( dan ) substituen
turunan
N-benzoilamoksisilin
dan
aktivitas
antibakteri
terhadap
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853 dapat dilihat pada tabel 1,
sedangkan data parameter sifat kimia
fisika (Log P dan MR) senyawa turunan
N-benzoilamoksisilin
dan
aktivitas
antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853 pada tabel 2.

Tabel 1. Data parameter sifat kimia fisika ( dan ) substituen turunan Nbenzoilamoksisilin dan aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853
HO
O

NH

CH 3

NH
N
O

CH 3

O
COOH

No
1
2
3
4

R
H
2-Cl
3-Cl
4-Cl

0,00
0,71
0,76
0,70

0,00
0,23
0,37
0,23

Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853
A (g/ml)

Log 1/A

300
360
300
480

-2,48
-2,56
-2,48
-2,68

Keterangan :

= tetapan lipofilik Hansch-Fujita

= tetapan elektronik Hammet


A
= aktivitas antibakteri (nilai Kadar Hambat Minimal)
No 1 = senyawa N-benzoilamoksisilin
No 2 = senyawa N-2-klorobenzoilamoksisilin
No 3 = senyawa N-3-klorobenzoilamoksisilin
No 4 = senyawa N-4-klorobenzoilamoksisilin

146

Hubungan struktur dan aktivitas antibakteri turunan N-klorobenzoilamoksisilin


(Ika Trisharyanti DK, Siswandono, Marcellino Rudyanto)

Tabel 2. Data parameter sifat kimia fisika (Log P dan MR) senyawa turunan Nbenzoilamoksisilin dan aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853
HO
O

NH

CH 3

NH
N
R

CH 3

O
COOH

No

P. aeruginosa
ATCC 27853
Log 1/A
A (g/ml)

Log P

MR

1,60

115,75

300

-2,48

2,16

120,36

360

-2,56

2,16

120,36

300

-2,48

2,16

120,36

480

-2,68

1
O

Cl

2
O

3
Cl

4
Cl

Keterangan :
Log P = parameter lipofilik
MR
= parameter sterik
A
= aktivitas antibakteri (nilai Kadar Hambat Minimal)
No 1
= senyawa N-benzoilamoksisilin
No 2
= senyawa N-2-klorobenzoilamoksisilin
No 3
= senyawa N-3-klorobenzoilamoksisilin
No 4
= senyawa N-4-klorobenzoilamoksisilin

Hasil analisis Hubungan Kuantitatif


Struktur-Aktivitas dinyatakan melalui
persamaan statistika, uji persamaan
regresi linier dan non linier dari
parameter kimia fisika yang dihitung
dengan bantuan program komputer
SPSS 16, dapat dilihat pada tabel 3.
Ditinjau dari hubungan perubahan
struktur, sifat kimia fisika dan aktivitas
biologis
secara
kuantitatif,
dari

perhitungan
HKSA
(Hubungan
Kuantitatif Struktur-Aktivitas), antara log
KHM senyawa
terhadap
bakteri
Pseudomonas
aeruginosa
ATCC
27853, harga r = 0,906 diperoleh dari
persamaan non linier log KHM dengan
sifat lipofilik, yaitu: -log KHM = 3,963 2
- 3,001 - 2,477. Harga r hitung ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan
harga r tabel, sehingga tidak ada
147

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari 2011: 142 -149

hubungan
antara
sifat
lipofilik,
elektronik, dan sterik senyawa turunan
N-benzoilamoksisilin terhadap aktivitas
antibakterinya terhadap Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853. Peningkatan

tetapan sifat lipofilik, elektronik, dan


sterik
senyawa
turunan
Nbenzoilamoksisilin tidak berpengaruh
terhadap aktivitas antibakterinya.

Tabel 3. Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Turunan Senyawa Nbenzoilamoksisilin terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853
No

Parameter

Regresi linier

Persamaan

SD

y = bx + a

y = -0,115 - 2,485

0,433

0,462

0,106

y = -0,09 - 2,529

0,144

0,042

0,117

Log P

y = -0,169 Log P - 2,207

0,490

0,632

0,103

MR

y = -0,02 MR - 0,106

0,490

0,632

0,103

Regresi non linier

y = bx + bx + a

y = 3,963 2 - 3,001 - 2,477

0,906

2,280

0,071

, 2

y = 4,399 2 - 1,628 - 2,477

0,849

1,285

0,088

KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Senyawa
turunan
N-benzoilamoksisilin (N-2-klorobenzoilamoksisilin, N-3-klorobenzoilamoksisilin,
dan
N-4-klorobenzoilamoksisilin)
mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853, lebih besar dibanding
amoksisilin.
2. Hubungan
Kuantitatif
StrukturAktivitas, antara log KHM senyawa
terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853, harga r =
0,906 diperoleh dari persamaan
non linier log KHM dengan sifat
lipofilik, yaitu : -log KHM = 3,963 2
- 3,001 - 2,477.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhattacharjee A, Anupurba S, Gaur A,
Sen MR. Prevalence of Inducible AmpC
-lactamase-Producing Pseudomonas
aeruginosa in a Tertiary Care Hospital
in Northern India. Indian J Med
Microbiol 2008; 26(1): 89-90.
148

2. Brooks GF, Butel JS, Morse SA.


Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical
rd
Microbiology, 23 Ed. Boston: Mc Graw
Hill; 2004.
3. Karlowsky
JA,
Weaver
MK,
Thornsberry C, Dowzicky MJ, Jones
ME, Sahm DF. Comparison of Four
Antimicrobial Susceptibility Testing
Methods To Determine the In Vitro
Activities of Piperacillin and PiperacillinTazobactam against Clinical Isolates of
Enterobacteriaceae and Pseudomonas
aeruginosa. J Clin Microb 2003; 41(7):
33393343.
4. ONeil MJ (Editor), 2006, The Merck
Index An Encyclopedia of Chemicals,
Drugs, and Biologicals, Merck & Co.
Inc., USA, p. 92, 94, 1286.
5. Soekardjo B, Hardjono S, Sondakh R.
Hubungan
Struktur-Aktivitas
Obat
Antibiotika. Dalam: Siswandono dan
Soekardjo B (Editor), Kimia Medisinal,
Jilid 2. Surabaya: Airlangga University
Press; 2000.
6. Soekardjo B, Siswandono, Purwanta M.
Sintesis Tiga Senyawa Baru Turunan
N-Benzoilamoksisilin dan Uji Aktivitas
Antibakterinya Terhadap Pseudomonas
aeruginosa.
Jurnal
Penelitian
Universitas Airlangga 1999; 7(2): 11-19.

Hubungan struktur dan aktivitas antibakteri turunan N-klorobenzoilamoksisilin


(Ika Trisharyanti DK, Siswandono, Marcellino Rudyanto)
7. Soekardjo B, Siswandono, Purwanta M.
Sintesis Senyawa Baru Turunan NBenzoilamoksisilin Untuk Meningkatkan
Aktivitas Terhadap Bakteri Gram-Positif
dan Gram-Negatif. Laporan Riset
Unggulan Terpadu VI Bidang Ilmu
Kimia dan Proses, 2000.

8. Patrick GL. An Introduction to Medicinal


rd
Chemistry, 3 . ed. New York: Oxford
University Press; 388-390.

149

You might also like