You are on page 1of 30

Airway and Ventilatory

Management

Definisi

Jalan nafas adalah saluran tempat

dilewatinya udara dan oksigen


sebelum mencapai paru paru,
meliputi struktur anatomi yang
berawal dari hidung dan mulut lalu
menuju laring dan trakea

Obstruksi jalan nafas dapat

menyebabkan tubuh kekurangan


oksigen, yaitu hipoksemia. Ia
merupakan pembunuh utama
penderita gawa darurat.
Saat ventilasi tidak tercapai,
kematian otak dapat terjadi dalam
hitungan menit.

Gangguan atau obstruksi jalan nafas adalah


suatu
keadaan tersumbatnya saluran pernapasan
sebagian atau seluruhnya. Sumbatan jalan nafas
dapat disebabkan oleh :
tindakan anestesi (penderita tak sadar, obat
pelumpuh otot, muntahan),
penyakit (koma apapun sebabnya, stroke,
radang otak),
trauma/ kecelakaan (trauma maksilofasial,
trauma kepala, keracunan).

Penyebab sumbatan jalan nafas yang


paling
sering adalah:
lidah yang jatuh menutupi hipofaring
atau epiglotis yang jatuh menutupi
rima glotis, adanya muntahan, darah,
sekret atau benda asing dan trauma
daerah maksilo fasial.

Gejala dan tanda dari gangguan jalan nafas


sebenarnya mudah untuk didiagnosa, sebagai
berikut :
Untuk obstruksi jalan nafas penuh, penolong
tidak dapat mendengar dan merasakan aliran
udara pada mulut dan hidung pasien/korban.
Ketika pasien masih bernafas terlihat retraksi
otot-otot pernafasan pada regio interkostal
dan supraklavikular.
Untuk obstruksi parsial dapat dilihat dari ada
atau tidaknya snoring, crowing, gurgling dan
wheezing.
Status konstitusi (toksisitas,demam,denyut
nadi)

Hypoxemia : stimulasi simpatetik


Dengkuran
Air liur yang menetes
Batuk
Kemampuan bicara
Takipneu
Sentakan trakea (tracheal tug) saat inspirasi
Tarikan otot bantu pernapasan saat inspirasi
Pergerakan yang tidak simetris antara
dinding dada dan abdomen
Pasien sianosis dan atau pingsan
Hypercarbia : somnolence

Pada keadaan penderita yang masih


bernafas, mengenali ada tidaknya
sumbatan jalan nafas dapat
dilakukan dengan:
lihat (look),
dengar (listen),
dan raba (feel).

Gangguan ventilasi dan oksigenasi juga


dapat terjadi akibat kelainan di paru dan
kegagalan fungsi jantung.
Parameter ventilasi: PaCO2 (N: 35 45 mmHg)
ETCO2 (N: 25 35 mmHg)
Parameter Oksigenas: PaO2 (N:80 100mmHg)
SaO2 (N: 95 100 %)

Pemeriksaan Tambahan
Pulse Oximeter: untuk mengukur saturasi

O2 secara kontinyu dan tidak invasif.


CO2 detector (capnograf): untuk mengukur
kadar CO2 pada hawa saat akan ekspirasi
(End Tidal CO2) secara kontinyu dan tidak
invasif, dapat pula untuk membantu
mencek apakah intubasi yang dilakukan
masuk trakea atau esofagus, bila masuk
esofagus kadar CO2 rendah.

Gas darah: tindakan untuk mengukur PH,

PaCO2 dan BE sehingga bisa diketahui


oksigenasi, ventilasi dan asam basa penderita
saat itu.
Foto thoraks: untuk mengetahui jalan nafas,
paru, rongga pleura, sinus phrenicocostalis,
difragma, tulang dinding dada, jantung dan
mediastinum. Untuk melihat keadaan trakea,
paru, rongga pleura, jantung dan dinding
dada.

Tatalaksana jalan nafas (air way)

merupakan tindakan awal dari


resusitasi. Hal ini sangat penting karena
jika terdapat sumbatan pada jalan
nafas, oksigen tidak dapat masuk ke
paru-paru, sehingga jantung dan sistem
sirkulasi tidak dapat mendistribusikan
oksigen ke organ organ vital tubuh.

Manuver Tanpa alat


Membuka jalan nafas
Membersihkan jalan nafas
Mengatasi sumbatan jalan nafas

Triple Airway Maneuver

Finger sweep

Abdominal thrust

Back blows

Manuver Dengan Alat


Sungkup muka dengan ambu bag atau

dihubungkan dengan O2
Mayo (pemasangan pipa orofaring atau
nasofaring)
Intubasi dengan ETT (Endo Tracheal Tube)
Sungkup laring (LMA, Laryngeal Mask Airway)
Krikotirodektomi
Trakeostomi
Suction

Cara memegang sungkup


muka dengan satu dan dua
tangan

Laryngeal Mask Airway

Esophageal-tracheal
combitube

ETT Murphy

Berbagai macam blade


laringoskopi

Laringoskopi dengan blade


Macintosh.

Flexible FOB

MSMAID

Posisi sniffing.

Tempat dilakukannya
auskultasi setelah
pemasangan ETT

You might also like