Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beban pokok usaha Harga Pokok Penjualan (HPP) diakui
menggunakan pendekatan kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara
langsung dengan penghasilan. Oleh karena itu, HPP diakui pada saat
persediaan itu dijual. HPP dipengaruhi oleh sistem pencatatan dan
penilaian persediaan. Dalam pencatatan persediaan terdapat aturanaturan mengenai metode yang dapat digunakan menurut perpajakan.
Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian (losses)
dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto (net income).
Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat dibuktikan/dikeluarkan
dalam
usaha
memperoleh
penghasilan,
ketentuan
perpajakan
mengakuinya sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan.
Karena terdapat perbedaan antara perlakuan harga pokok penjualan
dan beban operasional menurut akuntansi dan perpajakan, serta begitu
pentingnya pembahasan ini. Hal itu mendorong penulis untuk membuat
makalah yang berjudul Harga Pokok Penjualan dan Beban
Operasional.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
1. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP) ?
2. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam pencatatan persediaan dan sesuai ketentuan
perpajakan?
3. Biaya apa saja yang termasuk kedalam biaya yang dapat dikurangkan maupun tidak
dapat dikurangkan menurut perpajakan?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui ketentuan perpajakan terkait harga pokok penjualan dan beban operasional
2. Memberikan wawasan tentang perbedaan perlakuan dalam akuntansi dan perpajakan
khususnya untuk harga pokok penjualan dan beban operasional.
BAB II
PEMBAHASAN
HARGA POKOK PENJUALAN
Beban pokok usaha Harga Pokok Penjualan (HPP) diakui menggunakan
pendekatan kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara langsung dengan
penghasilan. Oleh karena itu, HPP diakui pada saat persediaan itu dijual.
HPP dipengaruhi oleh system pencatatan dan penilaian persediaan.
Menurut Weygant, Kimmel dan Kieso (2011: 202-203), ada dua system
yang dikenal dengan pencatatan persediaan, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem Periodik
Dalam system periodic, persediaan dan HPP tidak dapat diketahui
sewaktu-waktu. Persediaan dihitung dengan melakukan perhitungan
fisik (stock opname) pada setiap akhir periode. Hasil perhitungan
tersebut dipakai untuk menghitung HPP.
2. Sistem Perpetual
Sistem perpetual menyajikan informasi mengenai persediaan dan
HPP setiap saat tanpa melakukan perhitungan fisik (stock opname).
Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, sistem pencatatan
persediaan
tidak
diatur
secara
jelas.
Selama
sistem
dapat
yang
dibebankan
sebagai
HPP
berasal
dari
Pembelian
110.000.000
125.000
unit
Rp.
1.200
Rp.
150.000.000
Harga Pokok Produksi
Persediaan
Rp.
= Rp. 380.000.000
awal + pembelian
persediaan akhir
1.000.000+Rp.
380.000.000Rp.
19.200.000
= Rp. 361.800.000
Metode Average
Persediaan awal
1.000.000
Pembelian
Rp
75.000.000
100.000 unit x Rp. 1.100
351.000 unit
Rp110.000.000
Rp150.000.000
Rp381.000.000
Harga per unit
=Rp381.000.000/351.000
Rp17.360.000
Harga Pokok Produksi
16.000
unit
unit
Rp1.085
(45.000+70.000+100.000+30.000)
Rp1.085
= 245.000 unit x Rp1.085 = Rp265.825.000
BEBAN OPERASIONAL
Beban yang Boleh Dikurangkan
Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian
(losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto
(net income). Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat
dibuktikan/dikeluarkan
dalam
usaha
memperoleh
penghasilan,
atau
berdasarkan
PMK-02/PMK.03/2010;
biaya
harta
untuk
yang
disusutkan/diamortisasi
mendapatkan,
menagih,
dan
tersebut
memelihara
penghasilan.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
Untuk tahun 2008 dan sebelumnya, apabila WP membukukan
transaksi dengan kurs tetap (kurs historis) atau kurs yang benarbenar terjadi sesuai kurs yang diakui oleh bank yang berkaitan
atas realisasi perkiraan mata uang asing yang bersangkutan,
maka
selisih
kurs
diakui
pada
saat
terjadinya
realisasi
5
penggunaan
kurs
tetap
sudah
tidak
magang
dan
pelatihan.
Biaya
tersebut
atau
adanya
perjanjian
tertulis
mengenai
yang
ketentuannya
pembianaan
olahraga
diatur
yang
Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang,
Usaha asuransi,
makanan
dan
minuman
bagi
seluruh
pegawai,
ditetapkan
dengan
PMK-83/PMK.03/2009
adalah
sebagai
berikut:
Keterangan
1. Fasilitas pengobatan
a. Di
klinik/rumah
sakit
Bagi Perusahaan
milik Non-deductible
perusahaan
Expense
Bagi Pegawai
Non-taxable
Income
Deductible
b. Di
klinik/rumah
sakit
pihak ketiga
2. Fasilitas
mendiami
milik Expense
Taxable
Income
rumah
milik perusahaan
a. Bukan di daerah terpencil
Non-deductible
Non-taxable
Expense
Income
Deductible
b. Di daerah terpencil
3. Perlengkapan
Expense
keselamatan Deductible
Non-taxable
Income
Non-taxable
Income
Non-deductible
Non-taxable
Expense
Income
Deductible
Expense
5. Biaya
perjalanan
rangka dinas
6. Fasilitas
pelatihan
pendidikan
7. Fasilitas kafetaria
Non-taxable
dalam Deductible
Income
Non-taxable
Expense
dan Deductible
Income
Non-taxable
Expense
Deductible
Income
Non-taxable
Expense
Income
8
8. Fasilitas
kendaraan
dan Deductible
telepon genggam
a. Tidak
dibawa
Non-taxable
Expense
pulang
Income
ke Deductible
rumah
Expense
Non-taxable
hanya
Expense
Income hanya
50% nya
Taxable
Income
usaha,
pekerjaan,
kepemilikan,
Bantuan
sumbangan,
penerima
Ada Hubungan
Tidak Ada Hubungan
Penerim
Pemberi
Pemberi
Penerima
a
atau Deducti Objek
NonBukan Objek
termasuk ble
Pajak
deductib
Pajak
le
(PP-18/ 2009)
keagamaan
Expense
yang
bantuan, Deducti
Objek
Non-
Bukan
Pajak
deductib
Pajak
le
(PMK-
badan
Expense
245/PMK.03/2
pribadi
menjalankan
diterima
008)
yang
usaha
Objek
WP
---
Non-
Bukan
deductib
Pajak
le
(PMK-
Objek
sedang
mengalami
Expense
247/PMK.03/2
008)
yang
Pemerintah)
dan
sumbangan
keagamaan
(sumbangan
Lazis
Amanah
yang
pendiriannya
telah
disetujui
oleh
pemerintah, dan atas zakat tersebut diberikan tanda terima, maka untuk
Lazis Amanah zakat tersebut bukanlah merupakan penghasilan tetapi
untuk PT Dimdim merupakan beban yang dapat dikurangkan.
5) Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan
telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya. Pembebanan
sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dalam tahun pajak
yang bersangkutan melalui penyusutan asset tetap kelompok 1 dan
atas beban berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan
telepon seluler tersebut dapat dibebankan sebagai beban rutin
perusahaan. (KEP-220/PJ./2002 jo. SE-09/PJ.42/2002).
Contoh:
10
Atas pembelian handphone oleh PT Yesia selama tahun 2010 telah dibayar
langganan kartu Halo sebesar Rp7.000.000 maka biaya yang boleh di
bebankan adalah sebesar 50% x Rp7.000.000 = Rp3.500.000. perbedaan
tersebut antara fiskal dengan akuntansi harus dilakukan koreksi fiskan
positif.
6) Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau
sejenis, termasuk juga pengeluaran rutin untuk pembelian atau
pemakaian
bahan
perusahaan
untuk
pekerjaannya.
bakar,
pegawai
Pembebanan
yang
dimiliki
tertentu
sebagai
dan
karena
biaya
dipergunakan
jabatan
perusahaan
atau
hanya
( rata-rata
rata-rata
bunga
tertimbang
tertimbang
pinjaman
saldo pinjaman
saldo deposito
per bulan
per bulan
Contoh:
PT Moci meminjam uang dari bank Amanda sebesar Rp250.000.000
dengan bunga 20% per tahun. Namun demikian, PT Moci juga mempunyai
tabungan berupa deposito sebesar Rp100.000.000 dengan bunga 15% per
tahun. Besarnya biaya yang seluruh pinjaman tersebut dibelikan saham
PT Poki. Bunga bank sebesar Rp250.000.000 x 20% = Rp5.000.000 tidak
dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak (PhKP)
11
telah
benar-benar
dibayar
dan
berkenaan
dengan
bukan
merupakan
biaya
untuk
mendapatkan
PhKP.
Demikian juga dengan sisa hasil usaha pada koperasi, yang pada
dasarnya
kelebihan dari
pendapatan
dapat
dikurangkan
sebagai
penghasilan
kena
pajak
perusahaan asuransi.
b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu atau anggota. Hal ini seperti perbaikan
12
untuk
mendapatkan
PhKP
adalah
sebesar
Rp
atau
pemupukan
dana
cadangan
(PMK-
81/PMK.03/2009), Kecuali:
Cadangan
biaya
penutupan
dan
pemeliharaan
tempat
13
PT
Diestri
dalam
laporan
laba
rugi
komersialnya
telah
karyawannya
sebesar
Rp
300.000.000
di
mana
Rp
hal
tersebut
merupakan
koreksi
positif
karena
yang
melebihi
kewajaran
yang
dibayarkan
kepada
merupakan
jumlah
yang
melebihi
kewajaran
yayasan
keagamaan
yang
tidak
disahkan
oleh
tidak
boleh
dikurangkan
sebagai
biaya
karena
bukan
tidak
dipergunakan
dalam
usaha/kegiatan
untuk
menagih
dan
memelihara
17
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1) Harga pokok penjualan (HPP) dipengaruhi sistem pencatatan dan penilaian persediaan
seperti metode FIFO dan metode rata-rata.
2) Beban operasional terbagi menjadi dua kategori yaitu biaya yang dapat menjadi
pengurang penghasilan dan biaya yang tidak dapat menjadi pengurang penghasilan.
3) Jika terdapat perbedaan antara pencatatan akuntansi dan pajak (fiskal) maka perlu
dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal terbagi menjadi dua, yaitu koreksi fiskal
positif, artinya yang menambah pengahsilan, dan koreksi fiskal negatif yang
mengurangi penghasilan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2013. AKUNTANSI PERPAJAKAN EDISI 3.
Jakarta: Salemba Empat.
S. R. Soemarso. 2007. PERPAJAKAN Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba
Empat.
Gunadi. Prof. Dr. Msc. Akt. 2009. AKUNTANSI PAJAK Sesuai dengan UndangUndang Pajak Baru. Jakarta: Grasindo.
19